Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi dan Cara Kerja Pompa Vertikal


2.1.1.Defenisi pompa vertikal
Pompa vertikal adalah merupakan salah satudesain diffuser jenis tunggal atau
multistage yang terdiri dari beberapa buah impeller yang disusun secara seri yang
dapat menghasilkan head yang tinggi yang dapat dingunakan untuk memindahkan air.
Suatu pompa vertikal pada dasarnya terdiri dari satu impeler atau lebih yang
dilengkapi dengan sudu-sudu, yang dipasangkan pada poros yang berputar dan
diselubungi dengan/oleh sebuah rumah (casing).Fluida mamasuki impeler secara
aksial di dekat poros dan mempunyai energi potensial, yang diberikan padanya oleh
sudu-sudu. Begitu fluida meninggalkan impeler pada kecepatan yang relatif tinggi ,
fluida itudikumpulkan didalam ‘volute’ atau suatu seri lluan diffuser yang
mentransformasikan energi kenetik menjadi tekanan. Ini tentu saja diikuti oleh
pengurangan kecepatan.Sesudah konversi diselesaikan, fluida kemudian dikeluarkan
dari mesin tersebut.Aksi itu sama untuk pompa-pompa dengan kekecualian bahwa
volume gas adalah berkurang begitu gas-gas tersebut melewati blower, sementara
volume fluida secara praktis adalah tetap begitu fluida tersebut melewati pompa.
Pompa-pompa vertikal pada dasarnya adalah mesin-mesin berkecepatan tinggi
(dibandingkan dengan jenis-jenis torak, rotary, atau pepindahan).Perkembangan
akhir-akhir ini pada turbin-turbin uap, dan motor-motor listrik dan disain-disain
sistem gigi kecepatan tinggi telah memperbesar pemakaian danpenggunan pompa-
pompa vertikal, seharusnya dapat bersaing dengan unit-unit torak yang ada. Garis-
garis effesiensi adalah garis yang menyatakan effesiensi yang sama untuk hubungan
head dengan kapasitas ataudaya dapat di tentukan batasan putaran maksimum dan
minimum dengan kata lain untuk mendapatkan daerah operasi yang terbaik jika
dilihat dari segi putaran pompa.
Dalam pompa vertikal turbin juga tersedia berbagai konfigurasi, konstruksi
dan bahan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi. Di antaranya adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Terbuka atau tertutup lineshaft konstruksi
b. Impeller tertutup atau semi-terbuka
c. Memakai cincin impeller Bowl dan tertutup
d. Cast besi atau baja fabrikasi kepala debit
e. Penyegelan konfigurasi untuk konstruksi lineshaft terbuka
f. Dikemas dengan kemasan kotak grafit fleksibel
g. Tunggal atau ganda mekanik segel

2.1.2. Cara Kerja Pompa Vertikal


Prinsip kerja pompa vertikal turbin adalah sebagai berikut :
a. Gaya vertikal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida untuk
mendorong fluida ke sisi luar sehingga kecepatan fluida meningkat.
b. Kecepatan fluida yang tinggi ditampung oleh saluran (casing) berbentuk volut
atau diffuser dan disalurkan ke luar pompa melalui pipa, di dalam pipa ini
sebagian head kecepatan di ubah menjadi head tekanan.

2.1.3. Klasifikasi Pompa Vertikal


Dalam pompa vertikal turbin ini memiliki tiga klasifikasi pompa
antara lain sebagai berikut:
a. Pompa Elemen:
Elemen pompa terdiri dari satu atau lebih mangkuk atau tahapan. Mangkuk
masing-masing terdiri dari sebuah impeller dan diffuser
b. Discharge Kolom:
Ini menghubungkan perakitan mangkuk dan kepala pompa dan melakukan air
dari mantan nanti.
c. Discharge kepala:
Ini terdiri dari dasar dimana kolom debit, perakitan mangkuk dan perakitan
poros ditangguhkan.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Bagian-Bagian Pompa Vertikal
Secara umum bagian-bagian utama pompa vertical turbin dapat dilihat seperti
gambar berikut :

Gambar 2.1. Pompa Vertikal


2.1.5 Kavitasi
Kavitasi adalah fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang sedang
mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya.Pada
pompa bagian yang sering mengalami kavitasi adalah sisi hisap pompa. Misalnya, air
pada tekanan 1 atm akan mendidih dan menjadi uap pada suhu 100 derajat
celcius.Tetapi jika tekanan direndahkan maka air akan bisa mendidih pada temperatur
yang lebih rendah bahkan jika tekanannya cukup rendah maka air bisa mendidih pada
suhu kamar.Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung uap
zat cair. Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam pompa
maupun didalam pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah dan/atau yang
berkecepatan tinggi di dalam aliran, maka akan sangat rawan mengalami kavitasi.
Misalnya pada pompa maka bagian yang akan mudah mengalami kavitasi adalah
pada sisi isapnya.

Universitas Sumatera Utara


Kavitasi pada bagian ini disebabkan karena tekanan isap terlalu rendah.Knapp
(Karassik dkk, 1976) menemukan bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai
gelembung pecah hanya memerlukan waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan
terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai tekanan
lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut gelembung
tersebut akan pecah dan akan menyebabkan shock pada dinding di dekatnya. Cairan
akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat pecahnya gelembung
uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan mekanis pada pompa sehingga bisa menyebabkan dinding akan
berlubangatau bopeng. Peristiwa ini disebut dengan erosi kavitasi sebagai akibat dari
tumbukan gelembung-gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus.

2.1.6 Pengaruh Kavitasi Terhadap Kinerja Pompa


Pada tiga tulisan sebelumnya kita telah mengenal pengaruh kavitasi dan
klasifikasi kavitasi berdasarkan penyebab utamanya. Kali ini kita kembali
memperdalam pengaruh kavitasi ini secara lebih detil. Sebelumnya kita telah tahu
pengaruh kavitasi secara umum adalah sebagai berikut :
a. Berkurangnya kapasitas pompa
b. Berkurangnya head (pressure)
c. Terbentuknya gelembung-gelembung udara pada area bertekanan rendah di
dalam selubung pompa (volute)
d. Suara bising saat pompa berjalan
e. Kerusakan pada impeller atau selubung pompa (volute).
Kavitasi dinyatakan dengan cavities atau lubang di dalam fluida yang kita
pompa.Lubang ini juga dapat dijelaskan sebagai gelembung-gelembung, maka
kavitasi sebenarnya adalah pembentukan gelembung-gelembung dan pecahnya
gelembung tersebut.Gelembung terbentuk tatkala cairan mendidih. Hati-hati untuk
menyatakan mendidih itu sama dengan air yang panas untuk disentuh, karena oksigen
cair juga akan mendidih dan tak seorang pun menyatakan itu panas.Mendidihnya
cairan terjadi ketika ia terlalu panas atau tekananya terlalu rendah. Pada tekanan

Universitas Sumatera Utara


2120F
permukaan air laut 1 bar (14,7 psia) air akan mendidih pada suhu (100oC). Jika
tekanannya turun air akan mendidih pada suhu yang lebih rendah. Ada tabel yang
menyatakan titik didih air pada setiap suhu yang berbeda.Satuan tekanan di sini yang
digunakan adalah absolute bukan pressure gauge, ini jamak dipakai tatkala kita
berbicara mengenai sisi isap pompa untuk menghindari tanda minus. Maka saat
menyebut tekanan atmosfir nol, kita katakan 1 atm sama dengan 14,7 psia pada
permukaan air laut dan pada sistim metrik kita biasa memakai 1 bar atau 100 kPa.
Kita balik ke paragraf pertama untuk menjelaskan akibat dari kavitasi, sehingga kita
lebih tahu apa sesungguhnya yang terjadi.
Kapasitas pompa berkurang ini terjadi karena gelembung-gelembung udara
banyak mengambil tempat (space), dan kita tidak bisa memompa cairan dan udara
pada tempat dan waktu yang sama. Otomatis cairan yang kita perlukan menjadi
berkurang. Jika gelembung itu besar pada eye impeller, pompa akan kehilangan
pemasukan dan akhirnya perlu priming (tambahan cairan pada sisi isap untuk
menghilangkan udara).
Tekanan (Head) kadang berkurang, Gelembung-gelembung tidak seperti
cairan, ia bisa dikompresi (compressible). Nah, hasil kompresi inilah yang
menggantikan head, sehingga head pompa sebenarnya menjadi
berkurang.Pembentukan gelembung pada tekanan rendah karena tidak bisa terbentuk
pada tekanan tinggi.Kita harus selalu ingat bahwa jika kecepatan fluida bertambah,
maka tekanan fluida akan berkurang. Ini artinya kecepatan fluida yang tinggi pasti di
daerah bertekanan rendah.Ini akan menjadi masalah setiap saat jika ada aliran fluida
melalui pipa terbatas, volute atau perubahan arah yang mendadak. Keadaan ini sama
dengan aliran fluida pada penampang kecil antara ujung impeller dengan volute cut
water.

2.1.7Cara Mengatasi Kavitasi


Proses kavitasi begitu rumit dan kurang begitu jelas Sebagai contoh
permulaan terjadinya kavitasi adalah sebagai berikut, air yang mengandung udara
atau gelembung-gelembung uap air yang disebabkan oleh adanya kondisi setempat

Universitas Sumatera Utara


yang tekanannya turun hingga dapat menimbulkan penguapan. Pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, maka gelembung-gelembung tersebut akan terkondensasi
dan pecah dengan tiba-tiba, hal ini akan mengakibatkan tekanan pada roda turbin.
Penurunan tekananaliran didalam turbin air disebabkan perubahan energi tekanan
menjadi energi kecepatan (Bernoulli).Makin tinggi kecepatan aliran dan makin tinggi
Airnya, maka makin tinggi pula bahaya dari pembentukan uap dan kavitasi.Untuk
menghindari kavitasi yang besar, maka dalam perencanaan turbin dapat
menggunakan perhitungan yang tertentu dengan memasukan harga-harga keamanan
dan harga-harga yang berdasarkan pengalaman.NPSH (Net Positive Suction Head,
dimensi L, satuan meter) adalah perhitungan kemampuan untuk mendorong fluida ke
pompa sisi hisap. HPSH perlu diketahui untuk mengetahui:
1. Apakah terjadi kavitasi (gelembung-gelembung) uap pada pipa. Kapitasi
menyebabkan naiknya tekanan fluida pada pipa hisap yang merupakan sumber
penghasil kerusakan utama pada sudu/impeller.
2. Tinggi maksimum tempat untuk pemasangan pompa, dalam hal ini NPSH
menghasilkan kesimpulan apakah perlu ditambahkan satu atau beberapa lagi sisi
hisap agar cairan mampu naik untuk dipompakan.

2.1.8 Head Pompa

Head pompa merupakan salah satu karekteristik pompa yang harus

diperhatikan dalam perencanaan pompa.Di mana head pompa adalah salah satu

parameter pompa yang menyangkut jarak terjauh yang harus disediakan oleh pompa

untuk mengalirkan fluida dalam satuan jarak. Head pompa secara umum dihitung

sebagai berikut ini:

𝑝1−𝑃2 2 𝑉2
𝑉1− 2
Hp + (Z1-Z2) + + = hf + hm
𝜌𝑔 2𝑔

Universitas Sumatera Utara


Persamaan Darcy-Weisbach:

𝐿 𝑉
Hf = f di mana :
𝐷 2𝑔

a) Keadaan Laminer (Re < 4000 dan nilai 𝜀/D sembarang), nilai koefisien gesek

64
pada pipa : f =
𝑅𝑒

b) Keadaan Turbulen (4000 < Re ≤ 108, dan nilai 𝜀/ D adalah:

0 ≤ 𝜀/D < 0,05, maka nilai koefesien gesekan pada pipa:

1
�𝑓
= -2,0. Log [𝜀/𝐷
3,7
+
2,51
𝑅𝑒�𝑓
] (persamaan Colebrook)
c) Keadaan turbulen (4000 < Re ≤ 1088, dan nilai 𝜀/𝐷 adalah:

(10-6 ≤ 𝜀/ D ≤ 10-2+), maka nilai koefisien gesekan pada pipa:

1,325
f= e 5,74 (persamaan Moody)
[ln ( + 0,9 )]2
3,7𝐷 𝑅𝑒

dimana:

Hp = Head pompa (satuan meter)

Hf = Kerugian akibat gesekan pada pipa tekan dan pipa hisap

Hm = Kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa (Mulut Isap, Elbow,

Valve, Tee, Reduser dan sebagainya)

F = Kerugian gesekan

C = Koefisien gesekan

Km = Koefesien Minor

Universitas Sumatera Utara


d) Menentukan Kapasitas Pompa

Qp = Q x Pf

Di mana :

Qp= Kapasitas Pompa

Q = Kapasitas Normal

Pf = Faktor planning/rencana = 10% - 15% (diambil untuk antisipasi apabila

terdapat kebocoran pada pipa dan kejatuhan/preasure drop) atau kapasitas aliran

pompa adalah menjadi : Qp = Q x (1,1 – 1,5)

e) Menentukan diameter pipa hisap dan tekan

4Qp
d=� : Vs = Kecapatan aliran pipa hisap maupun tekan
𝜋Vs

Setelah didapat ukuran diameter, maka langkah selanjutnya adalah

menyesuaikan diameter tersebut kepada ukuran pipa standar ASA dan Schedule Pipa,

sehingga didapat ukuran nominal pipa. Diameter dalam pipa yang didapat dari

standarisasi tersebut, nantinya akan digunakan selanjutnya sebagai patokan

perhitungan diameter. Adanya beberapa cara untuk mencari f (koefisien gesekan

pipa) seperti rumus-rumus di atas, salah satunya adalah mencari f dengan

menggunakan Diagram Moody, berikut petunjuk cara mencari factor gesekan f

dengan menggunakan diagram Moody:

1. Cari terlebih dahulu nilai Reynold dengan persamaan:

𝑉𝑠 .𝐷𝑖
Re = 𝜌 di mana :
𝑣

Universitas Sumatera Utara


Vs = Kecepatan aliran fluida.

v = viskositas fluida pada temperature yang ditentukan.

2. Kemudian hitung perbandingan kekasaran relative pipa dengan rumus 𝜀/𝐷,

di mana :𝜀 = factor kekerasan pipa (biasanya didapat dari bahan pipa) dan D

= diameter pipa.

3. Kemudian lihat pada DIAGRAM MOODY factor gesekan f.

f) NPSH dihitung dengan persamaan:

P1 + Patm – Pv
NPSH = (Z1 – Z2) - - hf – hm ; pada sisi hisap
𝜌𝑔

Patm = Tekanan Atmosfir

Pv = Tekanan jenuh cairan menjadi uap atau disebut juga tekanan

pengupa (diambil tekanan temperature didih dan gunakan table uap cair).

g) Menentukan putaran motor listrik penggerak pompa

Putaran motor listrik penggerak dintentukan dengan rumus:

𝑓 𝑥 60 𝑥 2
np =
Pn

Karena biasanya terjadi slip putaran dalam pemakaian kesehariannya, putaran

yang dihasilkan akan menurun sebesar 1% - 2%, maka putaran motor listrik

penggerak pompa menjadi:

𝑓 𝑥 60 𝑥 2
np = (98% + 99%) x
Pn

dimana:

f = frekuensi motor listrik = 50 hz (untuk Indonesia)

pn= Pole number = jumlah kutup listrik (2, 4, 6, 8, 10, 12)

Universitas Sumatera Utara


(biasanya untuk motor listrik putaran tinggi diambil adalah 2)

h) Menentukan jenis impeller pompa

Dalam menentukan jenis impeller pompa (sudu) yang nantinya akan dipakai

untuk pompa, perllu diketahui terlebih dahulu Putaran Spesifik pompa. Putaran

Spesifik adalah putaran dimana suatu pesawat mesin fluida (pompa, turbin, dll)

menghasilkan head sebesar 1 meter dengan kapasitas 1m3/dt. Persamaan matematik

untuk putaran spesifik adalah:

�𝑄𝑝
ns = np 3/4
𝐻𝑝

Dimana:

ns = Putaran spesifik pompa 1 tingkat

np = putaran pompa (rpm)

Qp = Kapasitas pompa (m3/dt)

Hp = Head pompa (meter)

i) Menghitung Minor Losses

Loses minor yang ditimbulkan loeh elbow, bends/lendutan, dan valves adalah
merupakan sama dengan panjang Equivalen pipa. Panjang Eauivalen atau Equivalent
length ( Leq) dapat dihitung dengan persamaan Leq = KD/f dimana f adalah factor
gesekan Darcy-Weisbach untuk pipa yang terdapat perlengkapan-perlengkapan pipa
misalnya fitting. Gunakan f = 0.02sebagai contoh, suatu pipa terdapat kelengkapan 1
buah Gate Valve yang terbuka penuh dan 3 buah elbow biasa 90o, hitunglah minor
losses yang terjadi?

Universitas Sumatera Utara


2.1.9 Keausan pada Bantalan
Keausan (wear) didefinisikan perpindahan material dari permukaan suatu objek
melalui kontak dengan permukaan objek lain yang bergerak relatif satu sama lain.
Keausan dapat dibagi dua kategori; keausan yang didominasi oleh sifat mekanik
bahan, dan keausan yang didominasi oleh sifat kimia bahan.Tipe keausan yang
terjadi pada bantalan luncur ini adalah interaksi antara satu permukaan meluncur
relatif terhadap permukaan lainnya pada suatu jarak tertentu.
Tabel 1.1 Penyebab keausan dan cara menanggulanginya
No Penyebab Keausan Cara menanggulangi

1 Adanya dua permukaan yang saling Melakukan pelumasan untuk


bergesekan antara material lunak meningkatkan waktu pakai dan
dan material padat produktifitas
2 Adanya interaksi mekanik Mengurangi kegagalan bantalan
permukaan yang bergerak slidding premature dan waktu kerusakan mesin
dan dibebani
3 Adanya pelepasan atau pengoyakan Memperhatikan keperluan dan
salah satu material kapasitas penggunaan dan pemilihan
pompa dan memilih spesifikasi pompa
yang tepat
4 Bila suatu partikel keras (asperity) Menjaga bearing agar tetap berputar
dari material tertentu meluncur pada poros nya sesuai dengan standar
pada permukaan material lain yang
lebih lunak sehingga terjadi
penetrasi atau pemotongan material
yang lebih lunak
5 Adanya interaksi permukaan Melakukan maintenance pada bearing
dimana permukaan yang dan poros pada saat beroperasinya
mengalami beban berulang dan mesin
mengarah pada pembentukan retak
mikro
6 Adanya gas dan cairan yang Menyetel celah sempit pada cincin
membawa partikel padatan yang perapat agat gesekan tidak terlalu
membentur permukaan material besar pengaruhnya
7 Adanya perpindahan material dari Memperbaiki bagian yang terjadi
permukaan suatu objek melalui kontak dengan yang baru jika yang
kontak dengan permukaan objek lama sudah tak memungkinkan
lain yang bergerak relatif satu sama dipakai lagi
lain

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8.Mekanisme gesekan dipermukaan bantalan. (Mang, Theo, Dresel,
Wilfried, 2007)
1. Beban yang bekerja
Gaya tagensial yang terjadi pada poros (Ft) :
𝑀𝑡
Ft= 𝑑𝑝 …………………………………………………………… (Frizt Diesel, 1993)
( )
2

𝑁𝑖
Mt= 9,74 x 105 x …………………………………………. (Frizt Diesel, 1993)
𝑛

Dimana
Ni : Daya Netto
n : Putaran poros turbin (5294 rpm)

Untuk menentukan daya netto dingunakan persamaan :


𝑁𝑔
Ni =
𝑛𝑚𝑛𝑔

Dengan Ng = Daya yang dibutuhkan generator listrik (1200 KW/cosᵩ)


ηm=EFesiensi mekanis (hasil pengamatan sebesar 0,995)
ηg= Efesiensi generator (hasil pengamatan sebesar 0,968)

Universitas Sumatera Utara


2.2Defenisi Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kombinasi yang terdiri dari berbagai tindakan yang
dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki suatu barang sampai mencapai suatu
kondisi tetap terjaga dengan baik.Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering
dipermasalahkan antara bagian pemeliharaan dan bagian produksi.Karena bagian
pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa
yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya
sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak,
tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang
dikenal dengan pemeliharaan (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu,
sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan
perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,
menjaga, dan memelihara.(Corder, Antony, K. Hadi, 1992).Untuk Pengertian
pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan
memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D,
2008).Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations
Management” pemeliharaan adalah :“all activities involved in keeping a system’s
equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang
didalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar pekerjaan dapat sesuai
dengan pesanan.
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production
Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan
secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk
memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi
produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Manahan P. Tampubolon, (2004), Pemeliharaan
merupakan semua aktivitas termasuk menjaga peralatan dan mesin selalu dapat
melaksanakan pesanan pekerjaan.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan
agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan
yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

Information sharing skill


training reward system
power sharing Reduced inventory improved
quality improved capacity
reputation for quality
Clean and lubricate continous improvment
monitor and adjust minor
reapir comuterize
Gambar 2.3 konsep strategi pemeliharaan dan Reliability yang baik membutuhkan
karyawan dan prosedur yang baik
(Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), operation management, practice hall,
sixth edition)

2.2.1 Tujuan Pemeliharaan


Adapun tujuan dari pemeliharaan adalah sebagai berikut :
1). Agar semua mesin dan peralatan selalu dalam keadaan siap pakai secara
optimal,
2). Untuk memperpanjang asset,
3). Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi dan mendapatkan laba investasi maksimal yang mungkin,
4). Untuk menjamin keselamatn orang yang menggunakan sarana tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Fungsi pemeliharaan
Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar
dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada
serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan
optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan
yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002):
a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan
akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan
dengan lancar,
c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya
kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi
selama proses produksi berjalan,
d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses
dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakn,

2.2.3 Kegiatan-kegiatan pemeliharaan


Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan P.
Tampubolon, 2004 meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:
1)Inspeksi (inspection)
Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara
berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan
selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin
kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera
diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi,
adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat
sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

Universitas Sumatera Utara


2) Kegiatan teknik (Engineering)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan
kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.Dalam kegiatan
inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikan-
perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh
karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan
mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama
dengan yang dibutuhkan.
3) Kegiatan produksi (Production)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan.Secara fisik, melaksanakan
pekerjaan yang disarakan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksankan kegiatan service dan perminyakan (lubrication).Kegiatan produksi ini
dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat
kerusakan pada peralatan.
4) Kegiatan administrasi (Clerical Work)
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan kemajuan
(progress report) tentang apa yang telah dikerjakan. Waktu dilakukannya inspeksi dan
perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia di
bagian pemiliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan
scheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki
atau di service dan di resparasi.
5) Pemeliharaan Bangunan (housekeeping)
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap
terpelihara dan terjamin kebersihannya.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Jenis-jenis Pemeliharaan (Maintenance)
Kengiatan pemeliharaan yang dilakukan pada suatu perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu preventive maintenance dan breakdown
maintenance.
1) Preventive Maintenance
Pengertian preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi.
Dengan demikian, semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive
maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi
atau keadaan siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap
saat sehingga dapatlah dimungkinkan bahwa pembuatan suatu rencana dan schedule
pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih
cepat. Preventive maintenance ini sangat penting karena kegunaannya yang sngat
efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk pada golongan
critical unit, dimana sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan termasuk pada
golongan ini apabila:
a. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau
keselamatan para pekerja.
b. Kerusakan fasilitas ini akan mepengaruhi kulitas produk yang dihasilkan.
c. Kerusakan fasilitas ini akan menyebabkan kemacetan suatu proses produksi.
Dalam praktiknya, preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu perusahan
pabrik dapat dibedakan atas:
• Routine Maintenance
• Periodic Maintenance
2) Breakdown Maintenance
Breakdown atau corrective maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan
yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas

Universitas Sumatera Utara


maupun peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan benar.Kegiatan
breakdown maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan
atau reparasi.
Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak
dilakukannnya preventive maintenance ataupun telah dilakukan tetapi sampai pada
waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak.Jadi, dalam hal ini, kegiatan
maintenance sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan terjadi dahulu, baru
kemudian diperbaiki. Maksud dari tindakan perbaikan ini adalah agar fasilitas atau
peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga
proses produksinya dapat berjalan lancar kembali.
Dengan demikian, apabila perusahaan hanya mengambil kebijaksanaan untuk
melakukan breakdown maintenance saja, maka terdapatlah faktor ketidakpastian
(uncertainity) dalam kelancaran proses produksinya akibat ketidakpastian akan
kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada. Oleh karena itu,
kebijaksanaan untuk melaksanakan breakdown maintenance saja tanpa preventif
maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat menghambat ataupun
memacetkan kegiatan produksi apabila terjadi suatu kerusakan yang tiba-tiba pada
fasilitas produksi yang digunakan.

2.2.5 Hubungan Kegiatan Pemeliharaan Dengan Biaya


Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber
daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga
kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan
efisien. Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan
harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.
Menurut Mulyadi (1999) dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang
yang diproduksi terdiri dari:
a. Direct Material Used (biaya bahan baku langsung yang digunakan),
b. Direct manufacturing Labor (biaya tenaga kerja langsung),
c. Manufacturing Overhead (biaya overhead pabrik).

Universitas Sumatera Utara


Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah bagaimana
menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk pencegahan
maupun setelah terjadinya kerusakan, dari kebijakan itulah nantinya akan
mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer produksi
harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang ditimbulkan
sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan.Dibawah ini
diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan dan breakdown dengan total
biaya.

(a)

(b)
Gambar 2.4 HubunganPreventive Maintenance dan Breakdown Maintenance
dengan biaya. (a) Traditional View Maintenance, (b) Full Cost View of Maintenance
(Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), Operation Management,
Prentice Hall, sixt Edition)

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam
perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut Hani
Handoko T, (1997) Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah:
a. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin
hidup dengan cara:
Rata-rata mesin hidup = Σ (bulan sampai terjadinya kerusakan setelah
perbaikan X probabilitas terjadinya kerusakan)
b. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan
pemeliharaan breakdown:
TCr =NC2/ Σni=1(PL)
Keterangan:
TCr = biaya bulanan total kebiakan Breakdown
NC2 = biaya perbaikan mesin = jumlah bulan yang diperkirakan
antara kerusakan.
c. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan
pemeliharaan preventive:
Untuk menentukan biaya pemeliharaan preventive meliputi pemeliharaan
setiap satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung
perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam suatu periode.Rumusnya adalah:
Bn = N + B(n-1)P1 + B(n-2)P2 + B(n-3)P3 + B1P(n-1)
Keterangan:
Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan,
N = jumlah Mesin,
Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.

2.2.6Pekerjaan Pemeliharaan Pabrik


1) Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari seperti: pembersihan peralatan,
pelumasan, dan pemeriksaan bahan bakar sebelum mesin dioperasikan.

Universitas Sumatera Utara


Peranan utama dari perawatan rutin termasuk
1.Perawatan rutin dari peralatan agar mesin tetap berdaya guna
2.Menciptakan mesin selalu siap operasi
3.Penjagaan bagian-bagian mesin yang kiranya perlu diganti atau overhoul
4.Kontrol dari bagian-bagian mesin hasi perawatan dari penjualan ( jasa
perawatan )
5.Kontrol mutu dari hasi kerja kelompok perawatan
2) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara berkala atau jangka waktunya tertentu, misalnya setiap 1 (satu)
minggu sekali, lalu meningkat 1 (satu) bulan sekali, dan akhirnya setiap satu tahun
sekali.
Pemeliharaan berkala dapat pula dilakukan dengan menggunakan lamanya
jam kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal kegiatan, misalnya
setiap 100 jam kerja mesin. Pada umumnya, sebuah pabrik memisahkan jadwal
pemeliharaannya, yaitu:
• Pelumasan untuk mesin-mesin pengolahan
• Pemeliharaan alat-alat listrik
• Mesin-mesin maupun alat-alat pengolahan
• Mesin-mesin pembangkit tenaga
3) Repair
Repair korektif adalah untuk memperingan/memperbaiki kondisi yang tidak
diinginkan yang diperoleh selama kontrol perawatan pencegahan agar mesin dari alat-
alat berat siap dioperasikan.
4) Overhoul
Overhoul atau turun mesin atau disebut juga perawatan total atau perawatan
besar adalah menyangkut : perencanaan waktu, jadwal pekerjaan dari penggantian
atau pembaruan atau juga rekondisi dari tiap-tiap bagian dari mesin.Pekerjaan ini
akan selamanya terdiri dari satu atau lebih bagian-bagian atau titik patah, pengujian,
penggantian, pembaruan, pemasangan kembali serta pengetesan hasilnya.

Universitas Sumatera Utara


5) Rekontruksi
Pada beberapa pekerjaan maintenance, strategi dasar dari perawatan juga
dimungkinkan pula dengan pekerjaan-pekerjaan membangunatau mengkonstruksikan
seperti misalnya mengkonstruksikan bagian-bagian dari engine yang terbuat dari
kayu, baja, plastik, concrete, benda tuang, instalasi listrik, instalasi kontroler
elektronik dan lain-lain.

2.4 Instalasi Pengolahan Air


Instalasi Pengolahan Air Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan air
milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari sungai Belawan dan merupakan
instalasi yang kedua dibangun setelah Instalasi Mata Air (IMA) Sibolangit.
Proses pengolahan meliputi:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan sungai Belawan yang diambil melalui
bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan
bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m
dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

Gambar 2.5. Bendungan

2. Intake
Bangunan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar
screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran
yang terbawa oleh arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu
(sluce gate) pengatur ketinggian air.Pemeriksaan maupun pembersihan saringan
dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah masuk air.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Intake
3. Raw Water Tank (RWT)
Bangunan RWT (bak pengendapan) dibangun setelah intake yang terdiri dari
2 unit (4 sel) setiap unitnya berdiamensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m dilengkapi dengan
2 buah inlet gate, 2 buah outlet sluce gate dan pintu bilas 2 buah, berfungsi sebagai
tempat pengendapan lumpur sementara, pasir, dan lain-lain yang bersifat sediment.

Gambar 2.9. Raw Water Tank

4. Raw Water Pump (RWP)


RWP (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke
Clearator terdiri dari 16 unit pompa air baku, dengan kapasitas RWP I 160 l/s dengan
head 22 meter.

Gambar 2.7. Raw Water Pump

Universitas Sumatera Utara


5. Clearator
Bangunan Clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit, dengan
masing-masing kapasitas 350 l/s berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok
yang bersifat sediment dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan) dilengkapi
agigator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-
flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:
a. Primary Reaction Zone
b. Secondary Reaction Zone
c. Return Reaction Zone
d. Clarification Reaction Zone
e. Concentrator

Gambar 2.8. Clearator


6. Filter
Dari Clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan (turbidyti) berupa
flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari Clearator melalui pelekatan pada
media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat masing-
masing menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW.
Dimensi tiap filter yaitu lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m. Tinggi permukaan
air maksimum 5,05 m serta ketebalan media filter 114 cm, dengan susunan lapisan
sebagai berikut:
a. Pasir kuarsa, diameter 0,50 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm.
b. Pasir kuarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm.
c. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm.

Universitas Sumatera Utara


d. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10, 00 mm dengan ketebalan 7,5 cm.
e. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm.
f. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm.
Dalam jangka waktu tertentu Filter ini harus dibersihkan dari kotoran atau
endapan yang dapat mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan
elektromor.(Sumber : PDAM Tirtanadi Sunggal, 2013)

Gambar 2. 9. Filter
7. Reservoir
Yaitu bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m
berfungsi untuk menampung air minum/air olahan setelah melewati media filter
dengan kapasitas 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui
reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke
reservoir dibubuhi chlor (post chlorinasi) dan untuk proses netarlisasi dibubuhkan
larutan kapur jenuh atau soda.

Gambar 2. 10. Reservoir


8. Finish Water Pump ( FWP)
FWP (pompa distribusi air bersih) berjumlah 14 unit berfungsi untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir. Distribusi
cabang-cabang melalui pipa transmisi yang di bagi menjadi 5 jalur Q1 s/d Q5 dengan

Universitas Sumatera Utara


kapasitas masing-masing 150 l/s, total head 50 m menggunakan motor AC masing-
masing nominal daya 110 KW.

Gambar 2.11. Finish Water Pump


9. Sludge Lagoon
Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi clan
meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di
Unit Instalasi Pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan
berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3.
Lagoon ini berfungsi sebagai media penampungan air buangan bekas pencucian
sistim pengolahan dan kemudian air olahannya disalurkan kembali ke RWT untuk
diproses kembali.

Gambar 2.12. Slude Lagoon


(Sumber: PDAM Tirtanadi, 2013)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai