Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283479871

Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan


Jangka Pendek
Article · April 2014

CITATIONS READS
0 11,348

3 authors, including:

Dianiati Kusumo Sutoyo


University of Indonesia
25 PUBLICATIONS 46 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pneumococcal Pneumonia View project

All content following this page was uploaded by Dianiati Kusumo Sutoyo on 04 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB)


dengan Paduan Jangka Pendek
Tamam Anugrah Tamsil, Arifin Nawas, Dianiati Kusumo Sutoyo
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS
Persahabatan Jakarta

Abstrak
Multidrugs-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di banyak negara. Hasil
pengobatan MDR-TB berdasarkan programmatic management of drug resistant tuberculosis (PMDT) tidak memberikan hasil yang
memuaskan dengan proporsi angka kesuksesan pengobatan di banyak negara kurang dari 60% dan proporsi angka putus obat dan
kegagalan pengobatan yang tinggi. Regimen pengobatan jangka pendek dengan jangka waktu pengobatan 9-12 bulan dengan
menggunakan kombinasi fluorokuinolon generasi ke-4 dengan obat lini ke-2 dan ditambah dengan obat lini pertama yang masih aktif,
memiliki angka kesuksesan pengobatan di atas 85% dan efektif untuk digunakan terutama pada negara berkembang dengan dengan
sumber daya yang terbatas. WHO mendukung penggunaan regimen pengobatan jangka pendek untuk pengobatan MDR-TB dengan
berbagai syarat dan diharapkan menjadi salah satu alternatif paduan pengobatan untuk peningkatan mutu PMDT di masa mendatang. (J
Respir Indo. 2014; 34:109-21) Kata kunci: MDR-TB, PMDT, regimen pengobatan jangka pendek

Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Treatment with


Short Term Regimen

Abstract
MDR-TB is a major public health concern in several countries. The results of PMDT have not been impressive with the proportion of
successfully treated MDR-TB patients in most countries below 60% and the proportion of loss to follow-up and failure were high.
Recommended treatment regimens are very long, often poorly tolerated, and difficult to monitor. The short-course MDR-TB treatment with
total treatment duration 9-12 months, based on a fourth-generation fluoroquinolon combined with other second-line drug and
supplemented by potentially still active first-line drug, was highly effective in developing country were resources are limited, with treatment
success above 85%. The WHO support the use of short-course treatment regimen for MDR-TB under the terms and expected it can be
use as an alternative treatment to improve the quality of PMDT. (J Respir Indo. 2014; 34:109-21)
Key words : MDR-TB, PMDT, short-course treatment regimen.

Korespondensi: dr. Tamam Anugrah Tamsil


Email: tamamtamsil@yahoo.com; Hp: 081265577805

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 109


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

PENDAHULUAN Masalah di atas pertama kali disampaikan

Multidrugs resistant tuberculosis (MDR-TB) dalam hasil penelitian Grzybowski dan Enarson

atau tuberkulosis resisten ganda saat ini merupakan pada tahun 1978 yang membandingkan kondisi

masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia pasien-pasien TB paru yang diobati dengan yang

baik dari segi morbiditas maupun mortalitas. Tahun tidak menerima pengobatan sama sekali.

2011 diperkirakan di seluruh dunia prevalensi MDR- Kesimpulan penelitian tersebut adalah pasien TB

TB sekitar 3,8% dari tuberkulosis (TB) kasus baru dan paru yang diobati dengan program yang jelek akan
sekitar 20% dari kasus TB dengan riwayat berdampak lebih buruk dibandingkan pasien yang
pengobatan sebelumnya. Sekitar 60% kasus MDR-TB tidak diobati. Angka harapan hidup 5 tahun tetap
secara global terdapat di China, India, dan Rusia. lebih tinggi pada pasien yang mendapat
Kasus MDR-TB di Indonesia diperkirakan sekitar 6100 pengobatan, meskipun angka pasien yang secara
kasus setiap tahun. Persentase kasus MDR-TB yang bakteriologis tetap positif dan pasien dihadapkan
tertinggi terdapat di negara-negara Eropa Timur dan pada perburukan TB paru yang dideritanya dan
Asia Tengah dengan presentase MDR-TB adalah 9- bahaya efek samping pengobatan akibat durasi
32% dari TB kasus baru dan 50% dari kasus TB pengobatan yang panjang serta toksisitas obat.5
dengan riwayat pengobatan sebelumnya. 1 Keadaan ini Kenyataan di atas bila dibandingkan dengan

secara langsung berdampak pada semakin tingginya hasil pengobatan MDR-TB pada berbagai laporan

persentase secara global kasus MDR-TB dengan World Health Organization (WHO) Global Tuber

extensively drug-resistant (XDR-TB) dari 9,0% pada culosis Control didapatkan angka kesembuhan MDR-

tahun 2011 menjadi 9,6% pada tahun 2012. 2 Angka TB pasien di seluruh dunia <60%. Secara keseluruhan

mortalitas MDR-TB cukup tinggi yaitu 25% dan bila angka kesembuhan berdasarkan hasil penelitian

disertai infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) kohort tahun 2009 hanya 48%. Sementara angka

meningkat menjadi 80%. Bakteri yang telah resisten putus berobat atau kasus tidak terevaluasi lebih lanjut

mengurangi efektivitas kemoterapi dengan angka sebesar 28% dan angka kegagalan sebesar 10%

kesembuhan hanya sekitar 49-70% menyebabkan termasuk tinggi. Hasil di beberapa pusat pengobatan

kesulitan dalam penanggulangan kasus MDR-TB.3 cukup memuaskan, tetapi di sebagian besar negara-
negara di dunia pasien dihadapkan pada
Peningkatan kasus MDR-TB baik secara kemungkinan resisten. Hasil penelitian yang
morbiditas maupun mortalitas diduga disebabkan oleh 3 dilaporkan Grzybowski dan Enarson menunjukkan
faktor yaitu faktor pasien, seperti berobat tidak teratur, kemungkinan bakteri yang resisten menjadi lebih
kurangnya informasi, masalah keuangan, transportasi, banyak sehingga dapat berkembang menjadi XDR-TB
dan lain-lain. Faktor pemberi pelayanan kesehatan, atau total resisten TB. Kemungkinan penularan bakteri
seperti paduan pengobatan tidak adekuat, MDR-TB kepada individu yang lain (resistensi primer)
menambahkan satu obat pada paduan yang gagal, dan risiko efek samping akibat pajanan dengan obat-
pengobatan tidak berdasarkan uji kepekaan, tidak ada obatan yang bersifat toksik menjadi memanjang
atau kurangnya pantauan dan faktor sistem pelayanan sesuai dengan durasi pengobatan.1
kesehatan, seperti ketidaktersediaan obat, kualitas obat Usaha untuk mencapai visi dari strategi Stop
dan kondisi penyimpanan obat yang buruk, organisasi TB yaitu dunia bebas dari TB, maka hal di atas
yang lemah, tidak mendapat dukungan dana yang cukup, tentu saja harus dicegah. Pengobatan MDR-TB
tidak ada sosialisasi pedoman pengobatan serta yang sifatnya pilot project atau pengobatan uji coba
terbatasnya fasilitas laboratorium. Sehingga dapat dengan standar pengobatan yang diakui
dikatakan bahwa MDR-TB merupakan fenomena buatan internasional telah melahirkan beberapa penelitian
manusia sebagai efek dari masalah buruknya pelayanan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya
dan sistem kesehatan.4 pengobatan MDR-TB dengan menggunakan short-

110 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

course regimen (paduan jangka pendek) yaitu sebagian besar menganut strategi pengobatan
paduan Bangladesh yang sudah diuji coba di dengan menggunakan paduan standar. Pemberian
Bangladesh dan beberapa negara Afrika Barat obat anti tuberkulosis (OAT) untuk pengobatan MDR-
yang memiliki angka kesembuhan yang tinggi, yaitu TB menurut PMDT dibagi atas 5 kelompok
87,8% dan 90%. Paduan jangka pendek dapat berdasarkan potensi dan efikasi obat. Kelompok 1,
dikatakan salah satu solusi masalah pengobatan obat oral lini pertama adalah kelompok obat yang
MDR-TB secara global terutama di negara-negara paling efektif dan paling baik ditoleransi oleh tubuh,

berkembang dengan sumber daya terbatas. 6 yaitu pirazinamid dan etambutol. Kelompok 2, obat
suntik yaitu kanamisin, amikasin, kapreomisin dan
Rekomendasi pengobatan MDR-TB menurut streptomisin. Obat-obat ini bersifat bakterisidal,

PMDT 2008 diberikan pada fase awal dalam dosis maksimal.


Kelompok 3, obat golongan fluorokuinolon, terdiri dari
Pedoman pengobatan MDR-TB yang paling
moksifloksasin, gatifloksasin, levofloksasin, dan
banyak digunakan di seluruh dunia saat ini adalah
ofloksasin. Kelompok ini bersifat bakterisidal kuat dan
sesuai dengan Guidelines for the Programmatic
digunakan apabila bakteri masih sensitif dengan
Management of Drug-resistant Tuberculosis (PMDT)
fluorokuinolon. Kelompok 4, obat oral yang bersifat
WHO emergency update tahun 2008 dan tahun 2011,
bakteriostatik kuat. Pilihan dalam kelompok ini berupa
termasuk di Indonesia. Paduan pengobatan MDR-TB
etionamid, protionamid, sikloserin, dan asam para-
di seluruh Indonesia mengacu pada PMDT tahun 2008
aminosalisilat (PAS). Penggunaan obat kelompok 4 ini
dan pedoman penanggulangan TB yang disusun oleh
dimulai dengan dosis rendah terlebih dahulu,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
kemudian dosis dapat diekskalasi setelah 2 minggu
Pengobatan MDR-TB merupakan salah satu program
karena sering menimbulkan gangguan pencernaan
dalam penanggulangan TB Nasional dan tercantum
dan hipotiroid. Kelompok 5, merupakan kelompok
dalam International Standard for Tuberculosis Care
obat-obatan yang tidak direkomendasikan oleh WHO
(ISTC) standar 12, yaitu pasien yang menderita atau
karena efiksasinya dalam pengobatan MDR-TB belum
kemungkinan besar menderita TB yang disebabkan
jelas. Contoh obat kelompok ini yaitu klofazimin,
oleh bakteri resisten obat (khususnya MDR/XDR)
amoksisilin-klavulanat, imipenem, klaritromisin, dan
seharusnya diobati dengan panduan obat khusus yang
isoniazid dosis tinggi.8
mengandung obat anti tuberkulosis lini ke-2. Paduan
Paduan disusun menggunakan 4 kelompok
obat yang dipilih dapat distandarisasi atau sesuai pola
obat yang direkomendasikan WHO dan diberikan
sensitivitas obat berdasarkan dugaan atau yang telah
dalam fase intensif dan fase lanjutan. Pengobatan
terbukti dengan menggunakan 4 obat yang masih
pada fase intensif disertai dengan pemberian obat
efektif termasuk obat suntik dan harus diberikan paling
suntik (obat kelompok 2) selama minimal 6 bulan
tidak 18 bulan setelah konversi biakan. Tindakan yang
atau 4 bulan setelah biakan negatif. Fase lanjutan
berpihak kepada pasien menjadi syarat untuk
diberikan setelah fase intensif. Beberapa prinsip
memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
panduan pengobatan yang harus diperhatikan
Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang
antara lain paduan terdiri dari 4 macam obat yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan
sudah terbukti keefektifannya, pemberian obat
MDR-TB/XDR harus dilakukan.7
harus berdasarkan riwayat pengobatan pasien
sebelumnya, dosis diberikan sesuai dengan berat
Pengobatan MDR-TB menurut PMDT menggu nakan
badan pasien. Dosis obat atau perubahan dosis
tiga pendekatan pengobatan yaitu paduan standar, paduan
diberikan berdasarkan rekomendasi tim ahli klinik
empirik, dan paduan perorangan. Pendekatan pengobatan
(TAK). Pemberian obat suntik (aminoglikosida atau
MDR-TB di negara-negara berkembang
kapreomisin) diberikan selama minimal 6

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 111


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

bulan atau 4 bulan setelah konversi biakan (fase Revisi rekomendasi pengobatan MDR-TB pada
intensif). Lama pengobatan minimal 18 bulan PMDT 2011
setelah konversi biakan. Efek samping obat harus Pada tahun 2011, WHO merekomendasikan
ditatalaksana segera untuk meminimalkan risiko pedoman pengobatan MDR-TB yang pada dasarnya
akibat penghentian pengobatan dan mencegah hampir sama dengan PMDT 2008 melalui beberapa
morbiditas atau mortalitas akibat efek samping.8,9,10 revisi, terutama pada pada rekomendasi pengobatan
dengan obat-obatan lini ke-2 dan pada lamanya waktu
pengobatan. Beberapa revisi komposisi paduan
Gambar 1. Contoh paduan OAT MDR-TB menurut PMDT pengobatan dan lamanya waktu pengobatan dapat
2008. Dikutip dari (9)
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Revisi rekomendasi PMDT 2008 dan 2011.

PMDT 2008 PMDT 2011


Paduan sekurang-kurangnya terdiri dari Paduan terdiri dari empat kelompok obat yang telah
empat kelompok obat yang telah terbukti terbukti efektif, pirazinamid harus disertakan dalam
keefektifannya pada fase intensif fase intensif

Dipertimbangkan untuk menambahkan Tidak ada bukti penambahan paduan untuk membantu
paduan pada pasien dengan kerusakan daya kerja empat kelompok obat OAT lini ke-2 pada
paru luas atau penyakit kronik pasien dengan kerusakan paru luas atau kronik

Paduan meliputi pirazinamid dengan atau Paduan meliputi pirazinamid, satu obat kelompok 3
tanpa etambutol,satu obat kelompok 3, satu satu satu obat injenctable agent dan sikloserin atau PAS
obat injenctable agent dan obat kelompok 4 bila sikloserin tidak dapat digunakan

Etambutol dapat dipertimbangkan efektif Etambutol dapat dipergunakan, namun tidak dimasukan
dan dimasukkan ke dalam paduan bila hasil ke dalam paduan standar
DST menunjukkan masih sensitif

Lama terapi fase intensif minimal selama Lama fase intensif minimal delapan bulan dan lama
enam bulan atau empat bulan sesudah fase intensif disesuaikan dengan respons pasien terhadap
konversi biakan pengobatan

Lama pengobatan keseluruhan adalah Pada pasien MDR-TB yang sebelumnya belum pernah
minimal 18 bulan setelah konversi biakan mendapat pengobatan MDR-TB, lama pengobatan 20
bulan dan lama pengobatan disesuaikan dengan respons
pasien terhadap pengobatan
Dikutip dari (11)

Permasalahan penggunaan PMDT Timur sebesar 12%. Secara keseluruhan angka


kesuksesan pengobatan hanya 48%, angka putus
Penelitian kohort pada tahun 2009 di 107
berobat 28%, dan kegagalan pengobatan 10%.
negara yang mengobati MDR-TB sesuai PMDT 2008
Rendahnya angka kesuksesan dan tingginya angka
mendapatkan hasil yang didapatkan tidak memuaskan
putus berobat dan kegagalan akan menyebabkan
dengan angka pengobatan lengkap bervariasi dari
permasalahan serius yaitu meningkatkan risiko pasien
yang terendah sekitar 44% di negara-negara kawasan
untuk menderita MDR-TB yang lebih berat dari
Mediterania timur hingga tertinggi 58% (negara-negara
sebelumnya, mempertinggi angka kematian terutama
kawasan Asia Tenggara), angka kematian tertinggi
bila terdapat komorbid seperti HIV/AIDS dan diabetes
19% di Afrika dan angka kegagalan tertinggi di Eropa
melitus tipe 2, risiko efek samping obat lini ke-2 yang
terutama Eropa
toksik karena masa pengobatan menjadi

112 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

panjang serta meningkatkan angka penularan rekomendasi untuk jangka waktu pengobatan ber
MDR-TB resistensi sekunder dan XDR -TB.1, 12 dasarkan analisis dari pasien yang tidak meninggal
Keadaan di atas menimbulkan kritik, terutama atau tidak putus berobat. Efektivitas dan kelayakan
oleh Chiang dkk.12 tahun 2013 yang membandingkan dari paduan yang direkomendasikan di lapangan
hasil pengobatan PMDT yang direkomendasikan dengan demikian tidak menjadi pertimbangan serta
WHO dengan laporan penelitian Grzybowski dan angka pasien yang putus berobat dan kematian
Enarson tahun 1978. Penelitian tersebut diabaikan. Paduan yang direkomendasikan adalah
membandingkan kelompok pasien yang menerima obat lini kedua yang bersifat toksik, memiliki banyak
pengobatan dengan pasien yang tidak diobati sama efek samping, dan jangka waktu pengobatan yang
sekali dengan hasil pada kelompok pasien yang lama sehingga banyak pasien yang putus obat.13
menerima pengobatan walaupun angka kematian Program pengobatan TB berdurasi panjang
lebih rendah, namun angka pasien yang pemeriksaan tidak semuanya memberikan hasil yang tidak me
bakteriologis tetap positif karena pengobatan tidak muaskan. Tahun 1962 di Taiwan, hasil dari 2 tahun
adekuat akan menderita perburukan penyakit dan penelitian kohort menunjukkan angka kesembuhan
menjadi sumber penularan MDR-TB resistensi primer 62%, angka kegagalan 26% dan kematian 13%,
dengan bakteri yang lebih ganas.
termasuk tinggi dibanding hasil pengobatan National
Tahun 2011 WHO mengeluarkan PMDT 2011
Tuberculosis Programmes (NTPs) lainnya saat itu
yang merekomendasikan lama pengobatan fase
namun hal tersebut disebabkan peran pemerintah
intensif sekurang kurangnya 8 bulan dan lama
Taiwan yang memberikan bantuan besar di bidang
keseluruhan pengobatan sekurang-kurangnya 20
sosial ekonomi dan psikososial sehingga proporsi
bulan bagi pasien MDR-TB yang sebelumnya belum
pasien yang putus berobat dapat dikurangi. Hal ini
pernah mendapatkan pengobatan OAT lini ke-2. Lama
tidak dapat dilakukan di banyak negara, terutama
pengobatan minimal fase intensif menjadi lebih lama 2
negara berkembang yang memiliki sumber daya
bulan. Kedua rekomendasi ini dibuat berdasarkan
terbatas.13 Program International Union Against
bukti dengan kualitas sangat rendah yang berasal dari
Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) sudah
data metaanalisis pasien secara individual. 12 Hasil
pernah menghadapi masalah rendahnya angka
penelitian kohort terhadap 9.153 pasien yang
kesembuhan yaitu hanya 56% pada pengobatan TB
dilaporkan oleh Ahuja dkk.1 tahun 2012 menunjukkan
selama 12 bulan yang dimulai tahun 1979. Angka
hasil yang tidak memuaskan karena hanya 54%
kesembuhan yang rendah disebabkan oleh tingginya
pasien yang sembuh, 8% mengalami kegagalan
angka putus obat. Sebagai usaha mengatasi masalah
pengobatan atau kambuh, 15 % meninggal dan 23 %
ini, IUATLD mencoba memperpendek jangka waktu
pasien mengalami putus pengobatan. Chiang dkk. 12
pengobatan menjadi 8 bulan yang dilaporkan oleh
pada tahun 2013, mempermasalahkan terlalu
Enarson pada tahun 1991 dengan angka kesembuhan
panjangnya jangka waktu pengobatan dari paduan
lebih dari 80%.15
yang direkomendasikan oleh WHO (total lama
pengobatan minimal 20 bulan) dan mengatakan
Pengobatan MDR-TB dengan paduan jangka
bahwa pada beberapa hasil penelitian kohort terhadap
pendek penelitian kohort yayasan proyek damien
pasien MDR-TB yang diobati dengan jangka waktu
pengobatan yang terlalu panjang sekitar 20-50% Pengobatan MDR-TB telah dilakukan berbagai
pasien MDR-TB terpapar dengan efek samping obat penelitian untuk menemukan paduan pengobatan
yang berat.12,14 yang efektif, berdurasi singkat dan berbiaya murah,
Programmatic Management of Drug-resis agar dapat diterapkan terutama di negara-negara

tant Tuberculosis (PMDT 2011) sangat terfokus berkembang yang terbatas dalam hal sumber daya

pada keberhasilan berpedoman odds ratio dan baik material maupun manajemen. Salah satunya

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 113


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

adalah penelitian kohort yang diadakan oleh Yayasan meliputi pasien berusia lebih dari 65 tahun pada
Proyek Damien di Bangladesh yang dimulai dari bulan kelompok yang diberikan paduan standar berbasis
Mei 1997 hingga akhir bulan Desember 2007. ofloksasin, menderita penyakit hati berat atau
Penelitian kohort ini bertujuan untuk menganalisis insufisiensi kardio respirasi, hasil pemeriksaan apusan
hasil pengobatan dengan menggunakan 6 paduan dahak dan biakan negatif sebelum diberikan paduan
standar berbasis fluorokuinolon (ofloksasin atau pengobatan OAT lini ke-2 dan hasil uji kepekaan
gatifloksasin), kanamisin dan protionamid sebagai menunjukkan masih sensitif terhadap rifampisin atau
obat-obatan utama, ditambah dengan obat-obatan lini isoniazid. Enam paduan yang digunakan dalam
pertama dan klofazimin. Berdasarkan data penelitian kohort ini dapat dilihat pada Tabel 2. 6
pengobatan sebelumnya, lebih dari 90% sampel
termasuk dalam kriteria kasus gagal dan kasus Paduan Bangladesh

kambuh setelah menjalani pengobatan dengan OAT Pada paduan pengobatan berbasis
kategori 2. Pada kelompok yang menerima paduan gatifloksasin sebesar 206 sampel selama 9 bulan
berbasis ofloksasin terdapat 24 sampel resisten didapatkan angka kesembuhan dan pengobatan
terhadap rifampisin dan isoniazid saja, 172 sampel lengkap sebesar 87,8%, angka putus pengobatan
resisten etambutol, 159 sampel resisten streptomisin, 5,8%, angka kega galan pengobatan dan
2 sampel resisten ofloksasin, 3 sampel resisten kekambuhan 0,5% serta angka kematian 5,3%. Pada
kanamisin, dan 31 sampel resisten pirazinamid. Pada paduan pengobatan berbasis ofloksasin pada 221
kelompok yang menerima paduan berbasis sampel selama 15-21 bulan didapatkan angka rata-
gatifloksasin terdapat 21 sampel resisten terhadap rata kesembuhan sebesar 69,1%. Angka rata-rata
rifampisin dan isoniazid saja, 132 sampel resisten putus pengobatan cukup tinggi yaitu 13,2%. Angka
etambutol, 165 sampel resisten streptomisin, 21 rata-rata kegagalan pengobatan sebesar 7,2%, angka
sampel resisten ofloksasin, dan 29 sampel resisten rata-rata kematian sebesar 9,98% dan tidak
pirazinamid. Pemeriksaan apusan dan biakan dahak ditemukan kasus kekambuhan selama pengobatan
dilakukan secara periodik selama pengobatan dan diberikan. Selama penelitian didapatkan efek samping
hingga 2 tahun setelah pasien dinyatakan sembuh. 6 yang timbul tidak berat dan dapat diatasi dalam 4
Jumlah sampel awal pada penelitian ini adalah bulan pengobatan fase intensif. Pemantauan kadar
427 sampel dengan kriteria inklusi terdiri dari sampel gula darah secara ketat dapat mengurangi risiko
dengan kemungkinan besar menderita MDR-TB dan terjadinya disglikemia walaupun pemberian
sampel yang terbukti MDR-TB. Kriteria eksklusi gatifloksasin diberikan dalam dosis yang tinggi. 6

Tabel 2. Paduan pengobatan penelitian kohort Yayasan Proyek Damien.6

Panduan Fase Intensif Fase Lanjutan 1 Fase Lanjutan 2 Pasien Memenuhi Kriteria
Jumlah Persentase

1 3*KCOEHZP 12OEHZP 6EP 59 13,8


2 3(+)KCOEHZP 12OEHZP 44 10,3
3 3(4)KCOEHZP 12OEZP 35 8,2
4 3(+)KCOEHZP 12OEHZ 45 10,5
5 3(+)KCOEHZP 12OEHZC 38 8,9
6 4(+)KCGEHZP 5GEZC 206 48,2

Total pasien 427


100,0
Dikutip dari (6)

114 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

Hasil penelitian kohort ini menunjukkan bahwa pengobatan dalam paduan Bangladesh karena
penggunaan paduan pengobatan berbasis gatifloksasin memi liki aktivitas antimikobakterial terutama
dengan lama pengobatan fase intensif selama 4 bulan terhadap Mycobacterium tuberculosis yang tidak
dan lama pengobatan fase lanjutan selama 5 bulan bereplikasi atau bereplikasi lambat.6
dengan paduan 4 Km-E-Z-H-Gfx-Pto-Cfz / 5 E-Z-Gfx-Cfz Penggunaan paduan Bangladesh saat ini
memberikan hasil yang memuaskan dalam hal sudah dilakukan di beberapa negara Afrika seperti
keberhasilan terapi, lebih mudah dikontrol, mampu Kamerun, Burkina Faso, Benin, dan Togo dengan
mengobati sampel dengan resistensi ofloksasin sebe perbedaan pada lama pengobatan yaitu 12 bulan dan
lumnya, dan murah dalam segi pembiayaan (total biaya digunakannya protionamide dalam fase lanjutan. Hasil
hanya 225 euro). Penelitian kohort ini kemudian penelitian pilot di Kamerun menggunakan paduan
dilanjutkan dengan sampel 476 pasien MDR-TB yang Bangladesh selama 12 bulan pengobatan pada 88
sebelumnya belum pernah diobati dengan obat-obatan pasien MDR-TB yang terdaftar selama tahun 2008-
lini kedua. Sebanyak 466 pasien yang menjalani uji 2010 didapatkan angka kesembuhan sebesar 92 %,
kepekaan terhadap obat-obatan lini kedua, sebanyak 53 dan selama 636 bulan pengamatan pasien setelah
pasien (11,4%) resisten terhadap ofloksasin dan 2 pasien pengobatan diberikan tidak ditemukan kekambuhan.
resisten terhadap kanamisin (0,4%). Angka kesuksesan Penelitian pilot lainnya tahun 2008 di Togo, Benin, dan
pengobatan (sembuh dan pengobatan lengkap) Burkina Faso didapatkan angka kesembuhan 90%
didapatkan pada 410 pasien (86,1%) dari 476 pasien dan pada 120 pasien MDR-TB (20% positif HIV) yang
terdapat 3 pasien yang mengalami kekam buhan (0,7%) mendapatkan pengobatan dengan paduan jangka
selama pengamatan pasca-pengobatan.6 pendek berbanding dengan 59% (17% sembuh dan
Paduan jangka pendek yang digunakan ke 42% pengobatan lengkap) pada 339 pasien MDR-TB
mudian dinamakan paduan Bangladesh sesuai yang diobati dengan paduan jangka panjang yang
dengan nama negara tempat pertama kali paduan ini direkomendasikan WHO. Selama pengamatan setelah
diujicobakan. Paduan Bangladesh bertujuan pengobatan tidak ditemukan kekambuhan.6 Hasil
meningkatkan keberhasilan terapi dan memperkecil pengobatan MDR-TB pada keenam paduan pada
angka kegagalan pengobatan, putus berobat dan penelitian kohort Yayasan Proyek Damien dapat dilihat
kematian dengan maksimalisasi penggunaan fluoro pada Tabel 3. Obat-obatan pada paduan Bangladesh
kuinolon generasi keempat dan isoniazid. Obat-obatan sebelumnya tidak digunakan dalam paduan
yang kurang efektif dan bersifat toksik (para- pengobatan MDR-TB yang direkomendasikan WHO
aminosalisilat dan sikloserin) dihindari, sementara (PMDT), yaitu fluorokuinolon generasi keempat
penggunaan obat suntik dan protionamide dibatasi. (contohnya mok sifloksasin atau gatifloksasin),
Penggunaan obat ini diperlukan untuk mengurangi isoniazid dosis tinggi dan klofazimin berdasarkan
kemungkinan terjadinya resistensi terhadap fluoro hasil-hasil penelitian secara in vivo, in vitro maupun
kuinolon. Klofazimin dimasukkan dalam paduan klinik.

Tabel 3. Hasil pengobatan MDR-TB penelitian kohort Yayasan Proyek Damien.

Paduan 1+2 Paduan 3 Paduan 4 Paduan 5 Paduan 6 Total


Hasil Pengobatan
N% N % N% N% N % N%
Lengkap 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 11 5,3 11 2,6
Sembuh 71 68,9 20 57,1 30 66,7 32 84,2 170 82,5 323 75,7
Meninggal 11 10,7 5 14,3 4 8,9 2 5,3 11 5,3 33 7,7
Putus obat 15 14,6 7 20,0 4 8,9 3 7,9 12 5,8 41 9,6
Gagal 6 5,8 3 8,6 6 13,3 1 2,6 1 0,5 17 4,0
Kambuh 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 0,5 1 0,2
Total 103 00 35 100 44 100 38 100 206 100 427 100

Dikutip dari (6)

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 115


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

Peran fluorokuinolon generasi keempat dalam dengan hasil pemeriksaan hapusan dahak positif
pengobatan MDR-TB tuberkulosis. Sampel kemudian diberikan paduan
Fluorokuinolon secara farmakologis bekerja pengobatan rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid
menghambat enzim DNA gyrase dan topoisomerase IV dalam dosis standard ditambah dengan pemberian
yang menyebabkan kegagalan replikasi DNA pada moksifloksasin 400 mg dengan plasebo ethambutol
bakteri dan mikobakteri. Perbedaan efek bakterisidal sebanyak 85 sampel, atau ethambutol 15-20 mg/kg
obat-obatan golongan fluorokuinolon dilihat berdasarkan dengan plasebo moksifloksasin sebanyak 85 sampel.
nilai minimum inhibitory concentration (MIC), yaitu Penelitian ini menggunakan analisis intention to treat
konsentrasi terendah dari suatu antibiotika yang dapat (ITT) dengan tujuan menilai proporsi sampel yang
menghambat pertumbuhan mikroorganisme tertentu. hasil pemeriksaan dahaknya mengalami konversi
Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas antibiotika, setelah 8 minggu pengobatan. Pada hasil penelitian
semakin kecil nilai MIC maka semakin besar sensitivitas
59 dari 74 sampel (80%) apusan dahak mengalami
antibiotika tersebut terhadap mikroorganisme tertentu.
konversi menjadi negatif pada kelompok yang
Nilai MIC dinyatakan dalam MIC90 atau konsentrasi diberikan moksifloksasin dibandingkan 45 dari 72
terendah antibiotika yang dapat menghambat 90% sampel (63%) pada kelompok yang diberikan
pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Berdasarkan nilai etambutol (perbedaan 17,2 % CI 2,8-31,7; p=0,03).
MIC90, fluorokuinolon generasi keempat seperti Selama terapi terdapat 16 kejadian yang tidak
moksifloksasin dan gatifloksasin memiliki nilai MIC90 yang diinginkan, namun hanya satu saja yang berhubungan
kecil terhadap Mycobacterium tuberculosis dikuti oleh dengan penelitian yaitu polineuropati pada kelompok
levofloksasin, ofloksasin dan siprofloksasin. Selain nilai yang diberikan etambutol.17
MIC90, gatifloksasin dan moksifloksasin memiliki juga Hasil yang hampir sama didapatkan oleh
memiliki nilai mutant prevention concentration (MPC90) penelitian fase 2 oleh Rustomjee dkk.18 terhadap 217
yang kecil terhadap Mycobacterium tuber culosis bila sampel dengan pemeriksaan dahak positif TB.

dibandingkan dengan levofloksasin dan siprofloksasin.16 Penelitian ini bertujuan membandingkan hasil konversi
sputum setelah 8 minggu pada kelompok kontrol yang
Nilai MIC90 dan MPC90 fluorokuinolon terhadap
terdiri dari obat lini pertama yang biasa digunakan
Mycobacterium tuberculosis dapat dilihat pada Tabel 4.
dalam pengobatan TB dengan kelompok yang
Hasil-hasil penelitian beberapa tahun terakhir
pengunaan etambutol digantikan oleh salah satu
secara in vitro dan in vivo, menunjukkan bahwa
fluorokuinolon yaitu moksifloksasin, gatifloksasin, atau
fluorokuinolon generasi keempat memiliki aktivitas
ofloksasin. Hasil penelitian pada kelompok yang
antimikobakterial yang tinggi terhadap Mycobacterium
diberikan moksifloksasin atau gatifloksasin sebagai
tuberculosis sehingga dapat dipertimbangkan sebagai
pengganti etambutol didapatkan lebih banyak jumlah
salah satu obat dalam pengobatan TB termasuk MDR-
sputum yang mengalami konversi setelah 8 minggu
TB. Penelitian fase II Conde dkk. 17 secara double
pengobatan dibandingkan dengan kelompok kontrol.18
blind randomised control trial di Brazil terhadap 170
Penelitian lainnya oleh Veziris dkk.19 pada tahun
sampel
2003 di Perancis mendapatkan hasil bahwa pemberian
moksifloksasin dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
Tabel 4. Nilai MIC90 dan MPC90 fluorokuinolon pada
Mycobacterium tuberculosis. pengobatan TB saat rifampisin dan isoniazid sudah
mengalami resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk
Jenis Flourokuinolon MIC90 (mg/l) MPC90 (mg/l)
Siprofloksasin 500 mg 0,5-1,3 2,0 membandingkan efektivitas pemberian paduan
Ofloksasin 400 mg 0,5-1,0 2,0
pengobatan lini ke-3 yang direkomendasikan WHO yang
Levofloksasin 750 mg 0,5-1,0 1,8
Gatifloksasin 400 mg 0,25-0,5 1,0 terdiri dari amikasin, etionamid, pirazinamid dan
Moksifloksasin 400 mg 0,25-0,5 1,2
ofloksasin yang diberikan dalam fase intensif selama 2
Dikutip dari (16)
bulan. Dilanjutkan dengan pemberian

116 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

ofloksasin dan etionamid dalam fase lanjutan selama serta disglikemia khususnya pada penggunaan
10 bulan menggunakan paduan pengobatan standar gatifloksasin. Nilai MIC moksifloksasin dan
yang terdiri dari rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid gatifloksasin yang tidak terlalu berbeda terhadap
pada 2 bulan fase intensif, dilanjutkan dengan Mycobcterium tuberculosis menjadikan kedua obat ini
pemberian rifampisin dan isoniazid pada 4 bulan fase dapat saling menggantikan tanpa mengurangi
lanjutan. Paduan pengobatan lini ke-3 ini merupakan efektivitas paduan paduan yang diberikan. 6 Penelitian
paduan yang direkomendasikan WHO untuk pasien Koh WJ dkk.20 di Korea Selatan yang dipublikasikan
TB paru yang hasil uji kepekaannya tidak tersedia dan tahun 2013 terhadap 182 pasien MDR-TB yang masih
belum pernah diuji keefektifannya pada studi sensitif terhadap levofloksasin dan moksifloksasin
laboratorium dan uji klinik. Penelitian ini juga mencoba mendapatkan hasil penggunaan moksifloksasin pada
untuk membandingkan efek pemberian levofloksasin paduan pengobatan MDR-TB memiliki efektivitas yang
dan moksifloksasin pada paduan lini ke-3 terhadap sama dengan levofloksasin. Hasil konversi sputum
Mycobacterium tuberculosis dengan mengganti setelah 3 bulan pengobatan pada kelompok yang
ofloksasin dengan levofloksasin atau moksifloksasin. diberikan levofloksasin 750 mg/hari adalah 68 (88,3%)
Sampel penelitian adalah mencit yang diberikan
dari 77 pasien. Kelompok yang diberikan
pengobatan 2 minggu setelah terinfeksi
moksifloksasin 400 mg/hari 67 (90,5%) dari 74 pasien.
Mycobacterium tuberculosis dan pengobatan
Efek samping obat terjadi pada 7 pasien dalam
diberikan dalam 5 kali seminggu. Hasil penelitian
kelompok yang diberikan levofloksasin (7,7%) dan 4
setelah 6 bulan pengobatan, untuk kelompok yang
pasien (5,02%) dalam kelompok yang diberikan
diberikan paduan pengobatan standar, baik limpa
moksifloksasin (p=0,75). Tidak terdapat pasien yang
maupun paru mencit memberikan hasil biakan negatif
mengalami efek samping yang serius. 20 Penelitian
dan rerata jumlah colony forming unit (CFU) <0,07
lainnya oleh Lee dkk.21 yang dipublikasikan tahun
log10. Hasil penelitian setelah 9 bulan pengobatan,
2011 dengan sampel 171 pasien MDR-TB dengan 123
pada kelompok yang diberikan paduan pengobatan
pasien yang bertujuan membandingkan efektivitas
lini ke-3 dengan moksifloksasin baik paru maupun
pengobatan pada kelompok yang mendapatkan
limpa memberikan hasil biakan negatif dan rerata
levofloksasin 750 mg/hari selama 594 hari dengan 48
jumlah CFU <0,07 log10. Kelompok yang diberikan pasien yang mendapatkan moksifloksasin 400 mg/
levoflok sasin setelah pengobatan bulan ke-9 hari selama 673 hari. Rerata umur 42 tahun dengan
sebagian besar limpa dan paru mencit memberikan
kedua kelompok memiliki karakteristik demografi,
hasil biakan masih positif dengan rerata jumlah CFU
klinik, dan gambaran radiologi yang sama. Angka
0,29±0,36 log10 dan pada akhir pengobatan bulan ke- keberhasilan pengobatan adalah 78,9% pada
12 sebagian besar limpa dan paru mencit sebagian kelompok levofloksasin dan 83,3% pada kelompok
besar hasil biakan telah negatif dan rerata jumlah CFU yang diberikan moksifloksasin (p=0,42). Angka
0,07 log10. Kelompok yang diberikan ofloksasin kematian, kegagalan pengobatan dan kekambuhan
sebagian besar hasil biakan masih positif baik pada hampir sama pada kedua kelompok (p=0,44). 21
limpa maupun paru pada akhir pengobatan bulan ke- Penggunaan ofloksasin sebagai obat golo ngan
12 dengan rerata jumlah CFU 1,71±1,89 log10.19 fluorokuinolon yang paling banyak digunakan di seluruh
Penelitian-penelitian secara klinik juga dila dunia karena harganya yang relatif murah, menyebabkan
kukan untuk menguji efikasi dan keamanan peng risiko terjadinya resistensi My cobacterium tuberculosis
gunaan gatifloksasin dan moksifloksasin dalam terhadap ofloksasin juga mengalami peningkatan karena
pengobatan MDR-TB. Efek samping penggunaan buruknya pengawasan terhadap pelaksanaan
fluorokuinolon yang sering ditemukan antara lain pengobatan dan lemahnya kebijakan program
keluhan saluran cerna seperti mual dan muntah, penanggulangan TB nasional di negara-negara
hepatotoksik, perubahan tingkah laku, sakit kepala, berkembang.8 Hasil penelitian Van

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 117


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

deun dkk.6 dan Kam dkk.22 menunjukkan bahwa menunjukkan klofazimin memiliki aktivitas in vitro
fluorokuinolon generasi keempat (gatifloksasin atau yang baik terutama pada kelompok MDR dan XDR.
moksifloksasin) dan ketiga (levofloksasin) dapat Nilai MIC klofazimin pada kelompok MDR (0,06-
digunakan dalam pengobatan MDR-TB pada 8,00 mg/l) tidak berbeda secara bermakna dengan
sampel yang sebelumnya sudah resisten terhadap amikasin (0,25-8,00 mg/l), namun lebih rendah
ofloksasin.6,22 daripada nilai MIC ofloksasin (0,125-8,00 mg/l) dan
kapreomisin (0,5-8,00 mg/l).25 Penelitian Lu dkk.26
Peran klofazimin dalam pengobatan MDR-TB mendapatkan hasil klofazimin menunjukkan
aktivitas antimikrobial yang sama baik dengan
Klofazimin atau riminophezanin memiliki
rifampisin terhadap Mycobacterium tuberculosis
aktivitas antimikobakterial namun penggunaannya
yang tidak bereplikasi maupun bereplikasi dengan
terbatas pada pengobatan penyakit lepra sejak
lambat pada pengukuran dengan menggunakan
tahun 1962. Secara farmakologis klofazimin akan
low-oxygen recovery assay (LORA). Mikobakterium
ter akumulasi di dalam sel mononuclear phagocyte
yang tidak bereplikasi atau bereplikasi dengan
system (MPS) dan menghambat replikasi
lambat merupakan salah satu penyebab timbulnya
Mycobacterium tuberculosis di dalam sel makrofag.
resistensi terhadap OAT.26
Klofazimin memiliki waktu paruh yang panjang (70
Penelitian-penelitian secara klinik juga dilakukan
hari) dan dapat terakumulasi dan mengalami
untuk menguji efikasi klofazimin dan keamanannya
kristalisasi dalam jaringan lemak dan MPS
penggunaannya dalam pengobatan MDR-TB. Pene litian
menyebabkan timbulnya efek samping berupa
Xu dkk.27 terhadap 39 pasien yang mendapatkan
gangguan gastrointestinal dan timbulnya ruam
klofazimin 100 mg/hari dalam paduan pengobatan MDR-
kemerahan pada kulit. Efikasi yang belum jelas dan
TB sejak Januari 2008 sampai Maret 2011 di Shanghai
belum diketahuinya dosis penggunaan yang aman
mendapatkan hasil 38% sembuh (15 dari 39 pasien), 11
menyebabkan klofazimin termasuk golongan obat-
pasien pengobatannya diteruskan, 4 pasien putus
obatan yang tidak direkomendasikan oleh WHO
berobat dan 9 mengalami kegagalan pengobatan, tidak
untuk pengobatan MDR-TB.8,23
terdapat kematian dan sebanyak 22 pasien mengalami
Hasil-hasil penelitian dalam beberapa tahun
konversi biakan selama 12 bulan pengobatan. Efek
terakhir mendapatkan hasil bahwa klofazimin
samping obat terjadi pada 34 pasien berupa ruam pada
memiliki aktivitas in vitro dan in vivo terhadap
kulit, ichthyosis, dan keluhan pencernaan dan tidak
Mycobacterium tuberculosis termasuk galur MDR-
terdapat efek samping obat yang serius.27
TB. Penelitian Lu dkk.24 yang dipublikasikan tahun
2008 mendapatkan nilai MIC klofazimin terhadap
Penelitian lainnya oleh Xu dkk. 28 terhadap 44
galur Mycobacterium tuberculosis H(37)Rv dan
pasien dari 144 pasien MDR-TB/XDR -TB yang
galur MDR-TB pada sampel mencit sebesar 0,12-
mendapatkan klofazimin 100 mg per hari pada paduan
0,24 mg/l dan 0,12-1,92 mg/ldan terjadi
pengobatannya, didapatkan angka kesuksesan
pengurangan CFU menjadi 1,39-2,92 log 10 bila
pengobatan yang hampir sama antara kelompok yang
dibandingkan dengan kelompok kontrol.24 Penelitian diberikan klofazimin dengan kelompok yang tidak
Gui dkk.25 yang dipublikasikan tahun 2011 dengan diberikan klofazimin yaitu 19 dari 30 pasien (63,3%)
tujuan membandingkan aktivitas in vitro klofazimin berbanding dengan 65 dari 100 pasien (65%), dengan
dibandingkan dengan OAT lainnya yaitu isoniazid, angka kegagalan, putus berobat dan kematian yang
rifampisin, ofloksasin, amikasin, dan kapreomisin hampir sama antara kedua kelompok. Pemberian
terhadap kelompok Mycobacterium tuberculosis klofazimin tidak mempersingkat waktu konversi biakan
yang mengalami resistensi yaitu monoresisten,
dahak. Kelompok yang diberikan klofazimin jangka
poliresisten, MDR, dan XDR. Hasil penelitian
waktu rata-rata konversi biakan

118 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

dahak ± standar deviasi 9,4±7,4 minggu berbanding sebaiknya dihindari karena tidak memberikan efek
9,1±5,7 minggu pada kelompok yang tidak diberikan terapi dan meningkatkan risiko terjadinya efek
klofazimin. Efek samping obat terjadi pada 39 dari 44 samping obat.29
pasien yang mendapatkan klofazimin, 20 pasien Penelitian klinik dilakukan untuk mengetahui
memerlukan pengurangan dosis klofazimin menjadi efikasi isoniazid dosis tinggi sebagai bagian dalam
100 mg selang sehari untuk mengatasi efek samping paduan pengobatan MDR-TB saat ini belum banyak
obat yang terjadi dan selama pengobatan tidak dilakukan. Penelitian Katiyar dkk.30 di India yang
terdapat efek samping obat yang serius.28 Penentuan dipublikasikan tahun 2008 mencoba untuk mem
efikasi dan keamanan penggunaan klofazimin dalam bandingkan waktu konversi biakan sputum, proporsi
paduan pengobatan MDR-TB saat ini masih biakan sputum yang menjadi negatif dalam 6 bulan,
memerlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel gambaran radiologis dan efek samping yang terjadi
yang lebih besar. setelah satu tahun pengobatan, pada kelompok yang
diberikan isoniazid dosis tinggi (16-20 mg/ kgBB/hari),
Peran isoniazid dosis tinggi dalam pengobatan isoniazid dosis normal (5 mg/kgBB/hari) dan plasebo
MDR-TB yang ketiganya diberikan bersama panduan

Isoniazid telah digunakan sebagai salah satu pengobatan MDR-TB yang direkomendasikan WHO.

obat dalam paduan pengobatan TB lini pertama Hasil penelitian mendapatkan pada kelom pok yang

selama 60 tahun terakhir. Isoniazid adalah pro drug diberikan isoniazid dosis tinggi waktu konversi biakan

yang diaktifkan oleh mycobacterial catalase- sputum 2,38 kali lebih cepat (95% CI 1,45-1,91,

peroxidase enzyme atau KatG dan bekerja meng p=0,001) daripada kelompok lainnya, dan proporsi
hambat pembentukan dinding sel dengan cara biakan sputum yang menjadi negatif setelah 6 bulan
menghalangi protein yang terlibat dalam pengobatan 2,37 kali lebih besar daripada kelompok
metabolisme asam mikolat. Resistensi terhadap lainnya. Kelompok yang diberikan isoniazid dosis
isoniazid dapat disebabkan oleh mutasi dari gen tinggi gambaran radiologis menunjukkan
KatG ser 315 thr dan pada gen inhA. Gen inhA perkembangan yang lebih baik, dan tidak didapatkan
merupakan bagian dari asam lemak FAS-II yang efek samping yang serius akibat pemberian isoniazid
diperlukan dalam sintesis asam mikolat. Resistensi seperti neuropati perifer atau hepatotoksik.30
terhadap gen KatG ser 315 thr merupakan
penyebab terbanyak resistensi terhadap isoniazid.29
Hipotesis yang berlaku saat ini adalah Rekomendasi WHO untuk penggunaan paduan
Mycobacterium tuberculosis yang mengalami mutasi jangka pendek
pada gen KatG ser 315 thr menyebabkan resistensi Penggunaan paduan jangka pendek untuk
tinggi terhadap isoniazid, namun seringkali masih pengobatan MDR-TB telah mendapatkan dukungan
sensitif terhadap tioamid, sebaliknya bila mutasi terjadi dari WHO dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
pada gen inh A menyebabkan resistensi yang rendah antara lain, 1) proyek pengobatan dengan paduan
terhadap isoniazid namun seringkali resisten terhadap jangka pendek harus melalui persetujuan dari komite
tioamid. Pemberian isoniazid dalam dosis 10-15 etik nasional di negara yang memutuskan akan
mg/kgBB/hari dapat digunakan untuk membunuh menggunakan paduan ini 2) pelaksanaan pengobatan
Mycobacterium tuberculosis yang mengalami harus berdasarkan standar internasional yang berlaku
resistensi pada gen inhA atau pada galur yang 3) pengamatan pelaksanaan pengobatan dengan
memiliki resistensi yang rendah terhadap isoniazid, paduan jangka pendek dilakukan oleh lembaga
sebaliknya bila mutasi terjadi pada gen KatG ser 315 pengawasan yang bersifat independen. Pelaksanaan
thr, penggunaan isoniazid dosis tinggi pengobatan memerlukan dukungan dana maupun

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 119


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

sarana baik dari program penanggulangan TB DAFTAR PUSTAKA


nasio nal dari negara yang bersangkutan dan juga 1. World Health Organization. Global tuberculosis
WHO dengan tujuan meningkatkan mutu PMDT di report 2012 WHO/HTM/TB/2012.6. Geneva;
masa mendatang.11 Switzerland: WHO; 2012.
2. World Health Organization. Global tuberculosis
KESIMPULAN
report 2013 WHO/HTM/TB/2012.6. Geneva;
Mutidrug resistant tuberculosis saat ini meru Switzerland: WHO; 2013.
pakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di 3. Aditama TY, Soepandi PZ. Tuberkulosis, terapi
dunia baik dari segi morbiditas maupun mortalitas dan dan masalahnya. Edisi III. Jakarta: Laboratorium
merupakan fenomena buatan manusia sebagai efek Mikrobiologi RSUP Persahabatan/WHO Colla
dari masalah akibat pelayanan dan sistem kesehatan borating Center for Tuberculosis; 2000. p.31-47.
yang buruk. Pengobatan MDR-TB yang tidak adekuat 4. Aditama TY. MOTT dan MDR. J Respir Indo.
akan memberikan masalah baru yaitu meningkatnya 2004;241:57-9.
kasus resistensi sekunder, resistensi primer dengan 5. Grzybowski S, Enarson DA. The fate of cases
galur bakteri yang lebih ganas, XDR-TB, efek samping of pulmonary tuberculosis under various
pengobatan dan kematian. Pengobatan MDR-TB yang treatment programs. Bull Int Union Tuberc Lung
direkomendasikan WHO saat ini tidak memberikan Dis. 1978;53(2):70-4.
hasil yang memuaskan. Penyebabnya diduga karena 6. Van Deun A, Maug AKJ, Salim MAH, Das PK,
terbatasnya sarana pendukung, lemahnya peran serta Sarkes MR, Daru P, et al. Short highly,
pemerintah dalam membantu program pengobatan effective, and inexpensive standardized
dan jangka waktu paduan yang terlalu panjang treatment of multidrug-resistant tuberculosis.
sehingga berisiko meningkatkan angka putus berobat Am J respir Crit Care Med. 2010;182:684-92.
dan efek samping akibat paparan obat lini kedua yang 7. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC).
toksik. 2nd edition. Geneva, Switzerland: WHO; 2012.
Proyek pengobatan menggunakan paduan
8. World Health Organization. Guidelines for the
jangka pendek berbasis pada penggunaan fluoro
programmatic management of drug-resistant
kuinolon generasi ke-4 terbukti memberikan hasil yang
tuberculosis: emergency update 2008. Geneva,
memuaskan terutama di negara-negara ber kembang
Switzerland: WHO; 2008.
dengan sumber daya yang terbatas. Masa
9. Depkes RI. Pedoman penanggulangan
pengobatan yang pendek yaitu 9 bulan, maksimalisasi
tuberkulosis di Indonesia. Jakarta; 2011.
obat-obat anti TB yang kuat dan penggunaan obat-
10. Depkes RI. Pedoman penanggulangan
obatan tambahan seperti obat suntikan, klofazimin
tuberkulosis di Indonesia. Jakarta; 2007.
dan protionamid, menjadikan paduan jangka pendek
11. World Health Organization. Guidelines for the
dapat mempunyai angka keberhasilan yang tinggi
programmatic management of drug-resistant
serta mampu menekan angka putus berobat, efek
tuberculosis: emergency update 2011. Geneva,
samping obat akibat paparan obat yang toksik, dan
Switzerland: WHO; 2011.
jangka waktu pengobatan yang lama, serta
12. Chiang CY, Van Deun A, Enarson DA. A poor
kekambuhan karena munculnya resistensi selama
drug-resistant tuberculosis programme is worse
pengobatan. World Health Organization mendukung
than no programme: time for change. Int J
penggunaan paduan jangka pendek untuk pengo
Tuberc Lung Dis. 2013;17(6):714-8.
batan MDR-TB dengan berbagai syarat dan di harap-
13. Ahuja SD, Ashkin D, Avendano M, Banerjee R,
kan paduan jangka pendek dapat digunakan sebagai
Bauer M, Bayona JN, et al. Mutidrug resistant
salah satu alternatif paduan pengobatan untuk
peningkatan mutu PMDT di masa mendatang. pulmonary tuberculosis treatment paduans and out

120 J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014


Tamam Anugrah Tamsil: Pengobatan Multidrugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB) dengan Paduan Jangka Pendek

comes: an individual patient data meta-analysis susceptibility among clinical isolates of multidrug-
of 9153 patients. PloS Med. 2012;9(8):120-8. resistant tuberculosis: correlation with ofloxacin
14. Reichman LB, Lardizabal A. Drug resistant susceptibility. Microb Drug Resist. 2006;12:11-7.
tuberculosis: how are we doing. Int J Tuberc 23. Moloko CC, Steel HC, Fourie PB,
Lung Dis. 2013;17(6):711. Germishuizhen WA, Anderson R. Klofazimine:
15. Enarson DA. Principles of IUATLD collaborative current status and future prospects. J
tuberculosis programmes. Bull Int Union Tuberc Antimicrob Agents Chemother. 2012;67:290-8.
Lung Dis.1991;66(4):195-200. 24. Lu Y, Zheng M, Wang B, Fu L, Zhao W, Peng L, et al.
16. Johnson JL, Hadad DJ, Boom WH. Early and Activities of klofazimine against Mycobacterium
extended bacterial activity of levofloxacin, gatifloxa tuberculosis in vitro and in vivo. Zhonghua Jie He He
cin and moxifloxacin in pulmonary tuberculosis. Int Hu Xi Zha Zhi. 2008;31:752-5.
J Tuberc Lung Dis. 2006;10:605-12. 25. Gui XW, Xiao HP, Hu ZY, Cui ZL, Wang J, Lu
17. Conde MB, Efron A, Loredo C, De Souza GRM, JM. In vitro activities of klofazimine against
Graca NP, Cezar MC, et al. Moxifloxacin versus different drug-resistant types of Mycobacterium
ethambutol in early treatment of tuberculosis: a tuberculosis. Zhonghua Jie He He Hu Xi Zha
double blind randomised controlled phase II Zhi. 2011;34(8):579-81.
trial. Lancet. 2009;373:1183-9. 26. Lu Y, Zheng M, Wang B, Fu L, Zhao W, Peng
18. Rustomje R, Limpahardt C, Kanyok T, Davies GR, L, et al. Klofazimine analogs with efficacy
Levin J, Mthiyane T, et al. A phase II study of the against experimental tuberculosis and reduced
sterilising activities of ofloxacin, gatifloxacin and potential for accumulation. J Antimicrob Agents
moxifloxacin in pulmonary tuberculosis. Int J Chemother. 2011;51:1-25.
Tuberc Lung Dis. 2008;12(2):128-38. 27. Xu HB, Jiang RH, Xiao HP. Klofazimine in the
19. Veziris N, Truffot-Pernot C, Aubry A, Jarlier V, Lounis treatment of multidrug-resistant tuberculosis.
N. Flouroquinolone containing third-line paduan Clin Microbial Infect. 2012;18:1104-10.
against mycobacterium tuberculosis in vivo. J 28. Xu HB, Jiang RH, Xiao HP, Tang SJ, Li L. Role
Antimicrob Agents Chemother. 2003;47:3117-22. of klofazimine in the treatment of multidrug-
20. Koh WJ, Lee SH, Kang YA, Lee CH, Choi JC, resistant tuberculosis: a retrospective
Lee JH, et al. Comparison of levofloxacin versus observational cohort assessment. J Antimicrob
moxifloxacin for multidrug-resistant tuberculosis. Agents Chemother. 2011; 5(6):1-4.
Am J Respir Crit Care Med. 2013;188(7):858-64. 29. Field SK, Fisher D, Jarand JM, Cowie RL. New
21. Lee J, Lee CH, Kim DK, Yoon HI, Kim JY, Lee SM. treatment options for multidrug-resistant
Retrospective comparison of levofloxacin and tuberculosis. Ther Adv Resp Dis. 2012;6(5):255-
moxifloxacin on multidrug-resistant tuberculosis 68. 30. Katiyar SK, Bihari S, Prakash S, Mamtani
treatment outcomes. Korean J Intern Med. M, Kulkarni H. A randomised controlled trial of
2011;26(2):153-9. high-dose isoniazid adjuvant therapy for
22. Kam KM, Yip CW, Cheung TL, Tang HS, Leung multidrug-resistant tuberculosis. Int J Tuberc Lung
OC, Chan MY. Stepwise decrease in moxifloxacin Dis. 2008;12(12):139-45.

J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014 121

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai