Proyek Pemukiman TNI-AL Di Pasuruan Kelompok 11A Anggota
RIDA HILYATI SAUDA 21110113120017
RISQI UMI RAHMAWATI 21110115120020 ARY NURHIDAYATI SUGIANTO 21110115120023 AHMAD SHOFIYUL HUDA 21110115130050 Sengketa Tanah
Sengketa berarti pertentangan atau konflik
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi,yang mampu menumbuhkan berbagai tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lainnya untuk melangsungkan kehidupan Sengketa Tanah merupakan perebutan hak atas kepemilikan tanah yang jelas maupun karena kepemilikan tanah yang tidak jelas, dan sengketa tanah terjadi karena ada sebuah kepentingan dan hak. Fungsi Tanah bagi Kehidupan Fungsi tanah selain sebagai tempat untuk tinggal, tanah juga digunakan sebagai tempat mengadakan aktivitas ekonomi, jalan untuk kegiatan lalu lintas, perjanjian dan yang pada akhirnya sebagai tempat tinggal masa depan (kuburan).
Jadi, tanah itu sangat bernilai penting untuk kehidupan,
sehingga banyak orang memperebutkan tanah dan tidak heran jika satu keluarga (kakak-adik) bertengkar karena urusan tanah, khususnya tanah warisan. Faktor Pendorong Terjadinya Sengketa Tanah Menurut Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat, setidaknya ada tiga hal utama yang menyebabkan terjadinya sengketa tanah : 1. Persoalan administrasi sertifikasi tanah yang tidak jelas 2. Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata 3. Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa Tanah 1. Solusi melalui BPN 2. Melalui Badan Peradilan “Hukum Terhadap Kasus Sengketa Tanah Proyek Pemukiman TNI-AL Di Pasuruan Dihubungkan Dengan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria” Analisis Kasus
Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL)
meletus tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal sering menggelar unjuk rasa dengan cara memblokade jalur pantura (pantai utara) untuk menuntut pembebasan lahan yang dianggap miliknya. Di lain pihak, menurut keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu merupakan milik TNI AL yang diperoleh dengan pembelian yang sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang tersebar didua kecamatan, yakni Nguling dan Lekok, serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung, Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Brang, Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo. Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan rencananya digunakan untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan 185 keluarga prajurit. Analisis Kasus
Kemudian pada 1984 keluar Surat Keputusan KSAL
No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984 yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan penduduk setempat sebagai pekerja. Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676 hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan pindah dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Penyebab Masalah
Dari hal tersebut setidaknya ada 3 (tiga) faktor
penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah, diantaranya yaitu : 1. Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak beres 2. Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata 3. Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah Penyelesaian/Solusi
Membuat lembaga mediasi dan membuat arbitrase
pertanahan di mana lembaga mediasi bertugas mempertemukan pihak-pihak bersengketa, sedangkan arbitrase mempunyai tugas untuk melakukan penyelesaian di luar pengadilan tetapi berkas berada di pengadilan serta kepada warganegara dalam menempati atau membeli tanah harus ada sertifikat yang jelas kepemilikannya sehingga jika terjadi sengketa tidak perlu khawatir atas hak milik tanah karena setifikat itu sangat penting dalam kasus seperti ini