A. Pengertian
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis atau diare adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram (Syaiful Noer, 1996). Istilah
gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami
perkembangan diare dan/atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses
inflamasi dalam lambung dan usus.
B. Jenis
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah
ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Empat
jenis klinis diare antara lain:
1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa
jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak
diberikan makan/minum.
2. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus
(intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan
komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa
terjadi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah
infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral.
C. Etiologi
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu
yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada
waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan
terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain: Ascaris,
Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti EntamoebaHistolytica, Giardialamblia,
TricomonasHominis.
BiardiaLambia, Cryptosporidium
4. Infeksi.
5. Perubahan udara.
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut,
kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6. Faktor Lingkungan.
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air
membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak
dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih
mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya,
dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
D. Manifestasi Klinis
1. Nausea (mual ), Muntah, Demam, Diare, Nyeri perut (abdominal discomfort), Rasa
perih di ulu hati, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa
panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
2. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
3. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
4. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
5. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
6. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
7. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
soporakomatus) sebagai akibat hipovokanik.
8. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
9. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan
terjadi beberapa hal sebagai berikut:
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsiglukosa.Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan
50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Tinja
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
DoudenalIntubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Komplikasi
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
Hipoglikemia.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan
mata cekung, minum normal, kencing normal.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus,
pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-
otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna
urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung
sekali, dan tidak mau minum.
Tabel Kebutuhan Cairan spesifik per kelompok umur
UMUR JUMLAH KEBUTUHAN CAIRAN
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam BAB.
I. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
a. Jenis cairan
Cairan dehidrasi oral (Oral RehidrationSalt)
Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3,KCl dan Glukosa.
o anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90
mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi)
Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat
lain. Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin,
garam, larutan tepung beras garam dsb. Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada
semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi
ringan.
Cairan parenatal
o RL (ringen laktat)
o 3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l)
o Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-
10% + 1 bagian NaCl 0,9%)
Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan
kesadaran baik.
c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
2 tahun.
Identitas klien.
Riwayat keperawatan.
Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan Riwayat penyakit yang diderita,
riwayat pemberian imunisasi.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari
penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
B. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
Kepala
ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam,
tidak mengkilap dan rontok.
Mata
Mulut
Abdomen
Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan
menurun.
Kulit
TTV
2. Aktivitas/Istirahat
Gejala: kelemahan, keletihan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak bisa tidur semalaman
karena diare,merasa gelisah dan ansietas,pembatasan aktivitas.
3. Sirkulasi
Tanda: Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan Nyeri) Kulit
/ membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi / malnutrisi).
4. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
5. Eliminasi
Tanda: Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
6. Makanan/Cairan
Gejala: Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/sensitif
misal: buah segar / sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda: Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot, dan Turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat, luka, inflamasi ronnga mulut.
7. Higiene
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah(mungkin hilang dengan titik nyeri
berpindah, nyeri tekan (artritis). Nyeri mata, fotofobia (iritis).
9. Keamanan
Tanda: Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan dan
membengkak) pada tangan, muka, piodermagangrenosa (lesi tekan purulen/lepuh
dengan batas keunguan) pada paha, kaki, dan mata kaki. (Doenges,2001)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah, intake in adekuat
Kriteria Hasil :
Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang
tidak terlihat dehidrasi. Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi
ginjal dan control penyakit usus juga merupanpendoman untuk penggantian cairan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah, intake in adekuat
Kriteria Hasil :
Menimbang BB setiap hari. Rasional: Memberikan informai tentang kebutuhan diet dan
keaktifan terapi
Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan
situasi tidak terburu-buru. Rasional: Lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan
lebih kodusif untuk makan
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen. Rasional: Mencegah serangan
akut / ekserbasi gejala
Mencatat masukan dan perubahan simatologi. Rasional: Memberikan rasa control dan
kesempatan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan masukan
Observasi kemerahan, pucat. Rasional: Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan
dan memerlukan pengobatan intensif
Gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi. Rasional: Melicinkan kulit dan
menurunkan gatal
Pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang. Rasional: Memperbaiki sirkulasi pada
kulit, meningkatkan tonus kulit
Tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat. Rasional: Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
memperbaiki kondisi kulit
Kriteria hasil :
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri
kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapianalgetik sesuai indikasi
Kriteria Hasil :
Tekankan teknik mencuci tangan yang tepat. Rasional: Mencegah penyebaran bakteri dan
kontaminasi kuman
Pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive. Rasional:
Menurunkan resiko infeksi nosokomial.
Kriteria hasil :
Intervensi