Anda di halaman 1dari 4

Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Pasangan tanpa ikatan suami istri di Kecamatan Danau

Paris, Aceh Singkil, yang tertangkap melakukan zina mendapat hukuman cambuk sebanyak

100 kali. Eksekusi yang menjadi tontonan khalayak ramai itu digelar di Alun-alun depan Kantor

Bupati setempat, di Pulau Sarok, Singkil, Senin (29/12018).

Sebelumnya, kedua warga yang melakukan zina itu divonis bersalah oleh Mahkamah

Syar'iyah Aceh Singkil, melanggar Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah

Pasal 38 ayat 3. Pasangan pelaku zina yang dijatuhi hukuman cambuk depan umum tersebut,

Noverius (34) dan Dewi Sartika Sihombing (21).

"Berdasarkan keputusan Mahkamah Syari'yah, keduanya terbukti melanggar Qanun Nomor 6

tahun 2014. Setelah eksekusi cambuk ini mereka dinyatakan bebas," ujar Nofri Hardi, Jaksa

dari Kejaksaan Negeri Aceh Singkil, saat membacakan eksekusi.

Jalannya eksekusi cambuk yang dilakukan algojo dengan muka menggunakan sebo berjalan

lancar. Kedua tereksekusi terlihat pasrah ketika digelandang ke atas panggung untuk menjalani

hukuman. Pelaksanaan hukum cambuk disaksikan Bupati Aceh Singkil, Dulmuarid, Muspida

dan pejabat lainnya.

https://aceh.tribunnews.com/2018/01/29/tertangkap-berzina-laki-laki-dan-perempuan-di-aceh-

singkil-dicambuk-100-kali.

Penulis : Dede Rosadi

Editor : Safriadi Syahbuddin


Zina menurut fiqh adalah persetubuhan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan

perkawinan yang sah, yaitu memasukkan kelamin laki-laki ke dalam kelamin perempuan,

minimal sampai batas hasyafah (kepala zakar). Persetubuhan yang diharamkan dan dianggap

zina adalah persetubuhan di dalam farji, di mana zakar di dalam farji seperti batang celak di

dalam botol celak atau seperti timba di dalam sumur. Persetubuhan dianggap zina, minimal

dengan terbenam-nya hasyafah (pucuk zakar) pada farji, atau yang sejenis hasyafah jika zakar

tidak mempunyai hasyafah, dan menurut pendapat yang kuat, zakar tidak disyaratkan ereksi.

Menurut Abdul Halim Hasan, zina artinya seorang laki-laki memasukkan kemaluannya ke

dalam kemaluan perempuan, dengan tidak ada nikah dan terjadinya tidak pula dengan subhat.

Pengertian ini hampir serupa dengan pengertian yang dikemukakan oleh Abdul Djamali, yakni

zina adalah perbuatan memasukkan kemaluan laki-laki sampai katuknya ke dalam kemaluan

perempuan yang diinginkan.

Adapun menurut ulama fiqih pengertian zina adalah memasukkan zakar ke dalam farji yang

haram dengan tidak subhat. Dan menurut Ibnu Rusyd pengertian zina adalah persetubuhan

yang dilakukan bukan karena nikah yang sah/semu nikah dan bukan karena pemilikan hamba

sahaya. Sedangkan menurut Hamka, berzina adalah segala persetubuhan di luar nikah, dan di

juzu’ yang lain beliau mendefinisikan zina sebagai segala persetubuhan yang tidak disyahkan

dengan nikah, atau yang tidak syah nikahnya.1

Zina menurut Islam adalah persetubuhan yang dilakukan oleh pasangan yang tidak terikat

perkawinan yang sah. Untuk pelaku zina sendiri dibagi menjadi dua yaitu zina muḥṣan dan

ghairu muḥṣan. Zina muḥṣan adalah suatu zina yang dilakukan oleh orang yang sudah balig,

berakal, merdeka dan sudah pernah bercampur secara sah dengan orang lain jenis

kelaminnya. Dengan kata lain zina muḥṣan adalah zina yang pelakunya sudah menikah.

1 Syamsul Huda, “Zina dalam Perspektif Hukum Islam”. Vol 12 No. 2, 2015, hal. 381-382.
Sedangkan zina ghairu muḥṣan adalah zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah

melangsungkan perkawinan sah. Dalam hal penetapan hukuman pun terdapat perbedaan

antara keduanya. Jika pelaku muḥṣan dihukum rajam, maka pelaku ghairu muḥṣan dihukum

dera atau jilid 100 kali kemudian diasingkan2. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. an - Nūr

(24) : 2.

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang

dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah

kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan

hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang

beriman.”

2 Syamsul Huda, “Zina dalam Perspektif Hukum Islam”. Vol 12 No. 2, 2015, hal. 380.
Contoh kajian menurut al-qur’an, kurang sunnah/hadits, ijtihad (kalau

ada), ulama madzhab, UU, artikel >> analisis kesesuaian Hukum

Positif dg Hukum Islam ttg kasus tsb >> kesimpulan

*Nb :

- Penulisan Ayat : cari ayat >> di ss > masuk paint >> crop >>

ctrl C >> paste ke word

- Ojo lali sumber-sumber e

- Rumusan masalah ga iso gae aku wkwk :v

Anda mungkin juga menyukai