Anda di halaman 1dari 79

Pilar Teduh

Metode Belajar Dengan


Teknik Diskusi
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Judul Naskah

Penulis: Nama Penulis


Editor: Nama Editor
Tata Letak: Nama Layouter
Sampul: Pembuat Cover

Diterbitkan Oleh:
Guepedia
The First On-Publisher in Indonesia

E-mail: guepedia@gmail.com
Fb. Guepedia
Twitter. @guepedia

Website: www.guepedia.com

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


All right reserved

2
Pilar Teduh

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, segala pujian penulis


panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya kepada penulis untuk bisa menyelesaikan
laporan penelitian praktek profesi mahasiswa (ppm) ini.
Shalawat serta salam tidak henti-hentinya penulis
hadiahkan dengan hati yang tulus kepada inspirator
terbaik sepanjang masa, Baginda Rasulullah Muhammad
SAW. Penulis sangat berbahagia karena telah berhasil
menyelesaikan penelitian berjudul “Implementasi Metode
Diskusi (Mubahatsah) dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin Jakarta”.
Dalam proses penyusunan laporan PPM ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu peneyelesaian karya tulis ilmiah
ini. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Mashudi dan Ibunda Bariyah beserta keluarga
yang menjadi motivasi penulis selama ini. Kedua,
segenap civitas akademika STFI Sadra Jakarta yang
menyediakan fasilitas, administrasi dan segala
sesuatunya untuk penulis bisa berkarya dengan baik.
Ketiga, kepada pembimbing penulis Ibunda Indah
Suwarni, M.M yang telah bersedia meluangkan waktu
ditengah kesibukannya sebagai pengajar dan bagian
administrasi di kampus Sadra. Keempat, semua teman-
teman penulis yang memberikan dukungan baik secara
moril ataupun materil kepada penulis. Terima kasih
semuanya, semoga segala kebaikan kalian dibalas
dengan kebaikan yang sempurna. Tidak lupa penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada penerbit
guepedia.com, yang telah bersedia menyambut naskah-
naskah penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga
penulis haturkan terhadap segenap pengurus lembaga
pendidikan Islam Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin
Jakarta. Ustadz Akbar Shaleh selaku pimpinan beserta
keluarga, Ustadz Ajid selaku pembina asrama putra
beserta keluarga, serta mahasiswa dan mahasiswi

3
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin Jakarta. Yang telah


berbaik hati menyediakan akses data-data penelitian
yang dibutuhkan serta segala sesuatunya untuk karya
tulis ini. Meskipun penulis sangat menyadari bahwa
masih banyak kekurangan di sana-sini dan jauh untuk
dikatakan sempurna dari hasil penelitian ini. Oleh
karena itu, segala saran ataupun kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi terciptanya
karya tulis yang layak dan lebih baik lagi di kemudian
hari.

Terima kasih,

DKI Jakarta, 01 September 2016


Penulis

(Pilar Teduh)
.

4
Pilar Teduh

Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................3
Daftar Isi.................................................................5
Bab 1 Pendahuluan.................................................7
Bab 2 Kajian Pustaka..............................................18
Bab 3 Prosedur Penelitian.......................................44
Bab 4 Hasil Penelitian.............................................53
Bab 5 Penutup........................................................76
Tentang Penulis.......................................................79

5
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

6
Pilar Teduh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alasan yang menjadi latar belakang penulis untuk


meneliti tentang metode diskusi (mubahatsah) ini adalah
berawal dari pengalaman pribadi penulis ketika
menempuh pendidikan selama ini. Yakni, begitu
seringnya melupakan pelajaran-pelajaran yang telah
didapatkan sebelumnya. Baik yang sudah lama, maupun
yang baru saja dipelajari. Hal ini selaras dengan sebuah
kata-kata bijak populer yang menyatakan bahwa
manusia itu adalah tempat salah dan lupa. 1 Meskipun
begitu wajar, tentu hal ini bukanlah kebiasaan yang
baik. Mengingat bahwa penulis adalah seorang pelajar
1
Muhammad Huda, Skripsi Hadis Tentang Taubat Dari Suatu Dosa
Tetapi Masih Melakukan Dosa Yang Lain (Studi Ma’anil Hadis), (Yogyakarta:
UIN SUNAN KALI JAGA, 2009) Hal. 63

7
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

yang sudah sepatutnya mengikat terus pelajaran-


pelajaran yang telah didapatkan. Sebagaimana sebuah
hadis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda :

‫م ببال لك بتتا ب‬
‫ب‬ ‫دوا ال لعبل ل ت‬
‫قتي ي د‬
“Ikatlah ilmu dengan kitab (yaitu : dengan menulisnya)”
[Hadits shahih dengan keseluruhan jalannya
sebagaimana diterangkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah
Ash-Shahiihah no. 2026].2

Dengan hadits di atas, penulis memahami bahwa


penting untuk mengingat pelajaran dengan mencatatnya.
Karena, apabila suatu saat lupa, catatan-catatan
tersebut bisa membantu untuk mengingatkan kembali.
Namun ternyata, menulis saja belumlah cukup, karena
ada situasi di mana kita membutuhkan pelajaran-
pelajaran itu, tetapi kita lupa membawa catatannya,
maka kita kesulitan untuk mengingatnya. Oleh karena
itu, butuh cara lain mengingat secara alami tanpa harus
mengandalkan catatan. Salah satu caranya adalah
dengan memperbanyak pengulangan dengan
mendiskusikan pelajaran-pelajaran itu.
Abdul Aziz Abbaci (seorang doktor di bidang
Filsafat Islam) yang merupakan salah satu dosen di
Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra menyatakan
dalam sebuah kuliah harian di kelas bahwa penting
untuk melakukan mubahatsah (berdiskusi). “Pola
mubahatsah menurutnya ada empat; pertama adalah
membaca buku sebelum memasuki kelas, kedua belajar
di kelas sembari memecahkan masalah yang ditemukan
ketika membaca buku, ketiga mendiskusikannya,
keempat mengamalkannya atau mengajarkannya kepada
yang lain. Dua pola pertama menunjukkan bahwa status
2
Abu al-jauzaa', Salaf, antara mencatat dan tak mencatat ilmu,
artikel, 2013, http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2011/10/salaf-antara-mencatat-
dan-tak-mencatat.html, di akses tanggal 26 oktober 2016

8
Pilar Teduh

ilmunya masih pasif, sedangkan dua pola berikutnya


menunjukkan bahwa status ilmu menjadi aktif. Bila
semua pelajaran yang didapatkan melewati pola tersebut,
insya Allah ilmu akan melekat lebih lama dan awet”.
Dari pernyataan di atas, penulis melihat sisi
keunikan dari cara belajar tersebut. Penulis sebelumnya
pernah mendengar cara belajar tersebut dari sarjana-
sarjana lulusan Iran. Disinyalir cara belajar tersebut
sudah digunakan ratusan tahun oleh para pelajar di
sana.3 Murtadha Murthahhari ulama dan filosof
kenamaan asal Iran merupakan didikan dari Hawzah
selama 15 tahun telah menggunakan cara tersebut.
Penasaran, penulis mencari tahu apakah cara belajar
tersebut sudah diterapkan di Indonesia. Penulis
kemudian mendapatkan informasi bahwa cara belajar
tersebut saat ini sedang diterapkan di Hawzah Ilmiah
Khatamun Nabiyyin Jakarta. Maka dari itu, penulis
mencoba melakukan survei ke lembaga pendidikan yang
berlokasi di Wisma Andini, Condet, Jakarta Timur
tersebut. Fakta mengatakan benar bahwa metode diskusi
dengan teknik mubahatsah tersebut sudah diterapkan di
Hawzah itu. Alasan lain yang memperkuat penulis untuk
meneliti di sana adalah Hawzah Ilmiah Khatamun
Nabiyyin Jakarta telah membuka cabang di beberapa
negara lain seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan akan
menyusul Cina. Yang lebih membanggakan Hawzah yang
berada di Jakarta tersebut menjadi pusatnya.4 Di mana
semua sistem dan kurikulumnya diadopsi di cabang-
cabang yang berada di negara-negara tersebut di atas.
Metode peembelajaran yang populer digunakan
dalam penyelanggaran pendidikan secara umum adalah
dengan dua metode. Yakni metode ceramah dan metode
diskusi. Tidak jauh berbeda halnya dengan yang
diterapkan di Hawzah ini. Metode ceramah di mana
seorang dosen menyampaikan kuliahnya di kelas kepada

3
Wawancara pribadi dengan Akbar Shaleh selaku pimpinan
Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin , Jakarta: 5 Februari 2016
4
Wawancara Pribadi dengan Ajid selaku pembina asrama putra
Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin, Jakarta: 5 Juni 2016

9
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

mahasiswanya diterapkan di sana. Kemudian untuk


menunjang pemahaman mahasiswanya, Hawzah ini
menerapkan metode diskusi di luar kelas. Mereka
menamakan sesi diskusi tersebut dengan nama
mubahatsah. Jadi diskusi dikemas dengan teknik yang
berbeda, tidak seperti biasanya dilakukan diskusi pada
umumnya. Sekalipun metode ceramah maupun diskusi
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing,
tetapi bila keduanya diterapkan, maka akan saling
melengkapi satu sama lainnya, jadi kemungkinan
penguasaan materi oleh mahasiswa semakin baik.
Adapun metode ceramah memiliki sisi kelebihan dan
kekurangan. Diantara kelebihan metode ceramah
adalah:5
1. Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin
dalam jangka waktu yang singkat.
2. Guru dapat menguasai situasi dan kondisi
kelas.
3. Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah
dilaksanakan.
4. Tidak terlalu banyak memakan biaya dan
tenaga.

Adapun kekurangannya, lebih banyak daripada


kelebihannya. Rinciannya sebagai berikut:
1. Ceramah hanya cenderung
mempertimbangkan segi banyaknya bahan
pelajaran yang akan disajikan, dan kurang
memperhatikan atau mementingkan kualitas
penguasaan materi pelajaran.
2. Bila situasi kelas tidak dapat dikuasai oleh
guru secara baik, maka proses pengajaran
akan akan tidak efektif.

5
Tayar Yusuf, dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997) Hal.45

10
Pilar Teduh

3. Murid hanya sebagai pendengar yang pasif.


Karena dialog hanya satu arah, terpusat
pada guru.
4. Apabila guru tidak memiliki kemampuan
selera humor, cerita motivasi, tebak-
tebakan, atau ice breaking lainnya yang
membuat murid tetap menaruh
perhatiannya pada guru, maka kelas akan
cenderung membosankan. Akibatnya, akan
banyak murid yang mengantuk, atau
bahkan tidak betah belajar di kelas itu.
5. Metode ceramah tidak merangsang peserta
didik untuk kritis dan aktif bertanya. Karena
proses komunikasi hanya terpusat pada
guru.
6. Sulit mengukur sejauh mana penguasaan
bahan pelajaran yang telah diberikan itu
oleh anak didik.
7. Bila pengajar tidak menguasai materi
pelajaran yang dia ajarkan, maka ceramah
bisa melantur tanpa arah dan tujuan yang
jelas.6

Dari beberapa kekurangan ini, maka perlu ada


tambahan metode lain yang bisa mengatasi masalah ini.
Selain metode ceramah, ada metode lain yang bisa
menjadi pilihan dalam proses pembelajaran. Yakni
metode diskusi atau musyawarah. Metode diskusi
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut
kepentingan bersama, dengan jalan musyawarah untuk
mufakat. Memperluas pengetahuan dan cakrawala
pemikiran.
Ada banyak kelebihan dari metode diskusi atau
musyawarah ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:

6
Lihat Tayar Yusuf, dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997) Hal.45

11
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

1. Suasana kelas lebih hidup dan dinamis.


2. Mempertinggi partisipasi murid, untuk
mengeluarkan pendapatnya, baik secara
individu maupun secara kelompok.
3. Merangsang murid untuk mencari jalan
pemecahan masalah yang dihadapi
bersama, dengan cara bermusyawarah
bersama.
4. Melatih kreativitas dalam berpikir.
5. Menumbuhkan sikap toleransi dalam
berpendapat maupun bersikap.
6. Hasil diskusi dapat disimpulkan dan
mudah dipahami.
7. Memperluas cakrawala dan wawasan
berpikir peserta diskusi.

Meskipun demikian, metode diskusi atau musyawarah


ini juga memiliki kekurangan. Diantaranya:
1. Kemungkinan akan terjadi debat kusir
yang tidak efektif, sehingga waktu
terbuang sia-sia, dan materi pelajaran
tidak dapat dipahami dengan baik.
Namun, hal ini bisa diatasi dengan
kemampuan guru dalam memanajemen
kelasnya.
2. Kemungkinan peserta diskusi saling
mengandalkan pada murid yang pandai.
Sehingga yang pandai akan banyak
berdiskusi, sedangkan yang lainnya pasif.
Bahkan ada juga yang memiliki sifat
pemalu dan rasa takut mengeluarkan
pendapatnya.
3. Terkadang sulit untuk mengatur proses
berjalannya diskusi dan memprediksi arah
penyelesaiannya.

12
Pilar Teduh

Metode ceramah dan metode diskusi yang telah


diuraikan di atas memiliki kelebihan dan
kekuarangannya masing-masing. Di antara
kekuarangannya, bisa kita analisis karena situasi formal
dalam kelas yang cenderung kaku atau monoton. Agar
belajar tidak hanya terpaku dalam kelas, perlu kiranya
ada metode atau sistem belajar yang bisa fleksibel
kapanpun dan dimanapun metode atau sistem belajar
tersebut diterapkan. Tentu hal ini akan membantu
peserta didik untuk menguasai materi pelajaran yang
mereka terima dari kelas.
Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin Jakarta memiliki
teknik belajar yang menurut penulis sendiri, merupakan
cara belajar yang baru dikembangkan di Indonesia.
Yakni metode diskusi (mubahatsah). Secara teoritis
mubahatsah secara khusus bukanlah metode
pembelajaran yang baru dalam dunia pendidikan, karena
mubahatsah merupakan bagian dari metode diskusi.
Hanya saja tekniknya saja yang sedikit berbeda atau
lebih tepatnya pengembangan dari metode diskusi dalam
kemasan mubahatsah. Seperti halnya ada pada metode
ceramah klasik yang hanya ada guru, media buku atau
papan tulis, dan murid. Tapi di era modern ini, ceramah
bisa menggunakan teknologi audio dan visual. Metode
diskusi juga biasanya dilakukan di kelas dengan guru
sebagai moderatornya kemudian murid-murid aktif
sebagai peserta diskusi. Namun, mubahatsah ini tidak
melibatkan guru secara langsung. Guru hanya sebagai
fasilitator dan evaluator yang tidak terlibat secara
langsung ketika mubahatsah.
Menurut beberapa sarjana lulusan Iran, segenap
pengurus lembaga pendidkan Hawzah, dan mahasiswa di
sana metode diskusi dengan teknik mubahatsah tersebut
cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman terhadap
suatu materi pelajaran. Persoalannya adalah, ibarat
peribahasa yang mengatakan bahwa “lain lumbung lain
ilalang, lain Iran lain juga Indonesia”. Bisa jadi di Iran
dan di Irak, metode diskusi (mubahatsah) tersebut
berhasil diterapkan pada pelajar di sana, karena
memang cara belajar seperti itu sudah menjadi

13
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

kebiasaan yang sudah mendarah daging dan


berlangsung selama ratusan tahun. Akan tetapi mungkin
berbeda hasilnya bila diterapkan di Indonesia. Karakter
dan temperamen yang tentu tidak sama dengan kedua
negara tersebut, ditambah masih barunya penerapan
metode ini, belum tentu berhasil di Indonesia.
Meskipun begitu, perlu diakui, teknik mubahatsah ini
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan metode
konvensional yang biasa digunakan seperti dalam
teknik-teknik di dalam metode diskusi lainnya. Uniknya
metode mubahatsah ini, adalah karena waktunya
fleksibel dan tempatnya bisa dimanapun sesuai dengan
kesepakatan peserta mubahatsah sendiri. Peserta
idealnya tiga orang. Mengapa harus di batasi? Alasannya
tidak lain karena memperhatikan keefektifan dan
kondusifnya suasana belajar serta komunikasi yang
efisien membuat dialog lebih menarik. Karena bila lebih
dari tiga, kemungkinan akan terjadi komunikasi yang
memakan waktu cukup lama. sedangkan, mubahatsah
hanya dilakukan kira-kira satu hingga dua jam. Lebih
dari itu, kemungkinan belajar akan terasa bosan dan
melelahkan. Ha-hal seperti ini perlu dihindari, mengingat
metode mubahatsah ini adalah sistem belajar tambahan,
untuk menambah kekurangan disana-sini ketika belajar
di dalam kelas. Selain itu tidak adanya guru yang terlibat
secara langsung ketika bermubahatsah, bukan lagi
menjadi alasan untuk murid malu bertanya atau tidak
percaya diri untuk mengungkapkan pemahaman yang
mereka dapatkan di dalam kelas. Karena Semua peserta
yang menerapkan mubahatsah ini adalah teman-teman
mereka sendiri di dalam kelas yang sudah saling
mengenal, sehingga bisa lebih nyaman ketika mengulang
pelajaran mereka lewat cara ini. Selain itu, adanya
komunikasi dua arah, memungkinkan peserta
mubahatsah untuk berdialog lebih banyak, kritis, saling
beradu argumen, saling berdebat, dan saling
memberikan saran satu sama lain dalam mencapai
pemahaman belajar mereka. Hal ini sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam public
speaking, presentasi, atau menyampaikan sesuatu yang

14
Pilar Teduh

berkaitan dengan pelajaran mereka ataupun gagasan di


luar pelajaran mereka.
Kelebihan teknik mubahatsah ini secara prinsipil
sama dengan uraian dari kelebihan metode diskusi di
atas, karena memang mubahatsah adalah bagian
daripada metode diskusi. selain itu, yang terpenting dari
mubahatsah ini, dimungkinkan bisa meningkatkan hasil
belajar mahasiswa baik secara akademik maupun non-
akademik. Ketika penulis survei ke Hawzah Ilmiah
Khataman Nabiyyin Jakarta, beberapa mahasiswa di
sana mengaku merasa terbantu dengan mubahatsah ini.
Mereka juga merasa tidak ada tekanan atau merasa
terbebani menjalankannya. Bagi mereka cara belajar
tersebut menyenangkan, karena tidak terkesan kaku dan
formal. Mereka merasa seperti mengobrol sehari-hari
dengan teman-teman mereka.7
Dari pernyataan mereka semua itu, penulis tidak
langsung percaya dengan yang mereka sampaikan
tentang mubahatsah ini. Penulis yang notabene dilatih
untuk menjadi researcher (peneliti) harus
mengkonfirmasi dan memvalidasi informasi-informasi
tersebut agar menjadi fakta yang objektif. Berangkat dari
latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik
untuk menyusun penelitian dengan judul
“Implementasi Metode Diskusi (Mubahatsah) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Hawzah Ilmiah
Khatamun Nabiyyin Jakarta”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah


diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi metode diskusi
(mubahatsah) dalam meningkatkan hasil belajar

7
Wawancara pribadi dengan Farham selaku mahasiswa Hawzah
Ilmiah Khatamun Nabiyyin, Jakarta: 5 Juni 2016

15
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

mahasiswa Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin


Jakarta?
C. Tujuan Penelitian
Setiap tindakan manusia, pasti memiliki tujuan.
Begitupun dengan disusunnya peneltian ini. Adapun
tujuan dari penelitian ini, adalah sesuai dengan
rumusan masalah di atas, yakni:
1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi
metode diskusi (mubahatsah) dalam
meningkatkan hasil belajar mahasiswa Hawzah
Ilmiah Khataman Nabiyyin Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jika penelitian ini membuktikan bahwa
implementasi metode diskusi (mubahatsah) ini
adalah metode yang efektif untuk meningkatkan
pemahaman belajar mahasiswa, tentu ini akan
sangat bermanfaat untuk diterapkan di STFI
Sadra secara khusus, maupun di lembaga
pendidikan lainnya secara umum. Baik dari
tingkat SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren,
Perguruan Tinggi, atau Universitas yang ada di
seluruh Indonesia.
2. Bagi para pendidik baik guru maupun dosen,
penelitian ini bisa dijadikan sumbangan metode
belajar untuk membuat didikannya berhasil
menguasai mata pelajaran.
3. Untuk mahasiswa STFI Sadra secara khusus, ini
bisa dijadikan sumber referensi atau contoh
bentuk penelitian praktek profesi mahasiswa.
Sedangkan secara umum, penelitian ini bisa
dijadikan referensi untuk prodi tarbiyah atau
pendidikan di kampus lain di seluruh Indonesia.

16
Pilar Teduh

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Teori

1. Metode Diskusi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), metode termasuk dalam kata benda
yang artinya adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.8 Dalam bahasa Inggris diartikan
method. Kata ini di dalam kamus Cambridge,
kedudukannya termasuk kata yang esensial
dan dianjurkan untuk diketahui artinya
karena sangat berguna. Method dalam kamus
tersebut termasuk noun (kata benda),
diartikan a particular way of doing

8
KBBI Offline Versi 1.1 Freeware ©2010 by Ebta Setiawan. KBBI
versi online dengan mengacu pada data dari KBBI Daring (edisi III) diambil
dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

17
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

something.9 Penulis artikan suatu cara untuk


melakukan sesuatu.
Sebagai landasan teori dalam penelitian
ini, peneliti akan menguraikan metode
diskusi. Dikarenakan tidak ada sebetulnya
yang disebut dengan metode mubahatsah.
Yang ada adalah teknik mubahatsah yang
merupakan bagian dari metode diskusi.
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
dalam interaksi edukatif, kita sering
dihadapkan pada berbagai macam
permasalahan, yang kadang-kadang tidak
bisa diselesaikan hanya dengan satu cara,
akan tetapi memerlukan berbagai macam
cara yang terbaik, tentang suatu
permasalahan yang sulit disimpulkan sendiri.
Metode diskusi merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah, yang mungkin
menyangkut kepentingan bersama, dengan
jalan musyawarah untuk mufakat.
Memperluas pengetahuan dan cakrawala
pemikiran.10
Dengan kata lain metode diskusi yaitu
cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran
melalui proses pemeriksaan dengan teliti
suatu masalah tertentu dengan jalan
bertukar pikiran, bantah membantah dan
memeriksa dengan teliti hubungan yang
terdapat didalamnya: dengan jalan
menguraikan, membanding-bandingkan,
menilai hubungan itu dan mengambil
kesimpulan yang dapat ditarik darinya.11
9
Cambridge Advanced Learner’s -3rd Edition
10
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama
dan Bahasa Arab (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1997), hal.44
11
Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, Metodik Khusus
Pengajaran Agama (Bandung: Al-Ma’arif, 1985) hal.

18
Pilar Teduh

Bersama-sama melalui diskusi bisa ditemui


dua, tiga atau lebih jawaban atau
kesimpulan, yang semuanya bisa saja
diterima dengan benar.
Adapun masalah-masalah yang baik untuk
didiskusikan adalah meliputi sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Menarik minat siswa dan sesuai dengan
taraf perkembanganya.
2. Mempunyai kemungkinan jawaban lebih
dari satu, yang masing-masing dapat
dipertahankan kebenarannya.
3. Bila pertanyaan dimaksudkan untuk
mencari pertimbangan dan perbandingan
daripadanya.

Adapun kelebihan dari metode diskusi sebagai


berikut:
1. Suasana kelas lebih hidup dan dinamis.
2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk
mengeluarkan pendapatnya baik secara
individu maupun secara kelompok.
3. Merangsang siswa untuk mencari jalan
pemecahan masalah yang dihadapi
bersama, dengan cara bermusyawarah.
4. Melatih sikap dinamis dan kreatif dalam
berpikir.
5. Menumbuhkan sikap toleransi dalam
berpendapat maupun bersikap.
6. Hasil diskusi dapat disimpulkan dan
mudah dipahami.
7. Memperluas cakrawala dan wawasan
berpikir peserta diskusi.

Adapun kelemahan-kelemahan metode


diskusi sebagai berikut:

19
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

1. Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif


dijadikan kesempatan untuk bermain-
main, dan mengganggu temannya yang
lain.
2. Apabila suasana kelas tidak dapat
dikuasai, kemungkinan penggunaan
waktu menjadi tidak efektif, dan dapat
berakibat tujuan pengajaran tidak
tercapai.
3. Sulit memprediksi arah penyelesaian
diskusi. Hal ini terjadi jika proses
jalannya diskusi hanya merupakan ajang
perbedaan pendapat yang tidak ada ujung
penyelesaiannya.
4. Siswa mengalami kesulitan untuk
mengeluarkan pendapat secara
sistematis. Terutama bagi siswa yang
memiliki sifat pemalu dan rasa takut
mengeluarkan pendapatnya.
5. Kesulitan mencari tema diskusi yang
aktual, yang hangat dan menarik untuk
didiskusikan.

Adapun Peranan guru atau pimpinan diskusi


sebagai berikut:
1. Guru atau pimpinan diskusi sebagai
pengatur lalu intas pembicaraan.

Sebagai pimpinan diskusi, ia harus


mampu mengatur jalannya diskusi, dan
menstimulir para peserta diskusi untuk
mengeluarkan pendapatnya.
Sebagai pimpinan diskusi, ia memiliki
hak untuk:
a. Mengajukan pertanyaan kepada
anggota kelompok tertentu.

20
Pilar Teduh

b. Mengatur agar tidak semua anggota


peserta diskusi berbicara serentak
tanpa mengindahkan untuk
mengambil bagian berbicara secara
bergilir.
c. Mencegah kemungkinan dikuasainya
forum diskusi oleh orang-orang
tertentu saja. Sehingga tidak adanya
pemerataan berbicara.
d. Memberikan kesempatan kepada
siswa yang tidak aktif berbicara,
karena malu, atau pendiam agar
dapat menyumbangkan buah
pikirannya.

2. Guru atau pimpinan diskusi berperan


sebagai dinding penangkis.

Sebagai pimpinan diskusi, ia selalu


menerima pertanyaan-pertanyaan dari
peserta diskusi, kemudian pimpinan
diskusi mengembalikannya lagi kepada
peserta diskusi untuk dipecahkan
bersama-sama. Dan menjaga arah diskusi
agar jangan sampai terjadi debat kusir
antara pimpinan dengan peserta diskusi,
dan antara diskusi dengan yang lain
sesamanya. Akan tetapi perdebatan
terjadi dalam batas-batas yang wajar dan
argumentatif rasional.

3. Pimpinan diskusi sebagai penunjuk jalan.


Sebagai penunjuk jalan pimpinan diskusi
dapat memberikan penerangan dan
penjelasan, serta meluruskan obyek
pembicaraan, bila ada tanda-tanda
pembicaraan menyimpang dari tema
diskusi semula.

21
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Teknik-teknik mengajukan pertanyaan


dalam diskusi
1. Mula-mula diajukan kepada semua
siswa, baru kemudian ditujukan
kepada siswa tertentu.
2. Beri waktu siswa untuk berpikir dan
menyusun jawabannya.
3. Pertanyaan tidak diajukan
berdasarkan urutan absen atau
deretan bangku. Tetapi kepada semua
siswa, yang telah siap untuk
menjawab bahan diskusi.

Tujuan metode diskusi


Melalui metode diskusi, tujuan pengajaran
selain untuk mencari dan menemukan
jawaban yang benar dan setepat-tepatnya
juga dimaksudkan untuk:
1. Dapat menemukan cara baru yang
ditempuh dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi bersama.
2. Mengumpulkan fakta dan pendapat-
pendapat dari para peserta atau pihak
yang dimintai keterangan.
3. Merumuskan hasil diskusi dan
kemungkinan tindak lanjut yang dapat
direalisasikan.

Fungsi diskusi:
1. Mendorong siswa untuk berpikir dan
mengeluarkan pendapatnya dengan
dasar argumentasi yang kuat dan
akurat.
2. Mengembangkan daya imajinasi dan
intuitif serta daya pikir yang kritis.

22
Pilar Teduh

3. Disamping itu diskusi dapat berfungsi


sebagai bahan masukan yang sangat
berharga bagi seorang guru atau
pimpinan sekolah.

Dalam pelajaran agama Islam metode


diskusi ini dapat diterapkan dalam
mengajarkan pelajaran fikih dan
pelajaran sejarah Islam. Terlebih mata
kuliah filsafat, sepertinya sangat tepat
menggunakan metode diskusi ini. Dalam
pelajaran fikih misalnya kita dapat
memilih tema mengenai: Bagaimana
hukum bayi tabung, donor darah atau
donor mata, operasi jantung dan donor
ginjal menurut Islam. Atau bagaimana
hukum asuransi, Bank, Koperasi
menurut Islam. Demikian pula dalam
pelajaran sejarah, kita dapat memilih
tema misalnya: bagaimana peranan umat
Islam dalam merebut kemerdekaan,
dalam menumpas penjajah dan komunis
atau PKI di masa Pra kemerdekaan. Bisa
juga mendiskusikan peran umat Islam
secara global atau Internasional.
Berkenaan dengan filsafat, kita bisa
mengambil tema lebih luas lagi misalnya:
Tentang Ketuhanan, alam, dan manusia.
Pendek kata tema diskusi harus juga
disesuaikan dengan taraf kemampuan
dan perkembangan anak didik. Pada
kelas-kelas yang masih rendah diskusi
dapat dilakukan dengan yang ringan-
ringan, sedangkan pada kelas-kelas yang
tingkat tinggi, diskusi dapat bersifat
abstrak dan problematik pemikiran.
Dalam Alquran Allah Swt
menganjurkan kepada kita untuk

23
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

berdiskusi dan bermusyawarah secara


baik dalam menghadapi berbagai masalah
yang dihadapi bersama, adapun ayatnya
sebagai berikut:
        
      
     
        
  
“Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.”(Ali ‘imran; 159)

Dalam ayat lain juga Allah


menegaskan kepada orang yang mengaku
dirinya beriman, mendirikan salat serta
bagi mereka karenanya mampu
mengeluarkan atau menafkahkan
sebagian dari hartanya, untuk selalu
bermusyawarah dalam urusan mereka.
Adapun firman-Nya sebagai berikut:
   
    
  
“Dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah

24
Pilar Teduh

antara mereka; dan mereka menafkahkan


sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka.” (Asyuura:38)

2. Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang
berarti aturan.12 Sedangkan bila kita merujuk
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
taksonomi termasuk kata benda, yang berarti
pertama; klasifikasi bidang ilmu, kaidah dan
prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.
Kedua; cabang biologi yang menelaah
penamaan, perincian, dan pengelompokkan
makhluk hidup berdasarkan persamaan dan
pembedaan sifatnya. Ketiga; makna secara
linguistik, yakni klasifikasi unsur bahasa
menurut hubungan hierarkis, seperti urutan
satuan fonologis atau gramatikal yang
dimungkinkan di satuan bahasa.13 Istilah ini
kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel
Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan
yang melakukan penelitian dan
pengembangan mengenai kemampuan
berpikir dalam proses pembelajaran. Maka
jadilah taksonomi bloom ini adalah teori
dalam bidang psikologi pendidikan yang
mengklasifikasi mengenai kemampuan
berpikir manusia dalam proses pembelajaran.
Secara historis, Sejarah taksonomi
bloom bermula ketika awal tahun 1950-an,
dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika,

12
Retno Utari, Taksonomi Bloom: apa dan bagaimana
menggunakannya? Dalam Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK, hal. 1
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) Hal.
382

25
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Bloom dan kawan-kawan mengemukakan


bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak
disusun di sekolah, ternyata persentase
terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan
mereka. Konferensi tersebut merupakan
lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada
tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan
sebenarnya merupakan tingkat terendah
dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih
tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang
kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun
1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan
Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka
konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom
adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat
yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level
yang rendah harus dipenuhi lebih dulu.
Dalam kerangka konsep ini, tujuan
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, dan keterampilan berpikir.
Ranah afektif mencakup perilaku terkait
dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,
minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah
Psikomotorik berisi perilaku yang
menekankan fungsi manipulatif dan
keterampilan motorik / kemampuan fisik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Para
trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini
dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).

26
Pilar Teduh

Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif


pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki
tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang
terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan
Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan
Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan
ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan
karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian
berpikir sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir menggambarkan
tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa
agar mampu mengaplikasikan teori kedalam
perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas
enam level, yaitu: (1) knowledge
(pengetahuan), (2) comprehension
(pemahaman atau persepsi), (3) application
(penerapan), (4) analysis (penguraian atau
penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6)
evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam
bentuk piramida berikut:

27
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Sumber : Retno Utari, Apa dan


Bagaimana Menggunakannya14

Tiga level pertama (terbawah)


merupakan Lower Order Thinking Skills,
sedangkan tiga level berikutnya Higher Order
Thinking Skill. Namun demikian pembuatan
level ini bukan berarti bahwa lower level tidak
penting. Justru lower order thinking skill ini
harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat
berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan
bahwa semakin tinggi semakin sulit
kemampuan berpikirnya.

Tabel 2.1 teori taksonomi bloom ranah


kognitif
Ranah Kognitif- Pengetahuan
(Knowledge)
No Kategori Penjelasan

1. Pengetahuan Kemampuan menyebutkan


atau menjelaskan kembali

Contoh: menyatakan
kebijakan

2. Pemahaman Kemampuan
memahami/instruksi
masalah,
menginterpretasikan atau
menyatakan kembali
dengan kata-kata sendiri

Contoh: menuliskan

14
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya,
Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK. Hal. 3

28
Pilar Teduh

kembalik atau merangkum


pelajaran

3. Penerapan Kemampuan
menggunakan konsep
dalam praktek atau situasi
yang baru

Contoh: menggunakan
pedoman/ aturan dalam
menghidung gaji pegawai

4. Analisa Kemampuan memisahkan


konsep ke dalam beberapa
komponen untuk
memperoleh pemahaman
yang lebih luas atas
dampak komponen-
komponen terhadap
konsep tersebut secara
utuh

Contoh: menganalisa
penyebab meningkatnya
harga pokok penjualan
dalam laporan keuangan
dengan memisahkan
komponen-komponennya

5. Sintesa Kemampuan merangkai


atau menyusun kembali
komponen-komponen
dalam rangka
menciptakan

29
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

arti/pemahaman/struktur
baru

Contoh: menyusun
kurikulum dengan
mengintegrasikanpendapat
dan materi dari beberapa
sumber

6. Evaluasi Kemampuan mengevaluasi


dan menilai sesuatu
berdasarkan norma, acuan
atau kriteria

Contoh: membandingkan
hasil ujian siswa dengan
kunci jawaban
Sumber tabel: Retno Utari, Apa dan
Bagaimana Menggunakannya15

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu


yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,
nilai,penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan
sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai
dari perilaku yang sederhana hingga yang paling
kompleks.

Tabel. 2.2 teori taksonomi bloom ranah


afektif
Ranah Afektif- Sikap (Attitude)
No Kategori Penjelasan

1. Penerimaan Kemampuan untuk

15
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya, Widyaiswara Madya,
Pusdiklat KNPK. Hal. 4

30
Pilar Teduh

menunjukan atensi dan


penghargaan terhadap
orang lain

Contoh: mendengar
pendapat orang lain,
mengingat nama
seseorang

2. Responsif Kemampuan
berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran dan selalu
termotivasi untuk segera
bereaksi dan mengambil
tindakan atas suatu
kejadian

Contoh: berpartisipasi
dalam diskusi kelas

3. Nilai yang Kemampuan menunjukan


dianut (nilai nilai yang dianut
diri)
untuk membedakan
mana yang baik dan
kurang baik terhadap
suatu kejadian/obyek,
dan nilai tersebut
diekspresikan dalam
perilaku.

Contoh: Mengusulkan
kegiatan Corporate Social
Responsibility sesuai
dengan nilai yang berlaku
dan komitmen
perusahaan.

31
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

4. Organisasi Kemampuan membentuk


sistem nilai dan budaya
organisasi dengan
mengharmonisasikan
perbedaan nilai.

Contoh: Menyepakati dan


mentaati etika profesi,
mengakui perlunya
keseimbangan antara
kebebasan dan tanggung
jawab

5. Karakterisasi Kemampuan
mengendalikan perilaku
berdasarkan nilai yang
dianut dan memperbaiki
hubungan intrapersonal,
interpersonal dan social.

Contoh: Menunjukkan
rasa percaya diri ketika
bekerja sendiri, kooperatif
dalam aktivitas kelompok

Sumber tabel: Retno Utari, Apa dan


Bagaimana Menggunakannya16
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan
dan koordinasi jasmani, keterampilan
motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan
ini dapat diasah jika sering melakukannya.
Perkembangan tersebut dpat diukur sudut
kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik
pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang
sederhana hingga tingkat yang rumit.

16
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya,
Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK. Hal. 5

32
Pilar Teduh

Tabel 2.3 teori taksonomi bloom ranah


psikomotorik
Ranah Psikomotorik-Keterampilan
(Skills)
No Kategori Penjelasan

1. Persepsi Kemampuan
menggunakan saraf

sensori dalam
menginterpretasikan nya
dalam memperkirakan
sesuatu

Contoh: menurunkan
suhu AC saat merasa
suhu ruangan panas

2. Kesiapan Kemampuan untuk


mempersiapkan diri, baik
mental, fisik, dan emosi,
dalam menghadapi
sesuatu. Contoh:
melakukan pekerjaan
sesuai urutan, menerima
kelebihan dan
kekurangan seseorang.

3. Reaksi yang Kemampuan untuk


diarahkan memulai ketrampilan
yang kompleks dengan
bantuan / bimbingan
dengan meniru dan uji

33
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

coba.

Contoh: Mengikuti
arahan dari instruktur.

4. Reaksi Kemampuan untuk


natural melakukan kegiatan
(mekanisme) pada tingkat ketrampilan
tahap yang lebih sulit.
Melalui tahap ini
diharapkan siswa akan
terbiasa melakukan
tugas rutinnya.

Contoh: menggunakan
komputer.

5. Reaksi yang Kemampuan untuk


kompleks melakukan
kemahirannya dalam
melakukan sesuatu,
dimana hal ini terlihat
dari kecepatan,
ketepatan, efsiensi dan
efektivitasnya.

Semua tindakan
dilakukan secara
spontan, lancar, cepat,
tanpa ragu.

Contoh: Keahlian
bermain piano.

34
Pilar Teduh

6. Adaptasi Kemampuan
mengembangkan
keahlian, dan
memodifikasi pola sesuai
dengan yang dbutuhkan,

Contoh: Melakukan
perubahan secara cepat
dan tepat terhadap
kejadian tak terduga
tanpa merusak pola yang
ada.

7. Kreativitas Kemampuan untuk


menciptakan pola baru
yang sesuai dengan
kondisi/situasi tertentu
dan juga kemampuan
mengatasi masalah
dengan mengeksplorasi
kreativitas diri.

Contoh: membuat
formula baru, inovasi,
produk baru.
sumber tabel: Retno Utari, Apa dan
Bagaimana Menggunakannya17

Revisi Taksonomi Bloom


Pada tahun 1994, salah seorang murid
Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli
psikologi aliran kognitivisme memperbaiki
taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan
zaman. Hasil perbaikan tersebut baru
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama
Revisi Taksonomi Bloom.18 Revisi hanya dilakukan

17
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya,
Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK. Hal. 6

35
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

pada ranah kognitif. Revisinya adalah sebagai


berikut:

- Pada level 1, knowledge diubah menjadi


remembering (mengingat). Pada level 2,
comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
- Pada level 3, application diubah menjadi applying
(menerapkan).
- Pada level 4, analysis menjadi analyzing
(menganalisis).
- Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya
menjadi level 6 tetapi dengan perubahan
mendasar, yaitu creating (mencipta).
- Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi
level 5, dengan sebutan evaluating (menilai).
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi
Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
level: remembering (mengingat), understanding
(memahami), applying (menerapkan), analyzing
(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta).
Secara logika revisi tersebut bisa
diinterpretasikan sebagai berikut:
- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka
kita harus mengingatnya terlebih dahulu
- Sebelum kita menerapkan maka kita harus
memahaminya terlebih dahulu
- Sebelum kita menganalisa maka kita harus
menerapkannya dulu
- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus
menganalisa dulu
- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan
sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi.19
18
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya,
Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK. Hal. 7
19
Retno Utari, Apa dan Bagaimana Menggunakannya,
Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK. Hal. 8

36
Pilar Teduh

Hingga saat ini ranah afektif dan


psikomotorik belum mendapat perhatian. Skill
menekankan aspek psikomotorik yang
membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih
tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga
merupakan faktor yang sulit diubah selama
proses pembelajaran karena attitude terbentuk
sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi
baru dilakukan pada ranah kognitif yang
difokuskan pada knowledge.

B. Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu atau tinjauan pustaka
adalah suatu rangkaian teori atau hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan
tema dan topik dengan penelitian yang akan
diteliti. Tinjaun Pustaka ini adalah tinjauan yang
bersifat teoritis.20
Dalam kajian terdahulu berkenaan dengan
metode mubahatsah ini, penulis tidak
menemukan. Namun, karena pada dasarnya
tidak ada yang disebut metode mubahatsah yang
ada adalah metode diskusi. Maka dari itu penulis
membaca literatur kajian terdahulu yang
membahas tentang metode diskusi. Karena
dipandang tujuan dari penelitiannya sama
dengan penelitian ini. Yakni ingin mengetahui
sejauh mana implementasi metode yang sudah
ada, atau pengaruh metode diskusi terhadap
proses pembelajaran murid-murid dalam suatu
lembaga pendidikan. Masing-masing kajian
terdahulu yang penulis baca, berbicara mengenai
efektivitas dari sebuah metode pembelajaran.

20
Ali Masud. Et.al, 2015, Panduan Penelitian 2015 IAIN Sunan
Ampel Surabaya, Surabaya: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN
Sunan Ampel Surabaya. Hal. 38

37
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Baik metode diskusi, simposium, atau metode


konvensional ceramah.
Kajian terdahulu ini penting untuk ditelusuri,
agar penulis bisa mengetahui di mana posisi
penelitian penulis. Lalu apakah perbedaan
penelitian penulis dengan penelitian sejenis
lainnya. Selain itu, penulis bisa melihat pola-pola
yang ada dalam penelitian sebelumnya, baik dari
segi metode penelitian, teknik pengumpulan data,
analisa data dan lain-lain. Adapun beberapa
kajian terdahulu yang penulis baca diantaranya:

TH.Kunang Gayatri, pada tahun 2009,


meneliti tentang penelitian tindakan kelas
berjudul “Penggunaan Metode Diskusi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas
IV SDN SAMBI 4 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Penelitian ini merupakan penelitian yang
berkenaan dengan desain dan strategi
pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Adapun yang menjadi
tujuan penelitiannya adalah untuk meningkatkan
kompetensi siswa dalam memahami konsep ilmu
biologi, pada pembahasan bagian-bagian akar
dan fungsinya, oleh karena itu perlu
menggunakan “Metode Diskusi” untuk
meningkatkan hasil belajar serta pemahaman
siswa terhadap pelajaran tersebut. selain itu,
penelitian ini juga dimaksudkan untuk
memberikan kontribusi kepada para guru yang
dinilai kesulitan mengajarkan pelajaran tersebut
kepada peserta didiknya.

Kemudian, Ratna Wati, pada tahun 2015


menulis dalam sebuah artikel e-journal berjudul
“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DISKUSI
DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK
DRAMA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH

38
Pilar Teduh

ATAS NEGERI 6 TANJUNGPINANG TAHUN


PELAJARAN 2014/2015”. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan yang
sama dengan penulis, yakni eksperimen.
Masalahnya hampir sama dengan penelitian yang
telah diuraikan di atas. Namun, beda mata
pelajaran. Bila di atas tentang IPA, di sini Bahasa
Indonesia, khususnya tentang pembahasan
unsur instrinsik drama. Adapun persoalannya
yakni tentang kemampuan guru dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut masih
menggunakan teknik mengajar konvensional
ceramah. Karena dinilai kurang efektif, peneliti
berusaha mengajukan metode diskusi untuk
menjadi solusi masalah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik
drama pada pretest atau sebelum menggunakan
metode diskusi berada pada kategori kurang,
dengan perolehan nilai rata-rata 58. Sedangkan
tingkat kemampuan mengidentifikasi unsur
intrinsik drama siswa kelas XI Sekolah Menengah
Atas Negeri 6 Tanjungpinang pada postest berada
pada kategori memuaskan, dengan perolehan
nilai rata-rata 85,3. Jadi, kesimpulannya adalah
dengan menggunakan metode diskusi dalam
kegiatan mengidentifikasi unsur intrinsik drama
siswa terbukti efektif dan hipotesis diterima.

Muhammad Jalil, pada tahun 2009 telah


menuliskan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS
DISKUSI INKUIRI DISERTAI PENERAPAN MEDIA
POWERPOINT PADA MATERI ORGANISASI
KEHIDUPAN DI SMP N 1 PULOKULON KABUPATEN
GROBOGAN”. Berangkat dari hal yang sama,
peneliti melihat adanya krisis metode dalam
pembelajaran Biologi khususnya tentang materi
organisasi kehidupan, peneliti hendak
memberikan gagasan alternatif metode

39
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

pembelajaran yang efektif untuk bisa


dipertimbangkan oleh guru. Dari hasil postest
penelitian ini menunjukkan bahwa kelas
eksperimen berbeda nyata dengan kelas
pembanding. Hal ini didukung pula oleh
perolehan ketuntasan hasil belajar afektif dan
psikomotorik yaitu ≥ 85% siswa mencapai kriteria
baik dan sangat baik.
Liza Sudarti, pada tahun 2012 telah menulis
sebuah skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS
METODE DISKUSI DILENGKAPI MEDIA KARTU
SISTEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP
MUHAMMADIYAH 3 DEPOK”. Penelitian ini selain
ingin mengetahui efektivitas metode diskusi
dengan dilengkapi media kartu sistematik, juga
ingin membandingkan dengan metode lain yang
disebut dengan metode ekspositori dengan
pendekatan eksperimen. Adapun indikatornya
adalah hasil nilai dari postest. Penelitian ini
adalah jenis penelitian kuantitatif, yakni
mengolah angka-angka.
Dari beberapa kajian terdahulu di atas,
penulis hendak mengungkap bagaimana
implementasi metode diskusi dengan teknik
mubahatsah ini dan apakah metode ini efektif
untuk digunakan dalam rangka menambah
pemahaman belajar mahasiswa. Adapun problem
yang muncul adalah kurang lebih sama dengan
beberapa kajian terdahulu yang telah dipaparkan.
Yakni kurang efektif dan betapa monotonnya
metode pembelajaran konvensional ceramah yang
telah digunakan cukup lama di Indonesia.
Namun, sedikit perbedaannya, tujuan dari
penelitian penulis adalah lebih diutamakan untuk
mahasiswa yang kesulitan dalam pembelajaran di
kelas, oleh karena itu, sebagai alternatifnya bisa
menggunakan metode (diskusi) mubahatsah ini.

40
Pilar Teduh

Meskipun begitu, para pengajar bisa juga


memanfaatkan metode ini dan menjadi bagian
tugas Pekerjaan Rumah (PR) peserta didiknya
dengan teknis yang disesuaikan dengan metode
(diskusi) mubahatsah ini. Bila sebagian penelitian
di atas adalah kuantitatif, penelitian ini adalah
kualitatif. Adapun titik persamaan antara kajian
terdahulu dengan penelitian penulis adalah
sama-sama ingin menawarkan metode
pembelajaran yang paling efektif dan efisien
untuk mencapai sebuah pemahaman yang baik
dalam belajar.

C. Pengajuan Hipotesis
Secara etimologi hipotesis berasal dari dua
penggalan kata, yaitu “hypo”artinya di bawah, dan
“thesa” artinya kebenaran atau pendapat.21
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap
benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat
(teori, proposisi) meskipun kebenarannya masih
harus dibuktikan atau anggapan dasar.22
Peneliti memiliki hipotesis berkaitan dengan
metode mubahatsah ini, bahwa implementasi metode
(diskusi) mubahatsah ini dijalankan dengan baik
dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa
Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin Jakarta.
Adapun pengaruh dari teknik mubahatsah ini sangat
besar dalam meningkatkan pemahaman belajar
mahasiswa. Karena, dengan teknik tersebut, mereka
senantiasa mengingat materi kuliah yang mereka
dapat dari kelas setiap kali bermubahatsah. Selain
itu, bila ada satu mahasiswa yang belum mengerti

21
Mardalis, 2010, Metode Penelitian:Suatu pendekatan Proposal,
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 47
22
KBBI Offline Versi 1.1 Freeware ©2010 by Ebta Setiawan. KBBI
versi online dengan mengacu pada data dari KBBI Daring (edisi III) diambil
dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

41
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

materi di kelas, teman satu kelompok mubahatsah


yang lain membantu memberikan pemahaman
sampai dia memahaminya.

Metode diskusi dengan teknik mubahatsah ini


bukan hanya berpengaruh langsung pada materi
kuliah, metode ini juga dapat berefek pada
kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi.
Karena situasi dalam metode ini mengharuskan
mahasiswa untuk berdialog dengan aktif.
Peningkatan rasa percaya diri, daya kritis, serta
kreativitas mahasiswa dalam berpikir ilmiah,
rasional, dan logis. Secara etis, dengan metode ini,
mahasiswa juga diajarkan untuk toleransi dalam
berpendapat maupun bersikap. Karena seringkali
ketika mubahatsah berlangsung, sebagian
mahasiswa tidak memiliki pendapat yang sama
tentang apa yang mereka bahas. Dari konflik seperti
inilah karakter mereka akan terbentuk baik secara
intelektual dan emosional.

Bab III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini akan difokuskan di mana
lembaga pendidikan Hawzah Ilmiah Khataman
Nabiyyin ini melakukan aktivitas belajar mengajar.

42
Pilar Teduh

Yakni beralamat di Wisma Andini Jl. Munggang Kec.


Condet Jakarta Timur.

B. Waktu
Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Tanggal Kegiatan Keterangan


1. Minggu Wawancara:
ke I dan 1. Pendiri
II bulan Hawzah
Juni Ilmiah
2016 Khataman
Nabiyyin
Jakarta.
Ustadz Akbar
Saleh.
2. Pembina
asrama.
Ustadz Ajid
3. Mahasiswa
2. Minggu Pengisian Kuesioner Sasaran mahasiswa
ke III atau angket Hawzah Ilmiah
dan IV Khataman Nabiyyin
bulan Jakarta
Juni
2016
3. Minggu Observasi Peneliti mengamati
ke I dan (Pengamatan) penerapan metode
II bulan mubahatsah dan
Juli mendokumentasikannya.
2016
4.. Minggu Menyusun laporan
ke III ppm (praktek profesi
dan IV mahasiswa)
bulan

43
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Juli
2016

C. Metode Penelitian
Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis
yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan
penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan
sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan
kebenaran.23

Metode penelitian merupakan suatu kerangka


kerja untuk melakukan suatu tindakan atau
penelitian. Disini dijelaskan secara rinci langkah-
langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian
untuk menjawab permasalahan yang ditetapkan.24
Adapun kerangka kerja atau langkah-langkah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dari penelitian ini adalah
termasuk dalam penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan biasanya terkait
dengan kondisi sosial masyarakat, namun
penelitian ini lebih terkait dalam dunia
pendidikan (tarbiyah) khususnya dalam metode
pembelajaran yang digunakan di Hawzah Ilmiah
Khataman Nabiyyin Jakarta, yakni metode
diskusi dengan teknik khusus mubahatsah.
Secara deskriptif, penelitian ini hendak
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
bagaimana penerapan teknik tersebut, situasi
dan kondisi mahasiswa yang menerapkan teknik

23
Mardalis, metode penelitian:Suatu pendekatan proposal, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010). Hal 51
24
Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Sekolah Tinggi
Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta. Hal. 30

44
Pilar Teduh

mubahatsah ini. Bagaimanakah aturannnya, tata


cara pelaksanaannya, waktunya, dan seperti apa
teknisnya.
Secara eksperimental, peneliti hendak menilai
bagaimana pengaruh metode mubahatsah
terhadap hasil belajar dan pemahaman
mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan.
Lalu adakah efek lain, seperti secara emosional,
psikologis, dan kemampuan komunikasi
mahasiswa.

Adapun Pendekatan yang digunakan dalam


penelitian ini adalah kualitatif. Alasan mengapa
penelitian ini menggunakan metode kualitatif
adalah karena data yang digunakan adalah
kualitatif (data yang tidak berupa angka-
25
angka). Sebagaimana penelitian kualitatif pada
umumnya, penulis akan melakukan wawancara
secara mendalam (deep interview) dengan
pimpinan, pembina, pengajar, dan beberapa
mahasiswa, untuk menggali bagaimanakah
pelakasanaan metode diskusi dengan teknih
mubahatsah di Hawzah Ilmiah Khataman
Nabiyyin Jakarta.

D. Data dan Sumber Data


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
data adalah keterangan yang benar dan nyata:
pengumpulan untuk memperoleh keterangan. Data
juga berupa keterangan atau bahan nyata yang
dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan).26 Data dapat diperoleh langsung dari

25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 6
26
KBBI Offline Versi 1.1 Freeware ©2010 by Ebta Setiawan. KBBI
versi online dengan mengacu pada data dari KBBI Daring (edisi III) diambil
dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

45
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

lapangan termasuk laboratorium. Ini disebut sumber


primer. Sedangkan sumber dari bahan bacaan
disebut sumber sekunder.27

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa


data kualitatif. Adapun jenis data dalam penelitian
ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan langsung dari penelitian
lapangan, yakni dari kegitan yang terkait dengan
metode mubahatsah di Hawzah Ilmiah Khataman
Nabiyyin Jakarta, baik berupa hasil wawancara,
maupun hasil observasi. Adapun data sekunder
adalah data yang didapatkan dari studi kepustakaan
seperti jurnal ilmiah, skripsi, tesis, desertasi, buku,
dan artikel ilmiah yang terkait dengan metode
mubahatsah. Pengumpulan data diperoleh dari
berbagai sumber:

1. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari


pendiri Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin
Jakarta, yakni Ustadz Akbar Saleh, pembina
asrama Ustadz Ajid, dan beberapa mahasiswa
Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin Jakarta.
2. Arsip petunjuk pelaksanaan, teknis, dan jadwal
mubahatsah serta dokumen hasil belajar
mahasiswa
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian
Karena penelitian ini berupa kualitatif, maka yang
menjadi instrumen penelitian ini adalah peneliti
sendiri. Adapun instrumen lainnya yang mendukung
proses penelitian adalah sebagai berikut:
1. Alat perekam, untuk merekam sesi wawancara
dengan berbagai narasumber.

27
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah). (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006) Hal. 143

46
Pilar Teduh

2. Kamera, untuk dokumentasi penelitian.


3. Alat tulis, untuk mencatat apa saja yang
ditemukan dalam proses penelitian.
4. Komputer, untuk menyusun laporan penelitian dan
penyimpanan data-data penting penelitian.
5. Internet untuk mencari data-data tambahan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi dapat dibagi menjadi dua. Yakni
observasi partisipasi dan observasi simulasi.
Observasi partisipasi yakni peneliti ikut terlibat
dalam objek yang diteliti. Sedangkan observasi
simulasi, peneliti mencoba mensimulasikan
keinginannya kepada responden yang dituju,
sehingga si responden dapat memenuhi keinginan
si peneliti yang membutuhkan informasi atau
data dari responden.28
Dalam sumber lain, observasi secara garis
besar dapat dilakukan (1) dengan partisipasi,
pengamat jadi sebagai partisipan atau (2) tanpa
partisipan pengamat jadi sebagai non-
partisipan.29
Adapun dalam penelitian ini, penulis
menggunakan observasi simulasi. Penulis akan
mengamati kegiatan mahasiswa Hawzah Ilmiah
Khataman Nabiyyin Jakarta dalam menerapkan
metode (diskusi) mubahatsah ini.

Adapun selama melakukan observasi, penulis


akan mengumpulkan data-data sebagai berikut:

28
Mardalis, Metode Penelitian:Suatu pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi
Aksara. 2010) Hal. 63
29
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah). (Jakarta: Bumi Aksara,
2006) Hal. 107

47
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

1. Data waktu pelaksanaan teknik diskusi


mubahatsah
2. Data dokumen peraturan, tata tertib, dan
petunjuk teknis bagaimana melakukan teknik
diskusi mubahatsah.
3. Data foto dan atau video bagaimana situasi
dan kondisi saat teknik diskusi mubahatsah
berlangsung.
4. Data pencapaian mahasiswa berupa karya
tulis, untuk menunjukan sejauh mana
pengaruh dari teknik diskusi mubahatsah ini.

2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data
yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-
cakap dan berhadapan muka dengan orang yang
dapat memberikan keterangan pada si peneliti.30
Wawancara dapat dibagi dalam sejumlah jenis
menurut berbagai caranya, misalnya menurut:
a. Fungsinya: (1) diagnostik (2) therapeutik (3)
penelitian
b. Jumlah responden: (1) individual (2) kelompok
c. Lama interview: (1) singkat (2) panjang
d. peranan pewawancara dan responden:
(1)berstruktur (2) tak berstruktur.31

Wawancara dalam penelitian ini, bila dilihat


secara fungsinya adalah wawancara penelitian,
dari segi jumlah respondennya adalah individual.
Bila dari segi lama waktunya termasuk singkat,
kemudian jenis wawancara yang digunakan
adalah berstruktur. Penulis sudah menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
30
Mardalis, Metode Penelitian:Suatu pendekatan Proposal (Jakarta:
Bumi Aksara. 2010) Hal. 64
31
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah). (Jakarta: Bumi Aksara,
2006) Hal. 117

48
Pilar Teduh

narasumber, agar proses wawancara bisa berjalan


dengan lancar, informasi yang ingin digali jelas,
dan ada batasan percakapan sehingga proses
wawancara berjalan dengan efektif dan efisien.
Adapun pedoman wawancara yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
terlampir.32

G. Teknik Analisa Data


Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola.
Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam proses
analisis data. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan jalan melakukan
abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya.
2. Menyusunnya dalam satuan-satuan.
Satun-satuan itu kemudian dikategorisasikan
pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu
dibuat sambil melakukan koding.
3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
Ditahap ini kemudian masuk dalam interpretasi
atau penafsiran data dalam mengolah hasil
sementara menjadi teori substantif dengan
menggunakan beberapa metode tertentu.33
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam
menganalisis sebuah data dari hasil penelitian ini.
Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

32
Pedoman wawancara bisa dilihat di bagian lampiran-
lampiran
33
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010) Hal. 247

49
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

1. Transkrip
Transkip dilakukan untuk memindahkan hasil
rekaman wawancara dengan responden ke dalam
bentuk tulisan. Penulisan transkip dilakukan
sesuai dengan pedoman wawancara. Hasil
transkip dituliskan sebagai jawaban dari
pertanyaan yang telah disusun sebelumnya
dalam pedoman wawancara.
2. Pengelompokan data observasi
Data yang didapatkan melalui observasi terdiri
dari berbagai macam. Adapun pengelompokan
data hasil observasi adalah sebagai berikut:
a) Data waktu pelaksanaan teknik
diskusi mubahatsah
b) Data dokumen peraturan, tata
tertib, dan petunjuk teknis
bagaimana melakukan teknik
diskusi mubahatsah.
c) Data foto dan atau video bagaimana
situasi dan kondisi saat teknik
diskusi mubahatsah berlangsung.
d) Data pencapaian mahasiswa berupa
karya tulis, untuk menunjukan
sejauh mana pengaruh dari teknik
diskusi mubahatsah ini.
3. Memeriksa (Editing)
Proses ini dilakukan setelah semua data yang
terkumpul melalui observasi dan wawancara.
Langkah pertama adalah memeriksa kembali
semua hasil wawancara. Apakah ada pertanyaan
yang belum dijawab atau ada pertanyaan penting
yang perlu ditanyakan ulang. Kedua, mengecek
ulang apakah dokumentasi hasil observasi sudah
cukup memenuhi kebutuhan penelitian.

50
Pilar Teduh

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Hawzah Ilmiah Khatamun
Nabiyyin Jakarta

Khatamun Nabiyyin Institute adalah lembaga


pendidikan islam berbasis Hawzah Ilmiah dengan
program studi Ma’arif Islamiah dan Bahasa Arab.
Lembaga ini didirikan pada tahun 2010 berada
dalam naungan Grand Ayatullah Wahid
Khurasani. Dengan kolaborasi berbagai sistem
dan program pendidikan terbaik. Khatamun
Nabiyyin mampu memberikan kualitas dan
kuantitas ilmiah secara optimal dan efisien hanya
dalam waktu 2 tahun. Lembaga ini ditunjang
dengan program pengkajian dan penghafalan Al-
Qur’an serta program pengembangan skill
intelektual seperti penelitian dan penulisan
ilmiah, diskusi, mengajar, dan leadership.
Disamping itu, ada pembinaan akhlak, spiritual,
kedisiplinan, dan kearifan lokal.
1. PROGRAM PENDIDIKAN

Program pendidikan Khatamun Nabiyyin


Institute menggunakan kurikulum Hawzah
ilmiah secara sistematis dengan beban studi
minimal 149 sks yang terdiri dari berbagai
bidang studi, diantaranya: Bahasa Arab,
Teologi, Logika, Sejarah Islam, Fiqh, Ushul
Fiqh, Ulum Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an, Ilmu

51
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Hadits, Perbandingan Agama dan Madzhab,


Filsafat, Irfan dan lain-lain.
2. PROGRAM TARBIYAH

Program Tarbiyah yakni pembinaan akhlak,


spiritual, kedisiplinan, dan kearifan lokal,
program ini meliputi pelaksanaan sholat
berjamaah, membaca Al-Quran, membaca doa
harian, mingguan dan bulanan, ceramah
harian, kedisiplinan, kerapian, bimbingan dan
pembinaan 24 jam, dan pengajian kitab
akhlak harian.

3. PROGRAM INTELLECTUAL SKILLS &


RESEARCH

Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin


menjalankan sejumlah program untuk
membentuk dan mengembangkan skill
intelektual para mahasiswa, seperti penelitian
ilmiah, penulisan ilmiah, diskusi mingguan,
stadium general (kuliah umum mingguan),
seminar, pengajaran, dan leadership.
4. DARUL QUR’AN

Darul Qur’an merupakan unit program


Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin dalam
mengawal aktivitas dan kegiatan Qur’ani para
mahasiswa. Program ini meliputi penghafalan
Al-Qur’an min. 2 juz, pembacaan Al-Qur’an
One Day One Juz, pengajaran dan perbaikan
bacaan Al-Qur’an, pelatihan guru Al-Qur’an,
dan pembimbingan bagi yang ingin menghafal
30 juz.

5. DARUL LUGHAH

52
Pilar Teduh

Bahasa Arab merupakan salah satu program


unggulan Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin.
Karena itu, Darul Lughah bertanggung jawab
dalam membimbing para mahasiswa secara
intensif dalam menguasai bahasa Arab baik
dalam membaca kitab, menterjemah kitab,
menulis, mengarang, dan berbicara dalam
bahasa Arab.

6. FASILITAS
a. Dua gedung asrama (terpisah mahasiswa-
mahasiswi)
b. Perpustakaan konvensional dan digital.
Buku-buku dengan 4 bahasa (Arab,
Indonesia, Inggris, Parsi)
c. Aula Auditorium
d. Laboratorium Komputer
e. Konsumsi Harian
f. Uang saku
g. Sarana olahraga34

34
Brosur penerimaan mahasiswa baru Hawzah Ilmiah
Khatamun Nabiyyin Jakarta terlampir

53
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Gambar 1: Brosur penerimaan


mahasiswa/i baru 2016-2017

7. Sejarah Berdirinya Hawzah Ilmiah


Khatamun Nabiyyin Jakarta

Berdasarkan hasil wawancara dengan


Ustadz Akbar Saleh selaku pimpinan
(terlampir), Hawzah ini terlahir berasal dari
cita-cita tokoh ulama dan sekaligus seorang
marja’ di Iran bernama Ayatullah Wahid
Khurasani yang senantiasa memprioritaskan
pendidikan dalam hidupnya, terutama

54
Pilar Teduh

pendidikan Islam. Beliau bahkan


berkeinginan membuka lembaga-lembaga
pendidikan Islam dengan sistem hawzah di
setiap negara-negara yang ada di dunia.
Motifnya tidak lain adalah berkaitan dengan
keyakinan akidah Ahlulbait Syiah Imamiyah,
yakni menunggu kedatangan Imam Zaman.
Ayatullah Wahid adalah guru dari Ustadz
Akbar Saleh, alumni Qum Iran. Ustadz Akbar
juga dekat dengan anaknya, yakni Muhsin
Wahid. Dari hubungan itulah, Ustadz Akbar
diberikan amanat oleh Ayatullah Wahid untuk
membuka Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin
di Indonesia. Pada saat itu, sebetulnya Ustadz
Akbar merasa keberatan menerima amanat
tersebut, karena dia masih ingin belajar di
Iran. Dia tidak berpikir sebelumnya, untuk
berkarir menjadi pimpinan hawzah. Dia sudah
berniat ingin pulang kampung ke Soppeng
Sulawesi Selatan dan berkarir di salah satu
pondok pesantren yang ada di sana.
Tapi, karena desakan dari guru yang sudah
mempercayainya, akhirnya dia terima itu dan
dia langsung menghubungi salah satu
seniornya dari Sulawesi yang pernah belajar
juga di Iran. Namanya Ustadz Ikhlas Budiman.
Beliaulah yang mengurusi segala administrasi
dan segala macamnya di Jakarta, sementara
dia masih belajar di Iran.
Kemudian setelah Ustadz Akbar pulang
dari Iran, pada tahun 2010, dia dan teman-
temannya Ustadz Ikhlas, Ustadz Hasan
Dalil, Ustadz Hasyim Adnan, dan Ustadz
Ahmad Hidayat, bersama-sama dalam satu
tim untuk membangun Hawzah Ilmiah
Khataman Nabiyyin Jakarta. Namun,
sampai sekarang hanya Ustadz Akbar yang
masih terus menjadi pengurus Hawzah ini,
sementara teman-temannya yang lain ada
kesibukan masing-masing.

55
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Pada awalnya, lembaga ini didirikan di


Condet Jakarta Timur, kemudian pindah
di Kebon Jeruk Jakarta Barat, lalu pindah
lagi, masih di sekitar Kebon Jeruk Jakarta
Barat, sempat pindah juga di Kelapa Dua,
kemudian kembali lagi di Jl. H. Domang No.
25 Kec. Kebon Jeruk-Jakarta Barat,
terakhir di Wisma Andini Jl. Munggang Kec.
Condet Jakarta Timur sampai dengan
sekarang. Jadi, selama ini Hawzah ini
sudah berpindah tempat sebanyak enam
kali. Dan sekarang gedung wisma Andini
tersebut sudah milik Hawzah sendiri.

Adapun visi dan misi Hawzah Ilmiah


Khatamun Nabiyyin Jakarta sebetulnya
kurang lebih sama dengan lembaga
pendidikan lain. Yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Namun, mungkin
Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin ini lebih
fokus pada pendidikan agama Islam.
Hawzah ini ingin mencetak generasi Islam
yang memiliki wawasan yang luas tentang
dunia keislaman. Adapun mata kuliah yang
diajarkan di sini antara lain; Logika,
Filsafat, Tasawuf, Irfan, Fiqh, Ushul Fiqh,
Tafsir dan ilmu alat bahasa Arab.

Bila dilihat karakteristiknya, Hawzah ini


memiliki ciri khas yang membedakan diri
dengan lembaga-lembaga pendidikan Islam
di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan Ustadz Akbar, lembaga ini
menggunakan metode Mubahatsah yang
diadopsi dari Hawzah-hawzah yang ada di
Iran, yang tidak kita temukan di pesantren-
pesantren, universitas, ataupun perguruan
tinggi di Indonesia. Hawzah ini konsep
pendidikannya masih tradisional. Namun

56
Pilar Teduh

bukan seperti pesantren. Sistem


pembelajaran menggunakan SKS (Sistem
Kredit Semester) kira-kira sebanyak 149,
ditempuh selama 2 tahun. Di hawzah ini,
mahasiswa semester empat wajib menulis
karya tulis ilmiah sebanyak empat karya.
Namun bukan skripsi. Karya tersebut
ditulis sebanyak 40 halaman. Adapun
temanya terdiri dari kalam jadid, khilafiyah,
tafsir, dan filsafat. Syarat utamanya, judul
tidak boleh sama.

Setiap mata kuliah yang diajarkan di


Hawzah, dibahas dengan detail dan rinci.
Hal ini berbeda dengan Universitas atau
perguruan tinggi yang hanya memberikan
wacana umum kepada mahasiswa untuk
dikaji secara mandiri atau didiskusikan
lebih lanjut secara berkelompok, kemudian
dosen memberikan tambahan. Karena,
secara bahasa saja kata ‘kuliah’ itu berasal
dari bahasa arab ‘Kullii’ artinya umum atau
universal. Itulah sebabnya di Universitas,
hanya memberikan wacana umum atau
dosen hanya memberikan referensi-
referensi, kemudian mahasiswa mencari
referensi-referensi tersebut. Sedangkan di
Hawzah, topik pelajaran dikaji secara
tuntas, bahkan ketika menemukan dalam
buku (kitab) panduannya sesuatu yang
rumit, dosen menjelaskan sampai berhari-
hari hingga jelas maksudnya. Sejauh ini,
hawzah sudah membuka empat cabang
selain di Jakarta yang menjadi pusatnya.
Yakni di Malaysia, Thailand, Jepang, dan
China akan menyusul. Begitulah profil
singkat Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin
Jakarta berdasarkan wawancara dengan

57
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

mudir Hawzah Ilmiah Khataman Nabiyyin


Jakarta, Ustadz Akbar Saleh.

Gambar 2: Sesi wawancara dengan Ustadz


Akbar Saleh selaku pipminan Hawzah
Ilmiah Khatamun Nabiyyin Jakarta.

B.Implementasi Metode Diskusi Mubahatsah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan


pimpinan Hawzah, Ustadz Akbar Saleh, pembina
asrama Ustadz Ajid, dosen tamu dari Qum-Iran Ustadz
Ridwan, serta mahasiswa, penulis mendapatkan
temuan implementasi metode mubahatsah adalah
sebagai berikut:

1. Waktu Mubahatsah
Berdasarkan data observasi yang penulis
dapatkan berupa jadwal kegiatan harian
mahasiswa Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin
(terlampir), waktu mubahatsah dilakukan dua kali
dalam sehari. Pertama, mubahatsah sore untuk
hari senin sampai dengan sabtu di mulai pukul
15.30 WIB sampai dengan pukul 16.45 WIB.
Kedua, mubahatsah malam untuk hari minggu
dan jumat di mulai pukul 20.00 WIB sampai

58
Pilar Teduh

dengan 21.30 WIB dengan keterangan waktu


normal. Bila ada ada jadwal ta’lim pada hari
minggu, senin, atau rabu, maka mubahatsah
malam akan dilakasanakan pukul 20.30 WIB
sampai dengan pukul 22.00 WIB. Jadi total
waktu setiap kali mahasiswa melakukan
mubahatsah baik sore ataupun malam kira-kira
satu jam tiga puluh menit.

Gambar 3: jadwal aktivitas harian dan


mubahatsah mahasiswa

59
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan


Ustadz Ajid selaku pembina asrama ikhwan
(terlampir), Waktunya kira-kira satu jam
setengah. Dua kali sehari, Setiap hari, kecuali
hari minggu. Untuk siang di mulai pukul 15.30
WIB sampai dengan 17.00 WIB. Kemudian malam
di mulai pukul 20.30 WIB sampai dengan 22.00
WIB.

Gambar 4: sesi wawancara dengan Ustadz Ajid


selaku pembina asrama putra

2. Penerapan Diskusi Mubahatsah

Jumlah peserta mubahatsah idealnya adalah


dua atau tiga orang. Jadi, bila membahas topik
yang diperdebatkan, kita bisa langsung membagi
satu pro, satu lagi kontra, sementara peserta
ketiga berposisi sebagai moderator atau
penengah. Namun, di hawzah ini, tidak mengikuti
yang ideal itu, biasanya mahasiswa berkumpul
lima sampai dengan enam orang untuk
membahas mata kuliah yang sudah dipelajari
sebelumnya atau yang akan dipelajari
selanjutnya. Kelompoknya sudah terbagi secara

60
Pilar Teduh

paten (terlampir). Namun bila ada ketidakcocokan


atau masalah tertentu, bisa di tukar. Namun,
meskipun kelompok tersebut sudah ditentukan
secara paten, kelompok itu tidak berlaku ketika
menjelang ujian semester. Mahasiswa diberikan
kebebasan untuk memilih belajar mandiri atau
belajar secara kelompok (bermubahatsah). Di hari
lainnya, aturan cara belajar dengan mubahatsah
tetap berlaku.

Gambar 5: Daftar pembagian kelompok


mubahatsah
Mubahatsah memiliki prinsip penting yang
tidak boleh hilang, yakni harus take (memberi)
and give (menerima). Dalam bermubahatsah,

61
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

komitmen itu sangat penting, tidak boleh vakum,


bila vakum, harus cepat diganti dengan orang
lain. Sebagaimana pada umumnya, aturan yang
bagus biasanya disertai dengan adanya hukuman
dengan tujuan terus menjaga konsistensi
program atau aturan tersebut. Begitupun dengan
mubahatsah ini, mahasiswa yang tidak
mengikutinya, maka sanksi yang diberikan bisa
berupa jalan jongkok, kebersihan, hingga cuci
piring. Adapun waktu maksimal mubahatsah,
sebaiknya dua jam saja. Masing-masing peserta
mubahatsah, dituntut harus tetap konsisten,
istiqomah, dan ulet.

Gambar 6: Sesi mubahatsah


Adapun peraturannya, dari satu kelompok itu,
ada satu orang yang membahas, yang lainnya
wajib mendengarkan. Begitu terus secara
bergantian. Bila ada beda pemahaman pada satu
materi, di sana mereka bisa diskusikan bersama-
sama. Untuk satu semester biasanya kelompok
mubahatsah dirolling, tapi kordinatornya tetap.
Kordinator ini bukan sebagai sentralnya. Tapi
sebagai kontroling pada saat mubahatsah, bukan
menguasai forum mubahatsah.

3. Kendala dalam sistem penerapan metode diskusi


mubahatsah

62
Pilar Teduh

Biasanya pada saat mubahatsah, ada yang aktif


dan ada yang tidak aktif. Padahal harapannya,
semuanya aktif ketika mubahatsah. Biasanya yang
tidak aktif ini karena dia tidak memahami materi di
kelas. Kemudian kendala lain adalah masalah
karakter mereka yang berbeda-beda. Ada yang
cocok dengan mubahatsah, dan ada yang tidak
cocok dengan metode mubahatsah. Terkadang
dalam satu kelompok mubahatsah, ada juga yang
hanya mengandalkan satu orang saja. Ada juga
yang egois, sehingga tidak mau memperhatikan
temannya ketika berbicara.

Peserta mubahatsah di sini sengaja dicampur


antara yang bisa menguasai pelajaran dengan cepat
dan bisa mengusai pelajaran dengan lambat. Agar
yang cepat menyerap pelajaran, bisa berbagi kepada
yang lambat menyerap pelajaran. Tujuannya agar
kemampuan mereka bisa merata. Yang sudah bisa,
bukan berceramah di saat mubahatsah, tetapi dia
juga mendengarkan temannya yang lain ketika
berbicara. Adapun terkait pembuat kebijakan
aturan dan tata tertib mubahatsah, yang berwenang
membuat adalah pembina. Sedangkan yang
menjalankan adalah dari Pensil (Pemuda Nusantara
Ilmiah) bagian keamanan.

Pemantauan dilakukan sesekali oleh pembina,


dan dari mahasiswa bagian keamanan yang sudah
terjadwal untuk menjaga jalannya mubahatsah baik
sore maupun malam (terlampir).

63
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Gambar 7: daftar pemantau pelaksanaan


mubahatsah

Hasil mubahatsah setiap harinya akan dievaluasi


di kelas. Masing-masing mahasiswa akan
ditanyakan oleh dosen mereka tentang mubahatsah
mereka sebelum memulai pelajaran di kelas.
Mahasiswa wajib untuk mengungkapkan apa yang
mereka dapatkan dari mubahatsah mereka. Seperti
itulah kendala dan solusi dari sistem penerapan
metode mubahatsah.

Gambar 8: sesi evaluasi hasil mubahatsah di dalam


kelas

64
Pilar Teduh

4. Keunggulan metode diskusi dengan teknik


mubahatsah
Masing-masing metode belajar memiliki keunggulan
dan kelamahan masing-masing. Adapun
keunggulan metode mubahatsah, berdasarkan hasil
temuan peneliti di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Mubahatsah membuat pelajar jadi produsen
ilmu, bukan hanya menjadi konsumen ilmu.
Selain dia mendapatkan ilmu, dengan
mubahatsah ini, memungkinkan dia juga bisa
menulis karya.
b. Mubahatsah membuat kita terlatih dalam
berpikir kritis, ulet, dan terbiasa dalam
menganalisa dan menyampaikan pandangan.
Karena terkadang kita paham, tapi kurang bisa
menyampaikan.
c. Dengan mubahatsah, kita bisa banyak mengerti
bahasa-bahasa ilmiah dari berbagai disiplin
ilmu seperti nahwu, sharaf, filsafat, ushul fiqh
dan bisa juga ilmu-ilmu lainnya.
d. Mental yang kuat ketika menjelaskan materi
pada temannya sendiri maupun orang lain.
e. Juga sebagai persiapan ujian dengan catatan-
catatan yang mereka dapatkan ketika
mubahatsah.
f. Ketika merasa kurang menguasai materi,
mubahatsah bisa dijadikan solusi untuk
melengkapi kekurangan tersebut.
g. Mubahatsah waktunya fleksibel.
h. Memungkinkan kemampuan menguasai materi
yang merata
i. Waktu belajar jadi lebih banyak
j. Pemahaman belajar jadi lebih meningkat
k. Mubahatsah membahas mata pelajaran yang
khusus, bukan yang umum. Sehingga lebih
fokus dalam penguasaan materinya.

65
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

l. Mubahatsah dapat melatih verbal, presentasi,


atau ceramah. Hal ini berkaitan dengan mental.
m. Akan ada nilai toleransi dalam berpendapat
pada peserta mubahatsah.
n. Mempraktekan langsung teori mantiq (logika)
jadal.

Gambar 9: sesi mubahatsah

5. Kekurangan metode mubahatsah


a. Mubahatsah tidak cocok untuk pelajar yang
terbiasa belajar sendirian.
b. Bila tingkat pengetahuan peserta mubahatsah
sangat jauh bedanya, maka tidak akan terjadi
dialog yang aktif. Bukannya take and give, yang
lebih pandai malah cenderung berceramah.
c. Bila tidak komitmen, kekonsistenan, dan
keuletan dari masing-masing peserta
mubahatsah, maka mubahatsah tidak akan bisa
berjalan secara efektif.
d. Mubahatsah rentan terjadi debat kusir atau
bahkan pertengkaran, bila tidak ada penengah
atau moderator yang baik.
e. Biasanya, bila peserta mubahatsah
pengetahuannya tidak merata, maka akan ada

66
Pilar Teduh

rasa saling mengandalkan satu orang yang


kemudian mendominasi.

C. Analisis Teori Taxonomi Bloom Terhadap


Implementasi Metode Diskusi dengan Teknik
Mubahatsah

Berdasarkan hasil temuan lapangan dengan


teknik pengumpulan data wawancara secara
mendalam (deep interview) dengan beberapa
narasumber dari mulai pimpinan, pembina, serta
mahasiswa Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin
Jakarta, pengaruh dari metode diskusi dengan
teknik mubahatsah ini sangat beragam. Bukan
hanya mencakup ranah kognitif tetapi juga pada
ranah afektif. Selanjutnya pengaruh-pengaruh
tersebut akan dianalisis dengan landasan teori
yang sudah dipaparkan sebelumnya yakni teori
taxonomi bloom.

Adapun secara random pengaruh-pengaruh dari


penerapan metode diskusi dengan teknik
mubahatsah ini adalah sebagai berikut:
1. Mubahatsah meningkatkan pemahaman
belajar mahasiswa.
2. Mubahatsah menambah daya kritis
mahasiswa.
3. Mubahatsah dapat melatih mental mahasiswa
untuk berani berbicara di depan umum.
4. Mubahatsah dapat dijadikan sebagai
persiapan menjelang ujian.
5. Mubahatsah dapat berfungsi sebagai salah
satu cara pembentukan karakter (character
building) yang baik seperti tidak egois, peduli
terhadap teman, tidak emosional, tidak
apatis, saling berbagi, toleransi dalam
berpendapat, dan menjaga solidaritas.

67
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

6. Mubahatsah efektif untuk melatih


kemampuan berbicara dan merangkum
pelajaran.
7. Mubahatsah dapat meningkatkan rasa
percaya diri mahasiswa.

Rangkaian mubahatsah yang sistematis meliputi


empat langkah yang harus ditempuh, sebagai
berikut:
a. membaca buku
b. belajar di dalam kelas
c. mendiskusikan hasil belajar
d. mengajarkan kepada yang lain

Langkah pertama dan kedua posisinya


disebut belajar secara pasif. Mahasiswa
hanya bertindak sebagai penerima (taker)
ilmu baik dari buku maupun dari guru di
kelas. Adapun langkah ketiga dan keempat
disebut belajar secara aktif. Mahasiswa
bertindak sebagai pemberi (giver) ilmu
kepada yang lain. Begitulah sistem metode
diskusi dengan teknik mubahatsah ini
berjalan. Langkah-langkah tersebut tidak
bisa diterapkan secara terpisah, melainkan
harus secara berurutan satu persatu dari
awal sampai akhir, dari pasif menjadi aktif.
Sehingga dengan begitu, ilmu yang
didapatkan oleh para pelajar bisa melekat
bertahan lama. Karena belajar yang baik
adalah ketika kita bisa mengajarkan ilmu
yang kita dapatkan kepada orang lain.

Sekarang mari kita terapkan teori taksonomi


bloom untuk menganalisis pengaruh metode
diskusi dengan teknik mubahatsah ini.

68
Pilar Teduh

Analisis akan ditampilkan dalam bentuk


tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.1 teori taksonomi bloom ranah


kognitif dan hasil temuan

Ranah Kognitif- Pengetahuan


(Knowledge)
No Kategori Penjelasan teori Hasil Temuan
1. Pengetahua Kemampuan Mahasiswa mampu
n menyebutkan atau memaparkan dan
menjelaskan menjelaskan kembali
kembali materi yang mereka
dapatkan dari kelas
Contoh:
dalam mubahatsah.
menyatakan
kebijakan
2. Pemahaman Kemampuan Mahasiswa dapat
memahami/instruk mengelaborasi materi
si masalah, yang mereka
menginterpretasika dapatkan dari kelas
n atau menyatakan kemudian mereka
kembali dengan dapat menyatakan
kata-kata sendiri kembali dengan kata-
kata sendiri hingga
Contoh:
timbul perdebatan
menuliskan
silang pendapat
kembalik atau
dalam mubahatsah.
merangkum
pelajaran
3. Penerapan Kemampuan Mahasiswa dapat
menggunakan menggunakan dan
konsep dalam menjalankan dengan
praktek atau baik aturan-aturan
situasi yang baru mubahatsah secara
tertulis dalam
Contoh:
praktek mubahatsah
menggunakan
sehari-hari.
pedoman/ aturan
dalam menghitung

69
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

gaji pegawai
4. Analisa Kemampuan Mahasiswa dapat
memisahkan menganalisa konsep-
konsep ke dalam konsep dalam ilmu
beberapa logika ketika
komponen untuk bermubahatsah
memperoleh untuk diterapkan
pemahaman yang kepada materi-materi
lebih luas atas kuliah yang lain.
dampak Terjadi interaksi,
komponen- dialog, dan debat
komponen ilmiah sehingga
terhadap konsep berdampak pada
tersebut secara pemahaman atau
utuh penguasaan materi
yang lebih matang.
Contoh:
menganalisa
penyebab
meningkatnya
harga pokok
penjualan dalam
laporan keuangan
dengan
memisahkan
komponen-
komponennya
5. Sintesa Kemampuan Mahasiswa dapat
merangkai atau merangkai atau
menyusun kembali menyusun kembai
komponen- materi-materi kuliah
komponen dalam yang sudah
rangka dimubahatsahkan
menciptakan dengan sistematis
arti/pemahaman/s dalam bentuk
truktur baru resume/rangkuman/
catatan kecil
Contoh: menyusun
sehingga terbentuk
kurikulum dengan
struktur baru dan
mengintegrasikan
berbeda dari apa
pendapat dan

70
Pilar Teduh

materi dari yang telah mereka


beberapa sumber dapatkan hanya dari
kelas.
6. Evaluasi Kemampuan Mahasiswa mampu
mengevaluasi dan mengevaluasi hasil
menilai sesuatu mubahatsahnya
berdasarkan sebelum memulai
norma, acuan atau mata kuliah baru di
kriteria kelas, serta menilai
materi-materi yang
Contoh:
mereka dapatkan
membandingkan
berdasarkan acuan
hasil ujian siswa
dan kriteria tertentu
dengan kunci
dari setiap pelajaran.
jawaban

Tabel 4.2 Tabel taksonomi bloom ranah


afektif dan hasil temuan
Ranah Afektif Sikap (Attitude)

No Kategori Penjelasan Hasil Temuan


1. Penerimaan Kemampuan untuk Mahasiswa dapat
menunjukan atensi menerima dan
dan penghargaan mengharagai
terhadap orang lain pendapat orang lain
(satu kelompok) ketika
Contoh:
terjadi perdebatan
mendengar
sengit pada saat
pendapat orang
bermubahatsah.
lain, mengingat
nama seseorang
2. Responsif Kemampuan Mahasiswa memiliki
berpartisipasi aktif daya kritis yang
dalam cukup tinggi untuk
pembelajaran dan menanyakan sesuatu
selalu termotivasi ketika di dalam kelas.
untuk segera Contoh : Pada saat
bereaksi dan studium generale,
mengambil mahasiswa begitu
tindakan atas aktif berdialog dengan

71
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

suatu kejadian Seyyed Mofid Hosseini


Kouhsari (Professor
Contoh:
doktor/mufassir dari
berpartisipasi
Iran)
dalam diskusi
kelas
3. Nilai yang Kemampuan Mahasiswa Hawzah
dianut (nilai menunjukan nilai Ilmiah Khatamun
diri) yang dianut Nabiyyin semuanya
adalah pecinta
untuk
ahlulbait. Oleh karena
membedakan
itu, nilai yang dianut
mana yang baik
berdasarkan ahlak
dan kurang baik
ahlulbait, doa yang di
terhadap suatu
baca adalah warisan
kejadian/obyek,
ahlul bait, semua
dan nilai tersebut
kebaikan itu mereka
diekspresikan
ekspresikan dalam
dalam perilaku.
perilaku sehari-hari
Contoh: baik pada ranah
Mengusulkan intelektual, moral,
kegiatan Corporate dan spiritual. Dalam
Social hal ini yang lebih
Responsibility dominan adalah nilai
sesuai dengan nilai spiritualnya.
yang berlaku dan
komitmen
perusahaan.
4. Organisasi Kemampuan Mahasiswa Hawzah
membentuk sistem Ilmiah Khatamun
nilai dan budaya nabiyyin memiliki
organisasi dengan organisasi setingkat
mengharmonisasik BEM di kampus lain,
an perbedaan nilai. mereka menamakan
dirinya PENSIL
Contoh:
(Pemuda Nusantara
Menyepakati dan
Ilmiah). Terbagi
mentaati etika
menjadi 5 divisi; Divisi
profesi, mengakui
Kerohanian, Bahasa,
perlunya
Keamanan, Koperasi,
keseimbangan

72
Pilar Teduh

antara kebebasan dan


dan tanggung Kerumahtanggaan.
jawab
5. Karakterisas Kemampuan Mubahatsah
i mengendalikan memberikan efek
perilaku kepada mahasiswa
berdasarkan nilai dalam pembentukan
yang dianut dan karakter (character
memperbaiki building) baik secara
hubungan interpersonal maupun
intrapersonal, intrapersonal. Dari
interpersonal dan mubahatsah mereka
social. menjadi tidak egois,
lebih peduli terhadap
Contoh:
teman, tidak
Menunjukkan rasa
emosional, tidak
percaya diri ketika
apatis, saling berbagi
bekerja sendiri,
ilmu, toleransi dalam
kooperatif dalam
berpendapat, dan
aktivitas kelompok
menjaga solidaritas
meskipun dari suku
yang berbeda-beda.

Dari tiga klasifikasi yang menjadi


indikator kemampuan pelajar dalam proses
pembelajaran. Ranah Kognitif- Pengetahuan
(Knowledge), Ranah Afektif- Sikap (Atittude),
dan Ranah Psikomotorik-Keterampilan
(Skills). Mubahatsah hanya berpengaruh pada
ranah kognitif dan afektif.

BAB V
PENUTUP

73
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas,
dapat disimpulkan dari penelitian ini terdapat
dua pembahasan penting. Yang pertama adalah
tentang bagaimana implementasi mubahatsah
dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa
Hawzah Ilmiah Khatamun Nabiyyin Jakarta. Dan
kedua, sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan
setelah mahasiswa menerapkan metode diskusi
dengan teknik mubahatsah tersebut.

Implementasi mubahatsah di Hawzah


Ilmiah Khatamun Nabiyyin terpantau sangat baik.
Ada pembagian waktu yang jelas, pembagian
kelompok yang merata, tata cara dan peraturan
yang tertib, pengawasan yang baik dari pembina
maupun mahasiswanya sendiri, hukuman yang
mendidik, serta evaluasi hasil mubahatsah yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, mubahatsah ini
terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil
belajar mahasiswa Hawzah Ilmiah Khatamun
Nabiyyin Jakarta baik secara akademik (ranah
kognitif) maupun non-akademik (ranah afektif).

Adapun pengaruh mubahatsah terhadap


hasil belajar mahasiswa ternyata sangat beragam.
Diantaranya, secara akademik (kognitif)
pemahaman mahasiswa dalam menguasai
pelajaran meningkat yang berefek pada nilai
indeks prestasi dan mampu menghasilkan karya
tulis ilmiah. Sedangkan secara non-akademik
(afektif), meningkatnya daya kritis mahasiswa
dalam bertanya ataupun menangkap pelajaran,
pembentukan karakter yang baik, meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, meningkatkan rasa
percaya diri mahasiswa, menumbuhkan sikap
toleransi dalam berpendapat, menumbuhkan

74
Pilar Teduh

solidaritas, serta membantu mahasiswa dalam


berpikir ilmiah, rasional, dan logis. Tidak heran
bila pada semester akhir mereka mampu menulis
4 karya tulis ilmiah dengan tema berbeda-beda.
Kalam Jadid, Khilafiyah, Tafsir, dan Filsafat.

B. SARAN
Setelah melakukan penelitian tentang
implementasi metode diskusi (mubahatsah)
berikut pengaruhnya di Hawzah Ilmiah
Khatamun Nabiyyin, peneliti memiliki saran
sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan kepada lembaga
pendidikan Hawzah Ilmiah Khatamun
Nabiyyin Jakarta agar lebih terbuka baik
kepada lembaga yang satu visi dan misi
dengan Hawzah secara khusus, ataupun
lembaga pendidikan Islam secara umum guna
memperkaya jaringan, peningkatan kualitas
akademis (kognitif), ataupun non-akademis
(afektif) guna peningakatan daya saing yang
dinamis.
2. Peneliti juga menyarankan kepada lembaga
pendidikan Hawzah Ilmiah Khatamun
Nabiyyin Jakarta agar membuka cabang lagi
di 33 provinsi se-Indonesia. Karena peneliti
melihat ada potensi yang luar biasa dengan
adanya cabang di Malaysia, Thailand, Jepang,
dan akan menyusul Cina. Pola pendidikan
agama Islam dengan sistem khas ala Hawzah
Ilmiah Khatamun Nabiyyin sepertinya sangat
dibutuhkan di Indonesia.
3. Hasil dari laporan penelitian ini berhasil
mengungkap kendala dan kekurangan dari
proses penerapan mubahatsah ini, selain
banyak kelebihan dan keunggulannya.
semoga pihak pengurus lembaga pendidikan

75
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

Hawzah dapat menutupi berbagai kendala


dan berbagai kekurangan tersebut sehingga
lebih optimal dan lebih baik lagi.

Dari penelitian ini, peneliti


merekomendasikan kepada peneliti
selanjutnya agar meneliti metode mubahatsah
dengan tujuan menguji metode mubahatsah
ini pada lembaga pendidikan agama maupun
umum yang lain. Kemudian sejauh manakah
efektivitasnya setelah metode ini diterapkan
pada lembaga pendidikan yang berbeda
tersebut.

76
Pilar Teduh

Tentang Penulis

Jamal. Lahir di
daerah pesisir
pantai utara
Desa Pabean
Ilir, Blok Tegur
RT. 20. RW. 05.
N0 47. 45219
Kecamatan
Pasekan,
Kabupaten
Indramayu,
Jawa Barat
pada hari
Jum’at 22 April
1994. Riwayat
pendidikan
dasar, penulis
tempuh di SDN Pabean Ilir III. Kemudian penulis
melanjutkan di SMPN 1 Pasekan. Setelah itu, penulis
mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan
pendidikan di Islamic Boarding School SMA Unggulan
Da’i An-Nur. Penulis pernah menjadi peserta pemilihan
murid berprestasi Indramayu mewakili SD hingga SMP.
Ketika SMP, penulis aktif dalam organisasi siswa intra
sekolah (osis) sebagai ketua dan ekstrakurikuler
Pramuka. Begitupun ketika SMA, penulis juga sempat
aktif dalam osis sebagai ketua dan ekstrakurikuler
paskibra, Beladiri Tarung Derajat, dan sebagai vokalis
grup band bernama Adventure hingga berhasil meraih
juara 1 tingkat pelajar nasional di Universitas Indonesia,
pada peringatan Geography-Festival tahun 2012. Selain
tertarik pada seni musik, penulis juga hobi menulis puisi
dan syair. Beberapa karya lagu telah dibuat di studio
rekaman. Selain itu, satu film yang penulis bintangi
sendiri berjudul “Bingkisan An-Nur” juga sudah bisa di
tonton di channel Youtube. Saat ini, penulis aktif di
organisasi Forum Himpunan Mahasiswa (FHM) Sadra
sebagai ketua, pengurus Himpunan Mahasiswa Islam

77
Metode Belajar Dengan Teknik Diskusi

(HMI) Komisariat Sadra Fatmawati, Komunitas Pemuda


Nusantara (PENA), Sekolah Politik Kerakyatan Parta
Amanat Nasional (SPK-PAN), Barisan Muda (BM) PAN,
serta komunitas seni Teatrikal dan Satra (Teras).
Beberapa prestasi telah diraih oleh penulis. seperti juara
IV olimpiade geografi tingkat kabupaten Indramayu, dan
mewakili kabupaten tersebut berlomba di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), Juara 1 Puisi dan Cerpen
tingkat SMA Unggulan Da’i An-Nur, Juara 1 Adzan di
SMA yang sama, peringkat akademik 1 SDN Pabean Ilir
III, SMPN 1 Pasekan, dan SMA Unggulan Da’i An-Nur,
Juara 1 Logic Contest STFI Sadra, Juara 1 Orasi STFI
Sadra, dan Juara 2 Futsal STFI Sadra.

78
Pilar Teduh

79

Anda mungkin juga menyukai