Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326988214

META-ETNOGRAFI BUDAYA PERSALINAN DI INDONESIA META-


ETHNOGRAPHY OF DELIVERY CULTURES IN INDONESIA

Article · January 2018

CITATIONS READS

0 387

2 authors, including:

Zulfa Auliyati Agustina


National Institute of Health Research and Development
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Hukum Kebijakan Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan Dan Pangan Siap Saji View
project

All content following this page was uploaded by Zulfa Auliyati Agustina on 13 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


META-ETNOGRAFI BUDAYA PERSALINAN DI INDONESIA

META-ETHNOGRAPHY OF DELIVERY CULTURES IN INDONESIA

Weny Lestari dan Zulfa Auliyati Agustina


Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan
Badan Litbangkes Kemenkes RI
weny716@gmail.com

Abstract
Indonesia’s Maternal Mortality Rate (MMR) was 305 per 100,000 live births. Various Maternal and Child
Health Care’s programs have been implemented for decades but the MMR still in a stagnant level. Culture is
seen as important factors for the succeed or failure behind the maternal and child care’s program.This study
used meta-etnography analysis on 22 books of Health EthnographyResearch in 2012-2015 by comparing the
meaning of safe motherhood from the community and the MCH program. The results showed that socio-cultural
in community and the competence of health worker were factors that related to safe motherhood. Delivery
culture’s themes showed 7 items: (1)the meaning of delivery, (2)birth attendant, (3)taboo, (4)the value of the
fortune having many children, (5)the role of family in delivery’s decision making, (6) physical environment, and
(7) health worker’s personality.Maternal and child health care could be improved by involving communities and
traditional midwife. It was also important to teach heatlh workers about cross-cultural understanding, cultural
communication, and public health behavior.
Keywords: Maternal and Child Health Care, Culture, Safe Motherhood

Abstrak
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) telah dilaksanakan dalam beberapa dekade tidak juga menurunkan AKI. Ditengarai masalah budaya
kesehatan sebagai faktor dalam keberhasilan atau kegagalan program dan anggaran yang telah dicanangkan.
Kajian ini menggunakan metode meta-etnografi untuk membandingkan antara pemaknaan persalinan aman
menurut masyarakat dengan versi berdasarkan program KIA. Meta-etnografi dilakukan pada 22 buku Riset
Etnografi Kesehatan bertema KIA. Hasil meta-etnografi menunjukkan bahwafaktor sosial budaya masyarakat
dan tenaga kesehatan yang berkompeten masih menjadi masalah terkait persalinan aman. Budaya cukup
berpengaruh pada pola persalinan yang dilakukan oleh ibu dan keluarga. Muncul 7 tema budaya persalinan yaitu
(1) makna persalinan, (2) penolong persalinan, (3) tabu, (4) nilai banyak anak banyak rejeki, (5) peran keluarga
dalam pengambilan keputusan persalinan, (6) lingkungan fisik, dan (7) personal tenaga kesehatan. KIA dapat
ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat dan dukun bayi, serta melatih tenaga kesehatan tentang pemahaman
lintas budaya, komunikasi budaya, dan perilaku kesehatan masyarakat.
Kata kunci: Kesehatan Ibu dan Anak, Budaya, Persalinan Aman

Pengantar persalinan dilakukan sendiri oleh ibu hamil.


Penolong persalinan, baik itu dukun maupun
Persalinan dan kelahiran merupakan
bidan, seringkali hanya diperlukan perannya saat
bagian penting dari siklus kehidupan manusia
proses persalinan sudah selesai, seperti
(life cycle). Pada beberapa budaya etnis di
memotong tali pusar, membersihkan bayi atau
Indonesia, peristiwa persalinan bagi ibu hamil
saat ibu bersalin mengalami kesulitan dalam
dianggap sebagai suatu proses penting yang
proses persalinan.
sakral melibatkan pandangan dunia mikro dan
makro seorang manusia dalam budayanya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
Dengan demikian proses kelahiran dianggap berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus
alamiah, terjadi pada setiap perempuan yang (SUPAS) tahun 2015 adalah 305 kematian per
hamil dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 100.000 kelahiran hidup (Badan Litbangkes
Wajar jika ditemukan ada beberapa tradisi di Kemenkes RI, 2016). Sejak berpuluh tahun lalu,
beberapa masyarakat yang memungkinkan program-program Kesehatan Ibu dan Anak

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 49


(KIA) telah banyak dilaksanakan untuk menjadi salah satu faktor risiko penyebab
menurunkan AKI dan Angka Kematian Bayi kematian ibu dan anak di Indonesia.
(AKB).AKI penurunannya dari tahun ke tahun
Puslitbang Humaniora dan Manajemen
tidak signifikan dan berjalan lambat, bahkan
Kesehatan Badan Litbangkes Kementerian
meleset dari target capaian yang ditetapkan
Kesehatan RI telah melaksanakan beberapa kali
MDGs yaitu 102 kematian per 100.000 kelahiran
riset etnografi kesehatan bertema KIA. Metode
hidup. Mengapa hal tersebut di atas sulit
kualitatif (etnografi kesehatan) digunakan
diatasi?Selain kerja keras untuk mencapai target
dengan tujuan menangkap budaya persalinan
MDGs, adakah faktor budaya yang berperan?
yang ada di masyarakat. Hasil Riset Etnografi
Penyebab kematian ibu terbanyak pada Kesehatan tahun 2012-2015 menunjukkanbahwa
tahun 2013 berdasarkan data dari Direktorat persalinan yang dilakukan sendiri atau ditolong
Kesehatan Ibu yang disajikan oleh Pusat Data dukun terjadi karena faktor sosial budaya
dan Informasi adalah kasus perdarahan (35,1%), masyarakat setempat dan adaptasi masyarakat
hipertensi (21,5%),dan infeksi (5,8%)(Kemenkes dengan kondisi lingkungan. Tulisan ini bertujuan
RI, 2014). Pemerintah berusaha menangani untuk memaparkan hasil kajian tersebut dengan
masalah tersebut dengan mengembangkan program menggunakan metode meta-etnografi.
Safe Motherhood, yaitu persalinan aman oleh
Meta-etnografi menurut Britten, et al.
tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas
(2002) merupakan metode sintesis yang
pelayanan kesehatan. Keinginan ini diamanatkan
memberikan alternatif induksi dan interpretasi
melalui Undang-Undang Republik Indonesia
pada penelitian-penelitian kualitatif, dalam hal
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
ini adalah penelitian etnografi kesehatan ibu dan
126 yang isinya menyatakan bahwa upaya
anak. Produknya adalah sintesis dari translasi
kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga
antar studi-studi yang mendorong peneliti untuk
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan
memahami dan mentransfer ide, konsep, dan
generasi yang sehat dan berkualitas serta
metafora lintas studi yang berbeda.Translasi
mengurangi angka kematian ibu. Untuk mewujudkan
adalah menerjemahkan ulang pemaknaan dari
hal tersebut, pemerintah menjamin ketersediaan
beberapa studi yang memiliki tema sama dalam
tenaga, fasilitas, alat, dan obat dalam
bentuk yang timbal balik. Translasi dalam meta-
penyelenggaraan pelayanan kesehatanibu secara
etnografi inilah yang membedakannya dari
aman, bermutu, dan terjangkau.
metode telaah literatur pada umumnya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Keunggulan translasi adalah memperbolehkan
menunjukkan bahwa persalinan di fasilitas perbandingan antara studi yang berbeda tetapi
kesehatan adalah sebesar 70,4%dan masih tetap mempertahankan struktur hubungan antar
terdapat 29,6%persalinan dilakukan di rumah konsep dan menekankan keutuhan makna.
atau lokasi lainnya. Penolong persalinan oleh Interpretasi dan eksplanasi pada studi asli
tenaga kesehatan yang kompeten (dokter spesialis, diperlakukan sebagai data dan ditranslasi
dokter umum, dan bidan) mencapai 87,1% dan kembali dengan beberapa studi yang lain
sisanya 12,9% penolong persalinan dilakukan sehingga menghasilkan sebuah sintesis. Ada tiga
oleh selain tenaga kesehatan (melahirkan sendiri cara dalam mensitesis studi-studi yang berkaitan
di rumah dan/atau dengan pertolongan dukun) satu sama lain, yaitu (1) Secara langsung
(Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014). membandingkan sebagai translasi timbal balik,
(2) Secara oposisi sebagai translasi penyangkalan
Masih adanya persalinan yang dilakukan
satu dengan yang lain, dan (3) Mengambil semua
sendiri oleh ibu atau ditolong oleh dukun terjadi
bersama-sama untuk mewakili argumen yang
karena masih kuatnya peranan adat dan budaya
sejalur
masyarakat padabeberapa wilayah di Indonesia.
Selain sebagian dikarenakan oleh masalah akses Tulisan ini dihasilkan dari metode meta-
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak etnografi terhadap 22 buku Seri Riset Etnografi
terjangkau, berbagai alasan lain seperti faktor Kesehatan yang diterbitkan oleh Puslitbang
ekonomi, sosial, dan budaya yang melatarbelakangi Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan
pilihan ibu untuk melakukan persalinan sendiri Litbangkes Kementerian Kesehatan RI pada
atau ditolong oleh dukun. Persalinan yang tidak tahun 2012, 2014, dan 2015. Analisis dilakukan
ditolong oleh tenaga kesehatan dan tidak pada 22 buku Seri Riset Etnografi Kesehatan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (REK) yang bertema KIA dengan klasifikasi

50 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018


pemaknaan utama adalah persalinan aman. dilakukan dalam upaya mengurai masalah dan
Pemaknaan persalinan aman di level masyarakat potensi kesehatan yang muncul karena faktor
kemudian dibandingkan dengan pemaknaan budaya. Gap yang terurai bisa terjembatani, dan
persalinan aman versi program KIA pemerintah, diharapkan bisa menjadi masukan kebijakan
yaitu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan dan program KIA. Kebijakan program agar memper-
dilakukan ditempat fasilitas kesehatan. Melalui timbangkan budaya masyarakat dan tetap
pembacaan klasifikasi utama tersebut, kemudian berkesinambungan.Tabel.1 di bawah ini adalah
dilakukan sintesis klasifikasi, sehingga 22 judul buku hasil REK tema KIA, nama
memunculkan klasifikasi budaya persalinan, penulis, dan tahun terbit yang disintesis dengan
penolong persalinan, dan nilai-nilai terkait metode meta-etnografi.
persalinan (ritual dan keyakinan). Sintesis

Tabel 1
22 Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2012-2015
Nomor
Judul Buku Penulis
Naskah
2012
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Lestari, W.,et al., 2012) 12
Etnis Toraja, Kecamatan Sa’dan, kabupaten Toraja Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Widyasari, R., et al., 2012) 6
Etnis Madura Desa Jrangoan, Kecamatan Omben, Kabupaten
Sampang, Provinsi Jawa Timur
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Fitriyanti, Y., et al., 2012) 9
Etnis Gayo, Desa Tetinggi, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi
Nangro Aceh Darussalam
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Handayani, S., et al., 2012) 14
Etnis Gorontalo. Desa Imbodu, Kecamatan Randangan,
Kabupaten Pohuwato, Prov. Gorontalo
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Indrawati, L., et al., 2012) 11
Etnis Mamasa. Desa Makuang Kecamatan Messawa
Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Kristiana, L., et al., 2012) 5
Etnis Jawa Desa Gading Sari Kecamatan Sanden Kabupaten
Bantul
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Kurniawan, A., et al., 2012) 22
Etnis Ngalum Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Kurniawan, S.A., et al., 2012) 20
Etnis Bali Banjar Banda Desa Saba Kecamatan Blahbatu
Kabupaten Gianyar
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Manalu,H.S., et al., 2012) 10
Etnis Nias Desa Hilifadolo Kecamatan Lolowa’u Kabupaten
Nias Selatan
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Permana, M., et al., 2012) 16
Etnis Alifuru Seram. Ds Waru Kec. Bula Kab. Seram Bagian
Timur, Prov. Maluku
Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak, Etnis (Raflizar, et al., 2012) 19
Manggarai, Desa Wae Codi, Kecamatan Cibal, Kabupaten
Manggarai, Prov. Nusa Tenggara Timur
Buku Seri Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak, (Syarifah, N., et al., 2012) 17
Etnis Dayak, Desa Dirung Bakung, Kabupaten Murung Raya
2014
Goyangan Lembut Jemari Dukun Bayi Oyog,Etnis Jawa, (Yuhandani, D.S., et al., 2014) 3
Kabupaten Cirebon
Balutan Pikukuh Persalinan Baduy, Etnis Baduy Dalam, (Ipa, M., et al., 2014) 4
Kabupaten Lebak
Hembusan Topo Tawui dalam Persalinan. Etnis Kaili Da’a, (Handayani, S., et al., 2014) 14
Kabupaten Mamuju Utara

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 51


Nomor
Judul Buku Penulis
Naskah
Perempuan Muyu dalam Pengasingan. Etnis Muyu, Kabupaten (Laksono, A.D., et al., 2014) 21
Boven Digoel
Benteng Tradisi Bumi Serasan Sekate Etnis Anak Dalam, (Sari, I.D., et al., 2014) 7
Kabupaten Musi Banyuasin
2015
Maparaji dalam Lingkaran Hidup: Perempuan di Desa (Purwanto. E., et al., 2015) 1
Panyusuhan, Etnis Sunda, Kabupaten Cianjur
Belenggu Kokolot: Pada Ibu Hamil dan Melahirkan,Etnis (Ramadhan. A., et al.,2015) 2
Sunda, Kabupaten Pandeglang
Daun Ro’Hili dan Air Gula Sabu Penyambut Bayi Baru Lahir, (Nggoalemo, R., et al., 2015) 18
Etnis Sabu, Kabupaten Sabu Raijua
Gia Biang Perawat Bayi di Pulau Obi, Etnis Tobelo, (Putra, S., et al., 2015) 15
Kabupaten Halamahera Selatan
Ibu dan Bayi, dalam Cengkeraman Penyakit Burung, Palasik (Saputra, F., et al., 2015) 8
dan Tatagua, Etnis Minangkabau, Jorong Sariak, Kecamatan
Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat

tentang kehamilan, persalinan, penolong persalinan,


22 buku Seri REK bertema KIA dibaca
dan tentang nilai anak dalam suatu keluarga. Hal
untuk mencari kesamaan tema utama tentang
tersebut berbeda dengan pandangan pemegang
persalinan aman. Buku Seri REK tahun 2012
program KIA yang menyatakan bahwa persalinan
terdapat 12 buku, tahun 2014 5 buku, dan tahun
harus direncanakan mulai awal dengan melakukan
2015 5 buku. Total ada 22 wilayah kabupaten
pemeriksaan dan bersalin ditempat fasilitas
dengan 8 pembagian regional kepulauan yaitu
pelayanan kesehatan yang ditolong oleh tenaga
Jawa (5 kabupaten), Sumatera (4 kabupaten),
kesehatan.
Sulawesi (4 kabupaten), Maluku (4 kabupaten),
Kalimantan (4 kabupaten), Nusa Tenggara (2 Riset etnografi budaya kesehatan telah
kabupaten), Bali (1 kabupaten), Papua (2 dilaksanakan di 22 wilayah kabupaten di
kabupaten). Indonesia. Hasil rieset menunjukkan bahwa
masyarakat dengan latar belakang etnis dan
Meta-etnografi Budaya Persalinan di budaya berbeda, memiliki pemahaman tersendiri
Indonesia terkait persalinan. Demikian halnya dengan
pandangan tentang tenaga kesehatan yang
Faktor sosial budaya masyarakat dan
kompeten juga mempengaruhi keputusan tempat
tenaga kesehatan yang berkompeten masih
ibu akan bersalin. Hal itu seperti dipaparkan
menjadi masalah terkait persalinan aman.
pada tabel 2 berikut.
Masyarakat memiliki konsep dan nilai sendiri

Tabel 2
Determinan Budaya Persalinan pada 20 etnis di Indonesia
No.
Regional Kabupaten Etnis Determinan Sosial Budaya Kesehatan
Naskah
Jawa 1 Cianjur Sunda  Persalinan ditolong oleh dukun bayi Bidan
2 Pandeglang Sunda tidak selalu ada dan pendekatan
3 Cirebon Jawa interpersonal kurang
4 Lebak Baduy Dalam  Akses jalan desa buruk
5 Bantul Jawa  Biaya persalinan di dukun lebih murah.
6 Sampang Madura  Merasa lebih nyaman dan lebih murah
melahirkan di rumah.
 Kehamilan di usia muda (kurang dari 20
tahun) dan Kurang Energi Kronis (KEK)
 Pijat hamil oleh dukun bayi
 Proses persalinan sendiri tanpa dibantu
dukun/tenaga medis. Tenaga medis
dipanggil ketika mengalami kesulitan
selama proses melahirkan.
 Paritas dan jarak antar kehamilan yang
terlalu dekat karena menolak KB

52 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018


No.
Regional Kabupaten Etnis Determinan Sosial Budaya Kesehatan
Naskah
 Anggapan banyak anak banyak rejeki
Sumatera 7 Musi Anak Dalam  Tabu persalinan di tenaga kesehatan karena
Banyuasin memperlihatkan organ intim.
8 Pasaman Barat Minangkabau  Akses terpencil
Gayo Lues  Periksa hamil dan melahirkan ke dukun.
9 Nias Selatan Gayo  Penggunaan obat tradisional pasca
10 Nias melahirkan.
Sulawesi 11 Mamasa Mamasa  Persalinan sendiri atau ditolong dukun.
12 Toraja Utara Toraja  Tabu memperlihatkan organ kewanitaan,
13 Mamuju Utara Kaili Da’a sehingga ibu hamil memilih persalinan di
Pohuwato dukun yang tidak membuka organ
14 Gorontalo kewanitaan.
 Ketidakpercayaan terhadap tenaga
kesehatan yang muda.
 Ketidaknyamanan melahirkan di fasilitas
kesehatan.
 Melahirkan harus diluar rumah, dibuatkan
pondok kecil yang ditentukan letaknya oleh
topo tawui (dukun).
Maluku 15 Halmahera Tobelo  Persalinan dirumah dengan bantuan dukun
Selatan (mama biang).
16 Seram Bagian Alifuru Seram  Keterpencilan, akses terhadap fasilitas
Timur kesehatan, tenaga kesehatan, dan informasi
kesehatan minim.
 Tidak nyaman melahirkan di fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan.
 Tenaga kesehatan yang ada enggan turun ke
masyarakat untuk memberikan pelayanan
kesehatan dengan alasan topografi dan
transportasi.
Kalimantan 17 Murung Raya Dayak  Persalinan ke dukun karena akses ke
fasilitas kesehatan sulit.
 Ketiadaan tenaga kesehatan.
Nusa 18 Sabu Raijua Sabu  Melahirkan sendiri di rumah dengan alat
Tenggara tidak steril.
19 Manggarai Manggarai  Bidan tidak ada di desa (Pustu kosong),
melahirkan dengan didampingi dukun
(Banni Deo).
 Akses terhadap pelayanan kesehatan cukup
sulit.
 Suami/Keluarga tidak terlalu peduli dengan
kehamilan istri.
 Posisi melahirkan berjongkok atau
telentang.
Bali 20 Gianyar Bali  Peran lembaga adat tiap banjar
Papua 21 Boven Digoel Muyu  Wanita yang melahirkan harus diasingkan
Pegunungan karena adanya kepercayaan bahwa darah
22 Bintang Ngalum persalinan itu kotor dan merupakan
pantangan.
Total 22 Lokasi 20 Etnis

22 buku REK di atas terbagi menjadi 8 (etnis Dayak), Nusa Tenggara 2 etnis (etnis Sabu
regional kepulauan dan terdapat 20 etnis. dan Manggarai), Bali 1 etnis (etnis Bali), dan
Regional Jawa 4 etnis (etnis Jawa, Sunda, Baduy Papua 2 etnis (Etnis Muyu dan Ngalum). Dari
Dalam, dan Madura), Sumatera 4 etnis (Etnis determinan sosial budaya kesehatan pada tabel 2
Anak Dalam, Minangkabau, Gayo, dan Nias), bisa diklasifikasikan dalam tema budaya utama
Sulawesi 4 etnis (etnis Toraja, Mamasa, Kaili yang kemudian muncul sub tema sebagai
Da’a, dan Gorontalo), Maluku 2 etnis (etnis translasi dari tema utama, seperti pada tabel 3 di
Tobelo dan Alifuru Seram), Kalimantan 1 etnis bawah ini.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 53


Tabel 3
Klasifikasi Tema Budaya Persalinan 22 Buku REK
Tema Budaya Persalinan Sub Tema Nomer Naskah
Makna persalinan  Melanjutkan generasi 1 s/d 22
 Kenyamanan dan psikologis ibu 1 s/d 22
 Alamiah dan biasa 1 s/d 22
Penolong persalinan  Peran sosial dukun bayi di Paraji/Maparaji (1,2,3),
masyarakat To’Mappakianak (11,12), Bidan
Kampong (7,8,9), Mama Biang
(15), Hulanggo (14) , Topo Tawui
(13), Banni Deo (18), dukun (19)
 Dukun bayi melayani pemijatan 1 s/d 22
ibu hamil dan perawatan pasca
persalinan
 Kepercayaan kepada bidan rendah 1, 2, 3, 4, 6 s/d 19, 21, 22
Tabu  Persalinan dilakukan sendiri 4,12,14,18, 21, 22
 Tabu memperlihatkan organ intim 12, 14, 21, 22
kepada orang luar
 Darah perempuan melahirkan 13, 14, 21, 22
dianggap kotor harus bersalin di
luar rumah
 Kepercayaan terhadap gangguan 2, 8, 12, 13, 17
dari luar (gaib) apabila tidak
mematuhi anjuran tetua
Nilai banyak anak banyak  kehamilan usia muda 3,4,6,12, 15
rejeki
 penolakan program KB 6,9,12
Peran keluarga dalam  Peran lembaga adat, tetua keluarga 1,4,13, 14, 15, 18, 20, 21, 22
pengambilan keputusan
persalinan
 Posisi perempuan dalam keluarga 1,2,4,6, 8, 21, 22
yang patuh pada keputusan
keluarga
Lingkungan fisik  Akses Fasyankes dan tenaga 1 s/d 6, 20
kesehatan terjangkau
 Akses Fasyankes dan tenaga 7 s/d 19, 21,22
kesehatan tidak terjangkau
 Sarana prasarana minim 7 s/d 19, 21,22
Personal Tenaga Kesehatan  Kompetensi bidan kurang 1 s/d 19, 21,22

perempuan adalah hal yang biasa dan alamiah.


Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
Dari pemahaman itu, terlihat tidak terdapat
budaya masyarakat di 22 lokasi REK pada 20
kekhawatiran akan komplikasi kehamilan atau
etnis cukup berpengaruhterhadap pola persalinan
masalah dalam persalinan. Pendampingan dari
yang dilakukan oleh ibu dan keluarga. Dari
keluarga dan kepatuhan terhadap aturan-aturan
meta-etnografi muncul 7 tema budaya persalinan
adat yang berlaku juga merupakan faktor yang
yaitu: (1) Makna persalinan, (2) Penolong persalinan,
memberi rasa aman dan nyaman bagi ibu
(3) Tabu, (4) nilai banyak anak banyak rejeki,
bersalin.
(5) Peran pandangan keluarga dalam pengambilan
keputusan persalinan, (6) Lingkungan Fisik, dan Fungsi dari persalinan adalah untuk
(7) Personal tenaga kesehatan. melanjutkan generasi kesukuan. Ritual dan
proses persalinan dalam budaya masyarakat
Budaya Persalinan di Indonesia adalah simbol dari keberlangsungan suatu suku
bangsa atau etnis tertentu. Seperti yang
Pemaknaan Persalinan Aman
diungkapkan oleh Turner bahwa keselamatan
Kelompok sosial yang ada di 22 lokasi atau kemalangan dalam proses kehamilan
REK menyatakan bahwa persalinan bagi setiap dan/atau persalinan terkait erat dengan simbol

54 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018


ibu hamil dan keluarga pada masyarakat Tabu
Ndembu di Afrika sebagai pengingat pada
Fershtman, et al. (2011) mendefinisikan
tradisi leluhur. Upacara atau ritual diadakan
tabu sebagai pelarangan terhadap suatu perilaku/
untuk mengingatkan kembali agar leluhur
tindakan tertentu atas dasar keyakinan bahwa
memberikan keselamatan pada proses persalinan
perilaku yang dilarang tersebut dianggap terlalu
(Turner, 2008). Pada 22 wilayah REK juga
suci atau terlalu berbahaya bagi orang awam 22
memiliki ritual dan proses budaya dalam
lokasi REK pada 20 etnis menggambarkan
menyambut generasi baru dalam lingkup
pandangan budaya tabu, masalah kebiasaan
kesukuannya. Keberlangsungan etnis dan seluruh
kenyamanan persalinan ibu kurang dipertimbangkan
pembelajaran perangkat budayanya bergantung
oleh tenaga kesehatan, seperti juga diungkapkan
pada generasi penerusnya. Oleh karena itu,
dalam penelitian Parenden,et al. (2015) dan
kehamilan dan persalinan pada perempuan
Ratnaningtyas (2012) yang mengungkap tabu
merupakan legitimasi konstruksi budaya dari
bersalin ditolong oleh orang lain karena
siklus kehidupan seorang perempuan menjadi
memperlihatkan organ intim. Hal tabu tersebut
seorang ibu (Mccallum & Reis, 2007).
bisa mendorong ibu hamil untuk bersalin
sendiri. Tabu seperti ini dijumpai pada etnis
Penolong Persalinan
Baduy Dalam, Toraja, Kaili Da’a, Sabu, Muyu,
Pada 22 lokasi REK di 20 etnis yang ada dan Ngalum. Darah persalinan bagi sebagian
sebagian besar mempercayakan penolong etnisdipercaya sebagai hal yang kotor, sehingga
persalinan pada dukun bayi, dimana posisi ibu bersalin ditempatkan di pondok luar rumah.
dukun bayi pada masyarakat adat juga berperan Hal tersebut diyakini agar darah ibu bersalin
sebagai tokoh yang sangat dipercaya, tokoh tidak mengotori rumah induk atau tanah adat
yang dituakan (sesepuh), memiliki hubungan yang dianggap suci (Etnis Kaili Da’a, Gorontalo,
interpersonal yang kuat dalam masyarakatnya. Muyu, dan Ngalum).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggorodi (2009), Media, et al. (2012), Nilai Banyak Anak Banyak Rejeki
dan Parenden, et al. (2015) bahwa peran dukun
Nilai anak dalam suatu komunitas
dalam sosial budaya masyarakat masih kuat
menurut Hoffman berupa fungsi anak dalam
dikarenakan berbagai faktor sosial budaya yang
melayani atau memenuhi harapan orang tua.
ada di masyarakat. Kedudukan dukun bayi
Harapan orang tua meliputi nilai psikologi (anak
dalam budaya masyarakat masih tetap ada. Peran
sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak
budaya yang melekat pada dukun bayi sebagai
sebagai pencegah perceraian dan meningkatkan
tokoh yang masih diakui dan diperlukan oleh
status sosial keluarga), dan anak nilai ekonomi
masyarakat. Keberadaan dukun bayi belum bisa
(anak sebagai investasi jangka panjang untuk
tergantikan oleh tenaga kesehatan muda yang
meningkatkan ekonomi keluarga di masa depan)
tidak memiliki kedudukan sosial budaya dalam
(Hoffman dalam Kemma, 2004). Nilai anak
masyarakat adat setempat. Dukun bayi tetap
dalam budaya masyarakat memicu kehamilan di
digunakan oleh masyarakat, baik yang tinggal di
usia muda dan penolakan atas KB karena
lokasi dengan akses mudah maupun sulit.
terdapat nilai banyak anak banyak rejeki.
Alasan ibu atau keluarga memilih Kehamilan usia muda dan jarak kelahiran yang
dukun bayi meskipun tidak ada kendala akses dekat berisiko terhadap ibu. bagi masyarakat
adalah karena pertama dukun masih keluarga. Jawa Cirebon, Baduy Dalam, Madura,Toraja
Kedua Dukun memiliki tingkat sosial budaya dan Tobelo, memiliki banyak anak dengan hamil
yang tinggi di masyarakat. ketiga dukun dalam sedini mungkin dan tidak mengatur jarak
pelayanan lebih memberi rasa nyaman, dan kelahiran adalah lebih penting dibandingkan
terakhir dukun dapat memberi pijat kehamilan dengan keselamatan ibu.
dan bayi. masalah keterkaitan akses yang jauh
dengan pemilihan persalinan kepada dukun bayi Peran Pandangan Keluarga dalam Pengambilan
didukung oleh penelitian Furi dan Megatsari Keputusan Persalinan
(2014) yang menyatakan bahwa Ada hubungan
Berdasarkan telaah literatur yang
signifikan antara keterjangkauan fasilitas pelayanan
dilakukan oleh Behruzi, et al. (2013) menunjukkan
kesehatan ibu bersalin dengan pemilihan
bahwa kemungkinan faktor sosial budaya
persalinan pada dukun bayi (Furi dan Megatsari,
berkontribusi terhadap praktik persalinan di
2014).

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 55


masyarakat. Faktor sosial budaya memberi Menurut Furi dan Megatsari ada
pandangan bahwa ancaman fisik dan spiritual hubungan signifikan antara kebudayaan (culture)
pada keberlangsungan kehamilan ibu terkait ibu bersalin dengan pemilihan persalinan pada
dengan pencarian pelayanan kesehatan yang dukun bayi (Furi dan Megatsari, 2014). Faktor
dilakukan oleh ibu hamil. Kemudian ibu bisa penghambat berdasar budaya masyarakat antara
jadi memilih pelayanan kesehatan konvensional lain adalah tabu, faktor kenyamanan dan
bersamaan dengan terapi penyembuhan alternatif psikologis ibu. Dari 36% wilayah yang
(terapi psikososial, spiritual maupun herbal). mengalami kesulitan akses terhadap fasilitas
Walaupun kondisi fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan, sebanyak 32% merupakan wilayah di
sudah cukup memadai untuk pertolongan luar Jawa, sedangkan 4% sisanya adalah wilayah
persalinan, namun pola pencarian kesehatan yang berada di Pulau Jawa. Kondisi Akses
yang terkait kebutuhan psikologis (kenyamanan) keterjangkauan terhadap fasilitas pelayanan
bisa menghentikan ibu untuk bersalin di fasilitas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.
pelayanan kesehatan. Hal ini banyak terjadi pada Tabel 5
ibu yang awalnya memeriksakan kehamilan di Akses Fasyankes di Pulau Jawa dan Luar Jawa
dukun bayi, maka kemungkinan besar ibu juga Akses ke Fasyankes Jawa Luar Jawa
akan mengambil keputusan untuk melahirkan di Sulit 4,5% 31,8%
dukun bayi (Dako-Gyeke, et al., 2013). Pada Mudah 22,7% 40,9%
kasus di 22 wilayah REK, dukun bayi memiliki
Total 27% 73%
posisi sosial yang tinggi di masyarakat sehingga
pengaruhnya dalam pengambilan keputusan Sumber: Hasil Meta Etnografi 2012-2015
masih sangat dipatuhi. Dukun bayi yang juga
Lokasi REK yang jauh dari Fasyankes
merupakan kerabat yang dituakan dalam
dan ketiadaan tenaga kesehatan di desa membuat
kelompok sosial lebih mempengaruhi dalam
masyarakat beradaptasi dengan lingkungan
keputusan tempat persalinan dan siapa yang
dalam upaya pencarian pengobatan, termasuk
akan menolong.
dalam upaya pertolongan persalinan.
Lingkungan Fisik Sebagian besar keterjangkauan akses ke
Fasyankes di wilayah Jawa terbilang mudah
Hasil Meta-etnografi pada 22 wilayah di
dijangkau,namun pada kenyataannya masih ada
Indonesia seperti tercantum pada Tabel.3
ibu hamil di wilayah Jawa1 enggan melakukan
menyatakan bahwa ada 15 lokasi tidak terjangkau
persalinan di Fasyankes dan ditolong oleh
akses terhadap Fasyankes dan tenaga kesehatan.
tenaga kesehatan. Mereka lebih nyaman bersalin
hanya ada 7 lokasi terjangkau akses terhadap
ditolong oleh dukun bayi. di wilayah luar Jawa
Fasyankes dan tenaga kesehatan.
masih cukup berimbang, sulit dan mudahnya
Masyarakat umumnya tinggal di daerah akses kepada Fasyankes, dan masih ditemui juga
yang jauh dari modernisasi bahkan tidak jarang ibu bersalin yang melahirkan di rumah baik itu
mereka tinggal di wilayah yang sulit dijangkau. melahirkan sendiri, ditolong keluarga/kerabat
Kondisi tersebut berakibat pada minimnya ataupun ditolong oleh dukun bayi. Menurut
informasi kesehatan kepada masyarakat, sebagai Marsilia, et al. (2014) bahwa masalah akses
dampak dari sulitnya akses dan jalur tidak memiliki hubungan dengan pemilihan ibu
transportasi, banyak tenaga kesehatan yang bersalin di fasilitas kesehatan atau di rumah
enggan ditempatkan di daerah terpencil. ditolong oleh dukun. Pada beberapa hasil REK
juga menunjukkan meskipun di desa atau
kecamatan yang aksesnya dekat dengan
Tabel 4
Faktor Penghambat Ibu Hamil Tidak bersalin Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, masih
di Fasyankes ada yang memilih bersalin dengan bantuan
Faktor Penghambat Utama Prosentase dukun dan melahirkan di rumah seperti di
Faktor Budaya Masyarakat 37% Kabupaten Toraja Utara (Lestari, et al., 2012),
Kabupaten Cianjur (Purwanto, et al., 2015),
Akses Fasyankes sulit 36%
Kabupaten Pandeglang (Ramadhan, et al.,
Tenaga Kesehatan minim 27% 2015), Kabupaten Cirebon (Yuhandini, et al.,
Sumber: Hasil Meta-etnografi 2012-2015
1
5 dari 6 wilayah REK di Jawa yaitu
Cianjur, Pandeglang, Cirebon, Lebak, dan Sampang.

56 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018


2014) , Kabupaten Lebak (Ipa, et al, 2014), dan meningkatkan hubungan ibu hamil dengan yang
Kabupaten Sampang (Widyasari, et al., 2012). lain, dan memperkaya pengetahuan keluarga.
Oleh karena itu, dalam hal intervensi kesehatan
Personal Tenaga Kesehatan untuk ibu dan anak haruslah sensitif secara
budaya untuk mendapatkan hasil yang positif
Tenaga kesehatan dalam hal ini adalah
bagi ibu dan keluarganya (Callister, 1995).
bidan desa yang ditugaskan berada di tiap desa.
Alasan masyarakat dalam suatu komunitas tidak Nilai, keyakinan, dan tradisi budaya
melakukan persalinan di Fasyankes yang ada di secara signifikan dapat mempengaruhi perilaku
desa antara lain ada tiga alasan utama: Alasan dalam persalinan, seperti pemaknaan yang
pertama komunitas tidak melakukan persalinan berbeda mengenai persalinan dan keputusan
di Fasyankes adalah bidan tidak tinggal di desa. untuk bersalin dimana dan dengan siapa. Dalam
Kedua, sarana prasarana di Fasyankes minim. mengembangkan budaya dan keyakinan yang
(3)Ketiga, personal bidan yang kurang di mata positif dalam persalinan, kesadaran perempuan
masyarakat. Alasan kurang dimata masyarakat penting untuk ditingkatkan melalui berbagai
antara lain kurang dipercaya karena orang lain, cara dan konsep-konsep salah mengenai
masih muda dianggap kurang pengalaman, persalinan yang aman sangat perlu untuk
kurang telaten, tidak seperti dukun bayi, diperbaiki (Latifnejad, et al., 2015).
perbedaan pandangan posisi cara ibu bersalin
Komunikasi dan pelayanan persalinan
yang nyaman, dan biaya persalinan.
pada ibu hamil dapat ditingkatkan apabila
penyedia layanan kesehatan dapat menjembatani
Dilema Persalinan: Antara Tuntutan dan
perbedaan antara budaya pengobatan, keyakinan
Persepsi
dan praktek pengobatan yang membentuk sistem
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada nilai pasien. Hal ini bisa berdasar pada warisan
tahun 1994 meluncurkan program Safe etnis, asal suku bangsa dari keluarga, usia,
Motherhood untuk mencapai kehamilan sehat agama, orientasi seksual, kecacatan, atau status
dan persalinan yang aman tidak berisiko. Safe sosial ekonomi dari pasien. Setiap penyedia
Motherhood adalah upaya untuk menyelamatkan layanan kesehatan memberikan kesempatan
perempuan agar kehamilan dan persalinannya untuk mendapatkan efek positif pada kesehatan
dapat dilalui dengan sehat dan aman serta pasien. Penyedia layanan kesehatan dapat
menghasilkan bayi yang sehat. Ada Empat Pilar memaksimalkan potensi tersebut dengan belajar
terkait Safe Motherhood yaitu (1) Keluarga lebih tentang budaya dari pasien (Committee
Berencana, (2) Asuhan Antenatal, (3) Persalinan Opinion, 2011).
bersih dan aman, dan (4) Pelayanan obstetri
Esensial (Islam, 2007). Penutup
Empat pilar Safe Motherhood dari 22 Meta-etnografi budaya persalinan pada
lokasi REK tersebut terlihat masih kurang kokoh 22 lokasi REK di 20 etnis bisa disimpulkan
ditegakkan. Meskipun sudah banyak upaya dan bahwa budaya cukup berpengaruh pada pola
program KIA terkait penurunan angka kematian persalinan yang dilakukan oleh ibu dan keluarga.
ibu dan anak di Indonesia. Hasil meta-etnografi Dari meta-etnografi muncul 7 tema budaya
pada 22 wilayah REK menunjukkan bahwa persalinan yaitu: (1) Makna persalinan, (2)
banyak faktor yang menantang keberhasilan Penolong persalinan, (3) Tabu, (4) Nilai banyak
program KIA, baik itu dari sisi budaya anak banyak rejeki, (5) Peran pandangan keluarga
masyarakat maupun dari sisi penyedia layanan dalam pengambilan keputusan persalinan, (6)
kesehatan. Oleh karena itu, faktor-faktor budaya Lingkungan fisik, dan (7) Personal tenaga kesehatan.
masyarakat terkait upaya peningkatan persalinan Pemaknaan persalinan aman dalam konteks
aman perlu diperhatikan. budaya masyarakat berbeda dengan apa yang
dimaksud oleh program KIA. Perbedaan sudut
Sudut pandang keyakinan dan nilai
pandang pemahaman mengenai konsep persalinan
budaya memberikan makna bagi ibu bersalin
aman bisa menimbulkan salah paham dalam
dalam konteks komunitas budaya masyarakat.
penanganan persalinan dan bisa berkontribusi
Kesempatan untuk menyuarakan gambaran
pada risiko tinggi persalinan yang berujung pada
pemaknaan dari sudut pandang ibu bersalin
kematian ibu dan/atau bayi. Ketidakpercayaan
dapat membantu perkembangan aktualisasi diri
masyarakat kepada tenaga kesehatan dalam hal
dari ibu, pencapaian promosi kesehatan ibu,

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 57


ini adalah bidan desa dikarenakan faktor Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan
kurangnya hubungan interpersonal antara bidan Litbangkes Kemenkes RI.
dengan masyarakat, usia yang masih muda atau
Behruzi, R. et al. (2013) Understanding
faktor senioritas dan umumnya bidan adalah
childbirth practices as an organizational
bukan orang setempat, sehingga tabu memper-
cultural phenomenon: a conceptual
lihatkan organ intim pada orang lain, serta
framework, Journal of Bio Medical
ketiadaan tenaga kesehatan di wilayah masyarakat
Central Pregnancy and Childbirth,2013,
karena akses yang terpencil. Dukun memiliki
http://bmcpregnancychildbirth.biomedce
peran penting dalam posisi sosial keagamaan di
ntral.com/articles/10.1186/1471-2393-
masyarakat.Selain sebagai penolong proses
13-205, diakses 21 Maret 2017.
persalinan, nasihat dan saran dari dukun
memiliki pengaruh dalam penentuan fasilitas Britten, N. et al. (2002). Using Meta Ethnography
dan penolong persalinan. To SynthesiseQualitative Research: A
Worked Example, J Health Serv Res
Program yang memperhatikan faktor
Policy Vol. 7 No. 4 October 2002, page:
budaya kesehatan di masyarakat akan dapat
209-215.
mengurai benang kusut masalah kesehatan di
Indonesia, utamanya adalah persalinan yang Callister, L.C. (1995). Cultural Meanings of
aman bagi ibu hamil di berbagai etnis di Childbirth, Journal of Obstetric, Ginecologic,
Indonesia. Banyak hal terkait budaya, baik & Neonatal Nursing, AWHONN, the
secara langsung maupun tidak langsung Association of Women's Health, Obstetric
berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak, and Neonatal Nurses. Published by
sehingga AKI di Indonesia tetap tinggi. Elsevier Inc. All rights reserved.
Rekayasa sosial (social engineering) dapat http://www.jognn.org/article/S0884-
dilakukan dalam intervensi kesehatan ibu dan 2175(15)33239-1/abstract, diakses 20
anak berbasis budaya lokal, dengan melibatkan Maret 2017.
masyarakat sebagai agent of change.Penting Committee Opinion. (2011).Cultural Sensitivity
juga melibatkan peran dukunyang memiliki and Awareness in The Delivery of
posisi sosial tinggi dalam budaya masyarakat Health Care. Committee Opinion No.
untuk bermitra dengan bidan.Perlu memberi 493. American College of Obstetricians
pelatihan yang berkesinambungan tentang and Gynecologists. Obstet Gynecol
pemahaman lintas budaya, komunikasi budaya, Journal 2011;117:1258–61.
dan perilaku kesehatan masyarakat kepada
tenaga kesehatan. Sebagai bekal tenaga Fitriyanti, Y., et al. (2012).Buku Seri Riset
kesehatan yang akan ditempatkan di wilayah Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
asal maupun wilayah yang berbeda, agar Anak, Etnis Gayo, Desa Tetinggi,
memiliki interpersonal skill. Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nangro
Aceh Darussalam, Surabaya: Pusat
Daftar Pustaka Humaniora Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Anggorodi, R. (2009). Dukun Bayi dalam
Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Fershtman, C., U. Gneezy dan M. Hoffman.
Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. (2011).Taboos and Identity: Considering
1, Juni 2009: 9-14, Depok: Universitas the Unthinkable, dalam American
Indonesia. Economic Journal: Microeconomics 3
(May 2011): 139–164, http://www.
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. aeaweb.org/articles.php?doi=10.1257/m
(2016). Angka Kematian Ibu Indonesia ic.3.2.13, diakses tanggal 12 Januari
2015 telah Disepakati. 2016, http:// 2018.
www.litbang.kemkes.go.id/angka-
kematian-ibu-indonesia-2015-telah- Furi, L.T dan Hario Megatsari. (2014). “Faktor
disepakati/ diakses tanggal 10 Agustus yang Mempengaruhi Ibu Bersalin Pada
2016. Jakarta: Badan Litbangkes Kemenkes Dukun Bayi Dengan Pendekatan WHO
RI. di Desa Brongkal Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Malang”, Jurnal Promosi
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan. Vol. 2, No. 1, 77-88.
(2014). Laporan Nasional Riset Kesehatan

58 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018


Handayani, S., et al. (2012).Buku Seri Riset Laksono, A.D., et al. (2014).“Perempuan Muyu
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan dalam Pengasingan. Etnis Muyu,
Anak, Etnis Gorontalo. Desa Imbodu, Kabupaten Boven Digoel.” Buku Seri
Kecamatan Randangan, Kabupaten Etnografi Kesehatan 2014. Jakarta:
Pohuwato, Prov. Gorontalo. Surabaya: LPB.
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan
Latifnejad Roudsari R, Zakerihamidi M,
dan Pemberdayaan Masyarakat.
Merghati Khoei E. (2015).Socio-
Handayani, S., et al. (2014). Hembusan Topo Cultural Beliefs, Values and Traditions
Tawui dalam Persalinan. Etnis Kaili Regarding Women’s Preferred Mode of
Da’a, Kabupaten Mamuju Utara. Buku Birth in the North of Iran. International
Seri Etnografi Kesehatan 2014. Jakarta: Journal Community Based Nurse Midwifery
LPB. (IJCBNM).2015;3(3):165-176.
Indrawati, L., et al. (2012). Buku Seri Riset Lestari, W., et al. (2012). Buku Seri Riset
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Anak, Etnis Mamasa. Desa Makuang Anak, Etnis Toraja Sa’dan Kabupaten
Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa, Toraja Utara. Surabaya: Pusat Humaniora
Provinsi Sulawesi Barat. Surabaya: Pusat Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat.
Maccallum, C. & A.P. Reis. (2007). Childbirth
Ipa, M., et al. (2014). “Balutan Pikukuh as Ritual in Brazil: Young Mothers'
Persalinan Baduy. Etnis Baduy Dalam, Experiences. Journal of Anthropology,
Kabupaten Lebak”. Buku Seri Etnografi Volume 70, 2005-Issue 3 Pages 335-
Kesehatan 2014. Jakarta: LPB. 360, Published online 17 February 2007
in http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.
Islam, M. (2007). The Safe Motherhood
1080/00141840500294417, diakses 20
Initiative and Beyond. Bulletin of the
Maret 2017.
World Health Organization. October
2007, 85 (10). Geneva. Switzerland. Manalu,H.S.,et al. (2012).Buku Seri Riset
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Kemma, A. (2004). “Faktor yang Mempengaruhi
Anak, Etnis Nias Desa Hilifadolo
Persepsi Nilai Anak dalam Keluarga di
Kecamatan Lolowa’u Kabupaten Nias
Kabupaten Sidrap.” Tesis. Universitas
Selatan. Surabaya: Pusat Humaniora
Hasanuddin.
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Kristiana, L., et al. (2012). Buku Seri Riset Masyarakat.
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Marsilia, I.D. , I.B. Akbar, dan F. Husin. (2014).
Anak, Etnis Jawa Desa Gading Sari
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul.
Dengan Pemilihan Dukun Beranak
Surabaya: Pusat Humaniora Kebijakan
Sebagai Penolong Persalinan Pada
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Peserta Jaminan Kesehatan”. Jurnal
Kurniawan, A., et al. (2012). Buku Seri Riset Ilmiah Kesehatan, Vol. 6, No.1.
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Nggoalemo, R.,et al. (2015). Daun Ro’Hili dan
Anak, Etnis Ngalum, Distrik Oksibil
Air Gula Sabu Penyambut Bayi Baru
Kabupaten Pegunungan Bintang. Surabaya:
Lahir, Etnis Sabu, Kabupaten Sabu
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan
Raijua. Surabaya: Pusat Humaniora
dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Kurniawan, S.A., et al. (2012). Buku Seri Riset Masyarakat.
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Parenden, R.D.,G. D. Kandou, J. M. Pangemanan.
Anak, Etnis Bali, Banjar Banda Desa
(2015). “Analisis Keputusan Ibu Memilih
Saba Kecamatan Blahbatu Kabupaten
Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas
Gianyar. Surabaya: Pusat Humaniora
Kabila Bone”. JIKMU, Vol. 5, No. 2a .
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Permana, M., et al. (2012). Buku Seri Riset
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018 59


Anak, Etnis Alifuru Seram. Ds Waru Saputra, F., et al. (2015). Ibu dan Bayi, Dalam
Kec. Bula Kab. Seram Bagian Timur, Cengkeraman Penyait Burung, Palasik
Prov. Maluku. Surabaya: Pusat Humaniora dan Tatagua, Etnis Minangkabau,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Jorong Sariak, Kecamatan Luhak Nan
Masyarakat. Duo, Kabupaten Pasaman Barat.
Surabaya: Pusat Humaniora Kebijakan
Phyllis Dako-Gyeke, Moses Aikins, Richmond
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Aryeetey, Laura Mccough and Philip
Baba Adongo. (2013). The influence of Sari, I.D., et al. (2014). Benteng Tradisi Bumi
socio-cultural interpretations of pregnancy Serasan Sekate, Etnis Anak Dalam,
threats on health seeking behavior Kabupaten Musi Banyuasin, Ida Diana
among pregnant women in urban Accra, Sari, Jakarta: Lembaga Penerbitan
Ghana. BMC Pregnancy and Childbirth Balitbangkes.
2013, 13:211.
Sekretariat MDGs Nasional. (2015). Status
Purwanto, E., et al. (2015).Maparaji dalam Pencapaian MDGs di Indonesia. 2015.
Lingkaran Hidup Perempuan di Desa http://sekretariatmdgs.or.id/?lang=id&pa
Panyusuhan Etnis Sunda, Kabupaten ge_id=1087, diakses tanggal 10 Agustus
Cianjur. Surabaya: Pusat Humaniora 2016.
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Syarifah, N., et al. (2012). Buku Seri Riset
Masyarakat.
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Putra, S. (2015).Gia Biang Perawat Bayi di Anak, Etnis Dayak, Desa Dirung
Pulau Obi, etnis Tobelo, kabupaten Bakung, Kabupaten Murung Raya,
Halamahera Selatan. Surabaya: Pusat Provinsi Kalimantan Tengah. Surabaya:
Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan
Pemberdayaan Masyarakat. dan Pemberdayaan Masyarakat.
Ratnaningtyas, T.O. (2012). Kejadian Pertolongan Turner, V.W., (2008). The Ritual Process:
Persalinan Dukun Bayi (Non Tenaga Structure and Anti-Structure, Second
Kesehatan) di Era Jaminan Persalinan Published, Rutgers The State University
(Jampersal) Tahun 2011 Studi Kasus USA.
pada Wilayah Kerja Puskesmas
Yuhandini, D.S., et al. (2014).“Goyangan
Bangsalsari Kabupaten Jember. Skripsi.
Lembut Jemari Dukun Bayi, Oyog.
Bagian Administrasi dan Kebijakan
Etnis Jawa, Kabupaten Cirebon”. Buku
Kesehatan, FKM Universitas Jember.
Seri Etnografi Kesehatan 2014. Jakarta:
Raflizar, et al. (2012). Buku Seri Etnografi LPB.
Kesehatan Ibu dan Anak, Etnis
Media, Yulfira , Zainal Arifin, Gusnedi. (2014).
Manggarai, Desa Wae Codi, Kecamatan
“Hambatan dan Potensi Sumber Daya
Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa
Lokal dalam Upaya Mengurangi Risiko
Tenggara Timur. Surabaya: Pusat
Kematian Ibu Di Kecamatan Tigo Lurah
Humaniora Kebijakan Kesehatan dan
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera
Pemberdayaan Masyarakat.
Barat”. Jurnal Kesehatan Reproduksi
Ramadhan, A., et al. (2015). Belenggu Kokolot Vol. 5 No 1, Hlm: 1–13.
pada Ibu Hamil dan Melahirkan, Etnis
Widyasari, R., et al. (2012).Buku Seri Riset
Sunda, Kabupaten Pandeglang. Surabaya:
Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan
Anak, Etnis Madura Desa Jrangoan
dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kecamatan Omben Kabupaten Sampang.
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Surabaya: Pusat Humaniora Kebijakan
Republik IndonesiaNomor 36 Tahun Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
2009 tentang Kesehatan.

60 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai