Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTRITIS ( GE )

A. Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis atau diare adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram (Syaiful Noer, 1996). Istilah
gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami
perkembangan diare dan/atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses
inflamasi dalam lambung dan usus.

Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroentritis adalah


peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.

B. Jenis
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah
ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Empat
jenis klinis diare antara lain:

1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa
jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak
diberikan makan/minum.
2. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus
(intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan
komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa
terjadi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah
infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral.

Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi:


1. Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan dalam konsistensi
feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali diakibatkan oleh agen infeksius dalam
saluran pencernaan.
2. Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB dan air dalam
feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti
sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi saluran cerna, penuruna imunitas, alergi
makanan, intoleransi laktosa, diare non spesifik (Whaley& Wong, 1994).

C. Etiologi

1. Makanan dan Minuman.

Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu
yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada
waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan
terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.

2. Infeksi atau Investasi Parasit.

Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain: Ascaris,
Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti EntamoebaHistolytica, Giardialamblia,
TricomonasHominis.

3. Jamur (Candida Albicans)

BiardiaLambia, Cryptosporidium

4. Infeksi.

Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis


(radang otak), OMA (OrtitisMediaAkut / radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada
leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).

5. Perubahan udara.

Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut,
kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.

6. Faktor Lingkungan.
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air
membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak
dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih
mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya,
dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

D. Manifestasi Klinis

1. Nausea (mual ), Muntah, Demam, Diare, Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa
perih di ulu hati, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa
panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
2. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
3. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
4. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
5. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
6. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
7. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
soporakomatus) sebagai akibat hipovokanik.
8. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
9. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).

E. Patofisiologi

Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirusenteris, Virus


Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (BiardiaLambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksindimana merusak sel-sel yang menyebabkan infeksi
pada sel-sel mukosa usus atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan
gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus
ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah Pertamagangguan osmotik, akibat


terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus. Ketigagangguanmotalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan
terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsiglukosa.Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan
50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

Pemeriksaan Tinja

Makroskopis dan mikroskopis.

pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.

Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

Pemeriksaan Darah

pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.

Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

DoudenalIntubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.

G. Komplikasi

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
Hipoglikemia.

Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.

Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

H. Tingkat Derajat Dehidrasi

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan
mata cekung, minum normal, kencing normal.

2. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus,
pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.

3. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-
otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna
urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung
sekali, dan tidak mau minum.
Tabel Kebutuhan Cairan spesifik per kelompok umur
UMUR JUMLAH KEBUTUHAN CAIRAN

Bayi baru lahir 80 -100 mL/ Kg/ Hari

Bayi 120 – 130 mL/ Kg/ Hari

2 tahun 115 – 125 mL/ Kg/ Hari

6 tahun 90 – 100 mL/ Kg/ Hari

15 tahun 70 – 85 mL/ Kg/ Hari

18 tahun 40 – 50 mL/ Kg/ Hari

1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.


2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.
Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:
1. Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari BAB,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali perhari BAB.

2. Pada orang dewasa.

Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam BAB.

I. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
a. Jenis cairan
Cairan dehidrasi oral (Oral RehidrationSalt)
Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3,KCl dan Glukosa.
o anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90
mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi)

o anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi : kadar natriumnya


50-60 mEg/l.

Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat
lain. Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin,
garam, larutan tepung beras garam dsb. Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada
semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi
ringan.

Cairan parenatal

o dengan aa (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)

o RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%)

o RL (ringen laktat)

o 3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l)

o DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)

o RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%)

o Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-
10% + 1 bagian NaCl 0,9%)

b. Jalan pemberian cairan

Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan
kesadaran baik.

Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak mau


minum atau kesadaran menurun.

Intravena untuk dehidrasi berat.

c. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
2 tahun.

Derajad dehidrasi PWL NW CWL Jumlah


Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
belum ada dehidrasi
o Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
o Parental dibagi rata-rata 24 jam.
Dehidrasi ringan
o 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBBperoral atau intragastrik.
o selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
Dehidrasi sedang
o 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB personal atau intragastrik
o selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.
o 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml
= 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml = 20 tetes)
o 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes.
2. Pengobatan Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak
jenuh misalnya LLM, Almiron).
- Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam lemak
tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
- Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.Bila diberi ASI atau
susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit atau air tawar selang-
seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau
1x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar.
- Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
- Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan yang
ditemukan dari pemeriksaan laboratorium)
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen,
Dancowdsb, dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
- Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
- Klorpiomazin
Dosis : 0,5 – 1 mg/kgBB/nasi
b. Obat antispasnolitik
Pada umumnya obat anti sparmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium,
laperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.
c. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pelktin, diarcoal, tabonal dan sebagianya tidak ada
manfaat untuk mengatasi diare.
d. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali jika
penyebabnya jelas seperti :
- koleksi, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari
- campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikalassessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

Identitas klien.

Riwayat keperawatan.

Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.

Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.

Riwayat kesehatan masa lalu.

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan Riwayat penyakit yang diderita,
riwayat pemberian imunisasi.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.

Riwayat psikososial keluarga.

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari
penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

Kebutuhan dasar.

Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.

Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.

Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.

B. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan fisik

Kepala

ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam,
tidak mengkilap dan rontok.

Mata

Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis

Mulut

Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering

Abdomen

Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan
menurun.

Kulit

Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.

TTV

Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun.

2. Aktivitas/Istirahat

Gejala: kelemahan, keletihan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak bisa tidur semalaman
karena diare,merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas.
3. Sirkulasi

Tanda: Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan Nyeri) Kulit
/ membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi / malnutrisi).

4. Integritas Ego

Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Tanda: Menolak, perhatian menyempit, depresi

5. Eliminasi

Gejala: tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau/berair

Tanda: Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.

6. Makanan/Cairan

Gejala: Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/sensitif
misal: buah segar / sayur, produk susu, makanan berlemak.

Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot, dan Turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat, luka, inflamasi ronnga mulut.

7. Higiene

Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis Menunjukkan


kekurangan vitamin,bau badan.

8. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin hilang dengan titik nyeri
berpindah, nyeri tekan (artritis). Nyeri mata, fotofobia (iritis).

Tanda: Nyeri tekan abdomen/distensi

9. Keamanan
Tanda: Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan dan
membengkak) pada tangan, muka, piodermagangrenosa (lesi tekan purulen/lepuh
dengan batas keunguan) pada paha, kaki, dan mata kaki. (Doenges,2001)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat,


muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah, intake in adekuat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

5. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,


prognosis dan pengobatan. (Doenges, 2001)

D. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan ( diare berat,


muntah ), pemasukan terbatas ( mual )

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan keseimbangan cairan

b. Turgor kulit baik

c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab

Intervensi dan Rasionalisasi :

Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang
tidak terlihat dehidrasi. Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi
ginjal dan control penyakit usus juga merupanpendoman untuk penggantian cairan.

Kaji TTV. Rasional: Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukanrespon terhadap


cairan
Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit.
Rasional: Menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi

Ukur BB setiap hari. Rasional: Indicator cairan dan status nutrisi

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Rasional: Menurunkan kehilangan cairan

Awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit. Rasional: Mendeteksi homeostasis /


ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah, intake in adekuat

Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria Hasil :

a. Berat badan stabil

b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.

c. Berpartisipasi dalam masukan diet.

Intervensi dan Rasionalisasi:

Menimbang BB setiap hari. Rasional: Memberikan informai tentang kebutuhan diet dan
keaktifan terapi

Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan
situasi tidak terburu-buru. Rasional: Lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan
lebih kodusif untuk makan

Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen. Rasional: Mencegah serangan
akut / ekserbasi gejala

Mencatat masukan dan perubahan simatologi. Rasional: Memberikan rasa control dan
kesempatan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan masukan

Pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi. Rasional: Membantu memenuhi kekurangan


cairan

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal

Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria Hasil :

a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.

b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.

Intervensi dan Rasionalisasi :

Observasi kemerahan, pucat. Rasional: Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan
dan memerlukan pengobatan intensif

Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan aktifitas.


Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama pada
jaringan

Gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi. Rasional: Melicinkan kulit dan
menurunkan gatal

Pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang. Rasional: Memperbaiki sirkulasi pada
kulit, meningkatkan tonus kulit

Tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat. Rasional: Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
memperbaiki kondisi kulit

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang

Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapianalgetik sesuai indikasi

5. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder

Kriteria Hasil :

a. Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh

b. Jaringan tampak bergranulasi


c. Bebas tanda-tanda infeksi

Intervensi dan Rasionalisasi :

Tekankan teknik mencuci tangan yang tepat. Rasional: Mencegah penyebaran bakteri dan
kontaminasi kuman

Pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive. Rasional:
Menurunkan resiko infeksi nosokomial.

Kolaborasi berikan antimikrobatopical / antibiotic sesuai indikasi. Rasional: Dapat


menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada kulit dan mencegah infeksi

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,


prognosis dan pengobatan.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil :

a. Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.

b. Ekspresi wajah tenang

c. Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

Intervensi

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.

Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.

Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.

Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

Anda mungkin juga menyukai