Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Morfologi sebagai salah satu ilmu yang mempelajari tentang bentuk gigi penting
untuk dipelajari mahasiswa. Dimana dengan mempelajari tentang gigi mahasiswa ATRO
PATRIOT BANGSA (Jurusan Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi) dapat mengetahui
morfologi gigi, letak gigi incicivus kiri bawah, dapat melakukan pemeriksaan dental, serta
kelainan-kelainan bentuk gigi yang ada.

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan sosial


budaya mengakibatkan tinggi angka kecelakaan, pembunuhan dan peristiwa-peristiwa lain
yang kadang-kadang mengakibatkan kesulitan dikenalinya korbantersebut.

Di lain pihak adanya tuntutan untuk segera dilakukan nya identifikasi secara tepat
pada korban tersebut. Dan salah satu identifikasi yang paling penting adalah umur.
Penentuaan umur dapat di lakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti penulangan,
penyatuan tulang serta pemeriksan gigi.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari morfologi gigi?

2. Dimana letak gigi insisivus atas?

3. Bagaimana pemeriksaan dental insisivus atas?

4. Apa saja kelainan pada gigi?


1.3. TUJUAN PEMBAHASAN

Untuk memberikan informasi tentang gigi incicivus agar mahasiswa mampu


mengetahui anatomi gigi incisivus rahang bawah, formulasi gigi permanent dan
prosedur pemeriksaan gigi incicivus dengan baik dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Morfologi Gigi

Morfologi gigi adalah ilmu yang mempelajari bentuk gigi. Bentuk gigi sangat
bermacam-macam dengan fungsi dan letak masing-masing. Menurut masa
pertumbuhan gigi manusia morfologi gigi dibagi menjadi 2 yaitu, Morfologi gigi
Decidui (Gigi susu) dan morfologi gigi permanent.

2.2 Bentuk-bentuk Gigi Desidui

Gigi desidui terdiri atas 4 bagian, yaitu :

1. Gigi Incicvus Atas

2. Gigi Incicivus Bawah

3.Gigi Kaninus

4.Gigi Molar

 Insisivus :
 Tajam
 Akarnya satu
 Biasanya kecil kecil
Gigi seri (identis insisivus) adalah gigi yang terdiri satu akar yang berfungsi untuk
memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya. Gigi seri berada pada bagian depan
dengan bentuk yang tegak dan tepi yang tajam. Seperti sekop atau tatah.

Jika kita tidak merawat dan jarang menggosok gigi, gigi kita akan menjadi rusak karena
sisa-sisa makanan yang menempel dalam gigi bisa membuat gigi berkarang bahkan bolong.
Menurut penelitian, anak pada usia 12, paling tidak mengalami kerusakan satu buah gigi
akibat jarang menggosok gigi dan terlalu banyak memakan permen, sehingga harus
ditambal atau dicabut. Oleh sebab itu, Rajin-rajinlah menggosok gigi dan jangan terlalu
banyak memakan permen dan coklat.

2.3 Teknik Pemotretan pada Dental

 INCISIVUS RAHANG ATAS

CP : pertengahan insisivus rahang atas

CR : 600 caudally

FFD : 30 cm

Kv :60-70

Titik-titik yang perlu diperhatikan pada saat positioning :


2.4 Kelainan Pada Gigi

a. ANODONTIA

Kelainan tidak adanya gigi yg di sebabkan oleh gangguan atau kerusakan


Lamina Dental selama tahap awal pembentukan embrio. Bila seluruh gigi tidak
ada disebut Anodonsia Total, biasanya disertai kelainan ektodermal lain seperti
tidak adanya kuku dan rambut. Apabila gigi yg tidak ada hanya sebagian
disebut Anodonsia Sebagian, Hypodonsia, atau Oligodonsia.

Kasus yang sering di jumpai:

~ Incisivus lateral decidui dan incisivus central, lateral bawah decidui ( 0,1%-0,7% dari
seluruh anak)

~ Incisivus lateral, premolar dua dan molar tiga permanent kasusnya 3%-10% dari jumlah
anak.

b. SUPERNUMERARY

Supernumerary disebabkan karena berlanjutnya pembentukan benih gigi


atau karena proliferasi sel yg berlebihan(gigi berlebih cenderung menurun
dalam satu keluarga). Bentuk umumnya merupakan duplikat dari gigi
disebelahnya. Bila terletak di regio insisivus dan caninus disebut Mesiodent,
dan bila terletak di regio molar disebut distomolar atau paramolar.

2.5 Kelainan Struktur gigi

Konkresen (Concrensense) adalah menyatunya sementum dua buah gigi yg


bersebelahan karena trauma atau lokasi benih yg salah selama pembentukan akar

1. Fusi (Fusion) adalah dua buah gigi yg menyatu karena Lamina


Interdentalnya tidak berkembang atau karena sebab genetik autosomal
dominan
2. Geminasi adalah gigi dgn satu akar tetapi memiliki dua mahkota (terlihat
spt gigi kembar) disebut jugagemination teeth atau conate teeth.
Penyebabnya invaginasi bakal gigi, faktor lokal, sistemik, atau genetik
3. Evaginasi Gigi adalah gigi dgn cusp berlebih dan berbentuk tidak normal,
disebabkan hyperplasia lapisan Ektomesenkim atau faktor genetik.
4. Invaginasi Gigi (Dens Indente), secara klinis terlihat sebagai tonjolan
didaerah cingulum gigi incisivus disebabkan terselubungnya organ enamel
diantara mahkota gigi. Sering terjadi pd incisivus lateral atas dan bawah.
5. Dilaceration, akar gigi membengkok tajam, antara 45º s/d 90º
6. Flexion, akar gigi yang membengkok kurang dari 45
7. Segmented Root adalah akar gigi yang terpisah, biasanya karena trauma
8. Dwarfed Root, akar gigi yang lebih pendek dari ukuran normal.
9. Hypercementosis, pembentukan sementum yg berlebihan disekitar gigi
setelah gigi erupsi, biasanya karena trauma, infeksi periapikal dan
gangguan metabolisme.
10. Enamel Pearl, email berbentuk bulat spt mutiara terletak didaerah bifurkasi
gigi molar atas.
11. Taurodontia, gigi dengan ruang pulpa yg sangat panjang ( tidak ada
pengecilan disekitar cemento enamel junction).
12. Amelogenesis Imperfecta, penyakit keturunan yg mengganggu
pembentukan email baik pd gigi susu maupun gigi permanent. Email dpt
terbentuk sedikit atau tidak sama sekali, shg mahkota gigi terlihat kuning
kecoklatan dan permukaannya kasar.
13. Fluorosis adalah gangguan email karena kelebihan fluor, email tampak
berbintik shg terkesan gigi berlubang-lubang.
14. High Fever, email berbintik pd gigi permanent, terjadi akibat demam pd
masa kanak-kanak, (penyakit campak).
15. Focal Hypomaturation, bintik-bintik pd lokasi tertentu, yaitu 1/3 bagian
tengah mahkota gigi, sebagian akibat adanya trauma pd pematangan
matriks gigi.
16. Dentinogenesis Imperfecta, gigi tidak memiliki dentin, secara klinis warna
gigi terlihat kuning / abu-abu.

2.6 Hasil dan Pembahasan

Prosedur

1. Tahap pertama datang ke instalasi radiologi dengan membawa list


pendaftaran yang sudah di data pada ruang pendaftaran
2. Tahap kedua menunggu antrian untuk memasuki ruangan pemeriksaan
dental
3. Tahap ketiga lalu masuk ke ruangan pemeriksaan dental bersama
pembimbing atau kepala ruangan
4. Tahap keempat setelahnya kepala ruangan memberikan pengarahan tentang
tata cara pemeriksaan dental dan pengenalan alat
5. Tahap kelima selanjutnya setelah pengenalan alat dan tata cara pemeriksaan
kepala ruangan nya mengarahkan untuk duduk di atas meja periksaan untuk
di lakukan pemeriksaan dental dan mengarahkan tentang prosedurnya
6. Tahap keenam setelah melalukan pemeriksaan, dilakukan nya pencuci film
dental
7. Tahap ketujuh mulai melakukan pencucian dengan memasukan cairan
developer kedalam amplop film dental lalu sambil di pijit-pijit sekitar 10 detik
8. Tahap kedelapan setelah di developer buka amplop lalu ambil fim dental dan
celupkan pada larutan fixer
9. Tahap kesembilan bilas film dental menggunakan air bersih
10. Tahap akhir keringkan film menggunakan hidriyer.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Morfologi adalah Ilmu yang
mempelajari tentang bentuk gigi.Berdasarkan usia pertumbuhan, gigi manusia dibagi
menjadi gigi desidui (gigi susu) dan gigi permanen (gigi tetap).Gigi desidui (gigi susu)
terdiri dari: 2 insisivus, 1 Caninus dan 2 Molar sehingga keseluruhan gigi desidui
berjumlah 20 buah. Dapat mengetahui cara pemeriksaan dental pada gigi incicivus atas
mengetahui kelainan-kelainan pada gigi.

3.2 Saran

Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi permasalahan


kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis berharap untuk makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Dan
semoga makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Google Website. 2012. Perkembangan dan pertu mbuhan gigi. Diakses tanggal 11 Maret
2013 dari situs

Beek, G. 1996. Morfologi Gigi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai