2
ISSN 0126-6265
21
Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2010, hlm 21-40 Vol 38 No.2
ISSN 0126-6265
By
ABSTRACT
The research was conducted from March to May 2009, in the Laboratory of
Aquaculture Technology of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau
University. The aim of research was to investigate frequency of fish meal
distribution on growth and survival rate of Ompok hypophthalmus.
In this research, 3 treatments with 4 replications was applied. Fish used in
this research were 4 to 4,5 cm in length. Stocking density of fish was 15
fish/aquaria. Fish meal frequency applied was 3, 4 and 5 times/day. Fish diet used
in the research was commersial pellet with given doses of 10 % from fish body
weight. Based on Anova analysis, results showed that the fish meal distribution of
5 times/day gave the best result on growth of 13,42 g, fish diet efficiency 35,90 %
and survival rate of 100 %.
1
PENDAHULUAN Ikan selais adalah salah satu
jenis ikan yang sangat digemari dan
Budidaya perikanan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
merupakan salah satu upaya yang Ikan selais dalam bentuk olahan
dilakukan untuk meningkatkan menjadi ikan salai (ikan asap)
produksi perikanan pada masa kini merupakan favorit masyarakat,
dan mendatang. Sampai saat ini khususnya di Riau. Karena nilai
usaha budidaya perikanan sudah ekonomi yang tinggi, maka tidak
menunjukkan perkembangan yang heran apabila ikan ini selalu diburu
pesat, baik usaha perikanan air tawar nelayan, tidak peduli apakah ikan
maupun usaha perikanan air payau tersebut sedang mengalami musim
dan laut. Tujuan utama yang ingin memijah atau tidak. Akibatnya,
dicapai dalam usaha budidaya ikan populasi ikan ini semakin menurun
adalah untuk memperoleh ikan yang dan terancam.
berukuran tertentu dalam jumlah Salah satu cara untuk
yang banyak dengan biaya sekecil meningkatkan produksi ikan selais
mungkin. dalam rangka memenuhi permintaan
pasar adalah dengan melakukan
1) usaha budidaya secara intensif dan
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru terkontrol. Di dalam usaha budidaya
2)
Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu perikanan yang intensif, hal-hal yang
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru
21
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
22
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
23
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
24
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
25
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
untuk benih ikan selais (Ompok yang diterapkan dalam penelitian ini
hypophthalmus) dalam penelitian ini adalah :
adalah pelet komersil dengan kadar P1 = Frekuensi pemberian pakan 3 x
protein 38%, lemak 2%, serat kasar yaitu pada pukul 0800, 1300 dan 1800
3%, kadar abu 13% dan kadar air WIB
12%. P2 = Frekuensi pemberian pakan 4 x
Wadah yang digunakan yaitu pada pukul 0800, 1300, 1800 dan
dalam penelitian ini berupa aquarium 2300 WIB
dengan ukuran panjang, lebar dan P3 = Frekuensi pemberian pakan 5 x
tinggi (60 x 40 x 40) cm3. Jumlah yaitu pada pukul 0800, 1300, 1800,
aquarium yang digunakan adalah 12 2300 dan 0400 WIB
unit. Masing-masing aquarium diisi Model matematis yang
dengan air setinggi 25 cm atau 60 digunakan dalam penelitian ini
liter. Adapun air yang digunakan adalah model umum Rancangan
adalah berasal dari sumur bor Acak Lengkap (RAL) menurut
Fakultas Perikanan dan Ilmu Sudjana (1991) sebagai berikut :
Kelautan Universitas Riau.
Peralatan yang digunakan Yij = µ + σi + εij
dalam penelitian ini, terdiri dari
timbangan analitik dengan tingkat Dimana:
ketelitian 0,1 gram. Termometer
untuk mengukur suhu, Yij = Hasil pengamatan individu
Spektrofotometer untuk mengukur yang menerima perlakuan ke-
amoniak, DO meter untuk mengukur i dan ulangan ke-j
oksigen terlarut, kertas pH untuk µ = Rata-rata umum perlakuan
mengukur pH air, scop net untuk σi = Efek perlakuan ke-i
menangkap ikan, selang plastik εij = Pengaruh perlakuan ke-i
untuk menyipon sisa-sisa pakan dan ulangan ke-j
feses, baskom plastik untuk i = Perlakuan
menimbang ikan, selang dan batu j = 1, 2, 3 dan 4 (ulangan)
aerasi untuk aerasi media kultur,
penggaris untuk mengukur panjang Penimbangan berat ikan
ikan uji, kamera dan alat-alat tulis. selais dilakukan sebanyak lima kali
Metode yang digunakan selama penelitian yaitu pada awal
dalam penelitian ini adalah metode dan 15 hari sekali. Pemeliharaan
eksperimen dan rancangan yang terhadap ikan uji dilakukan selama
digunakan adalah Rancangan Acak 60 hari. Parameter yang diukur
Lengkap (RAL) satu faktor dengan 3 adalah pertumbuhan bobot mutlak,
taraf perlakuan. Untuk memperkecil pertumbuhan bobot harian,
kekeliruan, setiap perlakuan pertumbuhan panjang mutlak,
menggunakan 4 kali ulangan pertumbuhan panjang harian,
sehingga diperoleh 12 unit efisiensi pakan, kelulushidupan dan
percobaan. kualitas air.
Satuan percobaan yang 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
digunakan dalam penelitian ini Pertumbuhan bobot mutlak
adalah benih ikan selais ditebar ikan uji dapat dihitung dengan
sebanyak 15 ekor/wadah. Perlakuan menggunakan rumus menurut
Effendie (1979), yaitu :
26
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
Wm = Wt − W0 4. Efisiensi Pakan
Jumlah pakan yang diberikan
selama penelitian serta berat ikan
Dimana :
pada awal dan akhir penelitian akan
Wm = Pertumbuhan Bobot Mutlak diperoleh suatu informasi tentang
efisiensi pakan dengan menggunakan
Rata-rata (gram) rumus menurut Watanabe (1988),
Wt = Bobot Rata-rata Ikan pada yaitu :
Akhir Penelitian (gram)
W0 = Bobot Rata-rata Ikan pada ( Bt + B d ) − B 0
EF = × 100%
Awal Penelitian (gram) F
27
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
28
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
29
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
30
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
31
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
32
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
perlakuan P1. Hal ini disebabkan pemberian pakan tepat pada saat ikan
karena pada perlakuan P3 ikan dapat lapar kembali.
memanfaatkan pakan dengan baik Hasil dari laju pertumbuhan
sehingga didapatkan pertumbuhan bobot harian ikan selais selama
lebih baik dibandingkan perlakuan P2 penelitian ini diketahui bahwa pada
dan perlakuan P1. Peningkatan perlakuan P3 menghasilkan
frekuensi pemberian pakan yang pertumbuhan bobot harian yang
diikuti peningkatan pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan
ikan, berhubungan dengan volume perlakuan P2 dan P1. Data ini
dan kapasitas tampung lambung. didukung oleh uji anava laju
Kono dan Nose dalam Panjaitan pertumbuhan bobot harian ikan selais
(1996) menyatakan bahwa semakin dalam frekuensi pemberian pakan
kecil volume lambung maka semakin yang berbeda memberikan pengaruh
sedikit volume makanan yang dapat yang nyata yaitu p<0,05. Laju
ditampung. Sedangkan Gwither dan pertumbuhan harian dipengaruhi oleh
Grove (dalam Tasena, 1989) makanan, suhu, umur ikan dan zat-
menambahkan bahwa semakin kecil zat hara yang terdapat pada perairan
kapasitas lambung, makin cepat (Hickling, 1971).
waktu untuk mengosongkan Salah satu faktor yang sangat
lambung, sehingga terjadi berpengaruh terhadap pertumbuhan
pengurangan isi lambung, nafsu ikan yaitu kualitas air khususnya
makan ikan akan meningkat kembali kandungan NH3 (amoniak). Pada
jika segera tersedia pakan. Pada perlakuan P1 memiliki kadar
perlakuan dengan frekuensi amoniak terendah yaitu 0,15-0,34
pemberian pakan 3 kali sehari akan mg/l, kemudian diikuti perlakuan P2
menyebabkan pakan berlebih atau yaitu 0,15-0,53 mg/l dan yang
tidak seluruhnya dapat dikonsumsi tertinggi pada perlakuan P3 yaitu
ikan karena pada saat lambung 0,15-0,56 mg/l. Kandungan amoniak
penuh, ikan akan segera dari setiap perlakuan menunjukkan
menghentikan pengambilan makanan bahwa semakin tinggi frekuensi
dan pemanfaatan pakan tidak efisien. pemberian pakan maka kandungan
Pada saat ikan lapar, ikan akan amoniak juga semakin tinggi dan
memangsa ikan yang lain karena sebaliknya semakin sedikit frekuensi
tidak adanya pakan yang tersedia. pemberian pakan maka kandungan
Sehingga menyebabkan banyaknya amoniak juga semakin rendah.
kematian ikan pada perlakuan P1. Besar kecilnya kandungan
Demikian pula perlakuan P2 amoniak diperairan berpengaruh
dengan frekuensi pemberian pakan 4
terhadap organisme yang hidup
kali sehari, juga kurang untuk didalamnya. Pengaruh amoniak pada
mencapai pertumbuhan tertinggi.
level kritis terhadap hewan air adalah
Sedangkan perlakuan dengan
1) meningkatkan daya rentan hewan
frekuensi pemberian pakan 5 kali
air pada kondisi yang kurang baik
sehari menghasilkan pertumbuhan
(kurang oksigen dan fluktuasi suhu)
tertinggi, karena sesuai dengan
2) menghambat pertumbuhan
kapasitas dan volume lambung.
normal, 3) menurunkan daya tahan
Dimana hampir keseluruhan pakan
ikan terhadap penyakit (Tang, 2003).
yang diberikan dimanfaatkan dengan
baik oleh ikan selais dan waktu
33
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
34
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
terbaik mencapai 60%. Dalam hal ini Kualitas air merupakan salah
efisiensi pakan pada perlakuan P3 satu faktor yang mendukung
sudah termasuk dalam efisiensi pertumbuhan dan kelangsungan
pakan yang baik sehingga pakan hidup ikan. Dimana ikan
yang diberikan dapat dimanfaatkan memerlukan air untuk seluruh
dan meningkatkan pertumbuhannya. kebutuhan hidupnya baik bergerak,
Pengamatan mengenai makan, tumbuh dan berkembang
kelulushidupan dilakukan dengan biak. Pada penelitian ini kualitas air
cara mengamati dan menghitung yang diukur adalah suhu, pH,
jumlah individu ikan selais pada oksigen terlarut dan amoniak.
awal dan akhir penelitian. Persentase Selama penelitian, suhu yang
kelulushidupan adalah perbandingan terdapat pada wadah penelitian
antara jumlah ikan uji yang hidup berkisar antara 26-280C. Menurut
pada akhir penelitian dengan ikan Boyd (1982) perbedaan suhu tidak
awal penelitian pada satu periode melebihi 100C masih tergolong baik
dalam satu populasi. dan kisaran suhu yang baik untuk
Selama pelaksanaan organisme di daerah tropis adalah
penelitian, terjadinya kematian ikan 25-320C. Selanjutnya Swingle (1986)
pada perlakuan P1 dengan frekuensi menyatakan bahwa suhu penting
pemberian pakan tiga kali sehari artinya bagi organisme di perairan
dilakukan pada pukul 800, 1300, 1800 terutama terhadap kebutuhan oksigen
WIB disebabkan oleh frekuensi terlarut guna respirasi. Dari
pemberian pakan yang terlalu penelitian Pulungan et al., (1985),
rendah. Hal ini terjadi karena ikan ini diketahui bahwa ”Ghost catfish”
juga mempunyai sifat kanibal, ikan (Cryptopterus bicirrhis) lebih
0
yang mati adalah akibat kanibalisme menyukai suhu 21 – 28 C.
di antara benih ikan selais, ikan Dari perbedaan tersebut,
stress serta mudah terkejut kemudian dapat disimpulkan bahwa perbedaan
melompat-lompat karena pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pakan
respon dari luar misalnya pada saat selama penelitian tidak menyebabkan
pemberian pakan dan penyiponan perubahan suhu air yang besar dan
feses, selain itu juga disebabkan suhu air selama penelitian dapat
karena penanganan pada saat dikatakan masih tergolong baik.
menimbang ikan. Weartherley Derajat keasaman (pH)
(1972), menyatakan bahwa kematian selama penelitian adalah 6-7.
ikan dapat terjadi disebabkan oleh Keadaan pH yang dapat mengganggu
predator, parasit, penyakit, populasi, kehidupan ikan adalah pH yang
keadaan lingkungan yang tidak terlalu rendah (sangat asam) dan pH
cocok serta fisik yang disebabkan yang terlalu tinggi (sangat basa),
oleh penanganan manusia. sebagian besar ikan dapat
Pada perlakuan P2 dan P3 beradaptasi dengan baik pada
dihasilkan kelulushidupan benih ikan lingkungan perairan yang
selais 100 %. Ini disebabkan oleh mempunyai pH berkisar antara 5-9
pakan yang diberikan dapat (Afrianto dan Liviawati, 1993).
dimanfaatkan dengan baik. Oksigen sangat diperlukan
kebutuhan ikan akan pakan untuk pernafasan dan metabolisme
terpenuhi, sehingga ikan tidak lapar ikan dan jasad-jasad renik dalam air
dan tidak kanibal. (Cahyono, 2000). Pada Tabel 9 dapat
35
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
36
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
37
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
38
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
39
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010
40