Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara maju dan Negara berkembang saat ini memiliki tiga beban

penyakit sekaligus yaitu penyakit menular, penyakit tidak menular dan

penyakit kesehatan jiwa atau akibat perilaku sosial (tripe burden of disease)

(Winodirekso & Pattidjawane, 2010). Jumlah kesakitan akibat penyakit tidak

menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit penular akan menurun.

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus

meningkat di seluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi di Negara-

Negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi

global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit

jantung, stroke dan diabetes mellitus (Depkes RI, 2012).

Diabetes mellitus sering dikenal oleh masyarakat dengan sebutan

penyakit kencing manis. Diabetes merupakan penyakit yang sangat serius,

karena komplikasi dari penyakit ini menjalar ke seluruh tubuh seperti pada

mata, jantung, ginjal dan saraf, sehingga penyakit ini dijuluki The Silent

Killer. Dengan pesatnya perkembangan disemua bidang dan adanya perubahan

pada pola hidup di masyarakat membawa dampak tersendiri bagi masalah

kesehatan didunia. Pada era globalisasi terjadi pergeseran penyakit menular ke

penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes mellitus dengan urutan

ke 4 penyakit tidak menular (Riskesdas, 2013)

1
2

Penderita diabetes mellitus di dunia pada tahun 2015 mencapai 4,65

miliar dan akan meningkat menjadi 6,16 miliar pada tahun 2040, dengan

angka kematian 5 juta jiwa, sebesar 87-91% adalah penderita diabetes mellitus

tipe 2 (IDF, 2015). Di dunia, Indonesia menempati urutan ke-7 diantara 10

negara penyandang diabetes mellitus terbanyak (IDF, 2013). Data Sample

Registration Survey tahun 2014, menunjukkan bahwa diabetes mellitus

merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan

persentase sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%) dan Penyakit Jantung Koroner

(PJK) (12,9%). Prevalensi Nasional diabetes mellitus mencapai 63,6% dari 34

propinsi di Indonesia, 17 propinsi diantara mempunyai prevalensi diatas

prevalensi normal salah satunya Propinsi Sumatera Barat, dan Riskesdas

Sumatera Barat menyatakan tahun 2014 diabetes mellitus berada pada urutan

ke-2 dari 10 penyakit terbanyak lainnya (Riskesdas, 2014).

Diabetes mellitus memiliki dampak yang berbahaya antara lain

dampak yang ditimbulkan yaitu gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit

jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan

membusuk/ganggren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan

sebagainya. Tidak jarang, penderita diabetes mellitus sudah parah menjalani

amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes, 2008). Oleh

karena itu, diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan oleh

penderita diabetes mellitus. Dalam pengendalian diabetes mellitus diperlukan

empat pilar penyangga yang mendukung, yaitu edukai, diet, olahraga dan obat

(Novitasari, 2012).
3

Kondisi kadar gula darah yang tinggi didalam tubuh dalam jangka

waktu yang panjang dapat menimbulkan komplikasi metabolik akut (diabetes

ketoasidosis), mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata), neuropati

(penyakit pada syaraf) dan komplikasi mikrovaskuler yang mencakup infark

miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer & Bare, 2013). Dalam

Purwanti (2013) menurut Soewondo sebanyak 1785 penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia yang mengalami beberapa komplikasi seperti neuropati,

retinopati, makrovaskuler, mikrovaskuler dan kaki diabetic.

Diabetes mellitus adalah suatu kelainan pada seseorang yang ditandai

naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan karena

kekurangan insulin (Padila, 2012). Secara klinis diabetes mellitus dibedakan

menjadi tiga tipe, yaitu tipe I, II dan gestasional. Diabetes Mellitus tipe 2

mempunyai prevelensi tertinggi diantara jenis DM lainnya. Proporsi kejadian

DM Tipe 2 adalah 95% proporsi dunia yang menderita diabetes mellitus dan

hanya 5% dari jumlah tersebut yang menderita diabetes mellitus tipe I

(Harding, 2003).

Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah

dapat dikendalikan. Diketahui ada dua cara yang bisa dilakukan dalam

menurunkan kadar gula darah yaitu, Cara farmakologi yang terdiri dari insulin

oral dan injeksi insulin (Singal et al, 2004 dalam Surya, 2016), sedangkan cara

non farmakologi yaitu diet, latihan jasmani, edukasi dan terapi komplementer

(Lanywati, 2007; Singal, Kenny et al. 2004 dalam Surya, 2016; Sustrani, dkk,

2005). Ada beberapa tanaman herbal yang bisa digunakan sebagai bahan baku
4

obat diabetes mellitus diantaranya adalah belimbing, brotowali, jagung,jambu

biji, jinten, alpokat, apel dan lain sebagainya (Wasito, 2011; Wijoyo, 2012).

Keunggulan dari salah satu pengobatan non farmakologis yaitu

memiliki efek samping yang lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan

dengan obat-obatan kimia, selain itu mudah dan mudah didapatkan. Hal ini

karenakan dari efek buah yang bersifat alami, berbeda dengan efek dari obat-

obatan kimia. Tubuh manusia relatif lebih mudah menerima obat dari bahan

tanaman dibandingkan dengan obat kimiawi (Mislihah, 2007).

Dalam pengobatan non farmakologi buah-buahan yang berpengaruh

terhadap penurunan kadar glukosa darah meliputi bengkoang, mengkudu,

jambu monyet dan jambi biji merah (Shadine, 2011). Salah satu buah yang

baik dikonsumsi bagi penderita DM tipe 2 ini adalah jambu biji merah,

dimana buah ini mengandung pectin yang sifatnya hipokolesterolemik dan

hipoglikemig yang dapat menurunkan kadar kolesterol maupun glukosa darah.

Serat ini diperkirakan dalam pembentukan gel dalam traktus gastrointestinal.

Didalam lambung, pectin membentuk gel dan gel tersebut menyebabkan

penurunan waktu penyerapan glukosa di usus halus. Akibat dari penurunan

waktu penyerapan glukosa adalah kadar glukosa didalam darah meningkat

secara perlahan sehingga transport glukosa ke membrane sel lebih mudah

masuk ke jaringan. Masuknya glukosa ke dalam jaringan menyebabkan kadar

glukosa didalam darah turun (Smeltzer, 2010).

Jambu biji (Psidium guajava) adalah tumbuhan yang mudah tumbuh

dimana saja tanpa mengenal musim selalu dapat tumbuh dan berbuah lebat.

Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa buah segar dan jus buah jambu biji
5

merah memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa darah pada tikus

normal dan tikus diabetes (Astawan, 2008).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang terdapat sebanyak

18.456 penderita diabetes mellitus tipe 2 yang tersebar di 22 Puskesmas yang

ada di Kota Padang, dan salah satu Puskesmas dengan penderita diabetes

terbanyak berada di Puskesmas Andalas Padang yaitu 2.410 orang dengan

penderita lama sebanyak 2.226 orang dan penambahan penderita baru

sebanyak 185 orang (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2016). Data Puskesmas

Andalas Padang pada bulan Januari-Maret 2018, ditemukan jumlah penderita

DM sebanyak 240 orang, dengan DM tipe 1 sebanyak 83 orang dan DM tipe 2

sebanyak 157 orang (Puskesmas Andalas Padang, 2018).

Berdasarkan survey awal dari pasien diabetes mellitus yang

berkunjung ke Puskesmas Andalas dari hasil wawancara didapatkan data

bahwa 9 dari 12 pasien diabetes mellitus tipe 2 hanya mengandalkan obat-

obatan medis. Tiga diantara mereka memilih mengobati diabetes dengan diet

dan mengkonsumsi obat herbal tetapi mereka belum pernah menggunakan

buah jambu biji sebagai alternatif pengobatan. Untuk penggunaan buah jambu

biji sendiri pada penderita diabetes mellitus, mereka mengatakan tidak

mengetahuinya. Mereka hanya menegetahui beberapa obat tradisional seperti

daun salam dan daun sirsak.

Melihat fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar glukosa darah

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Padang tahun 2018”


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan

masalah “Adakah pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar glukosa

darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Andalas Padang tahun 2018”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar

glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Andalas Padang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rerata kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus

tipe 2 sebelum diberikan jus jambu biji.

b. Diketahui rerata kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus

tipe 2 sesudah diberikan jus jambu biji.

c. Diketahui pengaruh pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar

glukosa darah sebelum dan sesudah diberi jus jambu biji.

D. Manfaat Penelitian
7

Hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat untuk :

1. Pendidikan Kesehatan

Sebagai informasi bagi pendidikan kesehatan khususnya bagi

pendidikan keperawatan tentang pengaruh pemberian jus jambu biji

terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

2. Bagi Responden

Diharapkan penderita DM tipe 2 menjadikan buah jambu biji

sebagai terapi non farmakologi atau pengobatan alternatif yang tepat dan

praktis tanpa efek samping.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya dalam

melakukan perbandingan antara keefektifan buah jambu biji dengan obat

antidiabetes dalam menurunkan kadar gula darah pasien DM Tipe 2.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit menahun yang

ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut (Hasdianah,

2012). Tubuh manusia mempunyai kadar gula yang bersumber dari

makanan yang biasa dikonsumsi. Nilai normal gula darah yang ada

didalam tubuh manusia mencapai 100-140 mg/dL (Novitasari, 2012).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena

penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai

dengan tingginya kadar gula dalam darah (Susilo & Wulandari, 2011).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut Hasdianah (2012), adapun klasifikasi Diabetes Mellitus

yang dianjurkan oleh PERKENI yang sesuai dengan anjuran dari

klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association,

adalah :

a. Diabetes Mellitus Tipe I (Insulin Dependent)

DM tipe I atau yang disebut juga insulin dependent (tergantung

insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin karena tubuh tidak

8
9

dapat menghasilkan insulin. Pada Diabetes Mellitus tipe I, badan

kurang atau tidak sama sekali menghasilkan insulin,ini terjadi karena

masalah genetik, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin

diperlukan setiap hari untuk pasien Diabetes Mellitus tipe I. Diabetes

Mellitus tipe I dapat disebabkan oleh faktor genetika (keturunan),

faktor imunologik dan faktor lingkungan.

b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Insulin Requirement)

Diabetes Mellitus tipe 2 atau disebut juga dengan insulin

requiment (membutuhkan insulin) adalah mereka yang membutuhkan

insulin sementara atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup

insulin agar kadar gula darah normal, oleh karena badan tidak dapat

respon terhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya akibat resistensi

insulin tetapi bisa juga karena kekurangan insulin atau karena

gangguan sekresi atau produksi insulin. Diabetes Mellitus tipe 2

menjadi semakin umum karena faktor resikonya yaitu obesitas dan

kekurangan olahraga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya Diabetes

Mellitus yaitu usia lebih dari 65 tahun, obesitas, riwayat keluarga.

Pada Diabetes Mellitus tipe 2, pankreas masih dapat

menghasilkan insulin hanya saja kadarnya kadang lebih tinggi dari

normal. Namun tubuh membentuk kekebalan sehingga efeknya tubuh

terjadi kekurangan insulin relatif. Gejala yang sering muncul saat

kadar glukosa darah tinggi antara lain poliuri (banyak kencing),

polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan). kadar glukosa

sangat tinggi atau tidak segera ditangani (sampai lebih dari 1.000
10

mg/dl maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa

menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan

yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar nonketotik. Selain itu

peningkatan kadar glukosa darah dalam waktu yang lama dapat

merusak pembuluh darah, saraf (neuropati), mata (retinopati), ginjal

(nepropati), dan lain-lain (Fitriyani, 2012).

c. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional meliputi Gestational Impaired Glucose

Tolerance (GIGT) dan Gestational Diabetes Mellitus (GDM).

3. Etiologi

Menurut Hasdianah (2012), faktor penyebab dari Diabetes Mellitus

adalah :

a. Pola makan

Mengkonsumsi makanan yang berlebih dan melebihi jumlah kadar

kalori yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat memicu timbulnya

diabetes mellitus. Konsumsi makanan yang berlebih serta tidak

diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai juga

dapat menyebabkan meningkatnya kadar gula darah dan pastinya juga

akan menyebabkan terjadinya diabetes mellitus.

b. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan BB yang melebihi dari 90 kg cenderung

mempunyai peluang yang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes

mellitus ini. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk

terkena diabetes mellitus


11

c. Jenis Kelamin

Menurut Leuckenotte (2004), kejadian diabetes mellitus lebih tinggi

pada wanita diabndingkan pria terutama diabates mellitus tipe 2. Hal

ini disebabkan oleh perubahan hormon esterogen akibat menopause.

Esterogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan

kadar gula darah dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta

progesteron yang berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah dan

membantu menggunakan lemak sebagai energy (Taylor, 2008)

d. Faktor genetis

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab terjadinya diabetes mellitus akan dibawa oleh sang anak jika

orang tuanya juga penderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini

bahkan dapat sampai ke cucunya, bahkan cicit walaupun resiko

menurunnya sangat kecil.

e. Usia

Faktor usia yang resiko menderita diabetes mellitus tipe 2 adalah usia

diatas 40 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologi

dan biokimia perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut

pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat

mempengaruhi homeostatis. Setelah seseorang mencapai umur 30

tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa

dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal

tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan

revalansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa.


12

f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan kimia dan obat-obatan merupakan salah satu faktor penyebab

Diabetes mellitus yang sering terabaikan. Bahan kimia dapat melukai

atau mengiritasi pankreas yang nanti pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya radang pada pankreas, radang pada pankreas akan

mengakibatkan fungsi dari pankreas menurun sehingga tidak ada

sekresi hormon-hormon untuk membantu proses metabolisme tubuh

termasuk produksi insulin.

g. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat

menyebabkan terjadinya radang pankreas yang secara otomatis akan

menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi

hormon-hormon untuk membantu proses metabolisme tubuh termasuk

insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi serta dislipidemia juga dapat

meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus.

h. Pola hidup

Pola hidup merupakan salah satu faktor penyebab yang sangat

mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus. Jika orang malas untuk

berolahraga maka risiko akan lebih tinggi untuk terkena diabetes

karena olahraga berfungsi slah satunya untuk untuk membakar kalori

yang tertimbun di dalam tubuh. Kalori yang banyak tertimbun di

dalam tubuh ialah salah satu faktor utama yang menyebabkan

terjadinya diabetes mellitus selain disfungsi pankreas.


13

i. Kadar kortikosteroid yang tinggi

j. Kehamilan diabetes gestasional

k. Obat-obatan yang dapat merusak organ pankreas

l. Racun yang dapat mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Terjadinya induksi Diabetes Mellitus tipe 2 dari berbagai macam

kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjer adrenal, hipofisi dan

tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang naik daun saat ini.

sebagai contohnya adalah timbulnya IGT dan Diabetes Mellitus sering

disebut terkait dengan akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom

cushing. Hipersekresi hormon GH yang terjadi pada akromegali sering

mengakibatkan terjadinya resistansi pada urin, baik pada organ hati

maupun organ lain, yang juga nantinya akan berdampak pada munculnya

penyakit lain seperti penyakit kardiovaskuler dan akhirnya mengakibatkan

kematian. GH mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

metabolisme glukosa yaitu dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis

sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah dan asam lemak.

Sebaliknya, Insulin-like Growth Factor 1 atau (IGF-1) dapat

meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada bagian otot lurik

(Hasdianah, 2012).

Pada akromegali, peningkatan rasio IGF-1 tidak dapat menurunkan

resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH. Terapi somatiostatin juga

dapat mengurangi ataupun meredam kelebihan GH yang terjadi pada

sebagian orang, tetapi terapi ini juga akan menghambat sekresi insulin dari
14

pankreas, terapi ini hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme

yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin dan

dislipidemia,sehingga mengarah pada hiperglisemia dan turunnya

glukoneogenesis dan glukogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor

hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskuler.

Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid yang merupakan tri-

iodotironina dengan hipertiroidisme yang pada akhirnya akan

menyebabkan terjadinya abnormal atau tidak normalnya toleransi glukosa

dalam darah. (Hasdianah, 2012).

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Menurut Susilo & Wulandari (2011), gejala dan ciri-ciri DM adalah

sebagai berikut :

a. Gejala umum DM

1) Banyak kencing (polyuria)

Efek dari kadar gula darah yang melebihi normal akan

mempengaruhi kerja ginjal sehingga menghasilkan air kemih

dalam jumlah yang berlebihan. Akibatnya penderita sering buang

air kecil dalam jumlah banyak.

2) Gampang haus dan banyak minum (polydipsia)

Banyak kecing (polyuria) membuat penderita merasakan haus yang

berlebihan sehingga mudah merasa haus dan harus banyak minum.

Ini akan berlangsung terus menerus selama terjadi polyuria.


15

3) Gampang lapar dan banyak makan (polyphagia)

Sejumlah besar kalori dari penderita diabetes akan hilang kedalam

air kemih. Penderita Diabetes Mellitus sering kali merasakan rasa

lapar yang teramat sangat sehingga penderita diabetes akan makan

lebih banyak dari biasanya. Kalau tidak terpenuhi penuhi,maka

kondisi tubuh akan semakin parah karena bisa saja saluran

pencernaan menjadi terganggu.

4) Gampang lelah dan sering mengantuk

Kekurangan energi dan terganggunya metabolisme karbohidrat

menyebabkan penderita Diabetes Mellitus menjadi mudah lelah.

Salah satu cara mengembalikan kondisi yang kelelahan adalah

dengan tidur.

5) Penglihatan kabur

Apabila kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa maka

menjadi cembung dan penderita mengeluh penglihatan kabur.

6) Sering pusing dan mual

Kalau seseorang sudah lama menderita Diabetes Mellitus, urat

sarah yang memelihara lambung akan rusak. Akibatnya, fungsi

lambung akan menjadi lemah dan tidak sempurna. Keadaan ini

akan menimbulkan rasa mual, perut terasa penuh, lambung,

makanan tidak lekas turun, serta kadang-kadang timbul rasa sakit

di ulu hati.
16

7) Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu

Kadar glukosa yang tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan urat

saraf akibat Diabetes Mellitus disebut neuropati diabeteik.

Rusaknya urat saraf ini menyebabkan koordinasi gerak anggota

tubuh terganggu.

8) Berat badan menurun terus

Karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita

mengalami penurunan berat badan. Apabila tidak diimbangi

dengan makanan mengikuti pola aturan sehat dan bergizi, diabetisi

akan terus kehilangan berat badannya.

9) Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki

Kondisi ini juga disebabkan karena rusaknya urat saraf pada

diabetisi. Kandungan gula darah yang tinggi menyebabkan

rusaknya urat saraf. Gangguan inilah yang menyebabkan terjadinya

kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki.

10) Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga

Hanya sedikit diabetisi yang disebabkan oleh keturunan. Namun,

mengetahui riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga sangatlah

penting. Ini karena orang yang memiliki keluarga yang Diabetes

Mellitus, memiliki kemungkinan terkena Diabetes Mellitus yang

lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat

Diabetes Mellitus dalam keluarganya.


17

11) Infeksi kulit dan kaki serasa dipotong-potong

Diabetes Mellitus meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat

penyembuhan. Jadi obati dan rawat luka dan goresan dengan cepat.

Bersihkan luka dengan benar, gunakan krim antibiotik dan perban

steril. Konsultasikan kepada dokter jika luka tidak membaik dalam

beberapa hari. Periksa kaki setiap hari jika terjadi lecet, luka-luka,

kemerahan atau bengkak. Buatlah kaki menjadi sedikit lembab agar

mencegah terjadinya retakan pada kaki. Diabetes Mellitus juga

sering menyebabkan rasa dipotong-potong pada kaki saat terjadi

luka.

12) Mati rasa atau sakit pada anggota tubuh bagian bawah

Kadar gula darah yang tinggi akan mengakibatkan mati rasa atau

sakit pada anggota tubuh bagian bawah. Mati rasa serta kesemutan

adalah bentuk dari sensasi abnormal yang bisa terjadi pada bagian

tubuh manapun, tetapi paling sering terjadi biasanya dirasakan di

daerah tangan, kaki, lengan ataupun kaki.

13) Cepat naik darah (emosi)

Diabetes Mellitus sebenarnya tidak hanya penyakit tubuh, tetapi

juga berasal dari pikiran dan jiwa. Pada waktu yang sangat

menyulitkan dalam hidup seseorang dapat memiliki untuk negatif,

depresi dan menyerah terhadap ketakutan atau memilih untuk lebih

positif. Pilihan terakhir ini membutuhkan usaha yang lebih, tetapi

nantinya akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.


18

14) Mual-mual dan muntah-muntah

Kondisi saraf di lambung menjadi lemah dan tidak berfungsi

sempurna akibat kenaikan gula dalam darah. Inilah yang

menyebabkan terjadinya mual dan muntah.

b. Ciri-ciri fisik penderita Diabetes Mellitus

1) Kondisi rambut

Kondisi rambut pada penderita Diabetes Mellitus yang sudah

bertahun-tahun dan tidak terawat secara baik, biasanya akan lebih

tipis. Bila akar rambut yang terserang, maka rambut akan mudah

rontok.

2) Kondisi telinga

Urat saraf bagian pendengaran penderita Diabetes Mellitus mudah

rusak, telingan sering berdenging. Apabila keadaan ini tidak segera

diobati atau dirawat dengan baik, pendengarannya akan merosot

bahkan bisa menjadi tuli.

3) Kondisi mata

Apabila kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata

menjadi cembung dan penderita mengeluh pandangannya kabur.

Biasanya penderita akan sering mengganti kacamata.

4) Kondisi lidah

Lidah penderita Diabetes Mellitus sering membesar dan tebal bila

sudah lama mengidap penyakit ini. Kadang timbul gangguan rasa

sensivitas pada lidah atau rasa makannya terganggu.


19

5) Kondisi ludah

Ludah menjadi lebih kental sehingga mulut terasa kering, yang

disebut xerosomia diabetic. Sebaliknya ludah kadang-kadang

berlebihan yang disebut hipersavili diabetic.

6) Kondisi gigi dan gusi

Penderita Diabetes Mellitus,biasanya jaringan yang mengikat gigi

pada rahang yang sering disebut periodontium juga mudah

rusak,sehingga gigi penderita Diabetes Mellitus mudah goyah

bahkan mudah lepas. Gusi penderita Diabetes Mellitus sering kali

bengkak dan infeksi. Akibatnya, bau mulut penderita Diabetes

Mellitus sering kurang enak (foetor exoris diabetic).

7) Kondisi paru-paru

Batuk pada penderita Diabetes Mellitus biasanya berlangsung

lama. Pertahanan tubuhnya menurun bila dibandingkan dengan

orang normal dan biasanya mudah terserang TBC. Rawatlah

Diabetes Mellitus dan TBC dengan pengawasan dokter agar segera

sembuh.

8) Kondisi jantung

Penderita Diabetes Mellitus biasanya lebih mudah menderita

penyakit jantung koroner, yaitu penyakit jantung yang disebabkan

oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Jika ini terjadi, otot

jantung akan kekurangan oksigen dari makanan dan akan menjadi

lemah atau sebagian jantung mati. Keadaan ini disebut infark

jantung (infakr miokard akut).


20

9) Kondisi lever

Penderita Diabetes Mellitus yang tidak dirawat dengan cukup baik

akan menyebabkan penderita juga akan menderita penyakit lever.

Selain itu, penderita Diabetes Mellitus juga mudah terserang

penyakit radang hati karena virus hepatitis B dan C. Oleh karena

itu, penderita Diabetes Mellitus harus menjauhkan diir dari

penderita hepatitis. Penderita hepatitis yang kronik dapat pula

menderita Diabetes Mellitus bila sel hatinya sudah banyak yang

rusak.

10) Kondisi lambung

Jika penderita Diabetes Mellitus sudah lama menderita Diabetes

Mellitus, maka pada akhirnya urat saraf yang biasanya memelihara

lambung juga akan rusak sehingga fungsi lambung akan lemah.

Keadaan ini akan pastinya menimbulkan rasa mual, perut terasa

kembung, makanan tidak lekas turun, kadang-kadang timbul rasa

sakit pada ulu hati.

11) Kondisi usus

Gangguan pada bagian usus sering dialami oleh penderita adalah

susah untuk BAB. Dengan merawat Diabetes Mellitus sesuai

dengan petunjuk, banyak minum, banyak makan sayuran, olahraga

secara teratur, serta minum obat-obatan tertentu maka gangguan

tersebut dapat teratasi.


21

12) Kondisi ginjal

Dibandingkan dengan orang normal, penderita Diabetes Mellitus

lebih cenderung mengalami gangguan fungsi ginjal yang

disebabkan oleh faktor infeksi yang berulang-ulang. Terdapat

faktor penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut

mikrongiopati diabetic didalam ginjal.

13) Kondisi kandung kemih

Kandung seni penderita Diabetes Mellitus juga memerlukan

perhatian khusus. Selain itu Penderita Diabetes Mellitus juga

sering mengalami Infeksi Saluran Kencing (ISK) yang berulang..

Akibatnya dinding kandung seni menjadi lemah. Kandung seni

akan menggelembung dan juga kadang-kadang penderita tidak

dapat kencing secara spontan.

14) Kondisi pembuluh darah

Lumpuh atau lemah separi berkaitan dengan kondisi pembuluh

darah. Abaila terjadi sebelah kanan, lumpuh dapat disertai dengan

gangguan berbicara bahkan bisu. Apabila sumbatan terjadi

didaerah yang penting, penderita bisa meninggal dunia.

15) Kondisi seksual

Selama urat yang memelihara alat seksual tidak terganggu,

biasanya kemampuan seksual penderita tetap normal. Jika

kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen, biasanya penderita

akan menjadi impoten.


22

16) Kondisi urat saraf

Kadar glukosa demikian tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan

urat saraf akibat Diabetes Mellitus disebut neuropati diabetic.

Gejala umum yang sering muncul adalah :

a) Kesemutan

b) Rasa panas atau rasa ditusuk-tusuk jarum

c) Bila rasa tebal terjadi ditelapak kaki penderita merasa seperti

berjalan diatas kasur

d) Bahkan sering tertinggal sandalnya ditempat tertentu tanpa

terasa

e) Kram

f) Badan terasa sakit semua, terutama pada malam hari

g) Bila kerusakan tersebut terjadi pada banyak urat saraf maka

disebut polineuropati diabetic

h) Penderita berjalan dengan pincang dan ototnya mengecil yang

disebut atrofi

i) Semua kelainan saraf akibat Diabetes Mellitus ini dapat diatasi

bila keadaan belum terlambat

17) Kondisi pankreas

Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi kerusakan pada pankreas

atau kerja pankreas tidak sempurna sehingga pankreas tidak

menghasilkan hormon insulin yang cukup untuk menetralkan gula

darah.
23

6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

a. Terapi Farmakologi
Pemberian terapi farmakologi diberikan ketika penderita diabetes

mellitus tidak bisa mencapai kadar glukosa darah yang normal. Pemberian

terapi farmakologi berupa insulin oral ataupun insulin injeksi. Terapi

farmakologi diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien,

pengaturan makan dan latihan jasmani (Singal et al, 2004 dalam Surya,

2016).
b. Non Farmakologi
1) Rencana diet
Untuk mengatur porsi makan, penderita diabetes mellitus harus

bisa menyeimbangkan karbohidrat, protein dan lemak yang dimakan setiap

hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap

pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk

mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol <300 mg/hari,

jumlah kandungan serat 25 gram perhari, diutamakan jenis serat larut.

Pemkian garam terhadap makanan dibatasi apabila terjadi hipertensi,

pemanis pakai dengan secukupnya (Lanywati, 2007).


2) Latihan jasmani
Latihan jasmani berpengaruh terhadap pengaturan kadar glukosa

darah. Latihan jasmani dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengembalian glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin. Pada saat melakukan latihan jasmani akan terjadi

kontraksi otot (kontraksi otot ini memiliki sifat seperti insulin), akibatnya

adalah permabilitas membran terhadap glukosa meningkat, sehingga efek

sensitivitas insulin akan meningkat (Singal, Kenny et al. 2004 dalam

Surya, 2016)
3) Edukasi
24

Pemberian edukasi bertujuan untuk mendukung usaha penderetita

diabetes mellitus dalam memahami perjalanan alami penyakit diabetes

mellitus dan pengelolaanya, mengenali masalah kesehatan atau komplikasi

yang mungkin timbul, ketaatan dan kepatuhan perilaku pengelolaan

penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku atau kebiasaan kesehatan

ke arah yang lebih baik (PERKENI, 2011 dalam Surya 2016).


4) Terapi komplementer
Menurut Synder dan Lindquist (2002), terapi komplementer adalah

suatu metode penyembuhan dengan menggunakan semua sistem,

modalitas dan praktik yang sesui dengan teori dan kepercayaan, bukan

sekedar dipengaruhi oleh politik sistem kesehatan atau budaya yang telah

berjalan, tetapi terdiri dari semua praktik dan proses penjabaran ide dari

pengguna dalam rangka mencegah dan mengobati penyakit.

Terapi komplementer termasuk penanganan secara non

farmakologi dan bersifat alamiah (Sustrani, dkk, 2005). Yaitu dengan

terapi herbal, nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, yoga, hipnotis, terapi

tawa dan akupuntur. Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang

dibuat dari bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudayakan

maupun tumbuhan liar (Bambang, 2012).

7. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko

ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan

retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat

menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi


25

yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk

(Hasdianah, 2012).

Jika tidak dikelola dengan baik, faktor kadar gula darah tinggi akan

menimbulkan berbagai komplikasi jangka panjang. Selain itu, bila

penyakit Diabetes Mellitus tidak segera ditangani dengan tepat bisa

menyebabkan berbagai komplikasi yang fatal. Diabetes Mellitus

merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan berbagai risiko

morbiditas dan kematian signifikan, baik akut maupun kronis. Komplikasi

Diabetes Mellitus dapat muncul secara akut dan kronik yaitu timbul

beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap Diabetes Mellitus.

Komplikasi akut Diabetes Mellitus yang paling sering adalah hipoglikemia

dan koma diabetic (Susilo & Wulandari, 2011).

B. Kadar Glukosa Darah

1. Pengertian

Istilah glukosa darah menurut ilmu kedokteran mengacu pada

tingkat glukosa yang ada dalam darah. Tingkat glukosa di dalam tubuh

telah diatur dengan ketat, karena glukosa atau gula darah yang mengalir di

dalam darah merupakan sumber energi yang utama untuk sel di dalam

tubuh manusia. Gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber

energi utama organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin

(Hidayat, 2016). Kadar gula darah normal berkisar antara 70-140mg/dL

(Susilo & Wulandari, 2011).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah


26

Menurut Wijoyo (2012), beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kadar glukosa darah diantaranya :

a. Kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin karena jumlah atau

aktivitas reseptor insulin berkurang pada sel.

b. Pola makan yang berlebihan menyebabkan kadar glukosa dalam darah

meningkat karena keterbatasan sel β pancreas untuk mensekresi

insulin.

c. Obesitas mengakibatkan lemak yang berlebihan hal ini akan

menyebabkan resistensi terhadap insulin.

d. Faktor genetik dapat menyebabakan diabetes mellitus karena

diwarisinya gen penyebab diabetes mellitus.

e. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan

radang pankreas sehingga pankreas tidak berfungsi secara optimal.

f. Stres menyebabkan tubuh menghasilkan hormonhormon racun.

g. Kondisi stress yang terus-menerus akan menyebabkan terjadi

kandungan racun yang melimpah di dalam tubuh.

3. Mekanisme Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula dalam darah di

monitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun maka pankreas

akan melepaskan glukagon,yang kemudian sel-sel nantinya akan

mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis).

Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, sehingga terjadi peningkatan


27

gula dalam darah. Apabila kadar gula darah telah meningkat karena

perubahan glikogen maka akan ada hormon yang dilepaskan dari butir-

butir sel yaitu insulin yang nantinya akan menyebabkan hati mengubah

lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Kadar gula di dalam darah yang

tinggi disebut dengan Diabetes Mellitus (Utaminingsih, 2009; Suryono

dan Yudha, 2012).

Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa (mg/dl)
Bukan Belum
DM
DM Pasti DM
Kadar Glukosa Plasma < 100 100-199 >200
glukosa sewaktu vena
darah Plasma < 90 90-199 >200
(mg/dl) kapiler

Kadar Glukosa Plasma < 100 100-125 >126


darah puasa vena
(mg/dl) Plasma < 90 90-99 >100
kapiler
Sumber : IDF, 2015

4. Langkah-langkah Melakukan Pemeriksaan Gula darah

Persiapan alat :

1) Glukometer

2) Kapas alkohol

3) Stik GDA / Strip tes glukosa darah

4) Lanset / Jarum Penusuk

Cara melakukan pemeriksaan gula darah yaitu :

1) Berikan responden posisi yang nyaman atau rileks dalam posisi

tidur telentang

2) Anjurkan responden dalam kondisi rileks atau tidak tegang


28

3) Mulailah mengoles alkohol atau desinfektan menggunakan kapas

pada daerah ujung jari tangan untuk mengukur kadar gula darah

4) Lakukan pengambilan darah menggunakan lanset sesuai kebutuhan

5) Bersihkan dan usaplah darah yang pertama keluar dengan kapas

alkohol

6) Lakukan pengukuran kadar gula darah menggunakan glukometer

7) Bersihkan daerah penusukan pengambilan darah menggunakan

kapas alkohol

8) Catat hasil pengukuran kadar gula darah pada lembar observasi

9) Jelaskan pada responden bahwa pemeriksaan sudah selesai

dilakukan

10) Berikan posisi nyaman responden dengan mempersilakan duduk

kembali

C. Jambu Biji (Psidium guajava)

1. Pengertian

Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman buah yang

tumbuh dengan baik dan banyak dijumpai didaerah tropis seperti

Indonesia. Buah jambu biji dapat dijumpai hamper diseluruh daerah di

Indonesia dengan nama umum jambu biji, jambu batu atau jambu klutuk.

Namun demikian masih dijumpai nama lain jambu biji tergantung

varietasnya. Jambu biji adalah tumbuhan yang termasuk famili Myrtaceae

dan genus Psidium. Pohonnya adalah tipe yang selalu hijau (evergreen)

setinggi 6 sampai 25 kaki dengan cabang yang lebar dan ranting yang
29

berbulu halus . Batang pohonnya kurus, halus, dan kulit kayunya bercorak

seperti tambalan-tambalan (Lestari, 2010). Jambu biji (Psidium guajava)

adalah tumbuhan yang mudah tumbuh dimana saja dan tanpa mengenal

musim selalu dapat tumbuh dan berbuah lebat (Maharani, 2012).

Gambar 2.1
Buah Jambu Biji

2. Morfologi

Menurut Sutrisna 2005 dalam Jasmani (2016), jambu Biji (Psidium

guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia,

sampai Asia Selatan, India dan Srilangka.

a. Akar tunggang

Jambu biji memiliki akar tunggang yang bercabang yang

bentuknya kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang-cabang

banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi

kekuatan yang lebih besar pada batang dan juga daerah perakaran

menjadi amat luas,hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan

yang lebih banyak.


30

b. Batang

Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak

cabang dan ranting, batang pohonnya keras.

c. Daun

Daun tanaman jambu biji termasuk daun tunggal, berbentuk

bulat panjang dan langsing dengan ujungnya tumpul atau lancip,

berwarna hijau terang, hijau kekuning-kuningan atau merah tua

tergantung jenisnya.

d. Bunga

Bunga jambu biji kecil-kecil berwarna putih. Bunga yang

terdapat pada jambu biji terdiri dari kelopak dan dua mahkota yang

masing-masingnya terdiri atas 4-5 daun berkelopak dan sejumlah daun

yang memiliki mahkota yang sama, serta memiliki benang sari yang

banyak dan berkelopak, berhadapan dengan daun-daun mahkota

memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah tenggelam

dan mempunyai satu tangkai putik.

e. Buah

Buah jambu biji mempunyai buah sejati tunggal yang berarti

buah ini terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja dan

mempunyai lebih dari satu biji. Jambu biji juga termasuk dalam buah

sejati tunggal yang berdaging dan bentuk buahnya bulat.

f. Biji

Biji jambu biji berbentuk bulat, berukuran kecil, bewarna putih

kekuning-kuningan. Biji berkeping dua yang dapat digunakan untuk


31

perbanyakan tanaman. Biji bersifat keras dan permukaannya halus.

Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

3. Jenis Jambu Biji

Menurut Soedarya, 2010 dalam Suri (2016), indonesia memiliki

banyak koleksi jenis tanaman jambu biji atau dikenal dengan koleksi

plasma nutfah jambu biji. Ada beberapa jenis atau varietas jambu biji yang

banyak dikenal masyarakat antara lain sebagai berikut :

a. Jambu biji kecil

Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis jambu

yang unik dan menarik. Tanaman ini biasanya ditanam dipot karena

penampilannya yang unik dan indah.

b. Jambu biji sukun

Jambu biji sukun cukup digemari banyak perkebunan karna merupakan

salah satu jenis jambu tanpa biji. Namun, ada jenis jambu biji sukun

yang berbiji. Jambu biji sukun tanpa biji atau berbiji termasuk buah

unggul dan cocok dikembangkan dalam perkebunan skala besar.

c. Jambu biji Bangkok

Jambu biji bangkok mulai populer pada tahun1980. Jambu beraroma

harum ini berasal dari Bangkok,Thailand. Buahnya berukuran besar

dengan bobot sekitar 500-1200 gram per buah. Daging buah

tebal,berwarna putih dan bijinya sedikit. Kulit buah berwarna hijau

muda mengkilap bila sudah matang. Rasa daging buah manis serta

enak dengan tekstur keras dan renyah. Rasa manis disebabkan kadar

gulanya yang mencapai 28,10%. Jenis tanaman jambu biji bangkok


32

termasuk pendek dan berbuah sangat lebat. Jambu ini sudah banyak

tersebar di Indonesia. Jambu Bangkok baik dikebunkan secara

komersial karna termasuk jenis jambu biji unggul. Selain dikonsumsi

dalam keadaan segar atau sebagai buah meja, jambu bangkok dapat

diolah menjadi sirup.

d. Jambu biji Australia

Jambu biji Australia memiliki ciri yang unik,yaitu batang, daun,

maupun buahnya berwarna merah tua. Jambu biji ini berasal dari

Australia. Jambu biji ini hanya cocok dijadikan tanaman buah dalam

pot (tanaman hias).

e. Jambu biji Brasil

Jambu biji brasil termasuk unik dan langka karena memiliki ukuran

buah yang kecil dan berwarna kemerahan setelah matang. Jambu ini

berasal dari brasil sehingga dinamakan jambu brasil. Tanaman ini

sangat baik untuk dijadikan tanaman buah dalam pot atau tanaman hias

karena penampilan buahnya menarik.

f. Jambu biji merah getas

Jambu biji merah getas adalah hasil temuan Lembaga Penelitian Getas,

Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji jenis ini

merupakan hasil silangan dari jambu pasar minggu yang berdaging

merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah getas memiliki

bnayak keunggulan antara lainnya adalah daging buahnya yang merah

menyala atau merah cerah, tebal, berasa manis, harum serta segar.

g. Jambu biji susu


33

Jambu biji susu berasal dari pasar minggu. Jambu ini banyak ditanam

oleh masyarakat. Selain untuk dikonsumsi segar,buah jambu biji susu

memiliki potensi untuk diolah menjadi sari buah, sirup, nectar, selai,

jeli dan dodol.

h. Jambu biji Bangkok epal

Jambu Bangkok epal atau epal biji banyak dikenal di Malaysia. Berat

buah hanya sekitar 400 gr per buah. Permukaan kulit buahnya pun

halus, rata dan licin. Warna buah ini saat matang adalah hijau

kekuning-kuningan. Jambu Bangkok epal termasuk salah satu jenis

unggul dan sangat baik untuk dikembangkan.

i. Jambu biji pasar minggu

Jambu biji pasar minggu adalah jenis unggul karena hasil seleksi

kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Berat buah

jambu hanya sekitar 150-200 gr per buah. Bentuk buah ini agak

lonjong seperti alpukat. Daging buahnya merah, berasa manis,

bertekstur lembut serta beraroma harum. Kulit buahnya pun tipis dan

berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat

matang.

4. Mekanisme Buah Jambu dapat menurunkan kadar glukosa darah

Penderita DM tipe II

Jambu Biji atau Jambu Kluthuk (Guava/Psidium guajava)

dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat

gizinya yang tinggi, seperti vitamin C, potasium dan besi. Selain itu,buah

jambu biji juga mengandung zat non gizi,misalnya seperti serat pangan,
34

komponen karotenoid serta polifenol. Buah jambu biji pun bebas dari

asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi, tetapi tinggi akan

serat pangan. Buah jambu biji juga mengandung antioksidan berupa

flavonoid (Santi, 2013).

Senyawa alkaloid dan flavonoid memiliki aktivitas menurunkan

kadar glukosa darah dengan meningkatkan sekresi insulin dan

meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Flavonoid dapat berfungsi

sebagai antihiperglikemik. Flavonoid juga merupakan antioksidan yang

membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Pektin merupakan

senyawa yang dapat menyelimuti molekul karbohidrat sehingga akan

menghambat absorbsinya dan selanjutnya akan dilepaskan secara

perlahan-lahan. Akibat hambatan absorbsi tersebut maka setelah makan,

jumlah gula yang masuk dalam darah menjadi berkurang dengan demikian

peningkatan kadar glukosa darah berlebih dapat dihindari (Lucia, 2012).

Pembuatan jus jambu biji dilakukan dengan cara diblender, dimana

buah yang telah dibersihkan dan diambil bagian daging dan permukaan

kulitnya dicampur dengan 150 ml (Fitriyani, 2012).

5. Cara Pemberian Buah Jambu Biji

Pemberian jambu biji dalam bentuk jus dimana terdiri dari 300

gram buah jambu biji merah (yang sudah dibersihkan, dibelah dan dibuang

bijinya, diambil bagian daging dan permukaan kulitnya) ditambahkan 150

ml air. Jus jambu biji ini diberikan setiap hari selama 7 hari berturut-turut

yaitu pada siang hari sebelum makan (Fitriyani, 2012).


35

6. Cara Pembuatan Jus Jambu Biji

Adapun cara pembuatan jus jambu biji yaitu :

a) Alat dan bahan

(1) 300 gram buah jambu biji merah (kulit dan daging jambu

biji)

(2) 150 ml air

(3) Gelas

(4) Blender

b) Cara membuat

(1) Cuci bersih buah jambu biji kemudian potong-potong

(2) Masukkan buah jambu biji dan air ke dalam blender lalu

haluskan

(3) Tuang ke gelas


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Diabetes mellitus adalah suatu kelainan pada seseorang yang ditandai

naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan karena

kekurangan insulin (Padila, 2012). Secara klinis diabetes mellitus dibedakan

menjadi tiga tipe, yaitu tipe I, II dan gestasional. Diabetes Mellitus tipe 2

mempunyai prevelensi tertinggi diantara jenis Diabetes Mellitus lainnya.

Diketahui ada dua cara yang bisa dilakukan dalam menurunkan kadar

gula darah yaitu, Cara farmakologi yang terdiri dari insulin oral dan injeksi

insulin (Singal et al, 2004 dalam Surya, 2016), sedangkan cara non

farmakologi yaitu diet, latihan jasmani, edukasi dan terapi komplementer

(Lanywati, 2007; Singal, Kenny et al. 2004 dalam Surya, 2016; Sustrani, dkk,

2005).

Salah satu buah yang baik dikonsumsi bagi penderita Diabetes Mellitus

tipe 2 ini adalah jambu biji merah, dimana buah ini mengandung pectin yang

sifatnya hipokolesterolemik dan hipoglikemig yang dapat menurunkan kadar

kolesterol maupun glukosa darah. Serat ini diperkirakan dalam pembentukan

gel dalam traktus gastrointestinal. Didalam lambung, pectin membentuk gel

dan gel tersebut menyebabkan penurunan waktu penyerapan glukosa di usus

halus. Akibat dari penurunan waktu penyerapan glukosa adalah kadar glukosa

didalam darah meningkat secara perlahan sehingga transport glukosa ke

36
37

membrane sel lebih mudah masuk ke jaringan. Masuknya glukosa ke dalam

jaringan menyebabkan kadar glukosa didalam darah turun (Smeltzer, 2010).

Adapun faktor – faktor tersebut dapat dilihat dalam kerangka teori di

bawah ini : 2 cara pengobatan DM tipe 2


yang meliputi :
Diabetes Mellitus
Farmakologi
Non farmakologi

Kadar glukosa meningkat

Farmakologi Non Farmakologi

1. Oral insulin 1. Diet


2. Injeksi insulin 2. Latihan jasmani
3. Edukasi
4. Terapi komplementer
a. Relaksasi progresif
b. Meditasi
c. Yoga
d. Hipnotis
e. Herbal
1. Antioksidan
2. Antihiperglikemik Flavonoid
1. Jambu Biji
2. Belimbing
3. Brotowali
4. Jagung
menghambat Pektin 5. Jinten hitam
absorbsi 6. Alpukat
7. Apel

Sumber : : (Lanywati, 2007); (Nuraini, 2014); (Singal et al, 2004 dalam Surya, 2016);
(Sustrani, dkk, 2005);Wasito, 2011; Wijoyo, 2012

Bagan 3.2
Kerangka Teori Penelitian
38 38

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ialah suatu model konseptual yang berhubungan

dengan bagaimana cara seorang peneliti menyusun teori yang penting atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalahnya. Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Pretest Postest

Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah


pasien DM Tipe 2 pasien DM Tipe 2
sebelum diberikan jus sesudah diberikan jus
jambu biji jambu biji

Intervensi

Pemberian jus jambu biji


pada pasien DM Tipe 2

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian jus Jambu Biji Terhadap Kadar
Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2018

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat

diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah

dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2013). Berdasarkan rumusan

masalah, landasan teoritis dan kerangka konseptual yang ditentukan, maka

hipotesis yang di uji adalah :


39

Ha : Ada pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar glukosa darah

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Padang tahun 2018.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar glukosa

darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Padang tahun 2018.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre Experiment dengan

desain One-Group Pre-Test-Post-Test. Penelitian ini hanya menggunakan satu

kelompok subjek. Pengaruh intervensi dapat dilihat dari perbedaan hasil

pengukuran (Saryono, 2011). Penilaian kadar gula darah dilakukan sebelum

dan sesudah diberikan jus jambu biji untuk melihat pengaruh pemberian jus

jambu biji terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe

2 di kelurahan Sawahan RW 1 wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun

2018 . Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Bentuk Rancangan One-Group Pre-Test-Post-Test

Subjek Prestest Perlakuan Postest


K 01 X 02

Keterangan :

K : Subjek

O1 : Pengukuran kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

sebelum diberikan jus jambu biji.

X : Perlakuan (pemberian jus jambu biji).

O2 : Pengukuran kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

sesudah diberikan jus jambu biji.

02-01 : Perbedaan kadar gulah darah sesudah dan sebelum intervensi

B. Tempat dan Waktu Penelitian

40
41

Penelitian ini telah dilakukan di kelurahan Sawahan RW 01 Wilayah

Kerja Puskesmas Andalas pada bulan Desember 2017 - Agustus 2018.

Pengumpulan data telah dilakukan pada tanggal 10 September – 17

September 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM Tipe II yang

berada pada area wilayah kerja Puskesmas Andalas yang memiliki jumlah

penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 sebanyak 157 orang. Kelurahan

Sawahan RW 01 memiliki populasi terbanyak penderita DM Tipe II yaitu

sebanyak 15 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DM

Tipe 2 yang berada di Kelurahan Sawahan RW 01 yaitu sebanyak 11

orang. Karena adanya sampel yang Drop Out yang disebabkan tidak

berada dirumah pada saat intervensi hari 1 maka sampel yang dapat

digunakan adalah sebanyak 10 orang.

3. Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012) yaitu :

a) Bersedia menjadi responden.


b) Memiliki kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.
42

c) Penderita diabetes mellitus tipe II berusia 40 – 65 tahun


d) Penderita diabetes mellitus tipe II yang tidak mengkonsumsi obat

penurun kadar gula darah.


e) Penderita diabetes mellitus tipe II yang tidak menggunakan obat

herbal lain.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak dapat mewakili sampel karena

tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2012)

yaitu :

a) Penderita diabetes mellitus tipe II yang tidak memiliki komplikasi

penyakit lain seperti hipertensi jantung dll.


b) Penderita diabetes mellitus tipe II yang tidak memiliki gangguan

pendengaran dan penglihatan

4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitiian ini adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu

sesuai dengan kriteria sampel (Sugiyono, 2016).

Setelah itu peneliti melakukan seleksi pada penderita diabetes mellitus

yang bisa dijadikan responden dengan berpedoman pada kriteria inklusi

dengan uraian sebagai berikut :

a. Tanggal 7 september 2018 didapatkan sampel berjumlah 8 orang. 6

orang diantaranya dapat dijadikan sampel, sedangkan 2 orang tidak

dapat dijadikan sampel karena tidak bersedia menjadi responden


43

b. Tanggal 8 september 2018 didapatkan sampel berjumlah 7 orang. 5

orang diantaranya dapat dijadikan sampel, sedangkan 2 orang tidak

dapat dijadikan sampel karena 1 orang menggunakan obat dan 1 orang

tidak bersedia menjadi responden.

D. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu

(Nursalam, 2013). Variabel penyebab (independen) dalam penelitian ini

adalah pemberian jus jambu biji sedangkan variabel dependen yaitu kadar

glukosa darah pasien DM tipe 2.

2. Definisi Operasional

Tabel 4.2
Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Kadar Kadar gula Rapid test Pemeriksaan Nilai kadar Rasio
glukosa darah yang (gluco kadar gula gula darah
darah pasien diukur sebelum check), darah (mg/dl)
DM tipe 2 dan sesudah glukometer menggunaka
pmeberian jus dan lembar n alat Blood
jambu biji observasi Gluco Test
Meter sesuai
dengan SOP

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat alat yang akan digunakan oleh

peneliti untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena


44

(Dharma, 2011). Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai

kadar gula darah adalah Glukometer, kapas alkohol, jarum penusuk stik

GDA / Strip dan alat yang digunakan dalam pembuatan jambu biji adalah

blender dan gelas

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis pengumpulan data

Data yang diperoleh adalah data primer. Data primer pada

penelitian ini diambil secara langsung dengan cara mengukur kadar

glukosa darah pasien DM tipe 2 menggunakan glucometer dan observasi

langsung kepada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

2. Tahap pengumpulan data

a. Persiapan

1. Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi

pendidikan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

2. Mengajukan surat permohonan izin ke Dinas Kesehatan Kota

Padang dan berlanjut ke Puskesmas Andalas Padang.

3. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan penelitian di Wilayah

Kerja Puskesmas Andalas Padang.

4. Kemudian peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria

sampel yang ditentukan sebelumnya.

b. Pelaksanaan

1. Pre Test
45

a) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan manfaat serta

hak-hak responden.

b) Responden diberi kesempatan untuk bertanya sepanjang tidak

mempengaruhi jawaban.

c) Responden diminta untuk membubuhkan tanda tangan pada

informed consent yang telah disediakan sebagai bukti

kesediaannya.

d) Peneliti mengukur kadar glukosa darah responden

Prosedur pengecekan Gula darah adalah sebagai berikut :

1) Peneliti memberikan posisi yang nyaman yaitu posisi

duduk

2) Peneliti menyuruh responden untuk rileks dan tidak cemas

3) Peneliti memulai dengan mengoleskan alkohol dengan

kapas pada ujung jari tangan pasien untuk mengukur kadar

gula darah

4) Peneliti melakukan pengambilan darah menggunakan

lancet sesuai kebutuhan

5) Peneliti membersihkan darah pertama yang keluar dengan

kapas alkohol

6) Peneliti melakukan pengukuran gula darah menggunakan

glukometer

7) Peneliti membersihkan daerah penusukan pengambilan

darah menggunakan kapas alkohol


46

8) Selanjutnya peneliti mencatat hasil pengukuran kadar gula

darah pada lembar observasi yang dibantu teman peneliti

9) Peneliti menjelaskan pada responden bahwa pemeriksaan

sudah selesai dilakukan

2. Intervensi (Pemberian jus jambu biji)

a) Tahap intervensi dilakukan pada responden DM Tipe 2 yang

telah menyetujui kontrak dengan peneliti pada tanggal 10 – 16

september pada jam 11.00 W.I.B. Setelah itu peneliti

menjelaskan manfaat dan zat yang terkandung dalam jus jambu

biji dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM

tipe 2.

b) Pemberian jus jambu biji. Adapun cara pembuatan yaitu :

a) Alat dan bahan

(1) 300 gram buah jambu biji merah (kulit dan daging jambu

biji)

(2) 150 ml air

(3) Blender

(4) Gelas

b) Cara membuat

(1) Cuci bersih buah jambu biji kemudian potong-potong

(2) Masukkan buah jambu biji dan air ke dalam blender lalu

haluskan

(3) Tuang ke gelas


47

c) Buah jambu biji yang diolah dalam bentuk jus diberikan

setiap hari pada pukul 11.00 W.I.B siang hari sebelum

makan selama 7 hari berturut-turut.

3. Post Test

a. Setelah 7 hari pemberian jus jambu biji kepada responden,

peneliti kembali melakukan pengukuran kadar glukosa darah

responden pada hari ke-8 yaitu pada tanggal 17 september

2018 jam 11.00 W.I.B

b. Kemudian peneliti mencatat kadar glukosa darah responden ke

dalam lembar observasi.

c. Pada akhir pertemuan (terminasi), peneliti mengucapkan

terimakasih kepada seluruh responden atas kesediaan

waktunya yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti juga menyarankan

kepada responden untuk mengkonsumsi Jus jambu biji secara

teratur.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah melalui proses

komputerisasi. Menurut Notoatmodjo (2012), dalam proses pengolahan data

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

1. Memeriksa Data (Editing)

Melakukan pengecekan kembali terhadap kejelasan data dan kesimbangan

data yang telah dikumpulkan yaitu no, nama, umur, jenis kelamin, lama

menderita, pendidikan, pekerjaan dan hasil gula darah sebelum dan


48

sesudah dilakuka pemberian jus jambu biji. Semua data yang dikumpulkan

sudah diperiksa, semua data jelas dan hasil pemeriksaan tidak ditemukan

kekeliruan.

2. Mengkode Data (Coding)

Memberikan kode pda lembar observasi sesuai dengan nomor urut

responden dengan menulis inisial untuk memudahkan peneliti dalam

mengolah data. Kode untuk pekerjaan yaitu kode 1 untuk IRT, kode 2

untuk Pensiunan dan kode 3 untuk Pedagang.

3. Memasukan Data (Entry)

Data dimasukkkan ke master tabel. Kegiatan entry data ini dilakukan

dengan menggunakan program komputer.

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Setelah data dimasukkan kedalam master tabel, selanjutny data diperiksa

kembali agar tidak ada kesalahan dan perbedaan antara lembar observasi

yang telah dikumpulkan dengan data yang dimasukkan kedalam master

tabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah variabel independen

yaitu pemberian jus jambu biji dan variabel dependen yaitu kadar glukosa

darah. Analisis disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi terhadap data

kelompok eksperimen terutama data sebelum dilakukan dan sesudah

dilakukan intervensi pemberian jus jambu biji.

2. Analisis Bivariat
49

Peneliti menggunakan pengolahan uji Paired Sample T-test

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus jambu biji terhadap

perubahan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus dengan

tingkat kepercayaan (CI) 95% dengan nilai α = 0,05. Untuk melihat hasil

kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05

sehingga bila p value ≤ α (0,05) maka disimpulkan ada pengaruh

pemberian buah jambu biji terhadap kadar glukosa dara pasien DM tipe 2

(Ha diterima). Sebaliknya p > α (0,05) maka disimpulkan tidak ada

pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar glukosa darah pasien

DM tipe 2 (Ho diterima).

Anda mungkin juga menyukai