Pengaruh Lama Perendaman Dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3 Terhadap Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Semai Mahoni
Pengaruh Lama Perendaman Dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3 Terhadap Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Semai Mahoni
SKRIPSI
Oleh :
SOFIA NURHASANAH
201510320311071
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH GA3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
DAN PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macropylla King)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu
OLEH :
SOFIA NURHASANAH
201510320311071
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PERTERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 201510320311071
Jurusan : Kehutanan
Dr. Ir. Joko Triwanto, M.P., IPU Febri Arif C.W, S.Hut, M.Sc
NIP : 10589090103 NIP : 180911021993
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan
I
SKRIPSI
Oleh :
Sofia Nurhasanah
201510320311071
Skripsi ini telah diterima sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Program Studi Kehutanan dan telah dipertahankan dihadapan
dewan penguji pada tanggal ...
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Joko Triwanto, M.P., IPU Febri Arif C.W, S.Hut, M.Sc
NIP : 10589090103 NIP : 180911021993
Malang, ...
Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Dr. Ir. David Hermawan, MP, IPM Tatag Muttaqin S.Hut., M.Sc.,
IPM
NIP : 196405261990031003 NIP : 10509070473
II
III
RIWAYAT HIDUP
IV
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sofia Nurhasanah
NIM : 201510320311071
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama
Ppereendaman dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3 terhadap
Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Semain Mahoni (Swietenia
macropilla King)” adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang diacu dalam naskah ini dan telah
dituliskan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi dari pihak
akademik.
Malang, ...
Yang membuat pernyataan
Sofia Nurhasanah
V
PRAKATA
Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah
S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya semata sehingga saya mampu
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Lama Perendaman dan
Konsetrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh GA3 terhadap Perkecambahan Benih
dan Pertumbuhan Semai Mahoni (Swetenia macropylla King)”.
Malang, ...
Penulis
VI
UCAPAN TERIMA KASIH
1 Bapak Dr. Ir. David Hermawan, MP, IPM selaku Dekan Fakultas
Pertanian Peternakan yang telah menyediakan sarana dan prasarana.
2 Bapak Tatag Muttaqin, S.hut., M.Sc., IPM selaku Ketua Jurusan
Kehutanan yang telah memberikan dukungan dan harapa kepada
mahasiswa.
3 Bapak Ir. Joko Triwanto, MP., IPU selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
4 Bapak Bapak Febri Arif Cahyo W, S.Hut., M.Sc selaku pembimbing
kedua yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
5 Orang tua tercinta yang sudah memberikan do’a serta dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6 Teman-teman jurusan kehutanan yang sudah memberi bantuan, semangat
dan motivasi
Malang, …
Penulis
VII
ABSTRAK
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1
suatu larutan yang terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya kebocoran
bahan-bahan organik dalam benih seperti enzim, sehingga tidak
mencukupi untuk pertumbuhan. Selanjutnya, perendaman benih yang
terlalu singkat kurang efektif” (Sitompul,1995). Menurut Zulkarnain
“faktor penting dari pemberian zat pengatur tumbuh adalah penggunaan
konsentrasi yang harus tepat, tidak boleh rendah maupun terlalu tinggi,
karena konsentrasi yang terlalu rendah kemungkinan tidak terjadinya
keseimbangan hormonal, sedangkan pada konsentrasi yang berlebihan
akan berdampak terhadap keseimbangan konsentrasi antara cairan di
dalam sel dan di luar sel” (Zulkarnain,2009).
Benih mempunyai batasan umur, artinya benih akan mengalami
penuaan dan akhirnya mati. Peristiwa penurunan kondisi benih disebut
deteriorasi atau kemunduran benih. Ilyas menjelaskan “Indikasi
kemunduran benih ditandai dengan meningkatnya kandungan lipid
peroksida yang merusak integritas membran. Peroksidasi lipit dapat
diminimalkan dengan melakukan modifikasi lipid, perlakuan tekanan
oksigen, pemberian antioksidan dan perlakuan hidrasi-dehidrasi atau
priming. Prinsip priming adalah mengaktifkan sumber daya yang dimiliki
benih ditambah dengan sumber daya dari luar untuk memaksimumkan
perbaikan pertumbuhan dari hasil tanaman. Priming akan memberikan
perbaikan fisiologi, antara lain benih akan berkecambah lebih cepat dan
serempak serta dapat meningkatkan persentase perkecambahan”
(Ilyas,1995).
Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
pengaruh lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan semai mahoni (Swietenia
macropylla King)
2
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi larutan zat
pengatur tumbuh GA3 terhadap perkecambahan benih dan perkembangan
semai mahoni (S. Macropylla King).
1.3 Hipotesis
Lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh akan
mempengaruhi perkecambahan serta pertumbuhan semai mahoni
(S.macropylla). Benih yang direndam lebih lama memiliki tingkat
perkecambahan yang tinggi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagi penulis, sebagai sarana dalam menambah pengetahuan dan sebagai
syarat menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 pada Fakultas Pertanian –
Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Bagi Instansi terkait, sebagai investasi yang dapat memberikan manfaat
dalam mengoptimalan produksi bibit mahoni (S. Macropylla King) dengan
mempertimbangkan lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur
tumbuh GA3.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi: Spermathophyta
Subdivisi:Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili :Meliaceae
Genus :Swietenia
Mahoni pada habitat aslinya tmbuh di hutan dengan iklim dengan suhu
berkisar 16-30 °C, curah hujan berfariasi dari 1250 - 2500 mm, sebagian
besar dimusin panas tapi menyebar hampir di setiap tahun. Perkembangan
mahoni terbaik sering ditemukan pada daerah yang tidak jauh dari (Orwa,
2009).
4
tanaman mahoni dapat digunakan secara signifikan untuk pengobatan, di
Malaysia biji mahoni telah digunakan secara tradisional untuk mengobati
hipertensi, diabetes, dan sebagai anti-inflamasi. Di Indonesia biji mahoni
telah digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan diabetes,
hipertensi, dan malaria (Gardner, 1991).
5
sehingga terjadi pelepasan 0₂ dan 0₂ tersebut yang kemudian mengkonversi
energi menjadi ATP dan NADP. Proses kedua adalah proses yang tidak
membutuhkan cahaya (reaksi gelap) yang terjadi ketika produk dari reaksi
terang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen C-C dari karbohidrat.
Pada proses ini, C0₂ atmosfer ditangkap dan dimodifikasi oleh penambahan
hydrogen menjadi bentuk karbohidrat, reaksi gelap ini berlangsung dalam
stroma kroloplas (Setyadi,1983).
2.3 Perkecambahan
Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi
sejak benih dormansi sampai bibit tumbuh. Daya kecambah benih adalah
mekar dan perkembangan bagian-bagian penting dari embrio benih yang
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh secara normal pada lingkungan
yang sesuai. Daya kecambah benih meningkat dengan bertambahnya umur
benih sampai masak fisiologis benih tercapai (Hadi, 2011). Menurut Henny
“ bahwa perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen
benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan baru. Komponen benih tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat didalam benih seperti radikula dan plumula. Hasil dari
perkecambahan yaitu munculnya tumbuhan kecil dari dalam benih. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi
akar (Henny, 2010).
Perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih
diikuti denganmelunaknya kulit benih serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan
peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam benih. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dan tersedia cukup air dengan osmosis tertentu. Dinding sel yang
kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi menyebabkan kadar air
di dalam benih mencapai 50-60% dan menyebabkan pecahnya kulit benih.
Air merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam benih. Suhu optimum
6
untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40 °C (Kozlowski,
1972).
Lebih lanjut Dwidjosoeputro menjelaskan “perkecambahan dapat
dibagi menjadi dua tipe yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan
hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat keatas permukaan
tanah. Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk.
Organ pertama yang muncul ketika benih berkecambah adalah radikula yang
kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Perkecambahan
hipogeal ditandai dengan epikkotil yang tumbuh memanjang kemudia
plumula tumbuh keatas permukaan tanah menembus kulit benih. Kotiledon
tetap berada di dalam tanah. Benih yang berkecambah belum memiliki
kemampuan untuk mensintesis cadangan makanan sendiri. Kebutuhan
karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan. Cadangan makanan pada
benih berupa amilum atau pati yang tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel
lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula
terlarut dalam air” (Dwidjosoeputro. 1978).
Wahyudi berpendapat bahwa “Daya kecambah merupakan faktor
penentu keberhasilan yang utama. Karena sebaik apapun materi yang
terkandung di dalam benih tersebt jika akhirnya tidak bisa berkecambah
maka perkembangbiakan suatu tanaman tidak akan berhasil”. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah yaitu faktor internal
dan eksternal dimana faktor internal terdiri dari:
1. Tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen sebelum tercapainya masak
secara fisiologis akan memiliki viabilitas yang rendah. Bahkan pada beberapa
tanaman tertentu benih yang demikian tidak akan bisa berkecambah. Hal
tersebut dikarenakan benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup
untuk mendukung perkembangan embrio.
2. Ukuran benih, benih yang berukuran besar memiliki cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan benih yang berukuran kecil. Selain itu benih
7
dengan ukuran besar juga memungkinkan memiliki embrio yang besar pula.
Semakin besar ukuran benih maka semakin besar kecambah yang dihasilkan.
3. Dormansi, dormansi adalah istilah yang menjelaskan bahwa benih pada
saat keadaan hidup namun tidak dapat berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang memungkinkan benih tersebut untuk berkecambah. Benih
dikatakan dormansi sementara apabila benih tersebut tidak tumbuh dalam 3-7
hari dan dikatakan dormansi total jika tidak tumbuh dalam jangka waktu yang
lama.
4. Penghambat perkecambahan, penghambat perkecambahan benih dapat
berupa kehadiran inhibitor atau zat penghambat pertumbuhan seperti asam
absisat yang dapat menghambat perkecambahan.
Faktor eksternal terdiri dari:
1. Air, air sangat penting karena ketersediaan air dilingkungan sekitar benih
akan berperan dalam menghilangkan inhibitor perkecambahan dan
sebagai pengurai karbohhidrat dalam kotiledon benih.
2. Suhu, suhu optimum dalam proses perkecambahan sekitar 25-35 drajat
celcius.
3. Oksigen, oksigen dapat diserap oleh benih melalui proses respirasi yang
akan mendorong pertumbuhan kecambah dengan cepat.
4. Cahaya, perkecambahan yang terkena sinar matahari akan menonaktifkan
hormon auksin dan gibberellin sehingga peryumbuhan semainya tidak
sehat dengan ciri daun kuning, serta batang yang kurang kuat. Sedangkan
perkecambahan yang terjadi tanpa terkena matahari akan mengaktifkan
hormon sehingga pertumbuhan dapat terjadi dengan optimal dengan
semau yang sehat (Wahyuni, 2013)
2.4 Zat pengatur tumbuh GA3
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah gibberellin yang banyak
berperan dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman.
8
melaporkan bahwa gibberellin berperan dalam pembentangan dan
pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji dapat berkecambah,
mobilisasi endosperm cadangan selama pertumbuhan awal embrio,
pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang,
perkembangan bunga dan buah, pada tumbuhan roset mampu
memperpanjang internodus sehingga tumbuh memanjang (Agustin,2008).
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik atau hormon yang
mampu mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman.
Hormon yang bukan pupuk ini hanya diperlukan tanaman dalam jumlah
sedikit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian
ZPT. Faktor-faktor tersebut antara lain kedewasaan tanaman, lingkungan dan
dosis. Penggunaan dosis yang tepat sangat penting. Jika terlalu rendah
pengaruhnya tak akan ada. Sebaliknya jika berlebih, pertumbuhan tanaman
justru terhambat atau bahkan mati sama sekali (Setyadi, 2009).
Kelompok zat pengatur tumbuh gibberellin terdiri atas kira -kira 60
macam senyawa, GA3 merupakan yang paling banyak temui didalam
tanaman. Asam giberelat tidak tahan panas. Secara umum, peranan asam
giberelat di dalam tanaman adalah menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa
gibberellin digunakan dalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan
pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dari
kalus (Zulkarnain, 2009).
Menurut Kusumo menyatakan bahwa “salah satu cara perlakuan
menggunakan zat pengatur tumbuh adalah dengan cara merendam benih.
Perendaman ini memungkinkan benih mengalami inhibisi sehingga kadar air
benih setelah perendaman akan meningkat dan menstimulir perkecambahan”.
Gibberellin merupakan senyawa diterpenoit. Gibberellin memiliki struktur
dasar kimia berupa kerangka giban dan kelompok karboksil bebas. Terdapat
berbagai macam bentuk giberelin yaitu GA1, GA2, GA3, sampai GA52. Zat
ini memiliki sifat-sifat antara lain : berbentuk kristal, sedikit larut dalam air,
larut dengan bebas alam methanol, ethanol, aseton, dan larut sebagian dalam
etil asetat (Saut, 2002).
9
Gibberellin juga mempunyai peran dalam mendukung perpanjangan
sel, aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa
protein disamping ini gibberellin juga mempunyai pengaruh pada aktifitas
kambium, aktifitas sel dan pertumbuhan. Penentuan zat pengatur tumbuh
yang akan digunakan memerlukan pengetahuan tentang cara menghitung
dosisnya. Hal ini sangat penting karena apabila perhitungannya keliru dapat
berakibat fatal bagi pertumbuhan jaringan. Zat pengatur tumbuh dengan dosis
yang terlalu tinggi justru akan menghambat pertumbuhan kalus (Abidin,
1983).
Pengaturan tumbuh tanaman oleh kombinasi kegiatan sejumlah zat
tumbuh terutama banyak dilaporkan dari penelitian tentang tumbuh vegetatif
pada stadiun ini perkembangan tumbuhan tergantung pada pembelahan,
pembesaran, dan diferensiasi sel. Adapun pengaruh pemberian gibberellin
terhadap pembelahan sel yaitu terjadi pembelahan sel di daerah meristem
batang, tumbuh kambium dan hilangnya dormansi. Pengaruh pemberian
giberelin terhadap pembesaran sel yaitu tumbuh tunas lateral pada bagian
tanaman, asam giberelat juga mampu meningkatkan besar daun beberapa
jenis tumbuhan (Abidin, 1983).
Gibberellin dapat memanjangkan tunas dan cabang tanaman juga
mempunyai daya untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif
tumbuh -tumbuhan selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan
pemanjangan batang dan akar, peranan gibberellin memacu perkembangan
jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh,
sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Susilowati,2014).
Menurut Yasmin “apilkasi konsentrasi larutan GA3 yang diberikan
mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui peningkatan tinggi tanaman
dan luas daun. Pemberian larutan GA3 ternyata dipengaruhi oleh konsentrasi
yang diberikan, konsentrasi larutan GA3 yang dibutuhkan oleh setiap jenis
tanaman berbeda-beda. Pemberian konsentrasi larutan GA3 yang tepat dapat
memacu pertumbuhan tanaman” (Yasmin, 2014). Hal ini dibuktikan pada
penelitian Sunardi dalsm Yasmin pada tanaman kangkung perlakuan 15 ppm
10
GA3 berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot basah dan bobot kering
tanaman. Penggunaan larutan GA3 dengan konsentrasi 40 ppm dalam
tanaman selada berumur 30 hari setelah tanam meningkatkan panjang daun,
merangsang terjadinya pembungan, dan juga merangsang ukran panjang sel
tanaman selada secara nyata (Yasmin, 2014).
Menurut Abidin “ perendaman benih dalam larutan gibberellin dapat
menyebabkan terjadinya pelunakan kulit benih sehingga lebih permeabel
terhadap air dan oksigen. Hal ini akan memudahkan benih menyerap larutan
gibberellin, dengan masuknya gibberellin ke dalam benih akan merangsang
pembentukan enzim alfa amilase untuk mengubah pati menjadi gula”. Lama
perendaman optimum dalam merangsang perkecambahan adalah 24 jam.
Semakin lama benih direndam maka proses imbibisi semakin lama sehingga
benih akan dapat menyerap air dan gibberellin lebih banyak. Proses imbibisi
pada benih berguna untuk meningkatkan kandungan air benih dan
mengaktifkan enzim (abidin, 1983).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Pembuatan stimulan
Stimulan yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dari GA3 dengan
lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh. Lama
perendaman dibagi menjadi 3 jaitu 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Jenis zat
pengatur tumbuh yang digunakan yaitu gibberellin (GA3) dengan konsentrasi
stimulansia yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas empat level, yakni: 0
ppm, 100 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm.
b. Rancangan Percobaan
12
yaitu konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh. Faktor percobaan tersebut
sebagai berikut:
Kombinasi perlakuan
Perlakuan G
G1 G2 G3 G4
Perlakuan T
Keterangan :
13
T1GI: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T1G2: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T1G3: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T1G4: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm
T2G1: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T2G2: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T2G3: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T2G4: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm
T3G1: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T3G2: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T3G3: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T3G4: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm
14
c. Denah Percobaan
Setelah mengetahui kombinasi perlakuannya, kemudian dilakukan
pengacakan perlakuan untuk membuat denah percobaan sebagai berikut:
Ulangan 2 Ulangan 3
U
Ulangan 1
15
d. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan
persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan GA3
GA3 sebanyak 1 g dilarutkan dengan menambahkan sedikit alkohol
70% ke dalam labu takar 1000 ml, kemudian ditambahkan akuades sampai
volume akhir 1000 ml, sehingga didapatkan GA3 dengan konsentrasi 1000
ppm sebagai larutan stok. Kemudian untuk mendapatkan GA3 yang
diperlukan sesuai perlakuan, maka dilakukan pengenceran dari larutan
stok.
2. Pemilihan benih
Benih mahoni yang digunakan dipilih benih yang mempunyai
viabilitas/daya kecambah tinggi yaitu benih yang matang dan utuh.
3. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah : pasir : pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1:1. Sebelum dimasukkan ke dalam polibag
berukuran 10 x 15 cm, media tersebut dibersihkan dari kotoran seperti
daun-daunan dan lainnya.
4. Penanaman benih
Benih yang akan dikecambahkan lebih dahulu direndam dalam
larutan GA3 dengan lama dan konsentrasi sesuai dengan masing-masing
perlakuan. Benih ditanam ke dalam media tanam yang sudah dipersiapkan.
Setiap polibag berisi 1 benih mahoni. Setelah semua berkecambah,
kemudian dipilih bibit yang paling baik pertumbuhannya yang akan
dijadikan sampel yang akan diamati.
5. Pemeliharaan tanaman
Tahapan ini meliputi penyiraman, penyiangan serta pemberantasan
hama dan penyakit secara fisik. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau
tergantung kondisi pada saat itu. Penyiangan dilakukan apabila ada gulma
yang tumbuh.
16
6. Peubah
Peubah merupakan perhitungan pertumbuhan benih yang digunakan
sebagai pembanding setiap perlakuan. Ada pun peubah yang digunakan
untuk mengamati perkecambahan dan pertumbuhan benih mahoni yaitu:
1) Daya perkecambahan, yang meliputi hidup dan mati. Pengamatan
ini dilakukan dari benih mulai berkecambah sampai benih berumur 15
hari. daya perkecambahan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Daya Kecambah (DK)
= jumlah benih yang berkecambah hingga akhir pengamatan +
benih yang tidak tumbuh namun masih baik dan utuh
X 100%
17
(2) Jumlah daun, penghitungan jumlah daun ini dilakukan apabila
benih sudah berkecambah dan muncul daun sejati dengan
menghitung daun yang sudah tumbuh sempurna dan berwarna
hijau.
(3) Diameter batang, pengukuran ini dimulai sejak semai tumbuh
dengan sempurna sampai umur 60 hari dengan menggunakan
jangka sorong.
(4) Bobot basah, didapat dengan cara menimbang keseluruhan
bagian tanaman. Bagian tanaman yang ditimbang telah bebas dari
kotoran dan ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan
satuan gram.
(5) Bobot kering, didapat dari semua bagian tanaman yang telah
dioven selama 24 jam kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik dengan satuan gram.
(6) Panjang akar, pengukran panjang akar dilakukan pada akhir
pengamatan dengan menghitung dari pangkal batang sampai
dengan akar.
e. Analisis Data
Menurut Rochiman (2008) bahwa model umum rancangan
percobaan acak kelompok yang digunakan adalah :
Yij= μ+ i+ βj + εij
Keterangan :
I = 1, 2, . . . , t
J = 1, 2, 3, . . . , n
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya kelompok yang merupakan juga banyaknya ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
μ = nilai tengah umum
i = pengaruh perlakuan ke-i
18
βj = pengaruh perlakuan ke-j
εij =pengaruh acak pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Daya Kecambah
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 1a, menunjukkan bahwa
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap daya kecambah benih mahoni (S.
perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan
Tabel 4.1 Rerata Interaksi Daya Kecambah Benih Mahoni (S. Macropylla King)
20
dan T2 memiliki kecenderungan nilai persentase daya kecambah yang sama
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap laju kecambah benih
pengaruh tidak nyata terhadap laju kecambah benih mahoni (S. Macropylla King).
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05
Tabel 4.2 Rerata Interaksi Laju Perkecambahan Benih Mahoni (S. Macropylla King)
untuk perlakuan G1, G3 dan G4 memiliki nilai kecenderungan yang lebih kecil
4.1.3 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 2, menunjukkan bahwa
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap tinggi semai mahoni
(S. Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sepuluh setelah
terhadap tinggi semai mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase tinggi semai
pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengukuran tinggi semai mahoni (S.
lama perendaman 24 jam (T3) sebesar 21,12 cm. Untuk konsentrasi zat pengatur
tumbuh GA3 terbaik dengan perolehan tinggi semai sebesar 22,64 cm pada
22
Tabel 4.2 Rerata Interaksi Tinggi Benih Mahoni (S. Macropylla King)
Rerata Tinggi
Perlakuan
1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst
Faktor Lama Perendaman
T1 7,75 a 9,23 a 10,50 a 11,79 a 12,91 a 14,18 a 14,88 a 16,17 a 14,18 a 17,20 a
T2 9,15 a 11,09 a 12,91 a 14,62 a 15,90 a 17,30 a 18,31 a 18,84 a 19,49 b 18,94 a
T3 11,23 a 13,50 a 15,20 a 16,97 a 19,50 a 21,78 b 22,26 a 24,36 b 25,40 c 21,12 a
G2 9,99 a 12,37 a 14,22 a 15,88 a 17,60 a 17,60 a 19,93 a 22,07 a 22,15 a 22,64 a
G3 7,52 a 9,20 a 10,42 a 12,04 a 13,77 a 13,77 a 15,63 a 18,43 a 20,97 a 18,70 a
G4 10,91 a 12,43 a 13,95 a 15,40 a 16,45 a 16,45 a 18,45 a 21,10 a 20,37 a 19,77 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap jumlah daun semai
mahoni (S. Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sembilan
setelah penanaman, sedangkan pada minggu ke sepuluh terjadi interaksi sangat nyata.
daun semai mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase jumlah daun semai
pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4
23
Tabel 4.4 Rerata Interaksi Daun Semai Mahoni (S. Macropylla King)
T1G1 1,23a
T1G2 1,90ab
T1G3 1,23a
T1G4 1,43a
T2G1 1,73ab
T2G2 1,93ab
T2G3 1,40a
T2G4 1,83ab
T3G1 2,17de
T3G2 2,63e
T3G3 2,07c
T3G4 2,10cd
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan daun semai mahoni (S.
zat pengatur tumbuh 100ppm (T3G2) sebanyak 2,6%. Julah daun pada kombinasi
perlakuan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm
(T3G2) memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan
lama perendaman 24 jam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 0ppm (T3G1) dan
24
persentase daun paling sedikit ditemukan pada kombinasi perlakuan lama
1,32%. Kombinasi perlakuan dengan hasil tidak beda nyata pada perlakuan lama
perendaman 6 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 200ppm (T1G3)
pengatur tumbuh GA3 300ppm (T1G4) sebesar 1,43%, dan perlakuan lama
perendaman 12 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 200ppm (T2G3)
Gambar 4.1 Gambar jumlah daun semai mahoni (S. Macropylla King).
4.1.5 Diameter
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 4, menunjukkan bahwa
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap diameter mahoni (S.
Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sepuluh setelah
terhadap diameter mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase diameter semai
25
pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Rerata Interaksi Diameter Benih Mahoni (S. Macropylla King)
Rerata Diameter
Perlakuan
1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst
Faktor Lama Perendaman
T1 1,15 a 1,27 a 1,35 a 1,43 a 1,76 a 1,60 a 1,68 a 2,02 a 1,84 a 2,02 a
T2 1,39 a 1,53 a 1,71 a 1,83 a 1,95 a 1,99 a 1,84 a 2,17 a 2,27 a 2,17 a
T3 1,90 b 2,23 b 2,49 b 2,85 b 3b 3,05 b 3,12 b 3,27 a 2,95 a 2,71 a
Faktor Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3
G1 1,34 a 1,49 a 1,66 a 2,12 a 2,26 a 2,45 a 2,73 a 2,77 a 1,91 a 1,94 a
G2 1,51 a 1,73 a 1,88 a 2,02 a 2,13 a 2,26 a 2,31 a 2,93 a 2,59 a 2,82 a
G3 1,54 a 1,74 a 1,97 a 1,80 a 1,93 a 1,61 a 1,75 a 1,82 a 2,25 a 1,82 a
G4 1,53 a 1,73 a 1,89 a 2,20 a 2,63 a 2,52 a 2,06 a 2,52 a 2,66 a 2,62 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pengukuran diameter semai mahoni (S.
lama perendaman 24 jam (T3) sebesar 2,71 mm. Untuk konsentrasi zat pengatur
tumbuh GA3 terbaik dengan perolehan tinggi semai 2,82 mm pada pengamatan ke
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap panjang akar semai
Rerata persentase panjang akar pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat
Tabel 4.6 Rerata Panjang Akar Semai Mahoni (S. Macropylla King)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil panjang akar semai terpanjang pada
sepanjang 25,09 cm. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan panjang
26,11 cm terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm
(G4).
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap bobot basah semai
Rerata persentase bobot basah pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat
Tabel 4.7 Interaksi Rerata Bobot Basah Semai Mahoni (S. Macropylla King)
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil bobot basah semai terberat pada akhir
9,03 gram. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan berat 9,50 gram
terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4).
tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap bobot kering semai
pengaruh tidak nyata terhadap bobot kering semai mahoni (S. Macropylla King).
28
Rerata persentase bobot kering pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat
Tabel 4.8 Rerata Bobot Kering Semai Mahoni (S. Macropylla King)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil bobot kering semai terberat pada akhir
2,73 gram. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan berat 2,81 gram
terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4).
4.2 Pembahasan
termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter
mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar
berwarna coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang
berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua,
29
beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni (S. macropylla King) bar berbunga
berlekuk lima, warna coklat dengan benih pipih berwarna hitan atau coklat.
Mahoni (S. macropylla King) dapat tumbuh liar di dala hutan dan tempat-tempat
yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.
Mahoni (S. macropylla King) berasal dari Hindia Barat dapat tumbuh subur bila
hasil bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap daya perkecambahan benih
interkasi yang nyata antara perlakuan T dan G. Daya kecambah tertinggi terdapat
pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2) sebesar
10,90%. Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2) memiliki
nilai yang lebih tinggi dari perlakuan konsentrasi zat pengaruh tumbuh 0ppm (G1)
sebesar 9,73%, perlakuan konsentrasi zat pengaruh tumbuh GA3 200ppm (G3)
sebesar 9,50% dan 300ppm (G4) sebesar 9,93% memberikan hasil persentase
daya kecambah yang rendah karena pemberian zat pengatur tumbuh GA3 dengan
30
zat pengaruh tumbuh GA3 dalam dosis tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman,
tetapi bila GA3 diberikan dengan dosis yang tidak tepat ( berlebihan ) dapat
sebesar 10,38% pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3). Perlakuan lama
perendaman 6 jam (T1) sebesar 9,70% dan 12 jam (T2) sebesar 9,98% memilik
lama perendaman 24 jam (T3). Hal tersebut dapat terjadi karena semakin lama
benih direndam maka proses imbibisi benih akan semakin lama sehingga semakin
untuk mempermudah air masuk kedalam keping biji. Karena proses awal
perkecambahan adalah proses imbibisi yaitu masuknya air ke dalam biji hingga
kadar air di dalam biji mencapai persentase tertentu antara 50-60 %. Proses
perkecambahan ini dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia
cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat terjadinya proses imbibisi kulit
biji akan menjadi lunak dan retak-retak. Bersamaan dengan proses imbibisi akan
(katabolisme) yang akan menghasilkan energi ATP dan unsur hara yang akan
pembentukan sel-sel baru pada embrio akan diikuti proses diferensiasi sel-sel
sehingga terbentuk plumula yang merupakan bakal-batang dan daun serta radikula
31
yang merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akan bertambah besar sehingga
terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi
zat pengatur tumbuh GA3 terhadap laju perkecambahan benih mahoni (S.
terdapat pada konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm (G2) dengan nilai sebesar
tumbuh 0ppm (G1) sebesar 100% , konsentrasi zat pengatur tumbuh 200ppm (G3)
sebesar 93,33%, dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 300ppm (G4) sebesar
pengatur tumbuh GA3 sehingga tidak terjadi pengaruh yang nyata, sedangkan
pada perlakuan G3 dan G4 konsentrasi zat pengatur GA3 yang diberikan terlalu
perendaman dengan nilai sebesar 120% pada perlakuan lama perendaman 24 jam
(T3). Perlakuan lama perendaman 24 jam (T3) memiliki persentase yang lebih
tinggi dari perlakuan lama perendaman 6 jam (T1) sebesar 95% dan 12 jam (T2)
sebesar 105% karena semakin lama benih direndam maka proses imbibisi benih
akan semakin lama sehingga semakin banyak air dan zat giberelin yang masuk ke
32
dalam benih , hal ini sesuai dengan pernyataan harry dkk yang menyatakan bahwa
proses imbibisi pada benih berguna untuk meningkatkan kandungan air benih dan
mengaktifkan enzim didalam benih. Setelah terjadi penyerapan air, maka enzim
cadangan makanan yang akan larut dalam air dan berdifusi (Harry, 1990).
pembelahan sel kemudian diikuti oleh pembesaran sel dan difesensiasi sel
antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
terhadap tinggi semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan tinggi semai
mahoni (S. Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan lama perendaman
24 jam (T3) dengan rata-rata nilai sebesar 25,40 cm. Untuk perlakuan konsentrasi
zat pengatur tumbuh GA3 dengan rata-rata nilai 22,64 cm pada perlakuan
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2). Hal ini dikarenakan
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm merupakan dosis yang tepat dalam
proses pemanjangan batang tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner
200ppm, dan 300ppm memiliki persentase tinggi yang rendah karena GA3 yang
diberikan tidak bekerja dengan optimal dikarenakan dosis yang terlalu rendah
33
ataupun tinggi. Yennita menyatakan bahwa pemberian hormon giberelin pada
bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan semai, namun jika
tanaman. Hubungan dosis zat pengatur tumbuh dengan hasil tanaman mengikuti
pola kuadrik yaitu pemberian zat pengatr tumbuh dengan dosis tertentu dapat
meningkatkan hasil tanaman, tetapi apabila diberikan dengan dosis yang tidak
lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap jumlah
daun semai mahoni (S. Macropylla King). Interaksi nyata antara kombinasi lama
perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terjadi pada pengamatan
jumlah daun minggu ke 10. Pengamatan jumlah daun tertinggi pada kombinasi
perlakuan lama perndaman 24 jam dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100ppm (T3G2) dengan rata-rata nilai sebesar 2,63%. Hal tersebut
zat pengatur tumbuh giberelin dapat meningkatkan jumlah daun karena giberelin
perndaman 6 jam dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh GA3 0ppm (T1G1)
dengan rata-rata nilai sebesar 1,23%. Hal ini dapat terjadi jika pemberian
34
konsentrasi yang tidak tepat yang membuat pertumbuhan dan perkembangan akan
dari zat pengatur tumbuh akan bekerja dengan efektif pada konsentrasi yang tepat
tumbuh GA3 200ppm (T1G3) sebesar 1,23%, perlakuan lama perendaman 6 jam
dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (T1G4) sebesar 1,43% dan
perlakuan lama perendaman 12 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap diameter
semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan diameter semai mahoni (S.
Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3)
dengan rata-rata nilai sebesar 3,27 mm. Semakin lama direndam maka akan
semakin banyak air dan giberelin yang masuk kedalam benih. Untuk perlakuan
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan rata-rata nilai 2,83 mm pada
berbanyakan sel tergantung kepada respon tanaman kepada hormon itu sendiri.
Dewi menjelaskan bahwa pemanjangan sel akibat pemberian hormon dapat terjadi
dengan adanya respon tanaman terhadap hormon itu sendiri. Respon terhadap
35
meskipun dosis giberelin yang diberikan sudah tinggi sampai batas tertentu
pengamatan tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap panjang akar semai mahoni (S.
Macropylla King). Pengamatan panjang akar semai mahoni (S. Macropylla King)
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm
(G4) dengan rata-rata nilai sebesar 26,11 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian giberelin dapat memacu panjang akar pada semai mahoni. Salisbury
tetapi juga pertumbuhan tubuh termasuk panjang akar karena giberelin dapat
ppm (G4) berpengaruh dalam pertumbuhan akar dimana pada dosis konsentrasi
tersebut menghasilkan akar semai yang lebih panjang dibandingkan dengan dosis
konsertrasi G1, G2, dan G4. Untuk perlakuan lama perendaman dengan rata-rata
pertambahan jaringan yang dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan unsur hara
yang ada di dalam sel-sel jaringan tanaman. Berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukkan hasil bahwa di akhir pengamatan tidak terjadi interaksi yang nyata
antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
terhadap bobot basah semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan bobot
36
basah semai mahoni (S. Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4) dengan rata-rata nilai sebesar
9,50 gram. Untuk perlakuan lama perendaman dengan rata-rata nilai 9,03 gram
pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3). Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman dengan lama perendaman 24 jam serta konsentrasi zat pengatur tumbuh
tersebut didominasi oleh fotosintat yang terbentuk dengan baik akibat perlakuan
yang dilakukan
tubuh tanaman untuk mengurangi kadar air yang ada didalam tanaman.
tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap bobot kering semai mahoni (S.
Macropylla King). Pengamatan bobot kering semai mahoni (S. Macropylla King)
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm
(G4) dengan rata-rata nilai sebesar 2,81 gram. Untuk perlakuan lama perendaman
dengan rata-rata nilai 2,73 gram pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3).
lama perendaman 24 jam merupakan lama waktu yang oktimal dalam proses
pertmbuhan tanaman dimana semakin lama benih direndam maka akan semakin
tanaman.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
semai mahoni (sweteni makropylla king) dapat disimpulkan oleh penulis bahwa:
1. Terjadi interaksi yang berbeda nyata antara perlakuan lama perendaman (T) dan
konsentrasi zat pengaruh tumbuh GA3 (G) terhadap peubah daun semai
(T3G2).
perlakuan yang paling sesuai dan baik untuk perkecambahan semai dan
5.2 Saran
Ada pun saran dari penelitian ini adalah diharapkan kedepannya terdapat
konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh yang lebih beragam lagi dari penelitian
38
ini, supaya diperoleh konsentrasi larutan GA3 dan lama perendaman yang paling
39
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., (1983). Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Penerbit Angkasa. Bandung
Agustin, W., (2008). Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Penerbit Angkasa. Bandung
Ashari, S., (1998). Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Darmawan, J, dan J.S Baharsyah, (2010). Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. SITC.
Jakarta
Dewi, I.R., (2008). Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhsn Tanaman.
Universitas Padjadjaran Press. Bandung
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan; Jakarta
Franklin, P., (1985). Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Gardner, FP, ce, R.B., dan Mitchell, R.L,. Diterjemahakan oleh susilo, dan
subiyanto, (1997). Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responbility. Penerbit Graha Ilmu; Yogyakarta
Harry, S.P., Mugnisyah, w.r, dan Murniati, E., (1990) ,. Biologi Benih.
Departemen Pendidikan Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R,. (2009). Anacardium occidentale.
Agroforest Database. Online:
http://www.worldagroforestry.org/treedhdb2/aftppdfs/Anacradium_occide
ntale.pdf, diakses pada 15 november 2018.
Ilyas, S,. (1995). Perubahan Fisiologis Dan Biokimia Benih Dalam Proses Seed
Cinditioning .Keluarga Benih . N0 : 2
Kusumo, S,. (1990). Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit Jasaguna. Bogor
Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissue in Water Deficit
and Plannt Gwowth. Vol III. Academic Press. New York
Krisnawati,H, M . Kallio, dan M. Kanninen .(2011). Mahoni : Ekologi,
Silvikultur, Produktifitas. Cebter For Internasional Forestry. Jakarta
Lakitan, B., (2004). Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Grafindo Persada. Jakarta
40
Pandey, SM,. (1972). Plant Physiologi. Vikas Publishing. New Delhi
Saut, L,. (2002). Pengaruh Perlakuan Perendaman Benih Dalam Larutan GA3 Dan
Shiimarocks Terhadap Viabilitas Benih Tomat, Tterong Ddan Cabai .
Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian .Fakultas Pertanian . Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sitompul, SM, dan Guritno, B,. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Siregar, A,. (2007). Pendaftaran Tanah Kepastian Hak. Penerbit Multi Grafik.
Medan
Sunardi, (2013). Pengaruh Tingkat Pemberian ZPT GA3 Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Kangkung Pada Sistem Hidropnik. Jurnal Pertanian
Issn 2087-4936 Volume 4 Nomor 1, November 2018. Niversitas Djuanda
Bogor.
Susilawati, (2014). Effect Of GA3 Consentration On Hybrid Seed Production In
Indonesia. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
Sutopo, L,. (2002). Teknologi Benih. Penerbit Raja Garafinda Persada. Jakarta.
41
Lampiran 1.
TABEL ANOVA
SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.Hit F.Tabel
0,05 0,01
kelompok 2 13,50 6,75194 9,870 ** 3,44 5,72
perlakuan 11 2,71 0,24657 0,360 tn 2,26 3,18
T 2 0,31 0,15361 0,225 tn 3,44 5,72
G 3 0,64 0,21271 0,311 tn 3,05 4,82
KxT 6 1,77 0,29448 0,430 tn 2,55 3,76
Galat 22 15,05 0,68407 kk 5,06
Total 46 31,27
TABEL ANOVA
SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.Hit F.Tabel
0,05 0,01
kelompok 2 4405,56 2202,78 11,740 ** 3,44 5,72
perlakuan 11 1755,56 159,596 0,851 tn 2,26 3,18
T 2 422,22 211,111 1,125 tn 3,44 5,72
G 3 350,00 116,667 0,622 tn 3,05 4,82
KxT 6 983,33 163,889 0,873 tn 2,55 3,76
Galat 22 4127,78 187,626 kk 7,80
Total 46 10288,89
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
42
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Semai
Lampiran 2a
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 38,55 19,28 9,43 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 21,96 2,00 0,98 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 9,00 4,50 2,20 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,61 1,20 0,59 tn 3,05 4,82
KM 6 9,35 1,56 0,76 tn 2,55 3,76
GALAT 22 44,96 2,04 kk 9,32
TOTAL 46 105,48
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 62,75 31,38 10,80 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 27,27 2,48 0,85 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 12,25 6,13 2,11 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,86 1,29 0,44 tn 3,05 4,82
KM 6 11,16 1,86 0,64 tn 2,55 3,76
GALAT 22 63,93 2,91 kk 9,25
TOTAL 46 153,96
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 77,28 38,64 10,37 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 31,70 2,88 0,77 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 14,70 7,35 1,97 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 5,04 1,68 0,45 tn 3,05 4,82
KM 6 11,96 1,99 0,54 tn 2,55 3,76
GALAT 22 81,96 3,73 kk 9,21
TOTAL 46 190,95
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
43
Lampiran 2b
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 94,74 47,37 9,73 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 37,50 3,41 0,70 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 17,90 8,95 1,84 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 5,10 1,70 0,35 tn 3,05 4,82
KM 6 14,50 2,42 0,50 tn 2,55 3,76
GALAT 22 107,13 4,87 kk 9,37
TOTAL 46 239,37
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 115,62 57,81 10,69 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 46,62 4,24 0,78 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 29,01 14,51 2,68 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,54 1,51 0,28 tn 3,05 4,82
KM 6 13,07 2,18 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 119,00 5,41 kk 8,94
TOTAL 46 281,25
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 157,88 78,94 16,27 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 60,11 5,46 1,13 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 38,89 19,45 4,01 * 3,44 5,72
G (F2) 3 4,18 1,39 0,29 tn 3,05 4,82
KM 6 17,04 2,84 0,59 tn 2,55 3,76
GALAT 22 106,75 4,85 kk 7,59
TOTAL 46 324,74
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
44
Lampiran 2c
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 171,89 85,95 14,33 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 55,65 5,06 0,84 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 36,42 18,21 3,04 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,68 1,56 0,26 tn 3,05 4,82
KM 6 14,54 2,42 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 131,96 6,00 kk 8,20
TOTAL 46 359,50
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 165,02 82,51 14,42 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 90,84 8,26 1,44 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 46,44 23,22 4,06 * 3,44 5,72
G (F2) 3 7,76 2,59 0,45 tn 3,05 4,82
KM 6 36,65 6,11 1,07 tn 2,55 3,76
GALAT 22 125,85 5,72 kk 7,22
TOTAL 46 381,71
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 211,52 105,76 13,30 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 107,21 9,75 1,23 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 84,08 42,04 5,29 * 3,44 5,72
G (F2) 3 15,57 5,19 0,65 tn 3,05 4,82
KM 6 7,55 1,26 0,16 tn 2,55 3,76
GALAT 22 174,96 7,95 kk 8,30
TOTAL 46 493,70
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
45
Lampiran 2d
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 157,96 78,98 9,10 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 71,81 6,53 0,75 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 10,29 5,14 0,59 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 15,80 5,27 0,61 tn 3,05 4,82
KM 6 45,72 7,62 0,88 tn 2,55 3,76
GALAT 22 191,00 8,68 kk 9,15
TOTAL 46 420,77
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
46
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun
Lampiran 3a
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,38 0,19 6,79 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,98 0,09 3,23 ** 2,26 3,18
T (F1) 2 0,65 0,32 11,76 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,13 0,04 1,55 tn 3,05 4,82
KM 6 0,20 0,03 1,22 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,61 0,03 kk 9,58
TOTAL 46 1,96
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,78 0,39 8,58 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,83 0,08 1,66 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,49 0,24 5,31 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,23 tn 3,05 4,82
KM 6 0,32 0,05 1,15 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,01 0,05 kk 7,78
TOTAL 46 2,62
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,72 0,36 1,07 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,47 0,22 0,67 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,05 0,52 1,55 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,22 0,07 0,21 tn 3,05 4,82
KM 6 1,21 0,20 0,60 tn 2,55 3,76
GALAT 22 7,43 0,34 kk 13,54
TOTAL 46 10,62
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
47
Lampiran 3b
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,37 1,18694 6,198 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,78 0,25301 1,321 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,47 0,73361 3,831 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,11 0,03766 0,197 tn 3,05 4,82
KM 6 1,20 0,20048 1,047 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,21 0,19149 kk 9,00
TOTAL 46 9,37
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,97 1,49 6,44 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 3,11 0,28 1,22 nt 2,26 3,18
T (F1) 2 1,79 0,90 3,88 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,07 0,02 0,10 tn 3,05 4,82
KM 6 1,24 0,21 0,90 tn 2,55 3,76
GALAT 22 5,08 0,23 kk 8,33
TOTAL 46 11,15
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 4,69 2,35 7,54 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 4,60 0,42 1,34 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,63 1,81 5,83 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,57 0,19 0,61 tn 3,05 4,82
KM 6 0,40 0,07 0,22 tn 2,55 3,76
GALAT 22 6,84 0,31 kk 8,62
TOTAL 46 16,14
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
48
Lampiran 3c
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 6,89 3,44 11,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 4,17 0,38 1,21 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,22 0,61 1,95 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,56 0,19 0,60 tn 3,05 4,82
KM 6 2,38 0,40 1,27 tn 2,55 3,76
GALAT 22 6,88 0,31 kk 7,98
TOTAL 46 17,94
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 5,42 2,71 5,13 * 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 7,48 0,68 1,29 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,43 1,72 3,25 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 1,00 0,33 0,63 tn 3,05 4,82
KM 6 3,04 0,51 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 11,63 0,53 kk 8,89
TOTAL 46 24,54
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 9,91 4,96 8,17 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 6,79 0,62 1,02 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 2,82 1,41 2,32 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,78 0,26 0,43 tn 3,05 4,82
KM 6 3,19 0,53 0,88 tn 2,55 3,76
GALAT 22 13,34 0,61 kk 8,63
TOTAL 46 30,04
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
49
Lampiran 3d
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 9,32 4,66 6,57 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 5,88 0,53 0,75 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,88 1,94 2,73 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,96 0,17 0,25 tn 3,05 4,82
KM 6 1,05 1,86 2,62 * 2,55 3,76
GALAT 22 15,62 0,71 kk 9,46
TOTAL 46 30,82
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
50
Lampiran 4. Analisis Ragam Diameter Semai
Lampiran 4a
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,27 0,63 28,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,76 0,07 3,05 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,44 0,22 9,77 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,02 0,01 0,23 tn 3,05 4,82
KM 6 0,30 0,05 2,21 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,50 0,02 kk 6,10
TOTAL 46 2,53
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,46 0,73 19,99 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,12 0,10 2,79 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,66 0,33 8,99 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,24 tn 3,05 4,82
KM 6 0,44 0,07 2,01 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,80 0,04 kk 6,86
TOTAL 46 3,38
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,77 0,88 19,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,57 0,14 3,06 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,91 0,46 9,78 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,22 tn 3,05 4,82
KM 6 0,62 0,10 2,24 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,02 0,05 kk 7,02
TOTAL 46 4,36
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
51
Lampiran 4b
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,87 0,93 12,57 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,55 0,14 1,90 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,43 0,72 9,63 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,01 0,00 0,03 tn 3,05 4,82
KM 6 0,12 0,02 0,26 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,64 0,07 kk 8,24
TOTAL 46 5,06
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,50 0,75 7,47 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,77 0,16 1,60 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,20 0,60 5,97 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,15 0,05 0,49 tn 3,05 4,82
KM 6 0,42 0,07 0,70 tn 2,55 3,76
GALAT 22 2,21 0,10 kk 8,69
TOTAL 46 5,48
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,27 1,13 7,78 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,15 0,20 1,34 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,50 0,75 5,15 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,29 0,10 0,67 tn 3,05 4,82
KM 6 0,35 0,06 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 3,21 0,15 kk 10,72
TOTAL 46 7,62
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
52
Lampiran 4c
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,42 1,21 6,51 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,61 0,24 1,27 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,65 0,83 4,44 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,29 0,10 0,52 tn 3,05 4,82
KM 6 0,66 0,11 0,59 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,10 0,19 kk 12,55
TOTAL 46 9,13
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 3,70 1,85 9,05 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,40 0,22 1,06 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,24 0,62 3,03 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,36 0,12 0,59 tn 3,05 4,82
KM 6 0,79 0,13 0,64 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,50 0,20 kk 11,43
TOTAL 46 10,60
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,67 0,84 6,63 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,89 0,17 1,36 ns 2,26 3,18
T (F1) 2 0,84 0,42 3,34 ns 3,44 5,72
G (F2) 3 0,20 0,07 0,52 ns 3,05 4,82
KM 6 0,85 0,14 1,12 ns 2,55 3,76
GALAT 22 2,78 0,13 kk 8,88
TOTAL 46 6,34
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
53
Lampiran 4d
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,99 0,99 7,59 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,46 0,13 1,02 ns 2,26 3,18
T (F1) 2 0,36 0,18 1,36 ns 3,44 5,72
G (F2) 3 0,41 0,14 1,06 ns 3,05 4,82
KM 6 0,69 0,12 0,88 ns 2,55 3,76
GALAT 22 2,88 0,13 kk 9,28
TOTAL 46 6,33
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
54
Lampiran 5.
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 6,45 3,22 0,45 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 22,97 2,09 0,29 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,56 0,28 0,04 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,61 1,54 0,22 tn 3,05 4,82
KM 6 17,79 2,96 0,42 tn 2,55 3,76
GALAT 22 157,11 7,14 kk 6,75
TOTAL 46 186,52
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,17 0,58 0,64 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 11,35 1,03 1,13 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,22 1,61 1,76 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,12 1,04 1,14 tn 3,05 4,82
KM 6 5,00 0,83 0,91 tn 2,55 3,76
GALAT 22 20,13 0,91 kk 7,47
TOTAL 46 32,64
SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,11 0,05 0,64 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,08 0,10 1,16 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,33 0,17 1,96 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,26 0,09 1,02 tn 3,05 4,82
KM 6 0,49 0,08 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,87 0,09 kk 7,62
TOTAL 46 3,07
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata
55