Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak”

Disusun oleh : Kelompok 2


1. Nur Aulia (1113053080)
2. Ristiana (1113053097)
3. Sella Evatianti (1113053103)
4. Sri Maryati (1113053108)
Semester I A

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Dr. Suwarjo, M. Pd.

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari
kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah
dasar terutama siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap anak tidak sama
sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak
guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.
Siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan
multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial
budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa anak?
2. Apa saja ragam pemerolehan bahasa anak?
3. Bagaimanakah strategi pemerolehan bahasa anak?
4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan bahasa anak?
5. Bagaimana tahap-tahap prkembangan bahasa anak?

C. Tujuan
Dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak,
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan hakikat pemerolehan bahasa anak.

2
2. Menjelaskan ragam pemerolehan bahasa anak.
3. Menjelaskan strategi pemerolehan bahasa anak.
4. Menjelaskan hakikat perkembangan bahasa anak.
5. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan bahasa anak.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak


1. Pengertian Pemerolehan Bahasa Anak
Mengenai pemerolehan bahasa ini terdapat beberapa pengertian.
Pengertian yang satu mengatakan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai
suatu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Kemerdekaan bahasa mulai sekitar
usia satu tahun di saat anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau
kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai tujuan sosial mereka.
Pengertian lain mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu
permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi kognitif pra-
linguistik (McGraw, 1987 ; 570).
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan tuturan secara spontan, dan kemampuan untuk
memahami tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal tersebut, maka yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan secara alami,
tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk., 1998).
Selain pendapat tersebut, Kiparsky dan Tarigan (1988) mengatakan bahwa
pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak
untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua hingga
dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari
bahasa yang bersangkutan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pemerolehan bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar tanpa beban
dan berlangsung di luar sekolah.
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-
lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.

4
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa
yang bermakna bagi anak.

2. Teori Pemerolehan Bahasa Anak

 Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti perilaku kebahasaan yang dapat diamati
langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon).
Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap
rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut
dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Sebagai contoh, seorang anak mengucap bilangkali untuk barangkali pasti
si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut.
Apabila suatu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak
akan mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti
inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan
merupakan hal pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.
B.F. Skinner adalah tokoh behaviorisme. Dia menulis buku Verbal
Behavior (1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini.
Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan
pada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan
perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha
menyenangkan perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak
menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan.

 Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya
dapat dikusai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa
manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama,
perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa
memiliki pola perkembangan yan sama (merupakan sesuatu yang universal),
dan lingkungan memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.

5
Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga,
lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi
penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit
sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui
“peniruan”. Nativisme juga dipercaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah
dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition
device, disingkat LAD).
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam
waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga
memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan
bunyi bahasa.

 Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan
bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-
urutan perkembangan kognitif.
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Bahasa distrukturisi oleh nalar. Perkembangan bahasa
harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan
pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari
perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang
kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa.
Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum
ada. Anak hanya memahami dunia melalui inderanya. Anak hanya mengenal

6
benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah
dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai
menggunakan symbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir
dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang
diucapkan anak.

 Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan
bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara
“input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajaran.
Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Hal ini dibuktikan oleh
berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia
mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbaai kecerdasan. Salah
satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk.
2006:2-3). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga
faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa si anak.

3. Tahap Perkembangan Pemerolehan Bahasa Anak


Tahapan perkembangan pemerolehan bahasa anak meliputi :
1. Perkembangan Prasekolah
Perkembangan prasekolah terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
 Perkembangan Pralinguistik
Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa perkembangan bahasa
anak-anak mulai ketiks dia mengatakan kata-pertamanya, yang menjadi
tugas para ibu untuk mencatatnya/merekamnya pada buku bayi anak
tersebut. Tetapi riset bayi medorong bahkan memaknai kita untuk menolak
dugaan ini dan mengakui fakta-fakta perkembangan komunikasi sejak
lahir.Dua jenis fakta yang dikutip oleh para peneliti untuk menunjang teori
pembawaan lahir mereka adalah: (i) kehadiran pada waktu lahir struktur-
struktur yang diadaptasi dengan baik bagi bahasa ( walaupun pada
permulaan tidak dipakai buat bahasa); (ii) kehadiran perilaku-perilaku
sosial umum dan juga kemampuan-kemampuan khusus bahasa pada
beberapa bulan pertama kehidupan.

7
 Tahap Satu Kata
Merupakan suatu dugaan umum bahwa san anak pada satu kata terus
menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan orang di dunia.
 Ujaran Kombinatori Permulaan
Perkembangan bahasa permulaan tiga orang anak dalam jangka waktu
beberapa tahun yang hasilnya bahwa panjang ucapan anak kecil
merupakan petunjuk atau indicator perkembangan bahasa yang lebih baik
daripada usia kronologis. (Brown (et all), 1973).
 Perkembangan Interogatif
Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan
pertanyaan, yaitu:
 Pertanyaan menuntut jawaban YA atau TIDAK
 Pertanyaan menuntut INFORMASI
 Pertanyaan menuntut jawaban SALAH SATU DARI YANG
BERLAWANAN (atau “POLAR”).

 Perkembangan Penggabungan Kalimat


Berikut beberapa contoh bagaimana cara menggabungkan proposisi-
proposisi itu:
 Penggabungan dua proposisi atau klausa yang berstatus
setara:
Ini buku dan Ninon membacanya.
 Penggabungan satu proposisi merupakan yang lebih unggul
daripada yang satu lagi (yang menerangkan suatu nomina dalam
proposisi itu) : (benda) yang Ninon baca itu adalah buku.
 Penggabungan dua proposisi yang berstatus dalam kaitan
waktu:
Waktu Ninon membaca buku itu, ada halaman yang sobek.
 Penggabungan dua proposisi yang berstatus tidak sama
dalam hubungan sebab-akibat: Ninon melempar halaman buku itu
karena sobek.
 Satu proposisi mengisi “kekosongan” yang lainnya:
Kamu mengetahui bahwa Ninon membaca buku sejarah. (Dari :
Kami mengetahui “sesuatu”).
 Perkembangan Sistem Bunyi
Terdapat beberapa persesuaian perkembangan pemerolehan bunyi
(periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama
tahun pertama) :
 Periode vokalisasi dan prameraban

8
 Periode meraban
Clark dan Clark (1977) menemukan fakta-fakta bagi representasi
berdasarkan orang dewasa dalam kenyataan bahwa:
 Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi
mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang mereka dengar.
 Anak-anak menukar / mengganti ucapan mereka dari waktu
ke waktu mebuju ucapan orang dewasa.
 Apabila anak-anak mulai menghasikan segmen bunyi
tertentu (seperti /s/, maka hal itu menyebar kepada kata-kata lain
dalam pembendaharaan mereka, tetapi bukan kepada kata-kata
yang tidak merupakan perbedaan mereka, sesuai dengan ucapan
orang dewasa.

2. Perkembangan Masa Sekolah


Perkembangan bahasa pada masa-masa sekolah terutama sekali dapat
dibedakan dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu:
1. Struktur Bahasa
Pertumbuhan semantik sang anak berlangsung terus-menerus karena
pengalamannya bersambung dan meluas, yang tentu saja mengandung
pengertian bahwa sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
Pengalaman-pengalaman baru menuntut pertumbuhan dalam sistem
semantic dan sintaksis sang anak.
2. Pemakaian Bahasa
Clark & Clark (1977 : 373) mengatakan bahwa: “anak-anak
membangun struktur dan fungsi pada waktu yang bersamaan. Sebaik
mereka belajar lebih banyak struktur, maka mereka memperoleh lebih
banyak sarana untuk menyampaikan fungsi yang berbeda-beda. Dan
sebaiknya mereka mempelajari banyak fungsi, maka mereka memperluas
pemakaian tempat berbagai struktur diterapkan.”
3. Kesadaran Metalinguistik
Ialah kemampuan membuat bentuk-bentuk bahasa menjadi tak tembus
cahaya dan menyelesaikan diri di dalam dan untuk diri mereka sendiri”
(Cazden, 1974 : 24).

B. Ragam Pemerolehan Bahasa Anak


Ragam atau jenis pemerolehan bahasa dapat kita tinjau dari berbagai sudut
pandang, yaitu :

9
1. Berdasarkan bentuk
Ditinjau dari segi bentuk, ragam pemerolehan bahasa anak meliputi :
a. Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition
b. Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition
c. Pemerolehan berulang-ulang atau re-acquestion (klein, 1986 ; 3)
2. Berdasarkan urutan
Ditinjau dari segi urutan, ragam pemerolehan anak meliputi :
a. Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition
b. Pemerolehan bahasa kedua atau secong language acquisition
(Winitiz, 1981 ; Stevens, 1984)
3. Berdasarkan jumlah
Ditinjau dari segi jumlah, ragam pemerolehan anak meliputi :
a. Pemerolehan satu bahasa atau monolingual acquestion
b. Pemerolehan dua bahasa atau bilingual acquestion ( Gracia, 1983).
4. Berdasarkan media
Ditinjau dari segi media, ragam pemerolehan anak meliputi :
a. Pemerolehan lisan atau oral language acquestion
b. Pemerolehan bahasa tulis atau written language acquestion
(Freedman, 1985)
5. Berdasarkan keaslian
Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan, ragam pemerolehan anak
meliputi :
a. Pemerolehan bahasa asli atau native language acquestion
b. Pemerolehan bahasa asing atau foreign language acquestion
(Winitz, 1981)

C. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak


1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara
verbal itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan
bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini
telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa tersebut,
bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau
struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan
komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya
menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah meniru/imitasi. Berbagai
penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti:
1. Imitasi spontan

10
2. Imitasi perolehan
3. Imitasi segera
4. Imitasi lambat
5. Imitasi perluasan
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas.
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa
melalui sarana komunikasi linguistik dan nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat,
suara dsb).
Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antara
strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi
ini anak dikenalkan dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasi
umum untuk memikirkan serta menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian,
prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi belajar).

2. Pemerolehan Bahasa Kedua


Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah
bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa
pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua
sebagai bahasa asing.
Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu,
bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu
sedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran
bahasa kedua. Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara
tertentu, oleh karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan
politik, ekonomi dan pendidikan. Terdapat perbedaan dalam proses belajar
bahasa pertama dan bahasa kedua.
Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri:
1. Belajar tidak disengaja.
2. Berlangsung sejak lahir.
3. Lingkungan keluarga sangat menentukan.
4. Motivasi ada karena kebutuhan.
5. Banyak waktu untuk mencoba bahasa.
6. Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:

11
1. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata
pelajaran di sekolah.
2. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah.
3. Lingkungan sekolah sangat menentukan.
4. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari
bahasa pertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik
pada waktu ulangan atau ujian.
5. Waktu belajar terbatas.
6. Belajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan
bahasa yang dipelajari.
7. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
8. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat
sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9. Disediakan alat bantu belajar.
10. Ada orang yang mengorganisasi
Dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua perlu
diperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan. Stern (1983)
menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses belajar bahasa, yaitu:
1. Strategi perencanaan dan belajar positif.
2. Strategi aktif, pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa
Anda secara aktif dalam belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang
lain.
3. Strategi empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
4. Strategi formal, perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses
belajar bahasa ini formal/terstruktur sebab pendidikan yang sedang
ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
5. Strategi eksperimental, mencoba sesuatu hal yang baru untuk
peningkatan belajar siswa.
6. Strategi semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan
berbagai cara, misalnya permainan (contoh: teka-teki); permainan
dapat meningkatkan keberhasilan belajar bahasa.
7. Strategi praktis, pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan
apa yang telah didapatkan dalam belajar bahasa, Anda sendiri harus
dapat menciptakan situasi yang kondusif di kelas.
8. Strategi komunikasi, tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk
menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata meskipun tanpa
dipantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang memancing
mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.

12
9. Strategi monitor, siswa dapat saja memonitor sendiri dan
mengkritik penggunaan bahasa yang dipakainya, ini demi kemajuan
mereka.
10. Strategi internalisasi, perlu pengembangan/pembelajaran bahasa
kedua yang telah dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.

D. Hakikat Perkembangan Bahasa Anak


Evolusi biologi menjadi salah satu landasan perkembangan bahasa.
Mereka menyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi
manusia linguistik. Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa manusia terikat
secara biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan
dengan cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language
acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa.
Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang penting untuk
belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum
masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang
baik akan dialami seumur hidup.

Selain itu adanya periode penting dalam mempelajari bahasa bisa


dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam berbicara. Menurut teori ini
jika orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara
bahasa Negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau
orang berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru
akan dipelajari (Asher & Gracia, 1969).

Faktor kognitif individu merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan
pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa
kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya
(Piaget,1954). Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir-2
tahun, pada masa itu anak mengenal dunianya melalui sensasi yang didapat
dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala hal yang berada
di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia dengar dan belaian
halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol dalam proses mental

13
anak. Perekaman sensasi nonverbal (simbolik) akan berkaitan dengan memori
asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu logika.

Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal, dan setiap bayi
pertama kali berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik.
Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh
anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh
anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan dibahasakan oleh ibu itulah yang
nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat bayi lapar, ia menangis dan
memasukkan tangan ke mulut, dan ibu membahasakan, “lapar ya.. mau
makan?” Kondisi perut lapar dan kata 'makan' akan membentuk asosiasi di
anak, yang suatu saat akan keluar ucapan anak, seperti “Mau makan” jika ia
sudah lapar.

Sementara itu, di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari


stimulus dari lingkungan luar. Pada umumnya anak diperkenalkan bahasa
sejak awal perkembangan mereka, salah satunya disebut motherse, yaitu cara
ibu atau orang dewasa anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan
perulangan dari orang-orang di sekitarnya.

Bahasa pada bayi berkembang melalui beberapa tahapan umum:

 Mengoceh (3-6 bulan)


 Kata pertama yang dipahami (6-9 bulan)
 Instruksi sederhana yang dipahami (9-12 bulan)
 Kata pertama yang diucapkan (10-15 bulan)
 Penambahan dan penerimaan kosa kata (lebih dari 300 kata pada
usia 2 tahun).
 Tiga tahun ke depan kosa kata akan berkembang lebih pesat lagi.

Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh


ketrampilan bahasa yang baik. Tiga faktor diatas saling mendukung untuk
menghasilakn kemampuan berbahasa. Peristiwa yang terjadi pada Viktor dan
Genie dalam berkomunikasi dikarenakan mereka besar dalam keterasingan
sosial selama bertahun-tahun. Walaupun mereka bisa bersuara, namun suara
tanpa arti, karena kurangnya kontribusi lingkungan dan perkembangan
intelektual yang tidak maksimal.

14
E. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
Menurut Piaget dan Vygotsy (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap
perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama(0,0-0,5)
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-
bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa.
Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5 bulan. Pembagian
kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku percis seperti anak.
Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-5 bulan berdasaran
hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark (1977).
 0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara.
Mereka sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya,
seperti bel, bunyi gemerutuk, dan peluit. Mereka akan berhenti menangis
jika mendengar orang berbicara.
 1-2 bulan: mereka dapat membedakan suku kata, seperti (bu) dan
(pa), mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional
suara manusia.
 3-4 bulan: mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan
perempuan.
 5 bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara
melodis.
Pada tahap ini perkembangan yang mencolok adalah perkembangan
comprehension (komprehensi) artinya penggunaan bahasa secara pasif (Marat:
1983).
Komprehensi merupakan elemen bahasa yang dikuasai terlebih dahulu
oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apapun yang bermakna.Menurut
Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak bayi berumur 7 bulan
dalam kandungan, seorang bayi telah memiliki sistem pendengaran yang telah
berfungsi. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yang
melibatkan berbagai koalisi antara 5 faktor, yakni: sintetik, konteks
lingkungan, konteks sosial, informasi leksikal dan prosodi.

15
Walaupun bahasa itu tidak diturunkan manusia tetapi manusia memiliki
kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu dan juga kapasitas untuk
belajar (Marat: 1983). Dalam hal ini sekali lagi peran orang tua, eluarga,
lingkungan, bahkan pengasuh anak sangat diperlukan dalam proses
pengembangan bahasa secara optimal.
2. Tahap Meraban Kedua (0,5-1,0)
Tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada
tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-
gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk.
Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif
memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada
tahap ini.
 5-6 bulan
Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas,
anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama, larangan, perintah
dan ajakan. Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran
orang dewasa. Disamping itu bayi sudah dapat melakukan gerakan-gerakan
seperti mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada
orang lain (Clark: 1997).
Menurut tarigan (1985) tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong,
tahap kata tanpa makna. Ciri-ciri lain yang menarik selain yang disebutkan
tadi adalah: ocehan, seringkali dihasilkan dengan intonasi, kadang-kadang
dengan tekanan menurun yang ada hubungannya dengan pertanyaan-
pertanyaan.
Pada saat si anak mulai aktif mengoceh orang tua juga harus rajin
merespon suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan (1985), orang tua
harus mengumpan balik auditori untuk memelihara vokalisasi ana, maksudnya
adalah agar anak tetap aktif meraban. Sebagai langkah awal latihan ialah
mengucapkan kata-kata yang bermakna.

 7-8 bulan

16
Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal baru bagi anaknya,
artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering
diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang.Orang
dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti
menunjuk.Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena ibu
ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik
(Clark, 1997).
Kemampuan anak untuk merespon apa yang dikenalkan secara berulang-
ulang pun semakin baik, misal: melambaikan tangan ketika ayahnya pergi,
bertepu tangan, dan sebagainya. Seperti halnya anak-anak, orang tua pun akan
merasa puas dan gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya akan
mendapat respon. Artinya segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu,
menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu pada anaknya; mendapat respon si
anak karena anak paham dan perkembangan bahasanya sesuai dengan
perkembangan usianya.
 8 bulan s/d 1 tahun
Pada tahap ini anak sudah dapat berinisiatif memulai komunikasi.Ia selalu
menarik perhatian orang dewasa, selain mengoceh ia pun pandai
menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara menunjuk atau meraih
benda-benda. Pada tahap ini peran orang tua masih sangat besar dalam
pemerolehan bahasa pertama anak.orang tua harus lebih aktif merespon
ocehan dan gerakan isyarat anak. Karena kalau orang tua tidak memahami apa
yang dimaksud anak, anak akan kecewa dan untuk masa berikutnya anak akan
pasif dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
Menurut Marat (1983) anak pada periode ini dapat mengucapkan beberapa
suku kata yang mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang
tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses mental
(kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat. Semakin
pandai si anak, pada akhirnya perkembangan meraban kedua telah
tercapai.Anak akan mulai belajar mengucapan kata pada periode berikutnya
yang disebut periode/tahap linguistik.
3. Tahap Linguistik

17
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai
bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan
bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik
membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:
a) Tahap I, tahap Holofrastik (Tahap Linguistik pertama, 1,0-2,0)
Pada usia 1-2 tahun masuan kebahasan berupa pengetahuan anak
tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama
keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraann, dan sebagainya.
Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh
semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat
mengucapkannya. Tahap ini adalah tahap di mana anak sudah mulai
mengucapkan satu kata.
Menurut Tarigan (1985) ucapan-ucapan satu kata pada periode ini
disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan makna
keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu.
Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2
tahun. Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak
yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3
tahun.
Pada tahap ini gerakan fisik sangat menyentuh, menunjuk, mengangkat
benda dikombinasikan dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata
pertama yang digunakan bertujuan untuk memberi komentar terhadap
objek atau kejadian di dalam lingkungannya. Satu kata itu dapat berupa
perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dan lain-lain. Di samping
itu menurut Clark (1977) anak berumur 1 tahun menggunakan bahasa
isyarat dengan komunikatif. Fungsi gerak isyarat dan kata manfaatnya bagi
ana itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak itu itu sama
pentingnya bagi anak pada tahap holofrasa ini.
b) Tahap II, kalimat Dua Kata (2,0-3,0)
Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan
dua holofrase dalam rangakaian yang cepat (Tarigan, 1980).Keterampilan
anak pada akhir tahapa ini makin luar biasa. Komunikasi yang ingin ia

18
sampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata yang digunakan untuk
itu semua sama seperti perkembangan awal yaitu: sana, sini, itu, lihat,
mau, dan minta.
Selain keterampilan mengucapan dua kata, ternyata pada periode ini si
anak terampil melontarkan kombinasi antara informasi lama dan baru.
Pada periode ini tampak sekali kreativitasznzk. Keterampilan tersebut
muncul pada anak dikarenakan makin bertambahnya pembendaharaan kata
yang diperoleh dari lingkungannya dan juga karena perkembangan
kognitif serta fungsi biologis pada anak.
c) Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa (3,0-4,0)
Pada tahap ini perkembangan ana makin luar biasa. Marat (1983)
menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dari dua kata dan
periode diferensiasi. Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia
sekitar 2,5 tahun – 5 tahun. Anak mulai sudah dapat bercakap-cakap
dengan teman sebaya dan mulai aktif memulai percakapan. Fase
sebelumnyasampai tahap perkembangan 2 kata anak lebih banyak bergaul
dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini pergaulan anak makin luas
yang berarti menambah pengetahuandan menambah perbendaharaan kata.
Menurut Marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang
dikuasai anak pada tahap ini:
 secara garis besar anak telah menguasai bahasa ibunya,
artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa
telah dikuasai.
 Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian
abstrak seperti: pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang
diinginkan mulai muncul.
 Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh:
makan, minum,pergi, masak, mandi), kata ganti (aku, saya) dan
kata kerja bantu (tidak, bukan, mau, sudah, dsb).
 Fungsi bahasa untuk berkomunikasi betul-betul mulai
berfungsi; anak sudah dapat mengadakan konversasi (percakapan)
dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang dewasa.
 Persepsi anak dan pengalamannya tentang tentang dunia
luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain,dengan cara

19
memberian kritik, bertanya, menyuruh, memberi tahu, dan lain-
lain.
 Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata
baru. Gejala ini merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan
baru dengan cara bermain-main. Hal ini terjadi karena memang
daya fantasi anak pada tahap ini sedang berkembang pesat.
d) Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa
(4,0-5,0)
Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan
kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana
seperti di bawah ini:
mau nonton sambil makan keripik
mama beli sayur dan kerupuk
ayo nyanyi dan nari
Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada
kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya.
Kemunculan kalimat-kalimat rumit di atas menandakan adnya peningkatan
kemampuan kebebasan anak.
Menurut Clark (1977) pada tahap ini anak masih mengalami kesulitan
bagaimana memetakan ide ke dalam bahasa.Maksudnya adalah si anak
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-
kata yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki keterbatasan-
keterbatasan seperti: penguasaan struktur tata bahasa, kosa kata dan
imbuhan.
e) Tahap Linguistik V : Kompetensi Penuh (5,0-)
Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya
normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah
memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara
memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi
terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan.
Menurut Tarigan (1988) salah satu perluasan bahasa sebagai alat
komunikasi yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah dasar adalah
pengembangan baca tulis (melek huruf). Perkembangan baca tulis anak

20
akan memanjang serta memperluas pengungkapan maksud-maksud pribadi
si anak, misal melalui penulisan catatan harian, menulis surat, jadwal
harian dsb. Dengan demikian perkembangan baca tulis di sekolah dasar
memberikan cara-cara yang mantap menggunakan bahasa dalam
komunikasi dengan orang lain dan juga dengan dirinya sendiri.
Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi
perkembangan bahasa yang penting. Periode ini menurut Gielson (1985)
merupakan unsur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja
menggunakan gaya bahasa yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian
dari terbentuknya identitas diri. Akhirnya pada usia dewasa terjadi
perbedaan-perebedaan yang sangat besar antara individu yang satu dengan
yang lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini bergantung pada
tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat dan jenis pekerjaan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak
seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa anak
dimulai dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga, ini disebut
pemerolehan bahasa pertama yang terjadi dalam kehidupan awal anak. Anak-
anak dalam proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4
strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik dan prinsip operasi.
Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh
bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa
ibu (bahasa pertama).
Setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD), yaitu
kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak
merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika
pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan
dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup.

B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa diharapkan benar-benar memahami
materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Karena materi ini akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa tentan bagaimana sesungguhnya
cara anak-anak belajar bahasa dan sejak kapan anakanak mulai belajar bahasa.
Pemahaman yang baik mengenai hal itu, tentu akan memudahkan mahasiswa
untuk menciptakan suasana pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai
dengan ssituasi, kebiasaan, dan strategi belajar bahasa anak yan
memungkinkannya menguasai bahasa dengan baik dan benar.

22

Anda mungkin juga menyukai