Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ZAT

PENGATUR TUMBUH GA3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH


DAN PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macropylla King)

SKRIPSI

Oleh :
SOFIA NURHASANAH
201510320311071

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH GA3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
DAN PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macropylla King)

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu

OLEH :
SOFIA NURHASANAH
201510320311071

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PERTERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Larutan Zat

Pengatur Tumbuh GA3 terhadap Perkecambahan Benih dan

Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macropylla King)

Nama : Sofia Nurhasanah

NIM : 201510320311071

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian – Peternakan

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Joko Triwanto, M.P., IPU Febri Arif C.W, S.Hut, M.Sc
NIP : 10589090103 NIP : 180911021993

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan

Tatag Muttaqin S.Hut., M.Sc., IPM


NIP : 10509070473

I
SKRIPSI

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ZAT


PENGATUR TUMBUH GA3 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
DAN PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macropylla King)

Oleh :
Sofia Nurhasanah
201510320311071
Skripsi ini telah diterima sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Program Studi Kehutanan dan telah dipertahankan dihadapan
dewan penguji pada tanggal ...

Penguji I Penguji II

Dr. Ir. Joko Triwanto, M.P., IPU Febri Arif C.W, S.Hut, M.Sc
NIP : 10589090103 NIP : 180911021993

Penguji III Penguji IV

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)

Malang, ...

Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang

Dr. Ir. David Hermawan, MP, IPM Tatag Muttaqin S.Hut., M.Sc.,
IPM
NIP : 196405261990031003 NIP : 10509070473
II
III
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Maret 1997 di Sumenep,


Madura sebagai putri ke tiga dari Alm. Bapak Sudarso dan Ibu
Heny Ratna Mufidah. Penulis telah menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar di SDN Pangarangan 1 pada tahun 2009,
Sekolah Menengah Pertama di MtsN Sumenep pada tahun
2012, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Sumenep
pada tahun 2015. Pada tahun 2015, penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang Sarjana (S1) di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian-
Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Semasa menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi prestasi yang pernah
di dapatkan oleh penulis adalah sebagai praktikan terbaik dalam praktikum mata
kuliah dendrologi, silvikultur, kesuburan tanah dan pemupukan, menjadi Asisten
di Laboratorium Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang saat menjadi
mahasiswa Sarjana (S1)

IV
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sofia Nurhasanah
NIM : 201510320311071
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama
Ppereendaman dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3 terhadap
Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Semain Mahoni (Swietenia
macropilla King)” adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang diacu dalam naskah ini dan telah
dituliskan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi dari pihak
akademik.

Malang, ...
Yang membuat pernyataan

Sofia Nurhasanah

V
PRAKATA
Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah
S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya semata sehingga saya mampu
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Lama Perendaman dan
Konsetrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh GA3 terhadap Perkecambahan Benih
dan Pertumbuhan Semai Mahoni (Swetenia macropylla King)”.

Penulisan penelitian ini untuk memenuhi salah satu persyaratan pengajuan


skipsi pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang. Proposal ditulis berisi Bab i, Pendahuluan yang
membahas tentang latar belakang dilakukannya penelitian yang menjelaskan
tentang permasalahan penyediaan semai yang cepat dan dalam jumlah yang
memadai diperlukan perlakuan pemberian konsentrasi larutan GA3 serta lama
perendaman. Bab ii, tinjauan pustaka yang membahas mengenai kajian teori
tentang tumbuhan mahoni, pertumbuhan tanaman, perkecambahan serta zat
pengatur tumbuh GA3. Bab iii, Metode penelitian yang membahas mengenai
waktu penelitian yang akan dilakukan pada bulan Februari 2018 hingga Mei 2019;
tempat pelaksanaan penelitian di screen house; alat dan bahan; metode penelitian
yang menjelaskan tentang perlakuan dan kombinasi yang akan dilakukan;
persiapan lapangan mulai dari pembuatan larutan GA3, pemilihan benih,
persiapan media tanam, penanaman hingga pemeliharaan tanaman; parameter
daya kecambah dan pertumbuhan semai; analisis data dengan menggunakan
analisis sidik ragam yang kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Bab iv, yang
berisi hasil penelitian yang menyajikan hasil pengamatan berupa tabel analisis
ragam daya perkecambahan, laju kecambah, tinggi semai, diameter semai, jumlah
daun semai, panjang akar, bobot basah, serta bobot kering semai. Bab iiiii,
penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta lampiran- lampiran

Walaupun demikian, saya menyadari bahwa penulisan penelitian ini belum


sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penellitian ini. Semoga
penelitian ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya serta
bermanfaat bagi wawasan kita semua.

Malang, ...

Penulis

VI
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada berbagai pihak yang turut serta membantu penulis menyelesaikan
penulisan skripsi ini, khususnya kepada :

1 Bapak Dr. Ir. David Hermawan, MP, IPM selaku Dekan Fakultas
Pertanian Peternakan yang telah menyediakan sarana dan prasarana.
2 Bapak Tatag Muttaqin, S.hut., M.Sc., IPM selaku Ketua Jurusan
Kehutanan yang telah memberikan dukungan dan harapa kepada
mahasiswa.
3 Bapak Ir. Joko Triwanto, MP., IPU selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
4 Bapak Bapak Febri Arif Cahyo W, S.Hut., M.Sc selaku pembimbing
kedua yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
5 Orang tua tercinta yang sudah memberikan do’a serta dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6 Teman-teman jurusan kehutanan yang sudah memberi bantuan, semangat
dan motivasi

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal


pada mereka yang telah membantu dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamin.

Malang, …

Penulis

VII
ABSTRAK

Sofia Nurhasanah (201510320311071). Pengaruh Lama Perendaman Dan


Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3 Terhadap Perkecambahan Benih
Dan Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macropilla King). Di Bawah
Bimbingan: Ir. Joko Triwanto, MP, IPU dan Febri Arif Cahyo Wibowo, S.Hut,
M.sc

Tanaman mahoni (Swetenia macropylla King) merupakan pohon


penghasil kayu keras yang biasanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat
untuk dibuat prabot rumah tangga serta hiasan dinding yang diukir. Pohon mahoni
(S. macropylla King) dapat tumbuh liar di hutan atau tempat-tempat lain yang
dekat dengan pantai dan biasanya ditanam di pinggir jalan sebagai pohon
pelindung. Mahoni di Jawa termasuk jenis eksotis tetapi keragaman genetiknya
tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari lama perendaman
benih dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap perkecamabahan benih
serta pertumbuhan semai mahoni. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret
sampai Mei 2019 di Screen House Laboraturium Kehutanan, Universitas
Muhammadiyah Malang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama, lama
perendaman (T) yang terdiri dari 3 level yakni direndam selama 6 jam (T1), 12
jam (T2), dan 24 jam (T3). Faktor kedua konsentrasi larutan GA3 (G) yang terdiri
dari 4 level yaitu 0 ppm (sebagai control/G1), 100 ppm (G2), 200 ppm (G3), dan
300 ppm (G4). Masing-masing diulang 3 kali ulangan (3x4x3=36 unit percobaan).
Jumlah benih yang akan dikecambahkan yaitu sebanyak 720 benih mahoni.
Peubah yang diamati yaitu daya perkecambahan benih (normal, abnormal, dan
mati), laju perkecambahan benih (jumlah benih yang berkecambah perhari) dan
pertumbuhan semai (tinggi semai, jumlah daun, diameter batang, bobot basah dan
bobot kering,panjang dan jumlah akar). Analisis ragam dilanjutkan uji Duncan
5% untuk mengetahui perbedaan perlakuan. Hasil yang didapat yaitu pada peubah
laju dan daya perkecambahan tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi
perlakuan lama perendaman (T) dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 (G).
Pengamatan jumlah daun pada minggu ke 10 terjadi interaksi antara kombinasi
perlakuan T dan G dengan persentase jumlah daun terbanyak 2,63% pada
kombinasi perlakuan T3G2. Perlakuan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi
zat pengaruh tumbuh GA3 100 ppm merupakan perlakuan yang sesuai dan baik
untuk perkacambahan benih dan pertumbuhan semai mahoni (S. macropylla King).
Kata Kunci: Mahoni, GA3 dan lama perendaman

VIII
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman mahoni (Swetenia macropylla King) merupakan pohon
penghasil kayu keras yang biasanya dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat untuk dibuat prabot rumah tangga serta hiasan dinding yang
diukir. Pohon mahoni (S. macropylla King) dapat tumbuh liar di hutan
atau tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai dan biasanya ditanam di
pinggir jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman ini berasal dari Hindia
Barat dan dapat tumbuh subur apabila ditanam di pasir payau dekat
dengan pantai. Menurut Krisnawati, Kallio, dan Kanninen “Pohon tahunan
ini memiliki tinggi sekitar 5 – 25 m, memiliki akar tungggang, berbatang
bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Daun pohon mahoni
termasuk daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat
telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, bentuk tulang daun
menyirip yang dapat mencapai 3-15 cm. Daun yang masih muda akan
berwarna merah dan lama-kelamaan akan berwarna hijau” (Krisnawati,
Kallio, dan Kanninen 2011).
Menurut Siregar “total hutan tanaman mahoni di Indonesia dengan
produktivitas yang belum optimal. kegiatan pemuliaan sangat penting
dilakukan pada jenis ini untuk meningkatkan produktivitas dan menekan
laju limpasan dan erosi. Mahoni di Jawa termasuk jenis eksotis tetapi
keragaman genetiknya tinggi sehingga, kegiatan pemuliaan masih
menjanjikan untuk dilaksanakan.” (Siregar, 2007)
Menurut Sitompul ”zat pengatur tumbuh merupakan senyawa
organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi yang rendah dapat
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering
digunakan adalah gibberellin (GA3) yang banyak berperan dalam
mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman. Perendaman benih pada

1
suatu larutan yang terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya kebocoran
bahan-bahan organik dalam benih seperti enzim, sehingga tidak
mencukupi untuk pertumbuhan. Selanjutnya, perendaman benih yang
terlalu singkat kurang efektif” (Sitompul,1995). Menurut Zulkarnain
“faktor penting dari pemberian zat pengatur tumbuh adalah penggunaan
konsentrasi yang harus tepat, tidak boleh rendah maupun terlalu tinggi,
karena konsentrasi yang terlalu rendah kemungkinan tidak terjadinya
keseimbangan hormonal, sedangkan pada konsentrasi yang berlebihan
akan berdampak terhadap keseimbangan konsentrasi antara cairan di
dalam sel dan di luar sel” (Zulkarnain,2009).
Benih mempunyai batasan umur, artinya benih akan mengalami
penuaan dan akhirnya mati. Peristiwa penurunan kondisi benih disebut
deteriorasi atau kemunduran benih. Ilyas menjelaskan “Indikasi
kemunduran benih ditandai dengan meningkatnya kandungan lipid
peroksida yang merusak integritas membran. Peroksidasi lipit dapat
diminimalkan dengan melakukan modifikasi lipid, perlakuan tekanan
oksigen, pemberian antioksidan dan perlakuan hidrasi-dehidrasi atau
priming. Prinsip priming adalah mengaktifkan sumber daya yang dimiliki
benih ditambah dengan sumber daya dari luar untuk memaksimumkan
perbaikan pertumbuhan dari hasil tanaman. Priming akan memberikan
perbaikan fisiologi, antara lain benih akan berkecambah lebih cepat dan
serempak serta dapat meningkatkan persentase perkecambahan”
(Ilyas,1995).
Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
pengaruh lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3
terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan semai mahoni (Swietenia
macropylla King)

2
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi larutan zat
pengatur tumbuh GA3 terhadap perkecambahan benih dan perkembangan
semai mahoni (S. Macropylla King).

1.3 Hipotesis
Lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh akan
mempengaruhi perkecambahan serta pertumbuhan semai mahoni
(S.macropylla). Benih yang direndam lebih lama memiliki tingkat
perkecambahan yang tinggi.

1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagi penulis, sebagai sarana dalam menambah pengetahuan dan sebagai
syarat menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 pada Fakultas Pertanian –
Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Bagi Instansi terkait, sebagai investasi yang dapat memberikan manfaat
dalam mengoptimalan produksi bibit mahoni (S. Macropylla King) dengan
mempertimbangkan lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur
tumbuh GA3.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mahoni (Swietenia macropylla King)

Mahoni di Indonesia lebih dikenal dengan nama mahagoni, maoni atau


moni merupakan Famili dari Meliaceae. Berikut ini adalah klasifikasi dari
tanaman mahagoni. Secara taksonomi, mahoni diklasifikasikan sebagai
berikut :

Divisi: Spermathophyta

Subdivisi:Angiospermae

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Sapindales

Famili :Meliaceae

Genus :Swietenia

Spesies : Swietenia macropylla King.

Mahoni pada habitat aslinya tmbuh di hutan dengan iklim dengan suhu
berkisar 16-30 °C, curah hujan berfariasi dari 1250 - 2500 mm, sebagian
besar dimusin panas tapi menyebar hampir di setiap tahun. Perkembangan
mahoni terbaik sering ditemukan pada daerah yang tidak jauh dari (Orwa,
2009).

Tanaman mahoni (S. Macropylla King) telah digunakan di Asia dan


banyak negara lain untuk mengobati berbagai macam penyakit diantaranya
dapat digunakan sebagai antimikroba, anti-inflamasi, efek antioksidan, anti
mutagenik, anti kanker, anti tumor, dan anti diabetes. Hampir semua bagian
tanaman dari tanaman mahoni dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit pada manusia. Buah dari tanaman
mahoni ini telah digunakan secara komersial sebagai produk untuk perawatan
kesehatan untuk memperlancar sirkulasi darah dan perawatan kulit. Biji dari

4
tanaman mahoni dapat digunakan secara signifikan untuk pengobatan, di
Malaysia biji mahoni telah digunakan secara tradisional untuk mengobati
hipertensi, diabetes, dan sebagai anti-inflamasi. Di Indonesia biji mahoni
telah digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan diabetes,
hipertensi, dan malaria (Gardner, 1991).

2.2 Pertumbuhan tanaman


Pertumbuhan adalah suatu proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang
menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara
keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian – bagian atau
organ tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh
pertambahan ukuran sel (Sitomul dan Guritno,1995).

Pandey dan Sinha “mengatakan bahwa Terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman antara lain suplai makanan
(nutrisi), suplai air, suplai oksigen, suhu, cahaya, dan hormon pertumbuhan.
Faktor genetik, bahan tanaman, dan pengaruh masa lalu juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman” (Pandey dan Sinha, 1972).

Proses fotosintesis berlangsung dalam dua proses. Proses pertama


merupakan proses yang tergantung pada cahaya matahari, yaitu reaksi terang
yang membutuhkan energi cahaya matahari langsung dan molekul-molekul
energi cahaya tersebut belum dapat digunakan untuk proses berikutnya. Oleh
karena itu, pada reaksi terang energi cahaya matahari yang belum dapat
digunakan tersebut akan dikonversi menjadi molekul-molekul energi yang
dapat digunakan yaitu dalam bentuk energi kimia. Konversi energi cahaya
menjadi energi kimia dilakukan oleh aktivitas pigmen daun (klorofil). Dalam
reaksi terang, cahaya matahari akan membentuk klorofil-a sebagai suatu cara
untuk membangkitkan elektron agar menjadi suatu energi dengan tingkatan
yang lebih tinggi. Dua pusat reaksi pada pigmen tersebut yang bekerja secara
berantaimentransfer elektron. Elektron diperoleh dengan memecah air (H20)

5
sehingga terjadi pelepasan 0₂ dan 0₂ tersebut yang kemudian mengkonversi
energi menjadi ATP dan NADP. Proses kedua adalah proses yang tidak
membutuhkan cahaya (reaksi gelap) yang terjadi ketika produk dari reaksi
terang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen C-C dari karbohidrat.
Pada proses ini, C0₂ atmosfer ditangkap dan dimodifikasi oleh penambahan
hydrogen menjadi bentuk karbohidrat, reaksi gelap ini berlangsung dalam
stroma kroloplas (Setyadi,1983).

2.3 Perkecambahan
Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi
sejak benih dormansi sampai bibit tumbuh. Daya kecambah benih adalah
mekar dan perkembangan bagian-bagian penting dari embrio benih yang
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh secara normal pada lingkungan
yang sesuai. Daya kecambah benih meningkat dengan bertambahnya umur
benih sampai masak fisiologis benih tercapai (Hadi, 2011). Menurut Henny
“ bahwa perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen
benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan baru. Komponen benih tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat didalam benih seperti radikula dan plumula. Hasil dari
perkecambahan yaitu munculnya tumbuhan kecil dari dalam benih. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi
akar (Henny, 2010).
Perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih
diikuti denganmelunaknya kulit benih serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan
peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam benih. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dan tersedia cukup air dengan osmosis tertentu. Dinding sel yang
kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi menyebabkan kadar air
di dalam benih mencapai 50-60% dan menyebabkan pecahnya kulit benih.
Air merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam benih. Suhu optimum

6
untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40 °C (Kozlowski,
1972).
Lebih lanjut Dwidjosoeputro menjelaskan “perkecambahan dapat
dibagi menjadi dua tipe yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan
hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat keatas permukaan
tanah. Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk.
Organ pertama yang muncul ketika benih berkecambah adalah radikula yang
kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Perkecambahan
hipogeal ditandai dengan epikkotil yang tumbuh memanjang kemudia
plumula tumbuh keatas permukaan tanah menembus kulit benih. Kotiledon
tetap berada di dalam tanah. Benih yang berkecambah belum memiliki
kemampuan untuk mensintesis cadangan makanan sendiri. Kebutuhan
karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan. Cadangan makanan pada
benih berupa amilum atau pati yang tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel
lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula
terlarut dalam air” (Dwidjosoeputro. 1978).
Wahyudi berpendapat bahwa “Daya kecambah merupakan faktor
penentu keberhasilan yang utama. Karena sebaik apapun materi yang
terkandung di dalam benih tersebt jika akhirnya tidak bisa berkecambah
maka perkembangbiakan suatu tanaman tidak akan berhasil”. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah yaitu faktor internal
dan eksternal dimana faktor internal terdiri dari:
1. Tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen sebelum tercapainya masak
secara fisiologis akan memiliki viabilitas yang rendah. Bahkan pada beberapa
tanaman tertentu benih yang demikian tidak akan bisa berkecambah. Hal
tersebut dikarenakan benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup
untuk mendukung perkembangan embrio.
2. Ukuran benih, benih yang berukuran besar memiliki cadangan makanan
yang lebih banyak dibandingkan benih yang berukuran kecil. Selain itu benih

7
dengan ukuran besar juga memungkinkan memiliki embrio yang besar pula.
Semakin besar ukuran benih maka semakin besar kecambah yang dihasilkan.
3. Dormansi, dormansi adalah istilah yang menjelaskan bahwa benih pada
saat keadaan hidup namun tidak dapat berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang memungkinkan benih tersebut untuk berkecambah. Benih
dikatakan dormansi sementara apabila benih tersebut tidak tumbuh dalam 3-7
hari dan dikatakan dormansi total jika tidak tumbuh dalam jangka waktu yang
lama.
4. Penghambat perkecambahan, penghambat perkecambahan benih dapat
berupa kehadiran inhibitor atau zat penghambat pertumbuhan seperti asam
absisat yang dapat menghambat perkecambahan.
Faktor eksternal terdiri dari:
1. Air, air sangat penting karena ketersediaan air dilingkungan sekitar benih
akan berperan dalam menghilangkan inhibitor perkecambahan dan
sebagai pengurai karbohhidrat dalam kotiledon benih.
2. Suhu, suhu optimum dalam proses perkecambahan sekitar 25-35 drajat
celcius.
3. Oksigen, oksigen dapat diserap oleh benih melalui proses respirasi yang
akan mendorong pertumbuhan kecambah dengan cepat.
4. Cahaya, perkecambahan yang terkena sinar matahari akan menonaktifkan
hormon auksin dan gibberellin sehingga peryumbuhan semainya tidak
sehat dengan ciri daun kuning, serta batang yang kurang kuat. Sedangkan
perkecambahan yang terjadi tanpa terkena matahari akan mengaktifkan
hormon sehingga pertumbuhan dapat terjadi dengan optimal dengan
semau yang sehat (Wahyuni, 2013)
2.4 Zat pengatur tumbuh GA3
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah gibberellin yang banyak
berperan dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman.
8
melaporkan bahwa gibberellin berperan dalam pembentangan dan
pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji dapat berkecambah,
mobilisasi endosperm cadangan selama pertumbuhan awal embrio,
pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang,
perkembangan bunga dan buah, pada tumbuhan roset mampu
memperpanjang internodus sehingga tumbuh memanjang (Agustin,2008).
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik atau hormon yang
mampu mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman.
Hormon yang bukan pupuk ini hanya diperlukan tanaman dalam jumlah
sedikit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian
ZPT. Faktor-faktor tersebut antara lain kedewasaan tanaman, lingkungan dan
dosis. Penggunaan dosis yang tepat sangat penting. Jika terlalu rendah
pengaruhnya tak akan ada. Sebaliknya jika berlebih, pertumbuhan tanaman
justru terhambat atau bahkan mati sama sekali (Setyadi, 2009).
Kelompok zat pengatur tumbuh gibberellin terdiri atas kira -kira 60
macam senyawa, GA3 merupakan yang paling banyak temui didalam
tanaman. Asam giberelat tidak tahan panas. Secara umum, peranan asam
giberelat di dalam tanaman adalah menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa
gibberellin digunakan dalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan
pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dari
kalus (Zulkarnain, 2009).
Menurut Kusumo menyatakan bahwa “salah satu cara perlakuan
menggunakan zat pengatur tumbuh adalah dengan cara merendam benih.
Perendaman ini memungkinkan benih mengalami inhibisi sehingga kadar air
benih setelah perendaman akan meningkat dan menstimulir perkecambahan”.
Gibberellin merupakan senyawa diterpenoit. Gibberellin memiliki struktur
dasar kimia berupa kerangka giban dan kelompok karboksil bebas. Terdapat
berbagai macam bentuk giberelin yaitu GA1, GA2, GA3, sampai GA52. Zat
ini memiliki sifat-sifat antara lain : berbentuk kristal, sedikit larut dalam air,
larut dengan bebas alam methanol, ethanol, aseton, dan larut sebagian dalam
etil asetat (Saut, 2002).
9
Gibberellin juga mempunyai peran dalam mendukung perpanjangan
sel, aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa
protein disamping ini gibberellin juga mempunyai pengaruh pada aktifitas
kambium, aktifitas sel dan pertumbuhan. Penentuan zat pengatur tumbuh
yang akan digunakan memerlukan pengetahuan tentang cara menghitung
dosisnya. Hal ini sangat penting karena apabila perhitungannya keliru dapat
berakibat fatal bagi pertumbuhan jaringan. Zat pengatur tumbuh dengan dosis
yang terlalu tinggi justru akan menghambat pertumbuhan kalus (Abidin,
1983).
Pengaturan tumbuh tanaman oleh kombinasi kegiatan sejumlah zat
tumbuh terutama banyak dilaporkan dari penelitian tentang tumbuh vegetatif
pada stadiun ini perkembangan tumbuhan tergantung pada pembelahan,
pembesaran, dan diferensiasi sel. Adapun pengaruh pemberian gibberellin
terhadap pembelahan sel yaitu terjadi pembelahan sel di daerah meristem
batang, tumbuh kambium dan hilangnya dormansi. Pengaruh pemberian
giberelin terhadap pembesaran sel yaitu tumbuh tunas lateral pada bagian
tanaman, asam giberelat juga mampu meningkatkan besar daun beberapa
jenis tumbuhan (Abidin, 1983).
Gibberellin dapat memanjangkan tunas dan cabang tanaman juga
mempunyai daya untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif
tumbuh -tumbuhan selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan
pemanjangan batang dan akar, peranan gibberellin memacu perkembangan
jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh,
sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Susilowati,2014).
Menurut Yasmin “apilkasi konsentrasi larutan GA3 yang diberikan
mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui peningkatan tinggi tanaman
dan luas daun. Pemberian larutan GA3 ternyata dipengaruhi oleh konsentrasi
yang diberikan, konsentrasi larutan GA3 yang dibutuhkan oleh setiap jenis
tanaman berbeda-beda. Pemberian konsentrasi larutan GA3 yang tepat dapat
memacu pertumbuhan tanaman” (Yasmin, 2014). Hal ini dibuktikan pada
penelitian Sunardi dalsm Yasmin pada tanaman kangkung perlakuan 15 ppm
10
GA3 berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot basah dan bobot kering
tanaman. Penggunaan larutan GA3 dengan konsentrasi 40 ppm dalam
tanaman selada berumur 30 hari setelah tanam meningkatkan panjang daun,
merangsang terjadinya pembungan, dan juga merangsang ukran panjang sel
tanaman selada secara nyata (Yasmin, 2014).
Menurut Abidin “ perendaman benih dalam larutan gibberellin dapat
menyebabkan terjadinya pelunakan kulit benih sehingga lebih permeabel
terhadap air dan oksigen. Hal ini akan memudahkan benih menyerap larutan
gibberellin, dengan masuknya gibberellin ke dalam benih akan merangsang
pembentukan enzim alfa amilase untuk mengubah pati menjadi gula”. Lama
perendaman optimum dalam merangsang perkecambahan adalah 24 jam.
Semakin lama benih direndam maka proses imbibisi semakin lama sehingga
benih akan dapat menyerap air dan gibberellin lebih banyak. Proses imbibisi
pada benih berguna untuk meningkatkan kandungan air benih dan
mengaktifkan enzim (abidin, 1983).

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini akan dilaksanakan kurang lebih selama empat bulan


yaitu pada bulan Januari sampai Maret 2019.

3.2 Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Screen house Kehutanan


Universitas Muhammadiyah Malang.

3.3 Alat Dan Bahan

Kegiatan ini menggunakan alat diantaranya timbangan, pipet mikro,


kamera, gelas ukur, mistar, jangka sorong, acir, dan alat tulis. Bahan yang
digunakan dalam menunjang kegiatan ini yaitu benih mahoni (Swietenia
macropylla King), GA3, alkohol, aquades, polybag, media tanam, pupuk
kandang, dan furudan.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1. Persiapan Penelitian

a. Pembuatan stimulan

Stimulan yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dari GA3 dengan
lama perendaman dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh. Lama
perendaman dibagi menjadi 3 jaitu 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Jenis zat
pengatur tumbuh yang digunakan yaitu gibberellin (GA3) dengan konsentrasi
stimulansia yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas empat level, yakni: 0
ppm, 100 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm.
b. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu lama perendaman dan faktor kedua

12
yaitu konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh. Faktor percobaan tersebut
sebagai berikut:

Faktor 1: Lama perendaman (T)


Terdiri dari 3 level yaitu:
1. T1: perendama benih selama 6 jam
2. T2: perendaman benih selama12 jam
3. T3: perendaman benih selama 24 jam
Faktor 2: Konsentrasi Larutan (G)
Terdiri dari 4 level yaitu:
1. G1: tanpa GA3, sebagai kontrol
2. G2: konsentrasi larutan GA3 100 ppm
3. G3: konsentrasi larutan GA3 200 ppm
4. G4: konsentrasi larutan GA3 300 ppm

Masing – masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 3 x 4 x


3 = 36 unit percobaan. Untuk masing-masing perlakuan digunakan sebanyak
20 benih mahoni. Jumlah benih yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 720 benih dengan membandingkan jumlah waktu dengan jumlah
konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh.

Kombinasi perlakuan

Perlakuan G

G1 G2 G3 G4
Perlakuan T

T1 T1G1 T1G2 T1G3 T1G4


T2 T2G1 T2G2 T2G3 T2G4
T3 T3G3 T3G2 T3G3 T3G4

Keterangan :

13
T1GI: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T1G2: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T1G3: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T1G4: lama perendaman 6 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm
T2G1: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T2G2: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T2G3: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T2G4: lama perendaman 12 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm
T3G1: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 0 ppm
T3G2: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 100 ppm
T3G3: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 200 ppm
T3G4: lama perendaman 24 jam + konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh
GA3 300 ppm

14
c. Denah Percobaan
Setelah mengetahui kombinasi perlakuannya, kemudian dilakukan
pengacakan perlakuan untuk membuat denah percobaan sebagai berikut:

Ulangan 2 Ulangan 3

U
Ulangan 1

T1G1 T3G4 T2G3

T3G1 T1G3 T1G1

T2G1 T2G2 T3G4

T2G3 T1G3 T1G2

T3G1 T3G3 T1G3

T3G3 T2G4 T1G4

T1G2 T2G1 T3G3

T1G4 T1G2 T3G2

T2G2 T3G2 T3G1

T2G4 T2G3 T2G1

T3G2 T1G4 T2G4

T3G4 T1G1 T2G2

Gambar 1. Denah unit percobaan

15
d. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan
persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan GA3
GA3 sebanyak 1 g dilarutkan dengan menambahkan sedikit alkohol
70% ke dalam labu takar 1000 ml, kemudian ditambahkan akuades sampai
volume akhir 1000 ml, sehingga didapatkan GA3 dengan konsentrasi 1000
ppm sebagai larutan stok. Kemudian untuk mendapatkan GA3 yang
diperlukan sesuai perlakuan, maka dilakukan pengenceran dari larutan
stok.
2. Pemilihan benih
Benih mahoni yang digunakan dipilih benih yang mempunyai
viabilitas/daya kecambah tinggi yaitu benih yang matang dan utuh.
3. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah : pasir : pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1:1. Sebelum dimasukkan ke dalam polibag
berukuran 10 x 15 cm, media tersebut dibersihkan dari kotoran seperti
daun-daunan dan lainnya.
4. Penanaman benih
Benih yang akan dikecambahkan lebih dahulu direndam dalam
larutan GA3 dengan lama dan konsentrasi sesuai dengan masing-masing
perlakuan. Benih ditanam ke dalam media tanam yang sudah dipersiapkan.
Setiap polibag berisi 1 benih mahoni. Setelah semua berkecambah,
kemudian dipilih bibit yang paling baik pertumbuhannya yang akan
dijadikan sampel yang akan diamati.
5. Pemeliharaan tanaman
Tahapan ini meliputi penyiraman, penyiangan serta pemberantasan
hama dan penyakit secara fisik. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau
tergantung kondisi pada saat itu. Penyiangan dilakukan apabila ada gulma
yang tumbuh.

16
6. Peubah
Peubah merupakan perhitungan pertumbuhan benih yang digunakan
sebagai pembanding setiap perlakuan. Ada pun peubah yang digunakan
untuk mengamati perkecambahan dan pertumbuhan benih mahoni yaitu:
1) Daya perkecambahan, yang meliputi hidup dan mati. Pengamatan
ini dilakukan dari benih mulai berkecambah sampai benih berumur 15
hari. daya perkecambahan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Daya Kecambah (DK)
= jumlah benih yang berkecambah hingga akhir pengamatan +
benih yang tidak tumbuh namun masih baik dan utuh
X 100%

jumlah benih yang ditanam

2) Laju perkecambahan benih dapat dihitung dengan cara menghitung


dari jumlah hari benih berkecambah. Pengamatan ini dilakukan sejak
benih ditaburkan sampai benih berumur 15 hari. Adapun rumusnya
sebagai berikut:
Rata-rata hari = N1T1 + N2T2 + ... + NxTx
total benih yang berkecambah
Keterangan : N= jumlah benih yang berkecambah setiap hari
T= jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari
interval tertentu pengamatan
X= akhir pengamatan (Lita, 2002).
3) Pertumbuhan semai yang dilakukan setiap 7 hari 1 kali sampai
berumur 60 hari, yang meliputi:
(1) Tinggi semai, pengukuran ini dilakukan ketika benih sudah
berkecambah dengan cara mengukur panjang dari pangkal batang
sampai ujung batang.

17
(2) Jumlah daun, penghitungan jumlah daun ini dilakukan apabila
benih sudah berkecambah dan muncul daun sejati dengan
menghitung daun yang sudah tumbuh sempurna dan berwarna
hijau.
(3) Diameter batang, pengukuran ini dimulai sejak semai tumbuh
dengan sempurna sampai umur 60 hari dengan menggunakan
jangka sorong.
(4) Bobot basah, didapat dengan cara menimbang keseluruhan
bagian tanaman. Bagian tanaman yang ditimbang telah bebas dari
kotoran dan ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan
satuan gram.
(5) Bobot kering, didapat dari semua bagian tanaman yang telah
dioven selama 24 jam kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik dengan satuan gram.
(6) Panjang akar, pengukran panjang akar dilakukan pada akhir
pengamatan dengan menghitung dari pangkal batang sampai
dengan akar.

e. Analisis Data
Menurut Rochiman (2008) bahwa model umum rancangan
percobaan acak kelompok yang digunakan adalah :

Yij= μ+ i+ βj + εij

Keterangan :
I = 1, 2, . . . , t
J = 1, 2, 3, . . . , n
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya kelompok yang merupakan juga banyaknya ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
μ = nilai tengah umum
i = pengaruh perlakuan ke-i

18
βj = pengaruh perlakuan ke-j
εij =pengaruh acak pada perlakuan ke-i kelompok ke-j

Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan analis Anova.


Analisis Anova digunakan sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis
penelitian yang mana menilai adakah perbedaan rerata antar kelompok. Hasil
akhir analisi Anova adalah nilai F test atau F hitung yang nantinya akan
dibandingkan dengan nilai F tabel dan apabila hasil analisisnya berpengaruh
nyata akan diuji lanjut menggunakan uji Duncan 5%.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Daya Kecambah
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 1a, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap daya kecambah

benih mahoni (Swietenia macropylla King). Perlakuan T dan perlakuan G,

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap daya kecambah benih mahoni (S.

Macropylla King). Rerata persentase daya kecambah pada perlakuan lama

perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan

dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Rerata Interaksi Daya Kecambah Benih Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Daya Kecambah


Perlakuan Rerata (%)
TI 9,70 a
T2 9,98 a
T3 10,38 a
Perlakuan Rerata (%)
G1 9,73 a
G2 10,90 a
G3 9,50 a
G4 9,93 a
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan T3 menghasilkan rerata

persentase daya kecambah yaitu 10,38%. Namun berbeda dengan perlakuan T1

20
dan T2 memiliki kecenderungan nilai persentase daya kecambah yang sama

sedikit yaitu 9,70% dan 9,98%.

Sedangkan perlakuan konsentrasi zat perngatur tumbuh GA3 yang

memiliki nilai kecenderungan paling tinggi pada perlakuan G2 yaitu 10,90%.

Sedangkan untuk perlakuan G1, G3 dan G4 memiliki nilai kecenderungan yang

lebih kecil yaitu 9,73%, 9,50%, dan 9,93%.

4.1.2 Laju Perkecambahan


Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 1b, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap laju kecambah benih

mahoni (S. Macropylla King). Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap laju kecambah benih mahoni (S. Macropylla King).

Rerata persentase laju kecambah pada perlakuan lama perendaman dan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rerata Interaksi Laju Perkecambahan Benih Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Daya Kecambah


Perlakuan Rerata (%)
T1 95 a
T2 105 a
T3 120 a
Perlakuan Rerata (%)
G1 100 a
G2 126,67 a
G3 93,33 a
G4 106,67 a
21
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa perlakuan T3 menghasilkan rerata


persentase laju kecambah yaitu 120%. Namun berbeda dengan perlakuan T1 dan
T2 memiliki kecenderungan nilai persentase daya kecambah yang sama sedikit
yaitu 95% dan 105%.

Sedangkan perlakuan konsentrasi zat perngatur tumbuh GA3 yang memiliki

nilai kecenderungan paling tinggi pada perlakuan G2 yaitu 126,67%. Sedangkan

untuk perlakuan G1, G3 dan G4 memiliki nilai kecenderungan yang lebih kecil

yaitu 100%, 93,33%, dan 106,67%.

4.1.3 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 2, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap tinggi semai mahoni

(S. Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sepuluh setelah

penanaman. Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap tinggi semai mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase tinggi semai

pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengukuran tinggi semai mahoni (S.

Macropylla King) tertinggi pada pengamatan ke sepuluh terdapat pada perlakuan

lama perendaman 24 jam (T3) sebesar 21,12 cm. Untuk konsentrasi zat pengatur

tumbuh GA3 terbaik dengan perolehan tinggi semai sebesar 22,64 cm pada

pengamatan ke sepuluh dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm (G2).

22
Tabel 4.2 Rerata Interaksi Tinggi Benih Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Tinggi
Perlakuan
1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst
Faktor Lama Perendaman
T1 7,75 a 9,23 a 10,50 a 11,79 a 12,91 a 14,18 a 14,88 a 16,17 a 14,18 a 17,20 a

T2 9,15 a 11,09 a 12,91 a 14,62 a 15,90 a 17,30 a 18,31 a 18,84 a 19,49 b 18,94 a

T3 11,23 a 13,50 a 15,20 a 16,97 a 19,50 a 21,78 b 22,26 a 24,36 b 25,40 c 21,12 a

Faktor Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3


G1 8,84 a 11,09 a 12,88 a 14,41 a 16,60 a 17,62 a 19,11 a 17,55 a 15,27 a 15,23 a

G2 9,99 a 12,37 a 14,22 a 15,88 a 17,60 a 17,60 a 19,93 a 22,07 a 22,15 a 22,64 a

G3 7,52 a 9,20 a 10,42 a 12,04 a 13,77 a 13,77 a 15,63 a 18,43 a 20,97 a 18,70 a

G4 10,91 a 12,43 a 13,95 a 15,40 a 16,45 a 16,45 a 18,45 a 21,10 a 20,37 a 19,77 a

Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

4.1.4 Jumlah Daun


Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 3, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap jumlah daun semai

mahoni (S. Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sembilan

setelah penanaman, sedangkan pada minggu ke sepuluh terjadi interaksi sangat nyata.

Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah

daun semai mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase jumlah daun semai

pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4

23
Tabel 4.4 Rerata Interaksi Daun Semai Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Daun Semai (cm)


Perlakuan
10

T1G1 1,23a

T1G2 1,90ab

T1G3 1,23a

T1G4 1,43a

T2G1 1,73ab

T2G2 1,93ab

T2G3 1,40a

T2G4 1,83ab

T3G1 2,17de

T3G2 2,63e

T3G3 2,07c

T3G4 2,10cd

Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan daun semai mahoni (S.

Macropylla King) pada pengamatan ke 10 dengan persentase daun terbanyak

ditemukan pada kombinasi perlakuan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi

zat pengatur tumbuh 100ppm (T3G2) sebanyak 2,6%. Julah daun pada kombinasi

perlakuan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm

(T3G2) memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan

lama perendaman 24 jam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 0ppm (T3G1) dan

24
persentase daun paling sedikit ditemukan pada kombinasi perlakuan lama

perendaman 6 jam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 0ppm(T1G1) sebanyak

1,32%. Kombinasi perlakuan dengan hasil tidak beda nyata pada perlakuan lama

perendaman 6 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 200ppm (T1G3)

sebesar 1,23%, perlakuan lama perendaman 6 jam dengan konsentrasi zat

pengatur tumbuh GA3 300ppm (T1G4) sebesar 1,43%, dan perlakuan lama

perendaman 12 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 200ppm (T2G3)

sebesar 1,40%. Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Gambar jumlah daun semai mahoni (S. Macropylla King).

4.1.5 Diameter
Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 4, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap diameter mahoni (S.

Macropylla King) mulai dari minggu pertama hingga minggu ke sepuluh setelah

penanaman. Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap diameter mahoni (S. Macropylla King). Rerata persentase diameter semai
25
pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rerata Interaksi Diameter Benih Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Diameter
Perlakuan
1 mst 2 mst 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst
Faktor Lama Perendaman
T1 1,15 a 1,27 a 1,35 a 1,43 a 1,76 a 1,60 a 1,68 a 2,02 a 1,84 a 2,02 a
T2 1,39 a 1,53 a 1,71 a 1,83 a 1,95 a 1,99 a 1,84 a 2,17 a 2,27 a 2,17 a
T3 1,90 b 2,23 b 2,49 b 2,85 b 3b 3,05 b 3,12 b 3,27 a 2,95 a 2,71 a
Faktor Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh GA3
G1 1,34 a 1,49 a 1,66 a 2,12 a 2,26 a 2,45 a 2,73 a 2,77 a 1,91 a 1,94 a

G2 1,51 a 1,73 a 1,88 a 2,02 a 2,13 a 2,26 a 2,31 a 2,93 a 2,59 a 2,82 a

G3 1,54 a 1,74 a 1,97 a 1,80 a 1,93 a 1,61 a 1,75 a 1,82 a 2,25 a 1,82 a

G4 1,53 a 1,73 a 1,89 a 2,20 a 2,63 a 2,52 a 2,06 a 2,52 a 2,66 a 2,62 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil pengukuran diameter semai mahoni (S.

Macropylla King) tertinggi pada pengamatan ke sepuluh terdapat pada perlakuan

lama perendaman 24 jam (T3) sebesar 2,71 mm. Untuk konsentrasi zat pengatur

tumbuh GA3 terbaik dengan perolehan tinggi semai 2,82 mm pada pengamatan ke

sepuluh dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm (G2).

4.1.6 Panjang Akar


Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 5a, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap panjang akar semai

mahoni (S. Macropylla King). Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan


26
pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar semai mahoni (S. Macropylla King).

Rerata persentase panjang akar pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi

zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat

dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Rerata Panjang Akar Semai Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Panjang Akar


Perlakuan Rerata (%)
T1 25,09 a
T2 24,17 a
T3 24,63 a
Perlakuan Rerata (%)
G1 5,95 a
G2 22,83 a
G3 23,61 a
G4 26,11 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil panjang akar semai terpanjang pada

akhir pengamatan ditunjukkan oleh konsentrasi lama perendaman 6 jam (T1)

sepanjang 25,09 cm. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan panjang

26,11 cm terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm

(G4).

4.1.7 Bobot Basah


Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 5b, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap bobot basah semai

mahoni (Swietenia macropylla King). Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan


27
pengaruh tidak nyata terhadap bobot basah semai mahoni (S. Macropylla King).

Rerata persentase bobot basah pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi

zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat

dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Interaksi Rerata Bobot Basah Semai Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Bobot Basah


Perlakuan Rerata (%)
T1 6,99 a
T2 7,28 a
T3 9,03 a
Perlakuan Rerata (%)
G1 7,72 a
G2 6,17 a
G3 7,67 a
G4 9,50 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil bobot basah semai terberat pada akhir

pengamatan ditunjukkan oleh konsentrasi lama perendaman12 jam (T3) seberat

9,03 gram. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan berat 9,50 gram

terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4).

4.1.8 Bobot Kering


Berdasarkan hasil analisis ragam pada lampiran 5c, menunjukkan bahwa

tidak terjadi interaksi antara perlakuan T dengan G terhadap bobot kering semai

mahoni (Swietenia macropylla King). Perlakuan T dan perlakuan G, memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap bobot kering semai mahoni (S. Macropylla King).
28
Rerata persentase bobot kering pada perlakuan lama perendaman dan konsentrasi

zat pengatur tumbuh GA3 dilakukan uji Duncan dengan taraf α = 0,05 dapat

dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Rerata Bobot Kering Semai Mahoni (S. Macropylla King)

Rerata Bobot Kering


Perlakuan Rerata (%)
T1 2,10 a
T2 2,14 a
T3 2,73 a
Perlakuan Rerata (%)
G1 2,32 a
G2 1,85 a
G3 2,31 a
G4 2,81 a
Keterangan : angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil bobot kering semai terberat pada akhir

pengamatan ditunjukkan oleh konsentrasi lama perendaman 12 jam (T3) seberat

2,73 gram. Untuk konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan berat 2,81 gram

terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4).

4.2 Pembahasan

Mahoni (Swietenia macropylla King) adalah anggota suku meliaceae

termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter

mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar

berwarna coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang

berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua,

29
beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni (S. macropylla King) bar berbunga

setelah umur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan. Buahnya

berlekuk lima, warna coklat dengan benih pipih berwarna hitan atau coklat.

Mahoni (S. macropylla King) dapat tumbuh liar di dala hutan dan tempat-tempat

yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.

Mahoni (S. macropylla King) berasal dari Hindia Barat dapat tumbuh subur bila

ditanam di pasir payau dekat pantai.

Franklin menyatakan bahwa tingkat fiabilitas benih mempengaruhi

banyaknya kecambah yang dihasilkan yang dapat ditunjukkan oleh daya

kecambah benih (Franklin,1985). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan

hasil bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman

dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap daya perkecambahan benih

mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan daya kecambah tidak ditemukannya

interkasi yang nyata antara perlakuan T dan G. Daya kecambah tertinggi terdapat

pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2) sebesar

10,90%. Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2) memiliki

nilai yang lebih tinggi dari perlakuan konsentrasi zat pengaruh tumbuh 0ppm (G1)

sebesar 9,73%, perlakuan konsentrasi zat pengaruh tumbuh GA3 200ppm (G3)

sebesar 9,50% dan 300ppm (G4) sebesar 9,93% memberikan hasil persentase

daya kecambah yang rendah karena pemberian zat pengatur tumbuh GA3 dengan

dosis yang tepat dapat meningkatkan persentase perkecambahan, namun jika

pemberian dosis yang rendah atau berlebih akan menghambat perkecambahan,

sesuai dengan pernyataan Masta yang menyatakan bahwa pemberian konsentrasi

30
zat pengaruh tumbuh GA3 dalam dosis tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman,

tetapi bila GA3 diberikan dengan dosis yang tidak tepat ( berlebihan ) dapat

menurunkan pertumbuhan ( Masta,2003). Untuk lama perendaman dengan nilai

sebesar 10,38% pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3). Perlakuan lama

perendaman 6 jam (T1) sebesar 9,70% dan 12 jam (T2) sebesar 9,98% memilik

persentase daya kecambah yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan

lama perendaman 24 jam (T3). Hal tersebut dapat terjadi karena semakin lama

benih direndam maka proses imbibisi benih akan semakin lama sehingga semakin

banyak air dan zat giberelin yang masuk ke dalam.

Abidin penyatakan bahwa teknik perendaman biji mahoni dimaksudkan

untuk mempermudah air masuk kedalam keping biji. Karena proses awal

perkecambahan adalah proses imbibisi yaitu masuknya air ke dalam biji hingga

kadar air di dalam biji mencapai persentase tertentu antara 50-60 %. Proses

perkecambahan ini dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat terjadinya proses imbibisi kulit

biji akan menjadi lunak dan retak-retak. Bersamaan dengan proses imbibisi akan

terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang

terdapat didalamnya. Sehingga terjadi proses perombakan cadangan makanan

(katabolisme) yang akan menghasilkan energi ATP dan unsur hara yang akan

diikuti oleh pembentukan senyawa protein (anabolisme/sintesis protein). Untuk

pembentukan sel-sel baru pada embrio akan diikuti proses diferensiasi sel-sel

sehingga terbentuk plumula yang merupakan bakal-batang dan daun serta radikula

31
yang merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akan bertambah besar sehingga

akhirnya benih akan berkecambah. (Abidin, 1984).

Lakitan menyatakan bahwa laju perkecambahan merupakan salah satu

parameter penting dalam perkecambahan suatu tanaman. Laju perkecambahan

merupakan jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai persen perkecambahan

(Lakitan,2004). Berdasarkan analisis sidik ragam menjunjukkan hasil bahwa tidak

terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi

zat pengatur tumbuh GA3 terhadap laju perkecambahan benih mahoni (S.

Macropylla King). Pengamatan laju perkecambahan dengan nilai tertinggi

terdapat pada konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm (G2) dengan nilai sebesar

126,67%. Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh 100ppm (G2) memilik

persentase yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi zat pengatur

tumbuh 0ppm (G1) sebesar 100% , konsentrasi zat pengatur tumbuh 200ppm (G3)

sebesar 93,33%, dan konsentrasi zat pengatur tumbuh 300ppm (G4) sebesar

106,67% karena pada perlakuan G1 tidak adanya pemberian konsentrasi zat

pengatur tumbuh GA3 sehingga tidak terjadi pengaruh yang nyata, sedangkan

pada perlakuan G3 dan G4 konsentrasi zat pengatur GA3 yang diberikan terlalu

tinggi sehingga dapat memperlambat proses perkecambahan . Untuk lama

perendaman dengan nilai sebesar 120% pada perlakuan lama perendaman 24 jam

(T3). Perlakuan lama perendaman 24 jam (T3) memiliki persentase yang lebih

tinggi dari perlakuan lama perendaman 6 jam (T1) sebesar 95% dan 12 jam (T2)

sebesar 105% karena semakin lama benih direndam maka proses imbibisi benih

akan semakin lama sehingga semakin banyak air dan zat giberelin yang masuk ke

32
dalam benih , hal ini sesuai dengan pernyataan harry dkk yang menyatakan bahwa

proses imbibisi pada benih berguna untuk meningkatkan kandungan air benih dan

mengaktifkan enzim didalam benih. Setelah terjadi penyerapan air, maka enzim

diaktifkan dan kemudian masuk ke dalam endoosperm untuk merombak zat

cadangan makanan yang akan larut dalam air dan berdifusi (Harry, 1990).

Darmawan berpendapat bahwa pertumbuhan tanaman dapat didenifisikan

sebagai bertambah besarnya tanaman. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari

pembelahan sel kemudian diikuti oleh pembesaran sel dan difesensiasi sel

(Darmawan, 2010). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil bahwa

pengamatan ke 1 hingga pengamatan ke 10 tidak terjadi interaksi yang nyata

antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

terhadap tinggi semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan tinggi semai

mahoni (S. Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan lama perendaman

24 jam (T3) dengan rata-rata nilai sebesar 25,40 cm. Untuk perlakuan konsentrasi

zat pengatur tumbuh GA3 dengan rata-rata nilai 22,64 cm pada perlakuan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2). Hal ini dikarenakan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm merupakan dosis yang tepat dalam

proses pemanjangan batang tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner

yang mengatakan bahwa giberelin mampu merangsang pemanjangan ruas-ruas

batang melalui pembelahan dan pembesaran sel batang sehingga memicu

pemanjangan tunas batang (Gardner,1990). Pemberian konsentrasi GA3 0ppm,

200ppm, dan 300ppm memiliki persentase tinggi yang rendah karena GA3 yang

diberikan tidak bekerja dengan optimal dikarenakan dosis yang terlalu rendah

33
ataupun tinggi. Yennita menyatakan bahwa pemberian hormon giberelin pada

bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan semai, namun jika

pemberian berlebihan maka akan berpengaruh dalam menekan pertumbuhan

tanaman. Hubungan dosis zat pengatur tumbuh dengan hasil tanaman mengikuti

pola kuadrik yaitu pemberian zat pengatr tumbuh dengan dosis tertentu dapat

meningkatkan hasil tanaman, tetapi apabila diberikan dengan dosis yang tidak

tepat maka akan penghambat dan menurunkan hasil tanaman (Yennita,2003).

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil bahwa pengamatan ke

1 hingga pengamatan ke 9 tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi

lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap jumlah

daun semai mahoni (S. Macropylla King). Interaksi nyata antara kombinasi lama

perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terjadi pada pengamatan

jumlah daun minggu ke 10. Pengamatan jumlah daun tertinggi pada kombinasi

perlakuan lama perndaman 24 jam dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh

GA3 100ppm (T3G2) dengan rata-rata nilai sebesar 2,63%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa konsentrasi GA3 dan lama perendaman dapat mempengaruhi

pertumbuhan. Sesuai dengan pendapat Watimena yang mengatakan bahwa peran

zat pengatur tumbuh giberelin dapat meningkatkan jumlah daun karena giberelin

merupakan zat pengatur tumbuh yang mendukung perpanjangan sel organ

tanaman dan dapat meningkatkan kandungan klorofil tanaman (Watimena, 1990).

Pengamatan jumlah daun terkecil terdapat pada kombinasi perlakuan lama

perndaman 6 jam dan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh GA3 0ppm (T1G1)

dengan rata-rata nilai sebesar 1,23%. Hal ini dapat terjadi jika pemberian

34
konsentrasi yang tidak tepat yang membuat pertumbuhan dan perkembangan akan

terganggu. Sesuai dengan pendapat Kusumo yang menjelaskan bahwa manffat

dari zat pengatur tumbuh akan bekerja dengan efektif pada konsentrasi yang tepat

(Kusumo,1984). Kombinasi perlakuan dengan hasil tidak beda nyata pada

kombinasi perlakuan lama perendaman 6 jam dan konsentrasi zat pengatur

tumbuh GA3 200ppm (T1G3) sebesar 1,23%, perlakuan lama perendaman 6 jam

dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (T1G4) sebesar 1,43% dan

perlakuan lama perendaman 12 jam dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

200ppm (T2G3) sebesar 1,40%.

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil bahwa pengamatan ke

1 hingga pengamatan ke 10 tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi

lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap diameter

semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan diameter semai mahoni (S.

Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3)

dengan rata-rata nilai sebesar 3,27 mm. Semakin lama direndam maka akan

semakin banyak air dan giberelin yang masuk kedalam benih. Untuk perlakuan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dengan rata-rata nilai 2,83 mm pada

perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 100ppm (G2). Proses

berbanyakan sel tergantung kepada respon tanaman kepada hormon itu sendiri.

Dewi menjelaskan bahwa pemanjangan sel akibat pemberian hormon dapat terjadi

dengan adanya respon tanaman terhadap hormon itu sendiri. Respon terhadap

hormon biasanya tergantung pada konsentrasi relatifnya dibandingkan dengan

hormon lain (Dewi,2008). Maka hal inilah yang mempengaruhi sehingga

35
meskipun dosis giberelin yang diberikan sudah tinggi sampai batas tertentu

tampak tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil bahwa di akhir

pengamatan tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman

dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap panjang akar semai mahoni (S.

Macropylla King). Pengamatan panjang akar semai mahoni (S. Macropylla King)

tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm

(G4) dengan rata-rata nilai sebesar 26,11 cm. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian giberelin dapat memacu panjang akar pada semai mahoni. Salisbury

mengatakan bahwa giberelin tidak hanya dapat memacu perpanjangan batang

tetapi juga pertumbuhan tubuh termasuk panjang akar karena giberelin dapat

merangsang sintetik auksin yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar

(Salisbury,1995). Pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 sebesar 300

ppm (G4) berpengaruh dalam pertumbuhan akar dimana pada dosis konsentrasi

tersebut menghasilkan akar semai yang lebih panjang dibandingkan dengan dosis

konsertrasi G1, G2, dan G4. Untuk perlakuan lama perendaman dengan rata-rata

nilai 24,63 cm pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3).

Bobot basah suatu tanaman merupakan gabungan dari perkembangan dan

pertambahan jaringan yang dipengaruhi oleh kadar air dan kandungan unsur hara

yang ada di dalam sel-sel jaringan tanaman. Berdasarkan analisis sidik ragam

menunjukkan hasil bahwa di akhir pengamatan tidak terjadi interaksi yang nyata

antara kombinasi lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3

terhadap bobot basah semai mahoni (S. Macropylla King). Pengamatan bobot
36
basah semai mahoni (S. Macropylla King) tertinggi terdapat pada perlakuan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm (G4) dengan rata-rata nilai sebesar

9,50 gram. Untuk perlakuan lama perendaman dengan rata-rata nilai 9,03 gram

pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3). Hal ini menunjukkan bahwa

tanaman dengan lama perendaman 24 jam serta konsentrasi zat pengatur tumbuh

300ppm memiliki bobot basah tertinggi yang mengartikan bahwa tanaman

tersebut didominasi oleh fotosintat yang terbentuk dengan baik akibat perlakuan

yang dilakukan

Bobot kering suatu tanaman didapatkan dengan cara mengoven seluruh

tubuh tanaman untuk mengurangi kadar air yang ada didalam tanaman.

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan hasil bahwa di akhir pengamatan

tidak terjadi interaksi yang nyata antara kombinasi lama perendaman dan

konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 terhadap bobot kering semai mahoni (S.

Macropylla King). Pengamatan bobot kering semai mahoni (S. Macropylla King)

tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 300ppm

(G4) dengan rata-rata nilai sebesar 2,81 gram. Untuk perlakuan lama perendaman

dengan rata-rata nilai 2,73 gram pada perlakuan lama perendaman 24 jam (T3).

lama perendaman 24 jam merupakan lama waktu yang oktimal dalam proses

pertmbuhan tanaman dimana semakin lama benih direndam maka akan semakin

melunakkan kulit benih, serta konsentrasi zat pengatur tumbuh 300ppm

berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan sel-sel di dalam tubuh

tanaman.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh lama perendaman dan konsentrasi

zat pengaruh tumbuh GA3 terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan

semai mahoni (sweteni makropylla king) dapat disimpulkan oleh penulis bahwa:

1. Terjadi interaksi yang berbeda nyata antara perlakuan lama perendaman (T) dan

konsentrasi zat pengaruh tumbuh GA3 (G) terhadap peubah daun semai

mahoni (S. Macropylla King).

2. kecenderungan nilai tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan lama

perendaman 24 jam dengan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh 100ppm

(T3G2).

2. Perlakuan lama perendaman 24 jam (T3) merupakan perlakuan yang paling

sesuai dan berpengaruh positif terhadap perkecambahan benih dan

pertumbuhan semai mahoni (S. Macropylla King).

3. Perlakuan konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh 100ppm (G2) merupakan

perlakuan yang paling sesuai dan baik untuk perkecambahan semai dan

pertumbuhan semai mahoni (S. Macropylla King).

5.2 Saran

Ada pun saran dari penelitian ini adalah diharapkan kedepannya terdapat

penelitian lanjutan dengan menggunakan interval lama perndaman dan

konsentrasi larutan zat pengatur tumbuh yang lebih beragam lagi dari penelitian

38
ini, supaya diperoleh konsentrasi larutan GA3 dan lama perendaman yang paling

optimal bagi pertumbuhan semai mahoni (S. Macropylla King).

39
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., (1983). Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Penerbit Angkasa. Bandung
Agustin, W., (2008). Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Penerbit Angkasa. Bandung
Ashari, S., (1998). Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Darmawan, J, dan J.S Baharsyah, (2010). Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. SITC.
Jakarta
Dewi, I.R., (2008). Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhsn Tanaman.
Universitas Padjadjaran Press. Bandung
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan; Jakarta
Franklin, P., (1985). Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Gardner, FP, ce, R.B., dan Mitchell, R.L,. Diterjemahakan oleh susilo, dan
subiyanto, (1997). Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responbility. Penerbit Graha Ilmu; Yogyakarta
Harry, S.P., Mugnisyah, w.r, dan Murniati, E., (1990) ,. Biologi Benih.
Departemen Pendidikan Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R,. (2009). Anacardium occidentale.
Agroforest Database. Online:
http://www.worldagroforestry.org/treedhdb2/aftppdfs/Anacradium_occide
ntale.pdf, diakses pada 15 november 2018.
Ilyas, S,. (1995). Perubahan Fisiologis Dan Biokimia Benih Dalam Proses Seed
Cinditioning .Keluarga Benih . N0 : 2
Kusumo, S,. (1990). Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit Jasaguna. Bogor

Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissue in Water Deficit
and Plannt Gwowth. Vol III. Academic Press. New York
Krisnawati,H, M . Kallio, dan M. Kanninen .(2011). Mahoni : Ekologi,
Silvikultur, Produktifitas. Cebter For Internasional Forestry. Jakarta
Lakitan, B., (2004). Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Grafindo Persada. Jakarta
40
Pandey, SM,. (1972). Plant Physiologi. Vikas Publishing. New Delhi

Saut, L,. (2002). Pengaruh Perlakuan Perendaman Benih Dalam Larutan GA3 Dan
Shiimarocks Terhadap Viabilitas Benih Tomat, Tterong Ddan Cabai .
Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian .Fakultas Pertanian . Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sitompul, SM, dan Guritno, B,. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Siregar, A,. (2007). Pendaftaran Tanah Kepastian Hak. Penerbit Multi Grafik.
Medan
Sunardi, (2013). Pengaruh Tingkat Pemberian ZPT GA3 Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Tanaman Kangkung Pada Sistem Hidropnik. Jurnal Pertanian
Issn 2087-4936 Volume 4 Nomor 1, November 2018. Niversitas Djuanda
Bogor.
Susilawati, (2014). Effect Of GA3 Consentration On Hybrid Seed Production In
Indonesia. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
Sutopo, L,. (2002). Teknologi Benih. Penerbit Raja Garafinda Persada. Jakarta.

Sri Setyadi. Hi, (1989). Dasar-Dasar Hortikultur. Fakultas Pertanian, Institut


Pertanian Bogor. Bogor
Toharudin, Masta, dan Sutopo Harwan, (2013). Pengaruh Pemberian Pupuk
Nitrogen dan Zat Pengarh Tumbh Giberelin terhadap Serapan Nitrogen,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman pada Kultivar inpari. Jurnal Agroswagati
1 (2). 74-79
Wahyuni, Sri. 2013. Panduan Praktis Biologi. Penebar Swadaya; Jakarta
Watimena, G.A., (1987). Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian
Bogor Press. Bogor
Yennita, (2003). Pengaruh Hormon Tanaman Terhadap Kedelai Pada Fase
Generatif. Jurnal penelitian UNIB2 (IX) : 81-84
Zulkarnain, (2009). Dasar-Dasar Hortikultura. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

41
Lampiran 1.

Lampiran 1a. Analisis Ragam Daya Kecambah

TABEL ANOVA
SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.Hit F.Tabel
0,05 0,01
kelompok 2 13,50 6,75194 9,870 ** 3,44 5,72
perlakuan 11 2,71 0,24657 0,360 tn 2,26 3,18
T 2 0,31 0,15361 0,225 tn 3,44 5,72
G 3 0,64 0,21271 0,311 tn 3,05 4,82
KxT 6 1,77 0,29448 0,430 tn 2,55 3,76
Galat 22 15,05 0,68407 kk 5,06
Total 46 31,27

Lampiran 1b. Analisis Ragam Laju Kecambah

TABEL ANOVA
SUMBER KERAGAMAN db JK KT F.Hit F.Tabel
0,05 0,01
kelompok 2 4405,56 2202,78 11,740 ** 3,44 5,72
perlakuan 11 1755,56 159,596 0,851 tn 2,26 3,18
T 2 422,22 211,111 1,125 tn 3,44 5,72
G 3 350,00 116,667 0,622 tn 3,05 4,82
KxT 6 983,33 163,889 0,873 tn 2,55 3,76
Galat 22 4127,78 187,626 kk 7,80
Total 46 10288,89
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

42
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Semai

Lampiran 2a

Jumlah Tinggi pada umur 1 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 38,55 19,28 9,43 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 21,96 2,00 0,98 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 9,00 4,50 2,20 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,61 1,20 0,59 tn 3,05 4,82
KM 6 9,35 1,56 0,76 tn 2,55 3,76
GALAT 22 44,96 2,04 kk 9,32
TOTAL 46 105,48

Jumlah Tinggi pada umur 2 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 62,75 31,38 10,80 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 27,27 2,48 0,85 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 12,25 6,13 2,11 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,86 1,29 0,44 tn 3,05 4,82
KM 6 11,16 1,86 0,64 tn 2,55 3,76
GALAT 22 63,93 2,91 kk 9,25
TOTAL 46 153,96

Jumlah Tinggi pada umur 3 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 77,28 38,64 10,37 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 31,70 2,88 0,77 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 14,70 7,35 1,97 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 5,04 1,68 0,45 tn 3,05 4,82
KM 6 11,96 1,99 0,54 tn 2,55 3,76
GALAT 22 81,96 3,73 kk 9,21
TOTAL 46 190,95
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

43
Lampiran 2b

Jumlah Tinggi pada umur 4 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 94,74 47,37 9,73 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 37,50 3,41 0,70 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 17,90 8,95 1,84 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 5,10 1,70 0,35 tn 3,05 4,82
KM 6 14,50 2,42 0,50 tn 2,55 3,76
GALAT 22 107,13 4,87 kk 9,37
TOTAL 46 239,37

Jumlah Tinggi pada umur 5 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 115,62 57,81 10,69 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 46,62 4,24 0,78 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 29,01 14,51 2,68 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,54 1,51 0,28 tn 3,05 4,82
KM 6 13,07 2,18 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 119,00 5,41 kk 8,94
TOTAL 46 281,25

Jumlah Tinggi pada umur 6 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 157,88 78,94 16,27 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 60,11 5,46 1,13 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 38,89 19,45 4,01 * 3,44 5,72
G (F2) 3 4,18 1,39 0,29 tn 3,05 4,82
KM 6 17,04 2,84 0,59 tn 2,55 3,76
GALAT 22 106,75 4,85 kk 7,59
TOTAL 46 324,74
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

44
Lampiran 2c

Jumlah Tinggi pada umur 7 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 171,89 85,95 14,33 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 55,65 5,06 0,84 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 36,42 18,21 3,04 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,68 1,56 0,26 tn 3,05 4,82
KM 6 14,54 2,42 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 131,96 6,00 kk 8,20
TOTAL 46 359,50

Jumlah Tinggi pada umur 8 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 165,02 82,51 14,42 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 90,84 8,26 1,44 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 46,44 23,22 4,06 * 3,44 5,72
G (F2) 3 7,76 2,59 0,45 tn 3,05 4,82
KM 6 36,65 6,11 1,07 tn 2,55 3,76
GALAT 22 125,85 5,72 kk 7,22
TOTAL 46 381,71

Jumlah Tinggi pada umur 9 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 211,52 105,76 13,30 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 107,21 9,75 1,23 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 84,08 42,04 5,29 * 3,44 5,72
G (F2) 3 15,57 5,19 0,65 tn 3,05 4,82
KM 6 7,55 1,26 0,16 tn 2,55 3,76
GALAT 22 174,96 7,95 kk 8,30
TOTAL 46 493,70
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

45
Lampiran 2d

Jumlah Tinggi pada umur 10 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 157,96 78,98 9,10 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 71,81 6,53 0,75 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 10,29 5,14 0,59 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 15,80 5,27 0,61 tn 3,05 4,82
KM 6 45,72 7,62 0,88 tn 2,55 3,76
GALAT 22 191,00 8,68 kk 9,15
TOTAL 46 420,77
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

46
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun

Lampiran 3a

Jumlah daun pada umur 1 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,38 0,19 6,79 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,98 0,09 3,23 ** 2,26 3,18
T (F1) 2 0,65 0,32 11,76 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,13 0,04 1,55 tn 3,05 4,82
KM 6 0,20 0,03 1,22 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,61 0,03 kk 9,58
TOTAL 46 1,96

Jumlah daun pada umur 2 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,78 0,39 8,58 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,83 0,08 1,66 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,49 0,24 5,31 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,23 tn 3,05 4,82
KM 6 0,32 0,05 1,15 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,01 0,05 kk 7,78
TOTAL 46 2,62

Jumlah daun pada umur 3 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,72 0,36 1,07 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,47 0,22 0,67 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,05 0,52 1,55 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,22 0,07 0,21 tn 3,05 4,82
KM 6 1,21 0,20 0,60 tn 2,55 3,76
GALAT 22 7,43 0,34 kk 13,54
TOTAL 46 10,62
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

47
Lampiran 3b

Jumlah daun pada umur 4 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,37 1,18694 6,198 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,78 0,25301 1,321 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,47 0,73361 3,831 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,11 0,03766 0,197 tn 3,05 4,82
KM 6 1,20 0,20048 1,047 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,21 0,19149 kk 9,00
TOTAL 46 9,37

Jumlah daun pada umur 5 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,97 1,49 6,44 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 3,11 0,28 1,22 nt 2,26 3,18
T (F1) 2 1,79 0,90 3,88 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,07 0,02 0,10 tn 3,05 4,82
KM 6 1,24 0,21 0,90 tn 2,55 3,76
GALAT 22 5,08 0,23 kk 8,33
TOTAL 46 11,15

Jumlah daun pada umur 6 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 4,69 2,35 7,54 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 4,60 0,42 1,34 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,63 1,81 5,83 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,57 0,19 0,61 tn 3,05 4,82
KM 6 0,40 0,07 0,22 tn 2,55 3,76
GALAT 22 6,84 0,31 kk 8,62
TOTAL 46 16,14
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

48
Lampiran 3c

Jumlah daun pada umur 7 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 6,89 3,44 11,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 4,17 0,38 1,21 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,22 0,61 1,95 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,56 0,19 0,60 tn 3,05 4,82
KM 6 2,38 0,40 1,27 tn 2,55 3,76
GALAT 22 6,88 0,31 kk 7,98
TOTAL 46 17,94

Jumlah daun pada umur 8 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 5,42 2,71 5,13 * 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 7,48 0,68 1,29 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,43 1,72 3,25 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 1,00 0,33 0,63 tn 3,05 4,82
KM 6 3,04 0,51 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 11,63 0,53 kk 8,89
TOTAL 46 24,54

Jumlah daun pada umur 9 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 9,91 4,96 8,17 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 6,79 0,62 1,02 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 2,82 1,41 2,32 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,78 0,26 0,43 tn 3,05 4,82
KM 6 3,19 0,53 0,88 tn 2,55 3,76
GALAT 22 13,34 0,61 kk 8,63
TOTAL 46 30,04
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

49
Lampiran 3d

Jumlah daun pada umur 10 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 9,32 4,66 6,57 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 5,88 0,53 0,75 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,88 1,94 2,73 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,96 0,17 0,25 tn 3,05 4,82
KM 6 1,05 1,86 2,62 * 2,55 3,76
GALAT 22 15,62 0,71 kk 9,46
TOTAL 46 30,82
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

50
Lampiran 4. Analisis Ragam Diameter Semai

Lampiran 4a

Jumlah diameter pada umur 1 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,27 0,63 28,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 0,76 0,07 3,05 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,44 0,22 9,77 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,02 0,01 0,23 tn 3,05 4,82
KM 6 0,30 0,05 2,21 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,50 0,02 kk 6,10
TOTAL 46 2,53

Jumlah diameter pada umur 2 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,46 0,73 19,99 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,12 0,10 2,79 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,66 0,33 8,99 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,24 tn 3,05 4,82
KM 6 0,44 0,07 2,01 tn 2,55 3,76
GALAT 22 0,80 0,04 kk 6,86
TOTAL 46 3,38

Jumlah diameter pada umur 3 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,77 0,88 19,01 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,57 0,14 3,06 * 2,26 3,18
T (F1) 2 0,91 0,46 9,78 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,03 0,01 0,22 tn 3,05 4,82
KM 6 0,62 0,10 2,24 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,02 0,05 kk 7,02
TOTAL 46 4,36
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

51
Lampiran 4b

Jumlah diameter pada umur 4 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,87 0,93 12,57 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,55 0,14 1,90 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,43 0,72 9,63 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,01 0,00 0,03 tn 3,05 4,82
KM 6 0,12 0,02 0,26 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,64 0,07 kk 8,24
TOTAL 46 5,06

Jumlah diameter pada umur 5 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,50 0,75 7,47 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,77 0,16 1,60 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,20 0,60 5,97 ** 3,44 5,72
G (F2) 3 0,15 0,05 0,49 tn 3,05 4,82
KM 6 0,42 0,07 0,70 tn 2,55 3,76
GALAT 22 2,21 0,10 kk 8,69
TOTAL 46 5,48

Jumlah diameter pada umur 6 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,27 1,13 7,78 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,15 0,20 1,34 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,50 0,75 5,15 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,29 0,10 0,67 tn 3,05 4,82
KM 6 0,35 0,06 0,40 tn 2,55 3,76
GALAT 22 3,21 0,15 kk 10,72
TOTAL 46 7,62
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

52
Lampiran 4c

Jumlah diameter pada umur 7 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 2,42 1,21 6,51 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,61 0,24 1,27 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,65 0,83 4,44 * 3,44 5,72
G (F2) 3 0,29 0,10 0,52 tn 3,05 4,82
KM 6 0,66 0,11 0,59 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,10 0,19 kk 12,55
TOTAL 46 9,13

Jumlah diameter pada umur 8 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 3,70 1,85 9,05 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 2,40 0,22 1,06 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 1,24 0,62 3,03 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,36 0,12 0,59 tn 3,05 4,82
KM 6 0,79 0,13 0,64 tn 2,55 3,76
GALAT 22 4,50 0,20 kk 11,43
TOTAL 46 10,60

Jumlah diameter pada umur 9 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,67 0,84 6,63 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,89 0,17 1,36 ns 2,26 3,18
T (F1) 2 0,84 0,42 3,34 ns 3,44 5,72
G (F2) 3 0,20 0,07 0,52 ns 3,05 4,82
KM 6 0,85 0,14 1,12 ns 2,55 3,76
GALAT 22 2,78 0,13 kk 8,88
TOTAL 46 6,34
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

53
Lampiran 4d

Jumlah diameter pada umur 10 minggu setelah semai

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,99 0,99 7,59 ** 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,46 0,13 1,02 ns 2,26 3,18
T (F1) 2 0,36 0,18 1,36 ns 3,44 5,72
G (F2) 3 0,41 0,14 1,06 ns 3,05 4,82
KM 6 0,69 0,12 0,88 ns 2,55 3,76
GALAT 22 2,88 0,13 kk 9,28
TOTAL 46 6,33
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

54
Lampiran 5.

Lampiran 5a. Analisis Ragam Panjang Akar

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 6,45 3,22 0,45 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 22,97 2,09 0,29 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,56 0,28 0,04 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 4,61 1,54 0,22 tn 3,05 4,82
KM 6 17,79 2,96 0,42 tn 2,55 3,76
GALAT 22 157,11 7,14 kk 6,75
TOTAL 46 186,52

Lampiran 5b. Analisis Ragam Bobot basah

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 1,17 0,58 0,64 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 11,35 1,03 1,13 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 3,22 1,61 1,76 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 3,12 1,04 1,14 tn 3,05 4,82
KM 6 5,00 0,83 0,91 tn 2,55 3,76
GALAT 22 20,13 0,91 kk 7,47
TOTAL 46 32,64

Lampiran 5c. Analisis Ragam Bobot Kering

SK db JK KT F.HITUNG F.TABEL
5% 1%
ULANGAN 2 0,11 0,05 0,64 tn 3,44 5,72
PERLAKUAN 11 1,08 0,10 1,16 tn 2,26 3,18
T (F1) 2 0,33 0,17 1,96 tn 3,44 5,72
G (F2) 3 0,26 0,09 1,02 tn 3,05 4,82
KM 6 0,49 0,08 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,87 0,09 kk 7,62
TOTAL 46 3,07
Keterangan : (*) Berinteraksi
(**) Berinteraksi Sangat Nyata
(tn) Tidak Bereaksi / Tidak Nyata

55

Anda mungkin juga menyukai