Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. RESA ZELVIA NOLLA

2. MAYA ARFINA

3. RIDHO PANGESTU

4. AJENG PRATIWI

5. M IQBAL ALQINDI

6. ALDO

GURU PEMBIMBING :

MM. NURHASANAH S.E,M.S

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Kita telah mengetahui,Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah


lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer. Lingkungan disini diartikan
sebagai segala sesuatu yang ada didalam maupun diluar perusahaan, Sedangkan
menejemen adalah proses membuat perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan enggunakan semu sumber
daya organisasi untuk mencapai sasaran.
Pendekatan manajemen dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses membuat perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan enggunakan semu sumber
daya organisasi untuk mencapai sasaran.

.B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana lingkungan internal ?
2.Bagaimana lingkungan eksternal ?
3.Bagaimana pendekatan sistem ?
4.Bagaimana pendekatan kontingensi ?

C.TUJUAN
1.Mendeskripsikan lingkungan internal dan lingkungan eksternal
2.Mendeskripsikan pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. LINGKUNGAN MANAJEMEN
Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang
dihadapi oleh seorang manajer. Lingkungan disini diartikan sebagai segala sesuatu
yang ada didalam maupun diluar perusahaan, Sedangkan menejemen adalah proses
membuat perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan berbagai
usaha dari anggota organisasi dan enggunakan semu sumber daya organisasi untuk
mencapai sasaran.

Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik

serta keputusan yang akan diambil. Sebagai seorang manajer tidak harus hanya

memperhatikan lingkungan usahanya atau intern saja, tapi juga harus bisa

mengantisipasi lingkungan di luar perusahaan atau ekstern.

Menurut Robert W. Duncan, menganalisa lingkungan internal dan eksternal

merupakan hal penting dalam proses perencanaan strategi. Faktor-faktor lingkungan

eksternal didalam perusahaan biasanya dapat digolongkan sebagai Strength (S) atau

Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai

Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis lingkungan strategi ini disebut sebagai

analisis SWOT.

Menurut Fred David, analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman suatu
perusahaan. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut1[2]. Berikut ini akan kita bahas mengenai
lingkungan internal dan eksternal menejemen.

1. Lingkungan Eksternal Manajemen

Lingkungan ekstern atau eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar
organisasi, dimana unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih
dahulu oleh manajer, disamping itu juga akan mempengaruhi manajer di dalam
pengambilan keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi
contohnya yaitu perubahan perekonomian, peraturan pemerintah, perilaku konsumen
atau masyarakat, perkembangan teknologi, politik dan lain sebagainya.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan
makro.
1. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap kegiatan manajemen. Lengkunagan eksternal mikro diartikan
sebagai factor-faktor di luar rumah tangga produksi atau dunia usaha yang berpengaruh
langsung terhadap kegiatan dunia usaha.
Factor-faktor yang termasuk lingkungan ekasternak mikro adalah :
a. Penyedia/pemasok (supplier) dengan adanya pemasok factor-faktor produksi,
muncul kegiatan produksi, di samping itu pemasok juga menunjang kelangsungan
hidup dunia usaha
b. Perantara adalah pihak-pihak yang berperan dalam penyebaran hasil-hasil
produksi dari produsen ke tangan konsumen hingga siap dikonsumsi, misalnya
distributor, pengecer dan sebagainya
c. Teknologi berkaitan secara langsung dengan perkembangan proses pengoilahan
yang berupoa penemuan baru baik peralatan maupun metode kerjanya. Lembaga yang
berkecimpung dalam bidang ini misalnya lembaga RIstek, Litbang dan sebagainya
d. Pasar dalam arti luas. Meskipun letaknya berada di luar kegiatan produksi, tetapi
karena seluruh hasil produksi adalah untuk melayani (dijual ke) pasar, maka semua
pihak yang terlibat dan berada di dalam pasar termasuk unsure lingkungan eksternal
mikro
2. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak
langsung. Masing-masing anggota dunia usaha memiliki perbedaan dalam memberikan
factor-faktor yang secara kongkret dapat dimasukkan ke dalam lingkungan eksternal
makro atau mikro. Hal ini disebabkan oleh sifat majemuk kegiatan dunia usaha. Oleh
karena itu pertimbangan pemilihan factor eksternal makro dan mikro dilakukan secara
umum.
Secara umum unsure-unsur lingkungan eksternal makro dunia usaha adalah
sebagai berikut :
a. Keadaan alam
b. Politik dan hankam, keadaan politik dan pertahanan keamanan secara umum
menciptakan iklim ketenangan usaha
c. Hokum peraturan perundangan-undanagan yang berlaku misalnya
undang-undang perpajakan, perburuhan dan sebagainya
d. Perekonomian, tingkat pendapatan, pola-pola pemenuhan kebutuhan masyarakat,
tingkat investasi dan sebagainya
e. Pendidikan dan teknologi tingkat kecerdasan kehidupan masyarakat yang berkaitan
dengan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi pada
umumnya
f. Social dan kebudayaan : pandangan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat
seperti terwujud dalam norma-norma etika dan social, kepercayaan, agama, kesenian,
pola hubungan antar individu dan sitem kerja samanya, sertta strata social
g. Kependudukan jumlah tingkat kelahiramn-kematian, penyebaran penduduk
(misalnya urbanisasi dan transmigrasi), umur dan jenis kelamin
h. Hubungan internasional : mencakup banyak hal seperti proteksi bahan barang
dan jasa, nialai tukar mata uang teknologi, kebudayaan, polkam dan sebagainya.

2. Lingkungan Internal Manajemen


Lingkungan internal dunia usaha adalah factor-faktor yang berada di dalam
kegiatan produksi dan langsung mempengaruhi hasil produksi. Factor-faktor tersebut
masih berada dalam jangkauan keputusan yang diambil oleh pihak pelaksana dunia
usaha, sehingga dapat dikuasai langsung (controllable).

Factor-faktor yang termasuk lingkungan internal dunia usaha adalah :


1. Tenaga kerja dalam arti pekerja atau karyawan : meliputi lingkungan kerja fisik dan
nonfisik, upah dan gaji jaminan hari tua, pengembangannya dan sebagainya
2. Peralatan dan mesin-mesin : tata letak, pemeliharaan / perawatan, pembebanan,
penerapan teknologi baru dan sebagainya
3. Modal : para pemilik/penyetor modal, pengelolaan dana
4. Bahan mentah, penolong, barang setengah jadi dan barang jadi : pergudangan, arus
aliran fisiknya dan sebagainya
5. System informasi dan administrasi untuk kepentingan pengambilan keputusan bagi
manajemen, misalnya buku-buku anggaran pembelian bahan, rencana penjualan,
laporan penggunaan/ realisasi dana dan sebagainya
Unsur-unsur lingkungan baik eksternal maupun internal secara simulate
berpengaruh timbale balik terhadap dunia usaha. Hal ini berarti kehidupan dunia usaha
juga mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian, dunia usaha dituntut pula tanggung
jawabnya terhadap kehidupan masyarakat luas.

Contoh pengaruh timbal balik antara lingkungan dan dunia usaha :


- Lingkungan eksternal makro : dunia usaha turut serta meningkatkan perekonomian
masyarakat (tingkat pendapatan mereka bertambah) sebab factor-faktor produksi yang
mereka serahkan dibayar oleh dunia usaha. Adanya peningkatan taraf kehidupan
menyebabkan permintaan akan hasil-hasil produksi dari dunia usaha juga meningkat.
Hal ini berarti pula bahwa kegiatan dunia usaha tetap berlangsung bahkan semakin
berkembang
- Lingkungan eksternal mikro : kelangsungan hidup dari penyedia bahan mentah
sangat tergantung pada kegiatan dunia usaha, sebab dunia usaha membutuhkan bahan
mentah untuk menghasilkan alat pemuas. Dengan kelancaran kegiatan dunia usaha
berarti pula dibutuhkan bahan mentah yang lebih banyak.
- Lingkungan internal : apalagi lingkungan kerja menyenangkan dan kesejahteraan
serta pengembangan karyawan / pekerja diperhatikan, maka semangat kerja akan
semakin tinggi. Prestasi kerja yang tinggi akan menguntungkan dunia usaha.

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN MANAJEMEN

1. Pendekatan Sistem
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu sistem.
Pengertian sistem dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas himpunan
bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi
mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu lingkungan. Bagian-bagian atau
subsistem-subsistem tersebut merupakan kompleksitas tersebut, tetapi dalam
kebersamaan mencapai suatu tujuan itu, berlangsung secara harmonis dalam
keteraturan yang pasti.

Suatu sistem terdiri dari “input”, “proses transpormasi”, dan “output” yang
merupakan suatu totalitas, yang digerakkan oleh sistem-sistem yang lebih kecil yang
dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem yang lebih
kecil yang dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem
yang lebih luas.

Sebuah organisasi, misalnya perusahaan, adalah sebuah sistem yang meliputi


bagian-bagian yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, intern dengan
berbagai aktivitas (planning, organizing, actuating, controlling) dan pemanfaatan
sarana bersangkutan (man, money, material, machines, maket, methods dan
information = 6 M + 1 I), ekstern berkaitan dengan elemen lingkungan sebagai
perangsang input dan penerima out-put mereka. Lingkungan ini, oleh Lubis dan
Huseini (1987) seperti: industri, bahan baku, tenaga kerja, keuangan, pasar, teknologi,
kondisi ekonomi, pemerintah, dan kebudayaan. Oleh Pamuji (1989) meliputi faktor
pisik alamiah – trigatra yaitu lokasi dan posisi geografi, iklim dan kekayaan alam,
serta kemampuan penduduk. Faktor sosial pancagatra yaitu Ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hukum.

Pendekatan sistem ialah pendekatan yang bersifat


integratif (penyatuan) karena pendekatan ini didasarkan pada cara berfikir logis dan
sistematis dalam memecahkan suatu masalah organisasi. Pendekatan sistem dapat
digunakan dan diimplementasikan dalam berbagai hal atau kegiatan misalnya
berbagai kegiatan organisasi baik dalam bidang informasi, pendesainan pekerjaan,
pengambilan keputusan, manajemen, maupun dalam penanganan proyek-proyek dan
lain sebagainya. Salah satu bentuk penerapan konsep pendekatan sistem dalam
pendesainan pekerjaan organisasi adalah melalui perencanaan jaringan kerja (Network
planning). Masalah yang sering timbul dalam perencanaan adalah tidak konsistennya
sistem perencanaan dengan kebutuhan di lapangan, karena para
pengambilan keputusan dan perencanaan sering mengabaikan pendekatan sistem
dalam perencanaan.

Di dalam kegiatan organisasi HIMA misalnya, dalam organisasi tersebut terdapat


jaringan kerja yang menghubungkan antar departemen agar antar departemen dapat
berjalan selaras dan menjunjung tinggi tujuan dari organisasi tersebut sehingga
nantinya dapat tercapai semua gol atau target yang telah ditentukan sebelumnya.
Masalah-masalah yang terjadi juga akan lebih mudah diketahui dan dicarikan
solusinya jika dalam suatu organisasi terdapat jaringan kerja.

a)Jaringan Kerja

Pada dasarnya perencanaan jaringan kerja menggunakan cara berfikir sistem


(pendekatan sistem) yang melihat pekerjaan sebagai salah satu sub sistem dari sistem
organisasi secara keseluruhan. Perencanaan jaringan kerja sangat bermanfaat bagi
para pimpinan atau adminstator dalam mengarahkan dan menempatkan para pekerja
pada bidang dan tanggung jawab masing-masing, seperti bidang produksi, bidang
pemasaran, bidang penelitian, dan lain sebagainya.

* Kegunaan Jaringan Kerja

Penggunaan jaringan kerja yang utama ialah untuk suatu kegiatan proyek yang
memerlukan jaringan kerja dan analisis jaringan kerja yang terperinci.

Adapun penggunaan khususnya adalah sebagai berikut:

1.Proyek-proyek kompleks dengan multi kegiatan yang saling tergantung.


2.Proyek besar yang banyak melibatkan orang.
3.Proyek yang memerlukan koordinasi antar departemen atau antar pejabat.
4.Proyek yang memerlukan informasi padat dan kontiniu.
5.Proyek-proyek yang harus diselesikan dalam waktu yang tepat dan biaya yang
terbatas.

2.Pendekatan Kontingensi
a. Definisi Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif
(berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal.
Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip
manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang
penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan,
“pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru,
tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan
praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu
upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana
yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan
adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
b. Parameter Pendekatan Kontingensi
Pada bagian ujung dari spectrum (parameter pendekatan kontingensi) teori X dan teori
Y hanya memanfaatkan dua macam faktor :
a. Pekerjaan
b. Sifat manusia sebagai parameter organisasi

Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System


Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :

a. Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan


b. Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c. Kepribadian para anggota organisasi
d. Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para
karyawan organisasi yang bersangkutan
e. Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi
yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran
organisasi tersebut.
c. Ciri-ciri Pendekatan Kontingensi
Beberapa ilmuan manajemen tertarik pada pemikiran kontingensi, hal itu karena
merupakan sebuah kompromis yang dapat dimanfaatkan antara pendekatan sistematik
dan apa yang dapat dinamakan perspektif situasional murni.
Pendekatan sistematik kerapkali dikritik orang karena pendekatan tersebut bersifat
terlampau umum atau abstrak walaupun pandangan situasional murni yang
mengasumsi bahwa setiap situasi kehidupan nyata memerlukan suatu pendekatan
yang sangat berbeda telah dinyatakan orang sebagai hal yang terlampau spesifik.
d. Ada tiga macam pendekatan kontingensi :
1) Model kepemimpinan kontingnsi dari Friedler
2) Model tida dimensi kepemimpinan dari Reddin
3) Model kontinum kepemimpinan dari Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt
Penjelasan :
1) Model kepemimpinan Friedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena
model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja
kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan
kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Friedler, ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor itu adalah :
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan
2. Struktur tugas
3. Kekuatan posisi
Penjelasan :
1. Menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh
bawahan, dan kemampuan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
2. Menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara
jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan
petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
3. Menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki pemimpin
karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan
arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
2) Model tiga dimensi dari Raddinini menghubungkan tiga kelompok gaya
kepemimpinan yaitu :
a. Gaya Dasar
b. Gaya Efektif Dalam satu kesatuan
c. Gaya Tidak efektif

Kelompok Gaya Dasar


a. Separated (pemisah)
b. Dedicated (pengabdi)
c. Related (penghubung)
d. Lufegrated (terpadu)
Kelompok Gaya Efektif
a. Bureaucrat (birokrat)
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana)
c. Developer (pengembang)
d. Execlutive (eksekutif)
Kelompok Gaya Tidak efektif
a. Deserter (pelan)
b. Autocrat (otokrat)
c. Missionary (penganjur)
d. Compromiser (kompromis)

3) Kontinum (Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt)


Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang
ektrem :
1. Bidang pengaruh pimpinan
2. Bidang pengaruh kebebasan bawahan
* Pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya
*Pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.

Pelajaran yang Dapat Diambil dari Pendekatan Kontingensi


Walaupun belum dikembangkan secara sempurna, pendekatan kontingensi merupakan
suatu tambahan yang amat bermanfaat bagi pemikiran manajemen karena ditekankan
oleh hal-hal yang bersifat situasional.
Manusia, organisasi, dan problem bersifat terlampau kompleks untuk membenarkan
pemikiran yang hanya dititikberatkan pada prinsip-prinsip universal manajemen.
Begitu pula dapat kita katakan bahwa pemikiran kontingensi merupakan suatu
perluasan praktis dari pendekatan sistematik. Dengan mengasumsi bahwa pemikiran
sistematik merupakan suatu kekuatan sistesis yang mempersatukan dalam pemikiran
manajemen, pendekatan kontingensi menjanjikan suatu pengarahan ke arah praktikal.

Teori Kontigensi (Contingency)

Pendekatan Situasional Contingency menggambarkan bahwa gaya yang


digunakan adalah bergantung pada faktor – faktor seperti situasi, karyawan, tugas,
organisasi dan variable lingkaran lainnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku
kepemimpinan menurut Mary Parker Follet yang menggambarkan hukum situasi
menyatakan bahwa ada 3 variable yang mempengaruhi para pemimpin, yaitu :

§ Pemimpin

§ Pengikut atau bawahan

§ Situasi

Rangkaian kesatuan kepemimpinan Tannen Bawn dan Selmit :

Mempertimbangkan tiga kumpulan kekuatan sebelum melakukan pemilihan gaya


kepemimpinan, yaitu :

1. Kekuatan manager adalah :

(a) Sistem nilai

(b) KEPercayaan terhadap bawahan

(c) Kecenderungan kepemimpinan sendiri

(d) Perasaan aman dan tidak aman


2. Kekuatan – kekuatan di dalam diri para bawahan :

(a) Kebutuhan mereka akan kebebasan

(b) Kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab

(c) Apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian …………..

(d) Harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan

3. Kekuatan – kekuatan situasi adalah :

(a) Tipe organisasi

(b) Effektifitas kelompok

(c) Desakan waktu

(d) Sifat masalah itu sendiri

Ada beberapa power yaitu:


-> legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
-> reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.

Teori Siklus Kehidupan

Konsep dasar teori siklus kehidupan adalah strategi dan perilaku pemimpin
harus situasional dan didasarkan pada kedewasaannya dan para pengikutnya.
Kedewasaan adalah kemampuan individu atau kelompok dalam menetapkan tujuan
tinggi tetapi dapat dicapai, ada kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab.
Perilaku tugas adalah tingkat dimana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan
dan menentukan peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang
dilaksanakan, kapan dan dimana, dan bagaimana tugas diselesaikan.Perilaku
Hubungan berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau para
anggota kelompoknya.

Teori Situasional Hersey dan Blanchard yaitu teori yang memfokuskan


kepada pengikut. Menurut teori ini bahwa kepemimpinan yang berhasil dicapai
dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, bersifat tergantung pada kesiapan
atau kedewasaan para pengikutnya. (Robbins, 2002:49) mengemukakan
kepemimpinan situasional lebih menekankan pada pengikut yaitu pada kesiapan atau
kematangan pengikut.

Menurut Paul Hersey dan Blachard (1995:34) mengemukakan bahwa


hubungan antara pemimpin dengan bawahannya berjalan melalui 4 (empat) tahap
menurut perkembangan dan kematangan bawahan yaitu :

a. Gaya Penjelasan (telling style) yaitu pada saat bawahan pertama kali memasuki
organisasi, orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang rendah paling
tepat. Bawahan harus lebih banyak diberi perintah dalam pelaksanaan tugasnya dan
diperkenalkan dengan aturan-aturan dan prosedur organisasi.
b. Gaya Menjual (selling style) yaitu pada tahap ini bawahan mulai mempelajari
tugas-tugasnya. Kepemimpinan orientasi tugas yang tinggi masih diperlukan, karena
bawahan belum bersedia menerima tanggung jawab yang penuh. Tetapi kepercayaan
dan dukungan pemimpin terhadap bawahan dapat meningkat. Di mana pemimpin
dapat mulai menggunakan perilaku yang berorientasi hubungan yang tinggi.
c. Gaya Partisipasi (participating style) yaitu tahap ini kemampuan dan motivasi
pestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mulai mencari tanggung jawab
yang lebih besar. Di mana perilaku pemimpin adalah orientasi hubungan tinggi dan
orientasi tugas rendah.
d. Gaya Pendelegasian (delegating style) yaitu tahap ini bawahan secara
berangsur-angsur menjadi lebih percaya diri, dapat mengarahkan diri sendiri, cukup
berpengalaman, dan tanggung jawabnya dapat diandalkan. Di mana gaya
pendelegasian yang tepat yaitu orientasi tugas dan hubungan rendah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Manajemen dan lingkungan

Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang


dihadapi oleh seorang manajer.Pendekatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada didalam maupun diluar perusahaan pada proses membuat perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota
organisasi dan enggunakan semu sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran.

Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan


teknik serta keputusan yang akan diambil. Sebagai seorang manajer tidak harus hanya
memperhatikan lingkungan usahanya atau intern saja, tapi juga harus bisa
mengantisipasi lingkungan di luar perusahaan atau ekstern.

2. pendekatan-pendekatan manajemen

pendekatan sistem memandang manajemen sebagai suatu sistem. Pengertian


sistem dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu
sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu di
dalam suatu lingkungan.
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif
(berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal.
Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip
manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional.

Anda mungkin juga menyukai