Translate
Translate
Meskipun banyak parameter bebas lain yang berpengaruh, namun tetap mungkin untuk
mendapatkan aturan empiris yang kuat untuk mengontrol dispersi numerik. Untuk keperluan
praktik 5 titik grid per panjang gelombang minimum diperlukan untuk membatasi kesalahan di
kecepatan fase yang dikarenakan dispersi numerik menjadi 5%, dimana di 8 titik grid kesalahan
maksimum yang diterima adalah 2%. Kurva dispersi untuk skema O(2,4) diplot dalam gambar
1a. Umumnya kurva disperse ini menunjukan karakteristik yang sama seperti analog lossless
(Bergmann et al.,1996). Secara kuhusus, skema O(2.4) menunjukkan dispersi numerik
terbanyak untuk nomor courant yang hampir mencapai limit stabilitas. Sebagai tambahan,
skema O (2.4) menggambarkan redaman yang sama, namun lebih akurat, dan untuk jarak yang
luar dari nomor Courant seperti terlihati di Gambar 1b, dimana kurva Q sesuai dengan kurva
disperse dengan gambar 1a yang di plot.
Analisis konvergensi
Banyak tes konvergensi telah dilakukan untuk memverifikasi kelakuan numerik dari
skema O (2,4) [persamaan (20), (21), dan (22)]. Konvergensi telah diuji untuk penyebaran
sinusoid, dimana solusi analitis dapat dengan mudah didapat. Kami telah membandingkan
solusi analisa ini dengan hasil numerik dari persamaan simulasi perbedaan-terbatas dan
menghitung
Tabel 5. Jumlah dari poin grid per panjang gelombang dibutuhkan untuk menghasilkan
kesalahan kurang dari 2% di fase kecepatan, dengan nomor Courant berkisar dari lima
angka limit stabilitas sampai dengan limit stabilitas [Persamaan (23)], dihitung dengan
q= ((σs/εs)∆t dan η = ∆t/τD (Qε = 20, τσ = 0)
Tabel 6. Jumlah dari poin grid per panjang gelombang dibutuhkan untuk menghasilkan
kesalahan kurang dari 5% di fase kecepatan, dengan nomor Courant berkisar dari lima
angka limit stabilitas sampai dengan limit stabilitas [Persamaan (23)], dihitung dengan
ε∞/εe∞ dan η = ∆t/τD (Qε = 20).
Tabel 7. Jumlah dari poin grid per panjang gelombang dibutuhkan untuk menghasilkan
kesalahan kurang dari 2% di fase kecepatan, dengan nomor Courant berkisar dari lima
angka limit stabilitas sampai dengan limit stabilitas [Persamaan (23)], dihitung dengan
ε∞/εe∞ and η = ∆t/τD (Qε = 20).
Perbedaan menggunakan aturan L2, kombinasi dari kesalahan fase dan atenuasi dapat
diperkirakan. Tes konvergensi yang ditunjukkan disini dilakukan dengan menggunakan
panjang gelombang harmonis 225-MHz dengan kecepatan sedang sekitar 0.45co (co = 1/√µ0ε0;
kecepatan cahaya di ruang hampa udara) dan Q ≈ 47, dideskripsikan oleh parameter εs
=5ε0,µ=µ0, σs =0.1 mS/m, τD =0.1673 ns, dan τE =0.1514 ns.Kondisi awal dari skema
perbedaaan-terbatas telah dihitung dengan menggunakan solusi analitis (Blanch et al., 1993)
dan kondisi batas yang periodic. Rasio 1t/(1x)2 tetap konstan sehingga kesalahan untuk skema
O (2.4) diturunkan sama dengan ruang dan waktu. Skema perbedaan terbatas tekah diuji dengan
menggunakan 50, 25, 10, 5 dan 2 poin grid per panjang gelombang. Potret dari sinusoid setelah
450 ns, sesuai dengan panjang jalan sekitar 100 panjang gelombang, dibandingkan dengan
solusi analitis yang sesuai (Gambar 2). Gambar 3, menujukkan logaritma dari
a)
b)
Gambar 1. (a) Dispersi fase kecepatan dan (b) kurva Q untuk skema O (2,4) sebagai fungsi dari
frekuensi atau invers poin-pin grid per panjang gelombang (0,25 sesuai dengan 5GHz). Garis
utuh: solusi analtis; garis putus-putus: nomor Courant = 33% dari limit stabilitas; garus tutuj-
titik: nomor Courant = 66% dari limit stabilitas; garis titik-titik putus-putus: nomor Courant =
99% dari limit stabilitas.
Perbedaan L2 dari hasil analitis dan numerik di plot sebagai fungsi dari logaritma dari jumlah
poin grid per panjang gelombang yang digunakan di perhitungan perbedaan terbatas . Slope
dari garis paling sesuai ditentukan dari perilaku numerik dari skema. Untuk uji ini, slopenya
adalah -5.10, dimana berdekatan dengan nilau terkira -4 untuk skema akurat O (2, 4) (Metcalfe,
1990). Ini menandakan skema kami menuju ke solusi analisis seperti yang diprediksikand engan
teori
CONTOH NUMERIK 1.D
Sebagai tambahan dari uji skema perbedaan-terbatas, kami telah mensimluasikan
gelombang perambatan 1-D melalui media homogen yang lossy. Sifat fisik dari media ini dapat
a)
b)
Gambar 2. Potret dari menyebarkan sinusoid setelah 450ms atau setelah 100 panjang
gelombang (kecepatan: 0.45 co). (a) Garis utuh: solusi analisis; garis putus-putus: hasil numerik
dengan 50 poin grid per panjang gelombang; garis titik-titik: hasil numerik dengan
menggunakan 25 poin grid per panjang gelombang; garis titik-titik putus-putus: hasil numerik
dengan menggunakan 10 poin grid per panjang gelombang. (b) Garis utuh: solusi analisis; garis
putus-putus: hasil numerik dengan 5 poin grid per panjang gelombang; garis titik-titik: hasil
numerik dengan menggunakan 2 poin grid per panjang gelombang. Ingat bahwa solusi
perbedaan terbatas dengan 25 dan 50 poin grid per panjang gelombang tidak bisa disingkirkan
dari solusi analitis
dibandingkan dengan pasir basah (εs =16ε0,µ = µ0, dab σs =2 mS/m, dimana εo and µo adalah
permitivitas dielektrik dan permeabilitas diamagnetic di ruang hampa udara). Di dalam model
1-D, ada satu puncak Debye (contoh, L=1) dibagian tengan 1 GHz dengan waktu relaksasi
dielektrik τE =0.155ns dan τD =0.163 ns, dan tegangan konduksi saat diluar fase dideskripsikan
dengan τσ =0.1 ns. Sumber dari goncahan Ricker kecul dengan frekuensi tengan dari 200 MHz.
Kami membandinkan hasul dari radargrams dengan solusi analisis, berdasarkan solusi
D’Alembert )Blanch et al., 1995). Radargram dari wilayah E untuk alat penerima berlokasi 10
m dari sumber, sesuai dengan panjang jalan yaitu 27 panjang gelombang dominan yang
tinjukkan di gambar 4.
Gambar 3. Logaritma alami dari L2 kesalahan untuk skema O (2, 4) sebagai fungsi dari
logaritma alami dari poin grid per panjang gelombang (ditunjukkan oleh bintang). Garis paling
sesuai (utuh) untuk logartima menandakan kesalahan kotak dari slope -5.10, dimana berdekatan
dengan nilai teori yaitu -4.
Gambar 4. 200MHz radargram didapat 10 m offset dari sumber media homogen (≈27 panjang
gelombang dominan dari sumber medium bertipe pasir). Garis utuh: solusi analisis; garis putus-
putus: solusi numerik dengan 15 poin grid per minimum panjang gelombang; garis titik-titik
putus-putus: solusi numerik dengan menggunakan 15 poin grid per minimum panjang
gelombang. Ingat bahwa solusi numerik dengan menggunakan 15 poin grid per minimal
panjang gelombang secara tidak langsung tidak dapat disingkirkan.
Sekma ini telah dievaluasi untuk kedua 5 dan 15 poin grid per panjang gelombang dengan
frekuensi maksium dari nomor Courant yang berdekatan dengan limit stabilitas. Karena
efisiensi kumptasi, pilihan seperti nomor Courant adalah sesuatu yang umum dilakukan. Ingar,
bagaimanapun, skema ) (2, 4) sangat tidak akurat dengan limit stabilitas (Gambar 1). Simulasi
dengan 15 poin grid per minimum panjang gelombang mengarah ke hasil yang dasarnya identic
dengan solusi analisis yang sesiau. Mengingat jalur propagasi panjang, kesepakatan yang cukup
baik antara solusi numerik dan analitis dicapai bahkan untuk kasus 5 titik grid per panjang
gelombang minimum.
2-D MODELING
Generalisasi dari atas hasil 1-D untuk dimensi yang lebih tinggi relatif mudah. Dalam
Dua Dimensi, ada dua polarisasi elektromagnetik orthogonal (g.g., Born and Wolf, 1980) yang
dipisahkan dari yang lain: (1) Polarisasi Transversi elektrik (TE) (komponen lapangan Ey, Hx
dan Hz), dan (2) polarisasi transversi magnetic ™ (komponen lapangan Ex, Ez, dan Hy). Kedua
polarisasi bernilai sama di media isotropic. Karena itu, dalam tujuan praktik, sangat mungkin
memilih untuk menghitung hanya satu dari dua polarisasi, tergantung dari komponen lapangan
yang tercatat. Untuk keperluan kami, solusi TE lebih dipilih, karena masing-masing komponen
lapangan E hanya menimbulkan satu memori variabel tambahan L di rumus dibandingkan
dengan rumus dengan 2L untuk persamaan solusi TM (lihat table 1 untuk L=1). Dari analogi
untuk kasus 1-D dimana mekanisme relaksasi L [persamaan (10), (15), dan (17)], dimana
persamaan TE (L + 3) dalam dua dimensi adalah
Untuk puncak Debye tunggal tanpa melakukan kerugian (kasus 2), faktor kualitas
diberikan oleh persamaan (33). Dalam kedua kasus, nilai Q adalah sekitar 14 untuk f0 frekuensi
tengah = hasil 100 MHz.The diperlihatkan bagian radar (Mata lapangan) dari Gambar 6 dan 7.
Refleksi dan difraksi dari batas atas dan bawah rongga jelas terlihat. Gambar 8 menunjukkan
snapshot dari Ey lapangan untuk kasus 1 untuk menggambarkan evolusi temporal gelombang
lapangan.
Meskipun Q (f0) memiliki nilai yang sama dalam kedua kasus, variasi dalam bentuk
gelombang dan amplitudo dari refleksi dan
Gambar 6. Sintetis radar gram (Ey lapangan) menggunakan model yang ditunjukkan pada
Gambar 5 dan konduktivitas listrik murni 2mS/m (τE = τD, dan τσ = 0) .Jarak trace: 0.3M. Q ≈14
untuk frekuensi pusat f0 = 100MHz.
Gambar 7. Radargram sintetis (Ey lapangan) menggunakan model yang ditunjukkan pada
Gambar 5 dan mekanisme pelemahan dielectric murni (σ = 0) dengan puncak Debye tunggal,
Didefinisikan oleh τE = 0,1118 ns dan τD = 0,2266 ns. Jejak jarak: 0,3 m. Q≈14 untuk frekuensi
pusat f0 = 100 MHz.
Difraksi dapat diamati. Perbedaan ini mencerminkan dispersi intrinsik berbeda disebabkan oleh
proses pelemahan yang berbeda di dua media dianggap [lihat persamaan (33) dan (38)]. Efek
dari proses pelemahan yang berbeda mungkin dalam pengukuran memengaruhi variasi
amplitudo dengan offset (AVO), di mana pemodelan yang akurat dari karakteristik fase penting.
b)
c)
d)
Gambar. 8. Snapshots dari Eye Of model arkeologi untuk konduktivitas listrik murni (τE = τD,
τσ = 0; Gambar 5 dan 6): (a) setelah 20 ns, (b) setelah 30 ns, (c) setelah 40 ns, (d) setelah 50 ns.
dari konsep ini akan membutuhkan rasio signal-to-noise tinggi serta pemahaman menyeluruh
tentang respon dari sistem pengukuran.
KESIMPULAN
Kami telah mengajukan sebuah perbedaan-terbatas teknik time-domain untuk
pemodelan elektro magnetik frekuensi propagasi tergantung dielectric dan media melakukan
menggunakan formulasi convolutional dari persamaan Maxwell. Dengan analogi dengan teori
akustik visco, fungsi relaksasi dielektrik dan melakukan bergantung waktu dinyatakan sebagai
sebuah array dari elemen Zener dan model Kelvin-Voigt tunggal, masing-masing. The
convolutions komputasi rumit digantikan oleh variabel memori. Solusi perbedaan-terbatas telah
dilaksanakan menggunakan skema lompatan terhuyung-huyung akurasi orde kedua dalam
waktu dan keempat-order ruang akurasi. Kami menemukan
a)
b)
Koefisien refleksi fi (nilai absolut) dari pasir / antarmuka yang relatif kering jenuh pasir untuk
frekuensi yang berbeda) atenuasi diatur oleh konduktivitas listrik murni (kasus 1 pada Tabel 8),
(b) pelemahan sebagian besar diatur oleh proses relaksasi dielektrik (kasus 2 di tabel 8). Garis
utuh: f = 50 MHz; garis putus-putus: f = 100 Hz; garis titik-titik putus-putus: f = 150 MHz.
bahwa pendekatan ini memberikan kompromi terbaik antara komputasi efisiensi dan akurasi
numerik.
Stabilitas, dispersi, dan konvergensi karakteristik skema perbedaan-terbatas kami
benar-benar teruji. Kriteria stabilitas yang ditemukan berhubungan erat dengan yang dari solusi
perbedaan-terbatas yang sesuai tanpa proses relaksasi (Bergmann et al., 1996); Namun, jumlah
Courant harus dihitung sehubungan dengan kecepatan fase optik tertinggi dalam medium.
Meskipun hubungan dispersi rumit, aturan yang relatif sederhana mengenai spasial gelombang
medan sampel diperoleh. Untuk mencapai error kurang dari 5% dalam kecepatan fase, 5 titik
grid per panjang gelombang minimum yang diperlukan untuk sebagian besar tujuan praktis.
Untuk kesalahan kurang dari 2%, 8 titik grid per panjang gelombang minimum yang diperlukan.
Sekali lagi, aturan ini ditemukan untuk menjadi serupa dengan yang diperoleh untuk media
frekuensi-independen. batas menyerap
a)
b)
Gmabar 10. Koefisien refleksi (nilai absolut) dari interface kapur / DNAPL untuk frekuensi
yang berbeda: (a) pelemahan diatur oleh konduktivitas listrik murni (kasus 1 pada Tabel 8), (b)
pelemahan sebagian besar diatur oleh proses relaksasi dielektrik (kasus 2 di tabel 8). Padat
baris: f = 50 MHz; garis putus-putus: f = 100 Hz; garis putus-putus panjang: f = 150 MHz.
kondisi dilaksanakan oleh sekitar domain komputasi dengan tipis (≤2 panjang gelombang
dominan), bingkai sangat difusi. Kami menemukan pendekatan ini mudah diterapkan, kuat,
stabil, sangat efektif, dan efisien secara komputasi.
Simulasi model bawah permukaan 2-D digambarkan sebagaimana kedua konduktivitas
listrik dan proses relaksasi dielektrik memperkenalkan redaman tergantung pada frekuensi dan
dispersi dari medan gelombang elektromagnetik. Untuk menunjukkan efek masing-masing
konduktivitas listrik dan relaksasi dielektrik, kami membandingkan hasil simulasi di mana Q
yang sama pada frekuensi pusat diperoleh melalui dua proses atenuasi yang berbeda. Kami
menemukan bahwa mekanisme dispersi yang berbeda menyebabkan amplitudo dan fase
perbedaan yang signifikan, yang mungkin relevan dengan AVO, tomografi, atau investigasi
stratigrafi menggunakan radar penembus tanah.