Anda di halaman 1dari 22

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2010, hlm 21-40 Vol 38 No.

2
ISSN 0126-6265

21
Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2010, hlm 21-40 Vol 38 No.2
ISSN 0126-6265

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN
SILAIS (Ompok hypophthalmus)

By

Mulyadi 1), Usman MT 1) dan Suryani 2)

Diterima: 8 Januari 2010/ Disetujui: 26 Januari 2010

ABSTRACT

The research was conducted from March to May 2009, in the Laboratory of
Aquaculture Technology of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau
University. The aim of research was to investigate frequency of fish meal
distribution on growth and survival rate of Ompok hypophthalmus.
In this research, 3 treatments with 4 replications was applied. Fish used in
this research were 4 to 4,5 cm in length. Stocking density of fish was 15
fish/aquaria. Fish meal frequency applied was 3, 4 and 5 times/day. Fish diet used
in the research was commersial pellet with given doses of 10 % from fish body
weight. Based on Anova analysis, results showed that the fish meal distribution of
5 times/day gave the best result on growth of 13,42 g, fish diet efficiency 35,90 %
and survival rate of 100 %.

Keywords : Food Frequency, Ompok hypophthalmus, Growth

1
PENDAHULUAN Ikan selais adalah salah satu
jenis ikan yang sangat digemari dan
Budidaya perikanan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
merupakan salah satu upaya yang Ikan selais dalam bentuk olahan
dilakukan untuk meningkatkan menjadi ikan salai (ikan asap)
produksi perikanan pada masa kini merupakan favorit masyarakat,
dan mendatang. Sampai saat ini khususnya di Riau. Karena nilai
usaha budidaya perikanan sudah ekonomi yang tinggi, maka tidak
menunjukkan perkembangan yang heran apabila ikan ini selalu diburu
pesat, baik usaha perikanan air tawar nelayan, tidak peduli apakah ikan
maupun usaha perikanan air payau tersebut sedang mengalami musim
dan laut. Tujuan utama yang ingin memijah atau tidak. Akibatnya,
dicapai dalam usaha budidaya ikan populasi ikan ini semakin menurun
adalah untuk memperoleh ikan yang dan terancam.
berukuran tertentu dalam jumlah Salah satu cara untuk
yang banyak dengan biaya sekecil meningkatkan produksi ikan selais
mungkin. dalam rangka memenuhi permintaan
pasar adalah dengan melakukan
1) usaha budidaya secara intensif dan
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru terkontrol. Di dalam usaha budidaya
2)
Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu perikanan yang intensif, hal-hal yang
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

21
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

dapat mempengaruhi usaha tersebut merupakan ikan karnivora dan


harus dapat diperhitungkan secara bersifat nokturnal atau aktif mencari
seksama. Pemberian makanan tanpa makan pada malam hari, sehingga
waktu yang tepat, tidak saja akan sifat kanibalismenya tinggi.
menyebabkan kerugian atau Untuk itu, perlu adanya
pemborosan secara materil juga akan informasi tentang efisiensi pakan dan
mempengaruhi atau merusak kualitas frekuensi pemberian pakan yang
air disekitarnya. Yang pada tepat terhadap benih ikan selais.
gilirannya akan mempengaruhi Berdasarkan hal tersebut, maka
langsung terhadap ikan yang penelitian tentang frekuensi
dipelihara. pemberian pakan perlu dilakukan,
Permasalahan yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan
dalam membudidayakan ikan selais pertumbuhan dan kelulushidupan
adalah karena sifat kanibalismenya benih ikan selais yang maksimal.
yang tinggi, sehingga sulit
mengumpulkan ikan selais dalam Tujuan dan Manfaat Penelitian
jumlah yang banyak pada suatu Penelitian ini bertujuan untuk
tempat. Frekuensi pemberian mengetahui pengaruh frekuensi
makanan yang berbeda pada ikan pemberian pakan sesuai bagi
jambal siam (Pangasius sp) telah pertumbuhan dan kelulushidupan
dilakukan oleh Julianto (1998) dan benih ikan selais (Ompok
ditemukn bahwa frekuensi hypophthalmus) serta mengetahui
pemberian pakan 4 kali sehari frekuensi yang terbaik bagi
memberikan pertumbuhan yang pertumbuhan dan kelulushidupan
terbaik (94,5%) dan Panjaitan (1996) benih ikan selais.
menyatakan frekuensi pemberian Manfaat dari penelitian ini
pakan 4 kali sehari pada ikan jelawat adalah memberikan informasi
(Leptobarbus hoeveni Blkr) memiliki tentang frekuensi pemberian pakan
pertumbuhan yang terbaik (90%). yang optimal untuk pertumbuhan
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan benih ikan selais (Ompok
adanya kajian tentang frekuensi hypophthalmus), sehingga
pemberian pakan yang tepat bagi diharapkan dapat mempercepat
upaya pembudidayaan ikan selais pertumbuhan dan meningkatkan
(Ompok hypophthalmus). efisiensi pakan pada ikan selais serta
pengembangan budidaya dapat lebih
Perumusan Masalah optimal.
Dalam usaha budidaya secara
intensif, faktor makanan memegang Hipotesis
peranan yang sangat penting dalam Hipotesis yang diajukan
pertumbuhan suatu organisme karena dalam penelitian ini adalah ”Ada
60 % dari total biaya digunakan pengaruh frekuensi pemberian pakan
untuk biaya pakan. Pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan
pada waktu yang berbeda akan dan kelulushidupan benih ikan selais
mempengaruhi pertumbuhan ikan. (Ompok hypophthalmus)”.
Untuk mencapai pertumbuhan dan
kelulushidupan yang optimal
diperlukan waktu pemberian
makanan yang tepat. Ikan selais

22
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

TINJAUAN PUSTAKA punggung agak gelap (Kottelat et al.,


Kottelat et al, (1993) 1993).
mengklasifikasikan ikan selais ke Menurut Welcome dalam
dalam ordo Siluriformes, famili Simanjuntak (2007) ikan dari famili
Siluridae, Genus Ompok dan species Siluridae sering berada pada air yang
Ompok hypophthalmus. Ikan selais tenang di rawa banjiran, pada saat
(Ompok hypophthalmus) mempunyai musim penghujan ikan-ikan ini
ciri-ciri sirip punggung sangat tinggal dipinggir sungai yang
pendek, tetapi sekurang-kurangnya bervegetasi atau lubuk di dasar
mempunyai 4 jari-jari lemah, mulut sungai.
tidak dapat disembulkan Menurut Pulungan et al,
(nonprotactile). Daerah (1985), ikan selais bersifat karnivora,
penyebarannya Sumatera, Malaya, walaupun memiliki sifat yang
Indocina. Ciri morfologi dari ikan demikian, ikan ini tidak tergolong
selais adalah mempunyai sirip dorsal sebagai ikan dasar. Hal ini sesuai
3-4, anal 76-84, panjang baku (SL) > dengan bentuk tubuhnya yang pipih
300, bintik atau garis pada sisi memanjang dan tidak mempunyai
badan, cuping sirip ekor meruncing, sisik. Ikan ini lebih senang
bentuk tubuh pipih memanjang dan bergerombol dari pada sendiri-
hampir mendatar, panjang 5-6 kali sendiri. Jenis ikan yang disukai ikan
tinggi badan, 5-7 kali panjang kepala selais untuk dikonsumsi adalah ikan
dan tidak mempunyai sisik, terdapat motan (Thynichtys sp), kapiek
garis lurus memanjang mulai dari (Puntius sp), tawes (Osteichilus sp)
belakang di atas sudut tutup insang dan ikan baung (Siluridae sp). Ikan
hingga mencapai pertengahan dasar selais juga pemakan udang
sirip ekor. Tubuh berwarna (Macrobranchium sp), lipas air
kekuningan, kepala berbentuk (Salidae) dan cacing air
tumpul, kepala tidak bersisik dan (Chirinonidae) serta detritus (Alawi,
permukaan kepala bagian atas agak 1994).
cembung. Panjang kepala 4-6 kali Pakan merupakan faktor yang
panjang diameter mata, mata terletak sangat penting diperhatikan untuk
di belakang sudut mulut, mulut keberhasilan usaha budidaya ikan.
terletak di dekat ujung hidung, Gruz dan Laudecia dalam Basri
sedikit agak ke bawah (sub terminal). (1997) menyatakan bahwa makanan
Mempunyai dua pasang sungut yang berfungsi sebagai sumber energi
terletak dirahang atas dan bawah. yang digunakan untuk pemeliharaan
Sungut rahang atas memanjang tubuh, pengganti jaringan tubuh yang
sampai pangkal sirip punggung. rusak, pertumbuhan, aktifitas dan
Sungut rahang bawah lebih pendek kelebihan makanan tersebut
daripada panjang kepala. Memiliki digunakan untuk reproduksi.
10-11 tulang tambahan tutup insang, Lagler (1977) menyatakan
bagian atas sedikit lebih panjang dari bahwa bentuk lambung biasanya
pada kepala, biji pada tulang mata berkaitan dengan jenis dan ukuran
bajak satu tumpuk. Sirip punggung makanan yang dimakan. Lambung
tidak ada, bersirip perut 6-14, sirip ikan yang memakan ikan mempunyai
dubur sangat panjang dan berakhir bentuk khas yang memanjang,
dekat sirip ekor, mata besar, warna bentuk ikan herbivora lambung
berbentuk kantung lambung sangat

23
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

spesial dan dapat bermodifikasi menghasilkan pertumbuhan ikan


dalam penggilingan makanan. yang kurang. Sedangkan kelebihan
Lambung ikan karnivora atau makanan akan menyebabkan
predator berbentuk memanjang dan pencemaran dan metabolisme tidak
berdinding elastis sehingga mampu efesien, makanan tidak dikonsumsi
menampung makanan dalam jumlah seluruhnya sehingga kualitas air akan
banyak, sedangkan ikan omnivora menurun. Oleh sebab itu, frekuensi
tidak mempunyai lambung yang pemberian makanan yang tepat
sebenarnya namun memiliki usus sangat diperlukan agar dapat
yang sangat panjang dan tersusun meningkatkan efisiensi makanan.
menjadi lipatan-lipatan. Beragamnya frekuensi
Pakan yang diberikan pemberian pakan bertujuan untuk
hendaknya mengandung protein yang menghasilkan pertumbuhan yang
sesuai. Karena protein merupakan baik, yang berhubungan dengan
nutrien yang penting dan diperlukan volume dan kapasitas tampung
oleh ikan untuk pemeliharaan tubuh. lambung. Semakin kecil volume
Pembentukan dan penggantian lambung semakin sedikit pakan yang
jaringan tubuh, penambahan atau dapat ditampung, maka frekuensi
sintesa protein tubuh, pembentukan pemberian pakan semakin sering
hormon, enzim dan antibodi serta (Kono dan Nose dalam Panjaitan,
sebagai energi (Adelina et al, 2004). 1996). Hal ini berhubungan dengan
Faktor yang mempengaruhi kapasitas dan laju pengosongan
jumlah makanan yang dimakan oleh lambung. Makin kecil kapasitas
ikan adalah sebagai berikut : ukuran lambung, makin cepat waktu untuk
ikan, suhu, kualitas air, frekuensi mengosongkan lambung, sehingga
pemberian makanan, jumlah frekuensi pemberian pakan yang
makanan yang diberikan dan aroma dibutuhkan tinggi (Gwither dan
makanan tersebut (Lovell, 1989). Grove dalam Tasena, 1989).
Effendie (1986) mengatakan Selanjutnya dikatakan pula bahwa
bahwa makanan merupakan faktor setelah terjadi pengurangan isi
yang menentukan bagi populasi, lambung, nafsu makan beberapa
pertumbuhan dan kondisi ikan. jenis ikan akan meningkat kembali
Sedangkan jenis makanan ikan jika segera tersedia pakan.
tergantung dari umur, tempat dan Menurut Breet dalam Raffles
waktu. Elliot dalam NRC (1993) (1998), pertumbuhan merupakan
menyatakan bahwa konsumsi proses tingkah laku dan fisiologis.
makanan harian dipengaruhi oleh Dalam hal ini proses tingkah laku
sejumlah faktor diantaranya ukuran mengkonsumsi makanan. Jumlah
ikan, jumlah makanan yang dimakan makanan yang dikonsumsi
untuk sekali pemberian makanan, dipengaruhi oleh spesies, umur, nilai
laju pengosongan lambung, suhu air, gizi dan keadaan lingkungan serta
aktifitas ikan, jenis makanan yang ketersediaan makanan.
dimakan dan ketersediaan organisme Watanabe dalam Adelina
makanan. (2002) mengemukakan bahwa
Menurut NRC (1993), pertumbuhan sebagian besar
makanan yang diberikan harus dipengaruhi oleh kualitas air dan
benar-benar dipertimbangkan karena keseimbangan nutrien-nutriennya.
makanan yang terlalu sedikit akan Menurut Lovell dalam NRC (1993)

24
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

bahwa untuk mendapatkan akan meningkatkan pengambilan


pertumbuhan yang optimal makanan oleh ikan dan turunnya
diperlukan keseimbangan antara suhu menyebabkan proses
protein, karbohidrat, lemak, vitamin pencernaan dan metabolisme akan
dan mineral dalam makanan. berjalan lambat.
Selanjutnya NRC (1993) menyatakan Wardoyo dan Muchsin
bahwa jumlah makanan yang terlalu (1990) mengemukakan bahwa agar
sedikit dan jenis makanan yang tidak kehidupan ikan dapat layak dan
sesuai akibat bertambahnya umur kegiatan perikanan berhasil, maka
menyebabkan lambatnya kandungan oksigen terlarut tidak
pertumbuhan ikan. Hal ini boleh kurang dari 4 ppm.
dikarenakan kandungan nutrien Menurut Boyd (1979) kadar
untuk pertumbuhan tidak mencukupi. ammonia yang aman bagi ikan dan
Effendie (1986) organisme perairan adalah kurang
mendefinisikan derajat kelangsungan dari 1 ppm. Secara umum
hidup sebagai perbandingan jumlah Woynorovich dan Hovarth (1980)
ikan yang hidup pada akhir menyatakan beberapa kriteria
penelitian dengan jumlah ikan uji parameter kualitas air yaitu pH
pada awal penelitian yang berkisar 7 – 8, suhu 24 - 30ºC,
dinyatakan dalam persen. Adapun oksigen terlarut 5 – 11 ppm bersih
faktor yang mempengaruhi tinggi dan bebas dari bahan-bahan yang
rendahnya kelangsungan hidup mengandung racun.
adalah abiotik dan biotik antara lain Menurut Saeni (1989),
kompetitor, kepadatan, populasi, sumber-sumber nitrogen dalam air
umur dan kemampuan organisme dapat bermacam-macam, meliputi
beradaptasi dengan lingkungannya. hancuran bahan organik, buangan
Menurut Chakroff (1976) domestik, limbah industri, limbah
kualitas air merupakan faktor yang peternakan dan pupuk. Tingginya
paling penting dalam kehidupan kandungan nitrogen diperairan
ikan, karena ikan memerlukan air merupakan penyebab utama
untuk seluruh kebutuhannya yaitu : kematian ikan dan mempengaruhi
untuk bernafas, makan, tumbuh dan pertumbuhan ikan.
berkembang biak.
Secara umum parameter METODE PENELITIAN
kualitas air dapat digolongkan
kedalam tiga faktor besar yaitu : 1) Penelitian ini dilaksanakan
Faktor fisika seperti : suhu, pada tanggal 23 Maret sampai
kecepatan arus, kekeruhan, 2) Faktor dengan 21 Mei 2009 yang bertempat
kimia seperti : pH, oksigen terlarut, di Laboratorium Teknologi Budidaya
Karbondioksida bebas, alkalinitas Fakultas Perikanan dan Ilmu
dan 3) Faktor biologi : keberadaan Kelautan Universitas Riau,
plankton, benthos dan makrofita Pekanbaru.
(Sedana, 1996). Ikan uji yang digunakan
Hickling (1971) menyatakan dalam penelitian ini adalah benih
bahwa suhu dapat mempengaruhi ikan selais (Ompok hypophthalmus)
aktifitas kehidupan organisme seperti yang berukuran 4-4,5 cm sebanyak
pertumbuhan dan reproduksi. 250 ekor termasuk stok. Benih ikan
Dimana dengan naiknya suhu maka ini di peroleh dari panti benih ikan di
Pekanbaru. Pakan yang diberikan

25
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

untuk benih ikan selais (Ompok yang diterapkan dalam penelitian ini
hypophthalmus) dalam penelitian ini adalah :
adalah pelet komersil dengan kadar P1 = Frekuensi pemberian pakan 3 x
protein 38%, lemak 2%, serat kasar yaitu pada pukul 0800, 1300 dan 1800
3%, kadar abu 13% dan kadar air WIB
12%. P2 = Frekuensi pemberian pakan 4 x
Wadah yang digunakan yaitu pada pukul 0800, 1300, 1800 dan
dalam penelitian ini berupa aquarium 2300 WIB
dengan ukuran panjang, lebar dan P3 = Frekuensi pemberian pakan 5 x
tinggi (60 x 40 x 40) cm3. Jumlah yaitu pada pukul 0800, 1300, 1800,
aquarium yang digunakan adalah 12 2300 dan 0400 WIB
unit. Masing-masing aquarium diisi Model matematis yang
dengan air setinggi 25 cm atau 60 digunakan dalam penelitian ini
liter. Adapun air yang digunakan adalah model umum Rancangan
adalah berasal dari sumur bor Acak Lengkap (RAL) menurut
Fakultas Perikanan dan Ilmu Sudjana (1991) sebagai berikut :
Kelautan Universitas Riau.
Peralatan yang digunakan Yij = µ + σi + εij
dalam penelitian ini, terdiri dari
timbangan analitik dengan tingkat Dimana:
ketelitian 0,1 gram. Termometer
untuk mengukur suhu, Yij = Hasil pengamatan individu
Spektrofotometer untuk mengukur yang menerima perlakuan ke-
amoniak, DO meter untuk mengukur i dan ulangan ke-j
oksigen terlarut, kertas pH untuk µ = Rata-rata umum perlakuan
mengukur pH air, scop net untuk σi = Efek perlakuan ke-i
menangkap ikan, selang plastik εij = Pengaruh perlakuan ke-i
untuk menyipon sisa-sisa pakan dan ulangan ke-j
feses, baskom plastik untuk i = Perlakuan
menimbang ikan, selang dan batu j = 1, 2, 3 dan 4 (ulangan)
aerasi untuk aerasi media kultur,
penggaris untuk mengukur panjang Penimbangan berat ikan
ikan uji, kamera dan alat-alat tulis. selais dilakukan sebanyak lima kali
Metode yang digunakan selama penelitian yaitu pada awal
dalam penelitian ini adalah metode dan 15 hari sekali. Pemeliharaan
eksperimen dan rancangan yang terhadap ikan uji dilakukan selama
digunakan adalah Rancangan Acak 60 hari. Parameter yang diukur
Lengkap (RAL) satu faktor dengan 3 adalah pertumbuhan bobot mutlak,
taraf perlakuan. Untuk memperkecil pertumbuhan bobot harian,
kekeliruan, setiap perlakuan pertumbuhan panjang mutlak,
menggunakan 4 kali ulangan pertumbuhan panjang harian,
sehingga diperoleh 12 unit efisiensi pakan, kelulushidupan dan
percobaan. kualitas air.
Satuan percobaan yang 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
digunakan dalam penelitian ini Pertumbuhan bobot mutlak
adalah benih ikan selais ditebar ikan uji dapat dihitung dengan
sebanyak 15 ekor/wadah. Perlakuan menggunakan rumus menurut
Effendie (1979), yaitu :

26
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Wm = Wt − W0 4. Efisiensi Pakan
Jumlah pakan yang diberikan
selama penelitian serta berat ikan
Dimana :
pada awal dan akhir penelitian akan
Wm = Pertumbuhan Bobot Mutlak diperoleh suatu informasi tentang
efisiensi pakan dengan menggunakan
Rata-rata (gram) rumus menurut Watanabe (1988),
Wt = Bobot Rata-rata Ikan pada yaitu :
Akhir Penelitian (gram)
W0 = Bobot Rata-rata Ikan pada ( Bt + B d ) − B 0
EF = × 100%
Awal Penelitian (gram) F

2. Pertumbuhan Bobot Harian Dimana :


Menurut Huisman (1976) EF = Efisiensi Pakan (%)
Pertumbuhan bobot harian ikan uji Bt = Bobot Biomassa Ikan pada
dapat dihitung dengan menggunakan Akhir Penelitian (gram)
rumus : Bd = Bobot Ikan yang Mati Selama
 W  Penelitian (gram)
α =  t t − 1 × 100% B0 = Bobot Biomassa Ikan pada
 W0 
  Awal Penelitian (gram)
F = Jumlah Pakan yang diberikan
Dimana : Selama Penelitian (gram)
α = Pertumbuhan Bobot dan
Panjang Harian (%) 5. Kelulushidupan
Persentase tingkat
Wt = Rata-rata Bobot Ikan pada
kelulushidupan ikan uji dapat
Akhir Penelitian (gram)
dihitung dengan menggunakan
W0 = Rata-rata Bobot Ikan pada rumus menurut Effendie (1979),
Awal Penelitian (gram) yaitu :
t = Lama Penelitian (hari)
Nt
3. Pertumbuhan Panjang Mutlak SR = × 100%
N0
Pertumbuhan panjang mutlak
ikan uji dihitung dengan
menggunakan rumus Effendie Dimana :
(1979), yaitu : SR = Tingkat Kelulushidupan
Ikan Uji (%)
Lm = Lt – L0 Nt = Jumlah Ikan yang Hidup
Dimana : pada Akhir Penelitian
(ekor)
Lm = Pertumbuhan Panjang Mutlak N0 = Jumlah Ikan yang Hidup
(cm) pada Awal Penelitian (ekor)
Lt = Panjang Rata-rata Ikan pada
Akhir Penelitian (cm) 6. Kualitas Air
L0 = Panjang Rata-rata Ikan pada Parameter kualitas air yang
Awal Penelitian (cm) diukur selama penelitian adalah suhu
(ºC), pH, oksigen terlarut atau DO

27
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

(mg/l) dan amoniak atau NH3 (mg/l). Pemberian Pakan Uji


Pengukuran kualitas air dilakukan
Pakan yang akan diberikan
sebanyak tiga kali selama 60 hari,
selama penelitian ini adalah pelet
yaitu pada awal, pertengahan dan
komersil. Frekuensi pemberian
akhir penelitian. Waktu
pakan tiga kali sehari dilakukan pada
pengukurannya pagi pada pukul 0700
pukul 0800, 1300, 1800 WIB,
WIB sebelum dilakukan penyiponan
pemberian empat kali sehari
kemudian siang pada pukul 1200
dilakukan pada pukul 0800, 1300,
WIB dan sore pada pukul 1700 WIB.
1800, 2300 WIB, untuk pemberian
lima kali sehari dilakukan pada pukul
Persiapan Wadah
0800, 1300, 1800, 2300, 0400 WIB.
Sebelum melakukan Selama penelitian ikan uji diberi
penelitian wadah dibersihkan terlebih pakan sebanyak 10% dari bobot
dahulu, kemudian direndam dengan tubuh perhari. Indikator
PK (KMnO4) dengan dosis 20 ppm pertumbuhan yaitu panjang dan
selama 24 jam. Setelah itu wadah berat. Untuk itu, pengukuran panjang
dikeringkan dengan menggunakan dan penimbangan bobot ikan mutlak
spons. Kemudian diendapkan dalam dilakukan.
drum penampungan air selama 24 Penyiponan dilakukan setiap
jam tanpa aerasi, kemudian diambil hari, yaitu pagi hari sebelum
bagian permukaan air tersebut pemberian pakan. Begitu juga
dengan gayung untuk dimasukkan dengan pergantian air dilakukan
kedalam aquarium stok air dan sebanyak air yang terbuang pada saat
diaerasi selama 24 jam. Setelah itu penyiponan. Tujuan dari penyiponan
wadah yang digunakan berupa yaitu agar kualitas air pada saat
aquarium di isi dengan air stok penelitian dapat mendukung
setinggi 25 cm, yang telah disusun kelangsungan hidup ikan.
secara acak dari tiap perlakuan
Pengukuran Parameter Kualitas
sebanyak 12 buah. Saat penelitian
Air
akan dimulai ikan pada tiap wadah
Pengukuran suhu dilakukan
ditimbang bobotnya.
menggunakan thermometer,
pengukuran pH berdasarkan pada
Persiapan Ikan Uji
perubahan warna indikator pada
Benih ikan diadaptasikan suatu jenjang pH tertentu,
terlebih dahulu selama satu minggu pengukuran DO dilakukan dengan
dan diberikan pakan uji. Setelah itu cara, elektroda dimasukkan ke dalam
benih dipuasakan satu hari dengan media uji, dan pengukuran NH3
tujuan lambung ikan kosong pada (amoniak) menggunakan metode
saat penimbangan dan didapat berat Nessler.
bersih ikan, selanjutnya benih ikan
Analisis Data
selais diukur dan ditimbang
bobotnya. Kemudian dimasukkan ke Data pertumbuhan bobot
dalam wadah penelitian dengan mutlak, pertumbuhan bobot harian,
padat penebaran yang digunakan pertumbuhan panjang mutlak,
sebanyak 15 ekor/wadah. Setiap pertumbuhan panjang harian,
perlakuan diulang sebanyak 4 kali. efisiensi pakan dan kelulushidupan
benih ikan selais selama penelitian

28
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

yang diperoleh disajikan dalam Pertumbuhan bobot mutlak


bentuk tabel. Kemudian dilakukan rata-rata pada masing-masing
uji homogenitas. Apabila datanya perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
telah homogen, selanjutnya dianalisis Tabel 3. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan
dengan menggunakan analisis Selais Selama Penelitian
variansi (ANAVA). Bila hasil uji Ulangan
Perlakuan (g)
P1 P2 P3
statistik menunjukkan perbedaan 1 8,49 12,20 13,09
nyata (P<0,05) maka dilakukan uji 2 8,45 12,05 13,43
3 8,37 12,06 13,74
lanjut Student Newman-Keuls pada 4 8,35 12,19 13,40
masing-masing taraf perlakuan untuk Jumlah 33,66 48,50 53,66
Rata-rata 8,42±0,06c 12,13±0,08b 13,42±0,26a
menentukan perbedaan antara
Ket : Huruf yang tidak sama pada baris yang
perlakuan (Sudjana, 1991). Data sama menunjukkan adanya perbedaan
kualitas air dianalisis secara yang nyata antar perlakuan
deskriptif. Berdasarkan Tabel 3 dapat
HASIL PENELITIAN dilihat pertumbuhan bobot mutlak
tertinggi terdapat pada perlakuan P3
Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan yaitu sebesar 13,42 g dan yang
Selais terendah terdapat pada perlakuan P1
Setelah melakukan penelitian sebesar 8,42 g.
selama 60 hari, maka diperoleh Hasil analisis variansi
pertumbuhan rata-rata individu ikan (ANAVA) menunjukkan frekuensi
selais (Ompok hypophthalmus) yang pemberian pakan yang berbeda
berbeda-beda pada tiap perlakuan. memberikan pengaruh yang nyata
Untuk mengetahui pertumbuhan terhadap pertumbuhan bobot mutlak
berat rata-rata individu ikan selais ikan selais (P<0,05). Kemudian uji
dapat dilihat pada Tabel 2. lanjut Student Newman-Keuls,
Tabel 2. Pertumbuhan Bobot Rata-rata Ikan menunjukkan bahwa terdapat
Selais Selama Penelitian perbedaan yang nyata antara
Pengamatan Hari Ke- (gram) perlakuan P1 (8,42 g) dengan
Perlakuan
0 15 30 45 60
P1 0,61 1,94 6,99 8,26 9,02 perlakuan P2 (12,13 g), dan
P2 0,61 2,27 8,80 11,52 12,73 perlakuan P3 (13,42 g).
P3 0,61 2,61 9,51 12,19 14,02
Pertumbuhan Bobot Harian Ikan
Dari Tabel 2 dapat dilihat Selais
perbedaan bobot rata-rata individu Hasil pengamatan
ikan selais pada masing-masing pertumbuhan bobot harian rata-rata
perlakuan. Bobot rata-rata individu pada ikan selais yang diperoleh
ikan selais pada akhir penelitian selama penelitian dapat dilihat pada
didapatkan pertumbuhan tertinggi Tabel 4.
pada perlakuan P3 dengan frekuensi Tabel 4. Pertumbuhan Bobot Harian Ikan
pemberian pakan lima kali sehari Selais Selama Penelitian
Perlakuan (%)
sebesar 14,02 g/ekor, kemudian Ulangan
P1 P2 P3
diikuti dengan perlakuan P2 dengan 1 4,60 5,20 5,32
2 4,59 5,21 5,39
frekuensi pemberian pakan empat 3 4,61 5,18 5,43
kali sehari sebesar 12,73 g/ekor dan 4 4,58 5,20 5,36
Jumlah 18,38 20,79 21,50
yang terendah pada perlakuan P1 Rata-rata 4,59±0,01c 5,19±0,01b 5,37±0,05a
dengan frekuensi pemberian pakan Ket : Huruf yang tidak sama pada baris yang
tiga kali sehari sebesar 9,02 g/ekor. sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata antar perlakuan

29
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Dari Tabel 4 dapat dilihat 14,66 cm, kemudian diikuti dengan


bahwa pertumbuhan bobot harian perlakuan P2 sebesar 13,13 cm dan
rata-rata tertinggi diperoleh pada pertumbuhan panjang yang terendah
perlakuan P3 sebesar 5,37 %, terdapat pada perlakuan P1 sebesar
kemudian diikuti dengan perlakuan 9,74 cm.
P2 sebesar 5,19 % dan pertumbuhan Selanjutnya data
bobot harian rata-rata terendah pertumbuhan panjang mutlak rata-
diperoleh pada perlakuan P1 sebesar rata individu ikan selais pada
4,59 %. masing-masing perlakuan dapat
Setelah dilakukan uji analisis dilihat pada Tabel 6.
variansi (ANAVA) terhadap
Tabel 6. Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan
pertumbuhan bobot harian ikan selais Selais Selama Penelitian
didapatkan P<0,05 ditemukan Ulangan
Perlakuan (cm)
frekuensi pemberian pakan yang P1 P2 P3
1 6,11 8,87 10,38
berbeda memberi pengaruh yang 2 6,00 8,95 10,26
nyata terhadap rata-rata pertumbuhan 3 4,80 8,80 10,38
4 4,88 8,81 10,50
harian ikan selais. Hal ini dapat Jumlah 21,79 35,43 41,52
dibuktikan dengan uji lanjut Student Rata-rata 5,45±12,09c 8,86±163,37b 10,38±44,47a
Ket : Huruf yang tidak sama pada baris yang
Newman-Keuls, bahwa terdapat sama menunjukkan adanya perbedaan
perbedaan yang nyata antara yang nyata antar perlakuan
perlakuan P1 (4,59 %) dengan
perlakuan P2 (5,19 %) dan perlakuan Dari Tabel 6 dapat dilihat
P3 (5,37 %). bahwa pertumbuhan panjang mutlak
rata-rata masing-masing perlakuan
Pertumbuhan Panjang Mutlak berbeda. Pertumbuhan panjang
Ikan Selais mutlak tertinggi terdapat pada
perlakuan P3 yaitu sebesar 10,38 cm,
Hasil pengamatan selama
kemudian diikuti dengan perlakuan
penelitian, pertumbuhan panjang
P2 sebesar 8,86 cm dan terendah
tubuh ikan selais mengalami
terdapat pada perlakuan P1 sebesar
peningkatan pada tiap perlakuan.
5,45 cm.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Setelah dilakukan uji analisis
pada Tabel 5.
variansi (ANAVA) terhadap panjang
Tabel 5. Pertumbuhan Panjang Rata-rata mutlak benih ikan selais didapatkan
Ikan Selais Selama Penelitian pengaruh yang nyata (P<0,05).
Pengamatan Hari Ke- (cm)
Perlakuan Selanjutnya uji Student Newman-
0 15 30 45 60
4,29 4,97 6,96 9,13 9,74
Keuls, menunjukkan perbedaan yang
P1
4,27 5,88 9,13 12,86 13,13
nyata antara perlakuan P1 (5,45 cm)
P2
4,28 6,27 10,46 13,42 14,66
dengan perlakuan P2 (8,86 cm) dan
P3
perlakuan P3 (10,38 cm).
Dari Tabel 5 dapat dilihat Pertumbuhan Panjang Harian
bahwa pertumbuhan panjang rata- Ikan Selais
rata individu ikan selais selama
penelitian mengalami pertumbuhan Hasil rata-rata pertumbuhan
yang berbeda tiap-tiap perlakuan. panjang harian ikan selais selama
Pertumbuhan panjang yang terbaik penelitian pada tiap perlakuan dapat
terdapat pada perlakuan P3 yaitu dilihat pada Tabel 7.

30
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Tabel 7. Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Dari Tabel 8 dapat diketahui


Selais Selama Penelitian
Perlakuan (%) bahwa rata-rata efisiensi pakan
Ulangan
P1 P2 P3 tertinggi terdapat pada perlakuan P3
1 1,47 1,89 2,07
2 1,45 1,93 2,04
sebesar 35,90 %, selanjutnya
3 1,25 1,86 2,06 perlakuan P2 sebesar 34,86 % dan
4 1,29 1,86 2,11
Jumlah 5,46 7,54 8,28
yang terendah terdapat pada
Rata-rata 1,36±1,87c 1,88±2,20b 2,07±2,09a perlakuan P1 sebesar 24,63 %.
Ket : Huruf yang tidak sama pada baris yang Setelah dilakukan uji analisa
sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata antar perlakuan
variansi (ANAVA) terhadap efisiensi
pakan ikan selais didapatkan P<0,05.
Berdasarkan Tabel 7 dapat Hal ini menunjukkan bahwa
diketahui bahwa pertumbuhan frekuensi pemberian pakan yang
panjang harian ikan selais tertinggi berbeda memberi pengaruh yang
terdapat pada perlakuan P3 yaitu nyata terhadap efisiensi pakan ikan
sebesar 2,07 %, diikuti dengan selais. Hal ini dapat dibuktikan
perlakuan P2 sebesar 1,88 % dan dengan uji lanjut Student Newman-
yang terendah adalah pada perlakuan Keuls, bahwa terdapat perbedaan
P1 yaitu 5,46 %. Berdasarkan hasil yang nyata antara perlakuan P1
analisis variansi (ANAVA) (24,62) dengan perlakuan P2 (34,85),
menunjukkan bahwa ikan selais dengan perlakuan P3 (35,89).
dengan frekuensi pemberian pakan
yang berbeda berpengaruh nyata Kelulushidupan
terhadap pertumbuhan panjang Kelulushidupan ikan selais
harian ikan selais dengan nilai selama penelitian berkisar antara
probabilitas p<0,05. Hal ini dapat 33,33-100%. Persentase
dibuktikan dengan uji lanjut Student kelulushidupan ikan selais selama
Newman-Keuls, bahwa terdapat penelitian dapat dilihat pada Tabel 9
perbedaan yang nyata antara dan Lampiran 17.
perlakuan P1 dengan perlakuan P2,
dengan perlakuan P3. Tabel 9. Persentase Kelulushidupan Ikan
Selais Selama Penelitian
Persentase Kelulushidupan Ikan Selais
Efisiensi Pakan Ulangan Pada Tiap Perlakuan (%)
P1 P2 P3
Jumlah pakan yang diberikan 1 33,33 100 100
selama penelitian dapat dilihat pada 2 33,33 100 100
3 40 100 100
Lampiran 12. Dari data tersebut 4 40 100 100
dapat dihitung nilai rata-rata efisiensi Jumlah 146,66 400 400
pakan pada setiap perlakuan (Tabel 36,66±7,53 100±10,33 100±10,53a
Rata-rata b a

8). Ket : Huruf yang sama pada baris yang sama


menunjukkan tidak adanya perbedaan
Tabel 8. Efisiensi Pakan Ikan Selais Selama yang nyata antar perlakuan
Penelitian
Efisiensi Pakan Ikan Selais Pada Tiap
Ulangan Perlakuan (%) Berdasarkan Tabel 9 dapat
P1 P2 P3
1 24,12 35,20 35,06 dilihat bahwa persentase
2 25,27 34,54 35,88 kelulushidupan ikan selais selama
3 24,18 34,63 36,78
4 24,93 35,06 35,86 penelitian pada perlakuan P2 dan P3
Jumlah 98,50 139,43 143,58 yaitu hidup 100%, sedangkan pada
Rata-rata 24,63±0,56c 34,86±0,32b 35,90±0,70a
perlakuan P1 ada 38 ekor ikan yang
Ket : Huruf yang tidak sama pada baris yang
sama menunjukkan adanya perbedaan mati dan ikan yang hidup 36,66%.
yang nyata antar perlakuan

31
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Setelah dilakukan uji analisa dalam keberhasilan suatu kegiatan


variansi (ANAVA) terhadap usaha budidaya perikanan khususnya
kelulushidupan benih ikan selais dalam pencapaian target produksi.
didapatkan P<0,05. Hal ini Dalam hal ini frekuensi pemberian
menunjukkan bahwa frekuensi pakan adalah faktor yang sangat
pemberian pakan yang berbeda perlu diperhatikan. Pertumbuhan
memberi pengaruh yang nyata yang terjadi pada benih ikan selais
terhadap kelulushidupan benih ikan dalam penelitian ini meningkat
selais. Hal ini dapat dibuktikan seiring bertambahnya waktu
dengan uji lanjut Student Newman- pemeliharaan. Pertumbuhan adalah
Keuls, bahwa terdapat perbedaan perubahan ukuran ikan baik ukuran
yang nyata antara perlakuan P1 berat, panjang maupun volume
(36,66 %) dengan perlakuan P2 (100 dalam jangka waktu tertentu.
%) dan P3 (100 %). Lovell (1979) menyatakan
bahwa pada masa awal
Parameter Kualitas Air pemeliharaan, ikan yang dipelihara
Air sebagai media hidup masih dalam tahap penyesuaian diri
organisme perairan merupakan faktor dengan lingkungan pemeliharaan dan
yang sangat penting diperhatikan pakan yang diberikan. Pakan yang
dalam usaha budidaya termasuk dikonsumsi oleh ikan pada dasarnya
dalam wadah terkontrol. Hal ini digunakan untuk aktifitas hidup
bertujuan untuk memberikan daya pokok seperti berenang, bernafas,
dukung pada organisme dalam makan dan lain-lain, selebihnya
melakukan segala aktivitas hidupnya. digunakan untuk pertumbuhan.
Parameter kualitas air yang diukur Berdasarkan hasil yang
pada penelitian ini adalah suhu, pH, diperoleh pada Tabel 1 dapat dilihat
oksigen terlarut (DO) dan amoniak bahwa ada perbedaan bobot rata-rata
(NH3). Hasil pengukuran kualitas air benih ikan selais pada masing-
selama penelitian dapat dilihat pada masing perlakuan. Hal ini
Tabel 10. menunjukkan bahwa frekuensi
pemberian pakan yang berbeda
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Air
Selama Penelitian
berpengaruh terhadap pertumbuhan
Kisaran Parameter benih ikan selais. Bobot rata-rata
Perlakuan Suhu DO NH3 benih ikan selais pada awal
pH
(ºC) (mg/l) (mg/l)
P1 26-28 6-7 4,5-5,0 0,15-0,45 penelitian 0,61 g. Pada akhir
P2 26-28 6-7 4,5-5,0 0,15-0,53 penelitian terjadi perbedaan
P3 26-28 6-7 4,5-5,0 0,15-0,56
pertumbuhan, dimana pertumbuhan
Dari Tabel 10 dapat diketahui tertinggi diperoleh pada perlakuan P3
bahwa suhu air selama penelitian dengan frekuensi pemberian pakan 5
berkisar antara 26-28ºC, pH air kali sehari (13,42 g), kemudian
berkisar antara 6-7, konsentrasi diikuti oleh perlakuan P2 dengan
oksigen terlarut (DO) berkisar antara frekuensi pemberian pakan 4 kali
4,5-5,0 mg/l dan amoniak (NH3) sehari (12,13 g) dan yang terendah
berkisar antara 0,15-0,56 mg/l. pada perlakuan P1 dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari (8,42 g).
PEMBAHASAN Pada Perlakuan P3 lebih
Pertumbuhan merupakan tinggi dibandingkan dengan bobot
salah satu faktor yang menentukan rata-rata pada perlakuan P2 dan

32
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

perlakuan P1. Hal ini disebabkan pemberian pakan tepat pada saat ikan
karena pada perlakuan P3 ikan dapat lapar kembali.
memanfaatkan pakan dengan baik Hasil dari laju pertumbuhan
sehingga didapatkan pertumbuhan bobot harian ikan selais selama
lebih baik dibandingkan perlakuan P2 penelitian ini diketahui bahwa pada
dan perlakuan P1. Peningkatan perlakuan P3 menghasilkan
frekuensi pemberian pakan yang pertumbuhan bobot harian yang
diikuti peningkatan pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan
ikan, berhubungan dengan volume perlakuan P2 dan P1. Data ini
dan kapasitas tampung lambung. didukung oleh uji anava laju
Kono dan Nose dalam Panjaitan pertumbuhan bobot harian ikan selais
(1996) menyatakan bahwa semakin dalam frekuensi pemberian pakan
kecil volume lambung maka semakin yang berbeda memberikan pengaruh
sedikit volume makanan yang dapat yang nyata yaitu p<0,05. Laju
ditampung. Sedangkan Gwither dan pertumbuhan harian dipengaruhi oleh
Grove (dalam Tasena, 1989) makanan, suhu, umur ikan dan zat-
menambahkan bahwa semakin kecil zat hara yang terdapat pada perairan
kapasitas lambung, makin cepat (Hickling, 1971).
waktu untuk mengosongkan Salah satu faktor yang sangat
lambung, sehingga terjadi berpengaruh terhadap pertumbuhan
pengurangan isi lambung, nafsu ikan yaitu kualitas air khususnya
makan ikan akan meningkat kembali kandungan NH3 (amoniak). Pada
jika segera tersedia pakan. Pada perlakuan P1 memiliki kadar
perlakuan dengan frekuensi amoniak terendah yaitu 0,15-0,34
pemberian pakan 3 kali sehari akan mg/l, kemudian diikuti perlakuan P2
menyebabkan pakan berlebih atau yaitu 0,15-0,53 mg/l dan yang
tidak seluruhnya dapat dikonsumsi tertinggi pada perlakuan P3 yaitu
ikan karena pada saat lambung 0,15-0,56 mg/l. Kandungan amoniak
penuh, ikan akan segera dari setiap perlakuan menunjukkan
menghentikan pengambilan makanan bahwa semakin tinggi frekuensi
dan pemanfaatan pakan tidak efisien. pemberian pakan maka kandungan
Pada saat ikan lapar, ikan akan amoniak juga semakin tinggi dan
memangsa ikan yang lain karena sebaliknya semakin sedikit frekuensi
tidak adanya pakan yang tersedia. pemberian pakan maka kandungan
Sehingga menyebabkan banyaknya amoniak juga semakin rendah.
kematian ikan pada perlakuan P1. Besar kecilnya kandungan
Demikian pula perlakuan P2 amoniak diperairan berpengaruh
dengan frekuensi pemberian pakan 4
terhadap organisme yang hidup
kali sehari, juga kurang untuk didalamnya. Pengaruh amoniak pada
mencapai pertumbuhan tertinggi.
level kritis terhadap hewan air adalah
Sedangkan perlakuan dengan
1) meningkatkan daya rentan hewan
frekuensi pemberian pakan 5 kali
air pada kondisi yang kurang baik
sehari menghasilkan pertumbuhan
(kurang oksigen dan fluktuasi suhu)
tertinggi, karena sesuai dengan
2) menghambat pertumbuhan
kapasitas dan volume lambung.
normal, 3) menurunkan daya tahan
Dimana hampir keseluruhan pakan
ikan terhadap penyakit (Tang, 2003).
yang diberikan dimanfaatkan dengan
baik oleh ikan selais dan waktu

33
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Kekurangan makanan dan disebabkan adanya kompetisi dalam


energi yang dibutuhkan dapat mendapatkan makanan dengan
mengakibatkan kekurangan frekuensi pemberian pakan yang
pertumbuhan karena energi berbeda.
digunakan untuk memelihara fungsi Efisiensi pakan merupakan
tubuh dan pergerakan. Sisa dari kemampuan ikan untuk dapat
energi tersebut baru dimanfaatkan memanfaatkan pakan yang diberikan
untuk pertumbuhan (Boer dan sehingga dapat tumbuh dan
Adelina, 2006). berkembang dengan baik. Dari
Selain untuk mengetahui Lampiran 13 dapat dilihat perbedaan
pertumbuhan bobot, penelitian ini efisiensi pakan benih ikan selais
juga mengamati pertumbuhan dimana perlakuan P3 lebih tinggi
panjang dari ikan selais. Dari Tabel 4 daripada perlakuan P2 dan perlakuan
dapat dilihat bahwa pertumbuhan P1. Adanya perbedaan efisiensi
panjang ikan selais dari awal sampai pakan pada setiap perlakuan
akhir penelitian mengalami disebabkan oleh perbedaan
peningkatan. Dengan diketahuinya banyaknya jumlah pakan yang
panjang rata-rata individu ikan selais dikonsumsi dengan bobot ikan selais.
pada setiap percobaan, maka dapat Disamping itu juga efisiensi pakan
pula diketahui pertumbuhan panjang dipengaruhi oleh kemampuan ikan
mutlak rata-rata individu ikan selais. dalam memanfaatkan pakan tersebut
untuk pertumbuhan. Pada perlakuan
Berdasarkan hasil yang
P3 ternyata ikan selais lebih banyak
diperoleh pada Tabel 4 dapat dilihat
memanfaatkan pakan untuk
bahwa ada perbedaan panjang rata-
pertumbuhan dibandingkan pada
rata benih ikan selais pada masing-
perlakuan P2 maupun perlakuan P1.
masing perlakuan. Hal ini
Ini dapat dilihat dari Lampiran 4
menunjukkan bahwa frekuensi
bahwa pada penimbangan ke-2 bobot
pemberian pakan yang berbeda juga
biomassa ikan selais pada perlakuan
berpengaruh terhadap pertumbuhan
P3 lebih tinggi daripada perlakuan
panjang benih ikan selais. Panjang
lainnya.
rata-rata benih ikan selais pada awal
Sementara pada perlakuan P1
penelitian 4-4,5 cm. Pada akhir
dan P2, ikan memanfaatkan pakan
penelitian terjadi perbedaan
yang diberikan lebih sedikit,
pertumbuhan panjang, dimana
sehingga pemanfaatan pakan oleh
pertumbuhan panjang tertinggi
ikan tidak efisien. Hal ini akan
diperoleh pada perlakuan P3 dengan
mempengaruhi tingkat pemanfaatan
frekuensi pemberian pakan 5 kali
pakan yang kemudian akan
sehari (10,38 cm), kemudian diikuti
mempengaruhi laju pertumbuhan
oleh perlakuan P2 dengan frekuensi
ikan.
pemberian pakan 4 kali sehari (8,86
Menurut Boer dan Adelina
cm) dan yang terendah pada
(2006), efisiensi pemanfaatan pakan
perlakuan P1 dengan frekuensi
dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
pemberian pakan 3 kali sehari (5,45
dikonsumsi. Selanjutnya NRC
cm).
(1993) menyatakan bahwa nilai
Terjadinya perbedaan bobot
efisiensi penggunaan pakan yang
mutlak dan pertumbuhan panjang
pada masing-masing perlakuan sering dijumpai pada ikan budidaya
yaitu sebesar 30 – 40% dan nilai

34
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

terbaik mencapai 60%. Dalam hal ini Kualitas air merupakan salah
efisiensi pakan pada perlakuan P3 satu faktor yang mendukung
sudah termasuk dalam efisiensi pertumbuhan dan kelangsungan
pakan yang baik sehingga pakan hidup ikan. Dimana ikan
yang diberikan dapat dimanfaatkan memerlukan air untuk seluruh
dan meningkatkan pertumbuhannya. kebutuhan hidupnya baik bergerak,
Pengamatan mengenai makan, tumbuh dan berkembang
kelulushidupan dilakukan dengan biak. Pada penelitian ini kualitas air
cara mengamati dan menghitung yang diukur adalah suhu, pH,
jumlah individu ikan selais pada oksigen terlarut dan amoniak.
awal dan akhir penelitian. Persentase Selama penelitian, suhu yang
kelulushidupan adalah perbandingan terdapat pada wadah penelitian
antara jumlah ikan uji yang hidup berkisar antara 26-280C. Menurut
pada akhir penelitian dengan ikan Boyd (1982) perbedaan suhu tidak
awal penelitian pada satu periode melebihi 100C masih tergolong baik
dalam satu populasi. dan kisaran suhu yang baik untuk
Selama pelaksanaan organisme di daerah tropis adalah
penelitian, terjadinya kematian ikan 25-320C. Selanjutnya Swingle (1986)
pada perlakuan P1 dengan frekuensi menyatakan bahwa suhu penting
pemberian pakan tiga kali sehari artinya bagi organisme di perairan
dilakukan pada pukul 800, 1300, 1800 terutama terhadap kebutuhan oksigen
WIB disebabkan oleh frekuensi terlarut guna respirasi. Dari
pemberian pakan yang terlalu penelitian Pulungan et al., (1985),
rendah. Hal ini terjadi karena ikan ini diketahui bahwa ”Ghost catfish”
juga mempunyai sifat kanibal, ikan (Cryptopterus bicirrhis) lebih
0
yang mati adalah akibat kanibalisme menyukai suhu 21 – 28 C.
di antara benih ikan selais, ikan Dari perbedaan tersebut,
stress serta mudah terkejut kemudian dapat disimpulkan bahwa perbedaan
melompat-lompat karena pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pakan
respon dari luar misalnya pada saat selama penelitian tidak menyebabkan
pemberian pakan dan penyiponan perubahan suhu air yang besar dan
feses, selain itu juga disebabkan suhu air selama penelitian dapat
karena penanganan pada saat dikatakan masih tergolong baik.
menimbang ikan. Weartherley Derajat keasaman (pH)
(1972), menyatakan bahwa kematian selama penelitian adalah 6-7.
ikan dapat terjadi disebabkan oleh Keadaan pH yang dapat mengganggu
predator, parasit, penyakit, populasi, kehidupan ikan adalah pH yang
keadaan lingkungan yang tidak terlalu rendah (sangat asam) dan pH
cocok serta fisik yang disebabkan yang terlalu tinggi (sangat basa),
oleh penanganan manusia. sebagian besar ikan dapat
Pada perlakuan P2 dan P3 beradaptasi dengan baik pada
dihasilkan kelulushidupan benih ikan lingkungan perairan yang
selais 100 %. Ini disebabkan oleh mempunyai pH berkisar antara 5-9
pakan yang diberikan dapat (Afrianto dan Liviawati, 1993).
dimanfaatkan dengan baik. Oksigen sangat diperlukan
kebutuhan ikan akan pakan untuk pernafasan dan metabolisme
terpenuhi, sehingga ikan tidak lapar ikan dan jasad-jasad renik dalam air
dan tidak kanibal. (Cahyono, 2000). Pada Tabel 9 dapat

35
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

dilihat bahwa kandungan oksigen pertumbuhan panjang mutlak dan


terlarut selama penelitian yaitu 4,5- pertumbuhan panjang harian terbaik
5,0 mg/l. Hal ini disebabkan karena terdapat pada perlakuan P3 dengan
adanya pengaruh dari aerasi di dalam frekuensi pemberian pakan lima kali
wadah penelitian. Menurut Boyd sehari. Sedangkan kelulushidupan
(1982), kisaran optimum oksigen terbaik terdapat pada perlakuan P2
terlarut bagi pertumbuhan ikan dengan frekuensi pemberian pakan
adalah 5 ppm. Untuk lebih jelasnya empat kali sehari dan P3 dengan
dapat dilihat pada Tabel 9. frekuensi pemberian pakan lima kali
Amoniak berasal dari kotoran sehari.
ikan dan hasil dekomposisi mikroba. Hasil pertumbuhan bobot
Selama penelitian, kandungan mutlak tertinggi diperoleh pada
amoniak berkisar antara 0,15-0,56 perlakuan P3 dengan frekuensi
mg/l. Kadar konsentrasi tersebut pemberian pakan lima kali sehari
masih tergolong aman bagi dilakukan pada pukul 800, 1300, 1800,
kehidupan ikan. Hal ini sesuai 2300, 400 WIB sebesar 13,42 g.
dengan pernyataan Prihartono (2006) Pertumbuhan bobot harian terbaik
bahwa batas kritis ikan terhadap sebesar 14,02 %, pertumbuhan
kandungan amoniak terlarut dalam panjang mutlak terbaik sebesar 10,38
media pemeliharaan adalah 0,6 mg/l. cm, pertumbuhan panjang harian
Sementara menurut Boyd (1979), terbaik sebesar 2,07 % efisiensi
kadar amoniak yang aman bagi ikan pakan terbaik sebesar 35,90 %.
dan organisme perairan adalah Kelulushidupan tertinggi diperoleh
kurang dari 1 ppm. pada perlakuan P2 dan P3 sebesar 100 %.
Air dapat dikatakan sebagai Dari kesimpulan dapat
media ekstrim karena didalam air disarankan pada pemeliharaan benih
banyak terkandung unsur-unsur ikan selais sebaiknya dilakukan
fisika, kimia dan biologi yang pemberian pakan dengan frekuensi
sewaktu-waktu dapat membahayakan lima kali sehari, karena
kehidupan organisme. Secara menghasilkan pertumbuhan dan
keseluruhan didapatkan bahwa efisiensi pakan terbaik. Selanjutnya
kualitas air pada media penelitian perlu dilakukan penelitian lanjutan
dapat mendukung kelangsungan tentang frekuensi pemberian pakan
hidup ikan selais yang dipelihara. yang berbeda untuk ikan-ikan jenis
lainnya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Pemeliharaan ikan selais Adelina, Boer, I dan I. Suharman.,
dengan frekuensi pemberian pakan 2004. Diktat dan Penuntun
yang berbeda memberikan pengaruh Praktikum Analisa
yang nyata terhadap pertumbuhan Formulasi Pakan. Fakultas
bobot mutlak, pertumbuhan bobot Perikanan dan Ilmu
harian, pertumbuhan panjang mutlak, Kelautan. Universitas Riau.
pertumbuhan panjang harian dan Pekanbaru. 60 hal.
efisiensi pakan ikan selais.
Berdasarkan dari hasil pengukuran, Adelina., 2002. Pengaruh Pakan
diperoleh pertumbuhan bobot Dengan Kadar Protein yang
mutlak, pertumbuhan bobot harian, Berbeda Terhadap

36
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Pertumbuhan dan Ekskresi Meningkatkan Potensi


Ammonia Benih Ikan Reproduksi Ikan Gurami
Baung (Mystus nemurus (Osphronemus gouramy
C.V). 35 Halaman.(Tidak Lacepede). Thesis Program
diterbitkan). Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 48
Adriman, E. Sumiarsih dan N. E. hal.
Fajri., 2006. Penuntun
Praktikum Ekologi Boer, I dan Adelina., 2006. Buku
Perairan. Fakultas Ajar Ilmu Nutrisi dan
Perikanan dan Ilmu Pakan Ikan. Fakultas
Kelautan. Universitas Riau. Perikanan dan Ilmu
Pekanbaru 38 hal. Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. 79 hal.
Afeni. 2007. Domestifikasi Ikan
Selais (Ompok Boer, I dan Adelina., 2007. Penuntun
hypophthalmus) Dengan Praktikum Pengetahuan
Kombinasi Pakan yang Bahan dan Gizi Pakan.
Berbeda. Sikripsi Fakultas Fakultas Perikanan dan
Perikanan dan Ilmu Ilmu Kelautan. Universitas
Kelautan. Universitas Riau, Riau. Pekanbaru. 27 hal.
Pekanbaru 50 hal.(tidak
diterbitkan) Boyd, C. E., 1979. Water Quality in
Warm Water Fish Pounds.
Afrianto, E dan E, Liviawati., 1993. Auburn University
Pengendalian Hama dan Agriculture Experimen
Penyakit Ikan. Penerbit Station, Alabama. 359 pp.
Kanasius. Yogyakarta.
Boyd, C. E., 1982. Water Quality
Alaerts, G dan S. Santika., 1984. Management in Fish Pond
Metode Penelitian Air. Culture Research and
Usaha Nasional, Surabaya. Development. Series No.
309 hal. 22. International Centre for
Aquaculture, Aquaculture
Alawi, H., 1994. Pengelolaan Benih Experiment Station.
Ikan Laboratorium Auburn University,
Pengembangbiakan Ikan. Auburn. 300 p.
Penuntun Praktikum
Jurusan Manajemen Sosial Cahyono, B., 2000. Budidaya Ikan
Perikanan. Fakultas Air Tawar Ikan Gurami,
Perikanan dan Ilmu Ikan Nila, Ikan Mas.
Kelautan Universitas Kanisius. Yogyakarta. 113
Riau.113 hal (tidak hal.
diterbitkan).
Cahyono, R. 2009. Pembesaran Ikan
Basri, Y., 1997. Penambahan Selais (Ompok
Vitamin E Pada Pakan hypopthalmus) Dalam
Buatan dalam Usaha Keramba. Sikripsi Fakultas

37
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Perikanan dan Ilmu Ilmu Kelautan. Universitas


Kelautan. Universitas Riau, Riau. Pekanbaru. (Tidak
Pekanbaru. 56 hal (tidak diterbitkan).
diterbitkan)
Julianto., 1998. Pengaruh Perbedaan
Chakroff, M., 1976. Freshwater Fish Waktu Pemberian Makanan
Culture Pond and Terhadap Pertumbuhan
Management. Volunteers in Ikan Jambal Siam
Technical Assistence. Vita (Pangasius sp). Skripsi.
Publication. USA. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas
Effendie, M. I., 1979. Metode Riau. Pekanbaru. 65 hal
Biologi Perikanan. Yayasan (Tidak diterbitkan).
Dwi Sri. Bogor. 112
Halaman. Kottelat, M. A. J. Whitten, S. N.
Kartikasari dan S.
Effendie, M. I., 1986. Metode Wirjoatmodjo., 1993. Ikan-
Biologi Perikanan. Yayasan ikan Air Tawar Indonesia
Dwi Sri. Bogor. 112 Bagian Barat dan Sulawesi.
Halaman. Periplius. Edition Limited.
Bogor. 370 Halaman.
Hickling, C. F., 1971. Fish Culture.
Faber and Faber. London. Kurniawan, A., 2009. Pertumbuhan
371 p. dan Kelulushidupan Benih
Ikan Selais (Ompok
Huet, M., 1986. Text Book Fish hypophthalmus) Dengan
Culture, Breeding and Padat Tebar yang Berbeda.
Cultivation of Fish. 2Ed Skripsi. Fakultas Perikanan
Fishing News (Books) Ltd. dan Ilmu Kelautan.
London. 436 p. Universitas Riau.
Pekanbaru. 78 hal (Tidak
Huisman, E. A., 1976. Food diterbitkan).
Conversion Efficiencies at
Maintenance and Lagler, K. F., 1977. Freshwater
Production Level for Carp, Fishery Biology. Wm. C.
Cyprinus carpio L and Brown Company Publisers.
Rainbow trout Salmon Dubuque, Lowa.
gairdnei R. Aquaculture, 9 :
259-273. Lovell, R. T., 1989. Nutrition and
Feeding of Fish. Van
Ishak., 2007. Jenis dan Frekuensi Nostrand Reinhold. New
Pemberian Pakan yang York. 269 p.
Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Lovell, R.T., 1979. Factor Affecting
Kelulushidupan Larva Ikan Vulatary Food Consumtio
Selais (Ompok By Channel Catfish Stoked
hypophthalmus). Skripsi. Intensively In Earhen Pond.
Fakultas Perikanan dan

38
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

M.S. Thesis Auburn Pulungan, C. P, M. Ahmad, Y. I.


University, Alabama, 49 p. Siregar, A. Ma’moen dan
H. Alawi., 1985.
National Research Council (NRC)., Morfometrik Ikan Selais
1993. Nutrient Requirement Siluridae, Dari Perairan
of Warm Water Fishes. Kecamatan Kampar Kiri,
National Academy of Kabupaten Kampar Riau.
Science, Washington D. C. UNRI Press. Pekanbaru.
78 p. Tidak Diterbitkan.

Nikolsky, G. V., 1963. The Ecology Raffles., 1998. Pengaruh Pemberian


of Fishes. Academic Press. Kombinasi Tepung
New York. Spirulina sp dan Moina sp
Terhadap Kelangsungan
Nuraini., 2004. Pengaruh Dosis Hidup Larva Ikan Jambal
Human Chorionoc Siam (Pangasius
Gonadotropin (HCG) hypophtalamus). Skripsi.
Terhadap Ovulasi dan Daya Fakultas Perikanan dan
Tetas Telur Ikan Selais Ilmu Kelautan. Universitas
Danau (Cryptopterus Riau. Pekanbaru. (Tidak
limpok). Proyek diterbitkan).
Peningkatan Kualitas
Sumberdaya Manusia Rounsefell, G. A. and W. H.
Diretorat Jendral Everhart., 1962. Fishery
Pendidikan Tinggi. Science. Its Methods and
Fakultas Perikanan dan Application. Third 9Ed,
Ilmu Kelautan. Universitas John Wiley and Sons, Inc,
Riau. Pekanbaru (Tidak London. 444 p.
diterbitkan).
Saeni, M. S., 1989. Kimia
Panjaitan, F. P., 1996. Pengaruh Lingkungan Departemen
Jumlah dan Frekuensi Pendidikan dan
Pemberian Makanan yang Kebudayaan. Direktorat
Berbeda Terhadap Jendral Pendidikan Tinggi.
Pertumbuhan Benih Ikan Pusat Penelitian Universitas
Jelawat (Leptobarbus Ilmu Hayat IPB Bogor.
hoeveni Blkr). Skripsi. Bogor. 57 hal.
Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Sari. V. M., 2007. Domestikasi ikan
Riau. Pekanbaru. 71 hal Selais Gabai (Ompok
(Tidak diterbitkan). eugeneiatus) dengan
Pendamping Ikan yang
Prihartono, E, R., 2006. Berbeda. Skripsi. Fakultas
Permasalahan Gurami dan Perikanan dan Ilmu
Solusinya. Penebar Kelautan. Universitas Riau.
Swadaya. Jakarta. 82 Pekanbaru. 85 halaman
halaman. (Tidak diterbitkan).

39
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Berkala Perikanan Terubuk Vol 38 No.2 Juli 2010

Sedana, I. P., 1996. Prinsip Dasar Menyongsong Era Tinggal


Kualitas Air dan Landas. Makalah pada
Pengelolaannya. Skripsi. Simposium Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Ilmu Kelautan. Universitas
Riau. Pekanbaru. (Tidak Riau. Pekanbaru. 29
diterbitkan). halaman.

Simanjuntak, C. P. H., 2007. Watanabe, T., 1988. Fish Nutrition


Reproduksi Ikan Selais, and Mariculture.
Ompok hypophthalmus Department of Aquatic
(BLEKKER) Berkaitan Bioscience. Tokyo
Dengan Perubahan University of Fisheries.
Hidromorfologi Perairan di JICA. 223 pp.
Rawa Banjir Sungai
Kampar Kiri. Thesis Weartherley., 1972. Growth and
Program Pasca Sarjana Ecology of Fish Population.
Institut Pertanian Bogor. Academic Press. London.
Bogor. 59 Halaman. 393 p.

Sudjana., 1991. Desain dan Analisis Woynorovich. E dan Hovarth., 1980.


Eksperimen. Tarsito. The Artifical Propagation
Bandung. 141 Halaman. of Warm Water Fish. A.
Manual for Extention.
Syafriadiman, N. A. Pamungkas dan FAO. Fisheries Teknical
Saberina., 2005. Prinsip Paper No. 20.
Dasar Pengelolaan Kualitas
Air. MM Press, CV. Mina
Mandiri. Pekanbaru. 132
hal.

Tang, M. U., 2003. Budidaya Air


Tawar. Unri Press.
Pekanbaru. 47 hal.

Tasena, T. S., 1989. Pengaruh


Frekuensi Pemberian Pakan
Terhadap Produksi Ikan
Lele Amerika (Ictalurus
punctatus R). Karya Ilmiah.
Fakultas Perikanan IPB.
Bogor. 58 hal (Tidak
diterbitkan).

Wardoyo, S dan I. Muchsin., 1990.


Memantapkan Usaha
Budidaya Perairan Agar
Tangguh dalam Rangka

40

Anda mungkin juga menyukai