Anda di halaman 1dari 20

Modul 2- Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah 49

BAB VII
KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. UMUM
1. Definisi

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
2. Klasifikasi

Persediaan merupakan aset yang berupa:


a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah daerah, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis
kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses
produksi, misalnya bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku
pembuatan benih.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, misalnya adalah alat-alat pertanian setengah
jadi, benih yang belum cukup umur.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan, misalnya adalah hewan dan bibit
tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca,
tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Modul 2- Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah 50
B. PENGAKUAN
1. Pengakuan Persediaan

Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.
2. Pengakuan Beban Persediaan

Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan aset


dan pendekatan beban.
Dalam pendekatan aset, pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan
telah dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-
persediaan yang maksud penggunaannya untuk selama satu periode
akuntansi, atau untuk maksud berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah
persediaan obat di rumah sakit, persediaan di sekretariat SKPD.
Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat
sebagai beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk persediaan-
persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak
dimaksudkan untuk sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan
untuk suatu kegiatan.
3. Selisih Persediaan

Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut


bendahara barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi
akuntansi dengan hasil stock opname. Selisih persediaan dapat disebabkan
karena persediaan hilang, usang, kadaluarsa, atau rusak.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal,
maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban. Modul 2- Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Daerah 51
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal,
maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah.
C. PENGUKURAN

Persediaan disajikan sebesar:


1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya
perolehan.
2. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga
pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara
sistematis.
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi
wajar (arm length transaction).

Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan


menggunakan nilai wajar.
Persediaan dinilai dengan menggunakan (Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama/Metode Rata-rata Tertimbang/Metode Harga Pembelian Terakhir
apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam
jenis)1.
1Pilih salah satu metode atau kombinasi diantara keduanya. Modul 2- Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah 52
D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik.2


2Pilih salah satu.
3Paragrap ini mengikuti pilihan metode pencatatan yang dipilih pada paragrap sebelumnya.
4Paragrap ini mengikuti pilihan metode pencatatan yang dipilih pada paragraph sebelumnya.
1. Metode Perpetual3

Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan


setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini digunakan
untuk jenis persediaan yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan
membutuhkan pengendalian yang kuat. Contohnya adalah persediaan obat-
obatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya.
Dalam metode perpetual, pengukuran pemakaian persediaan dihitung
berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan dengan nilai per unit
sesuai metode penilaian yang digunakan.
2. Metode Periodik4

Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai


persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui
dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada
akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai
persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk persediaan yang sifatnya
sebagai pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di
sekretariat SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal
persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan
saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian
yang digunakan. Modul 2- Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah 53
E. PENYAJIAN

Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar. Berikut ini adalah
contoh penyajian persediaan dalam Neraca Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
Uraian 20X1 20X0
Aset xxx xxx
Aset Lancar xxx xxx
Kas Di Kas Daerah xxx xxx
Kas Di Bendahara xxx xxx
Pengeluaran xxx xxx
Kas Di Bendahara xxx xxx
Penerimaan (xxx) (xxx)
Investasi Jangka Pendek xxx xxx
Piutang Pajak xxx xxx
Piutang Retribusi xxx xxx
Penyisihan Piutang xxx xxx
Belanja Dibayar Dimuka xxx xxx
Bagian Lancar Pinjaman xxx xxx
kepada Perusahaan xxx xxx
Negara xxx xxx
Bagian Lancar Pinjaman xxx xxx
kepada Perusahaan xxx xxx
Daerah
Bagian Lancar Pinjaman
kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman
kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan
Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
A. UMUM
1. Definisi
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan
pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
2. Klasifikasi

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya


dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:
a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat


elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan
masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah
daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.

B. PENGAKUAN

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila
aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada
saat penguasaannya berpindah.
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus
diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka
aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap
tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat
tanah atas nama pemilik sebelumnya.

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
1. berwujud;
2. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
3. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
5. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
6. merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan biaya/ongkos untuk
dipelihara; dan
7. nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian
barang tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah
ditetapkan. Memenuhi kriteria material/batasan minimal kapitalisasi aset
tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu
pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi
pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga
kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi
biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tetap tersebut.
Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar
nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan tentang ketentuan
nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai perolehan aset tetap di
bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset tetap tersebut tidak
dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap. Aset-aset tersebut diperlakukan
sebagai persediaan/aset lainnya.3
Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah pengeluaran pengadaan baru.

PENYAJIAN
Aset tetap disajikan sebagai bagian dari aset. Berikut adalah contoh penyajian
aset tetap dalam Neraca Pemerintah Daerah.
MENCATAT ASET TETAP PERALATAN DAN MESIN
Lingkup Penatausahaan Keuangan Desa
• Penatausahaan Pendapatan Desa
• Penatausahaan Belanja Desa
• Penatausahaan Pembiayaan Desa
• Penatausahaan Barang Milik Desa (Aset Desa)

Penatausahaan Pendapatan
• Petugas memungut pendapatan desa
• Untuk setiap penerimaan kas secara tunai dibuatkan kuitansi bukti tanda terima kas
• Uang disetorkan ke Bendahara Desa/kas desa
• Bendahara mencatat penerimaan dalam Buku Kas Umum dan menyimpan kas
• Untuk penerimaan yang bersifat transfer, Bendahara Desa akan mendapat
informasi dari bank berupa Nota Kredit atas dana-dana yang masuk ke dalam
Rekening Kas Desa.
• Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya Bendahara Desa melakukan pencatatan ke
dalam Buku Bank.
• Selain mencatat pendapatan ke dalam Buku Kas Umum dan Buku Bank, Bendahara
Desa juga mencatat realisasi pendapatan ke dalam Buku Rincian Pendapatan
• Bendahara membuat laporan bulanan atas penerimaan pendapatan desa kepada
Kepala Desa
• Sekretaris Desa melakukan verifikasi atas pelaksanaan penatausahaan pendapatan
desa
Dokumen dan Buku Catatan Akuntansi
Terkait Penatausahaan Pendapatan
• Kuitansi tanda terima kas
• Nota Kredit dari Bank
• Buku Kas Umum
• Buku Kas Pembantu Pajak
• Buku Bank
• Buku Rekapitulasi Rincian Pendapatan

Pelaksanaan Belanja Kegiatan (Program)


• Pelaksana kegiatan mengajukan RAB kepada Sekretaris Desa (Sekdes)
untuk diverifikasi dan disahkan oleh kepala desa (Kades)
• RAB yang sudah disahkan dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan baik
meminta uang muka atau pembayaran ke pihak ketiga
• Pelaksana kegiatan meminta mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) dan pendukungnya atas beban kegiatan kepada
Sekdes untuk diverifikasi dan disetujui oleh Kades
• Meminta pembayaran kepada bendahara desa sesuai SPP, diarsipkan
serta dicatat di buku pembantu kegiatan
• Pelaksana kegiatan membuat laporan kegiatan
Penatausahaan Belanja
• Belanja Kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh Bendahara Desa
dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh Bendahara Desa pada Buku
Kas Umum.
• Untuk Belanja yang bersifat transfer langsung ke pihak ketiga, Bendahara Desa
melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU
untuk transaksi tunai).
• Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer harus disertai dengan bukti
yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
• Selain pencatatan transaski pada Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara
Desa juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi
belanja yang dilakukan.
• Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, Bendahara Desa mencatat
dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan.
• Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas Negara dengan batasan
waktu yang diatur dalam ketentuan perpajakan melalui form Surat Setoran Pajak
(SSP) maka Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom
Pengeluaran.

Dokumen dan Buku Catatan Akuntansi


Terkait Penatausahaan Belanja
• Rencana Anggaran Belanja (RAB) Kegiatan
• Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
• Kuitansi atau faktur dari pihak ketiga
• Nota Debit dari Bank
• Buku Kas Umum
• Buku Kas Pembantu Pajak
• Buku Bank
• Buku Rekapitulasi Rincian Belanja
Penatausahaan Pembiayaan Desa
• Untuk membukukan Realiasi Pembiayaan, baik penerimaan
pembiayaan maupun pengeluran pembiayaan dicatat dalam Buku
Rincian Pembiayaan.
• Pencatatan dalam Buku Rincian Pembiayaan berguna untuk
mengklasifikasi rincian dari realisasi pembiayaan.
• Pencatatan ini diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan
Realisasi APB Desa.
• Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran
pembiayaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.

Penatausahaan Barang Milik Desa


• Siklus Penatausahaan Barang Milik Desa Meliputi:
• Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
• Pengadaan
• Penerimaan, penyimpanan, penyaluran
• Penggunaan
• Penatausahaan
• Pemanfaatan
• Pengamanan dan Pemeliharaan
• Penilaian
• Penghapusan
• Pemindahtanganan
• Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian
• Pembiayaan
Dokumen Penatausahaan oleh
Bendahara Desa
• Bendahara Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa
Buku Pembantu Panjar dan Buku Pembantu Rincian Objek Belanja,
karena telah dilaksanakan oleh fungsi yang lain.
• Buku Pembantu Panjar telah digantikan dengan Buku Pembantu
Kegiatan yang dikelola Pelaksana Kegiatan.
• Buku Pembantu Rincian Objek Belanja yang menggambarkan
akumulasi realisasi belanja dapat dilihat pada dokumen SPP terakhir
yang juga didokumentasikan oleh Pelaksana Kegiatan.
• Buku Pembantu Kas Tunai tidak ada karena telah digantikan dengan
Buku Kas Umum.

Laporan Bendahara Desa


• Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui
laporan pertanggungjawaban.
• Laporan Pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada
Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
• Sebelumnya, Bendahara Desa melakukan tutup buku setiap akhir
bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak
dan Buku Rincian Pendapatan.
• Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala Desa.
Penatausahaan oleh Pelaksana Kegiatan

• Penatausahaan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan berupa


pencatatan dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan dan Laporan Kegiatan
ketika kegiatan telah selesai.
• Buku Kas Pembantu Kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh
dari Bendahara Desa (panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang
telah dirupiahkan.
• Pengeluaran dicatat oleh Pelaksana Kegiatan atas belanja-belanja
yang telah dilakukan baik berupa belanja barang/jasa maupun belanja
modal.
• Saldo kas yang masih tersisa dan berada di pelaksana kegiatan, maka
dilakukan penyetoran kepada Bendahara Desa.

Laporan keuangan desa yang disajikan dalam buku ini adalah:


1. Anggaran pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Anggaran desa adalah rencana keuangan tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa yang dibahas
dan disepakati antara pemerintahan desa dan badan permusyawarahan desa, serta ditetapkan oleh peraturan
desa. Anggaran dibuat sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

2. Buku Kas Umum


Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran
kas, baik secara tunai maupun kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasiperbankan atau kesalahan dalam
pembukuan. Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen transaksi.

3. Buku Kas Harian Pembantu


Buku kas harian pembantu adalah buku yang digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran dan pemasukan
yang berhubungan dengan kas saja.

4. Buku Bank
Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang
berhubungan dengan uang bank.

5. Buku Pajak
Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang
berhubungan dengan pajak.

6. Buku Inventaris Desa


Buku inventaris digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam mencatat barang-barang yang dimiliki oleh
desa.

7. Buku Persediaan
Buku persediaan adalah buku yang mencatat aliran persediaan bahan-bahan yang habis pakai yang masuk dan
digunakan untuk desa yang berasal baik dari pembelian dan pemberian.

8. Buku Modal
Buku modal/ekuitas dana adalah buku yang digunakan untuk mencatat dana-dana dan hibah yang mengalir ke
desa.

9. Buku Piutang
Buku piutang adalah buku yang digunakan untuk mencatat piutang desa. Piutang adalah harta desa yang timbul
karenanya terjadinya transaksi penjualan/sewa menyewa yang pembayarannya dilakukan secara kredit oleh
perorangan/badan usaha.
10. Buku Hutang/Kewajiban
Buku hutang/kewajiban adalah buku yang digunakan untut mencatat hutang atau kewajiban desa.

11. Neraca
Neraca adalah catatan yang menyajikan posisi keuangan desa dalam satu periode tertentu. Neraca
menggambarkan posisi keuangan desa mengenai aktiva, kewajiban, dan modal dana pada satu periode. Pos-
pos dalam neraca terbentuk dari transaksi-transaksi yang terjadi di desa.

12. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Desa


Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPAP menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:


1. Untuk mengetahui posisi keuangan dalam satu periode tertentu;
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk penilaian
kinerja

Langkah yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah:


1. Mengumpulkan laporan keuangan dan data yang diperlukan selengkap mungkin;
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus tertentu.
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran;
4. Membuat laporan tentan posisi keuangan perusahaan;
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut

1. Metode analisis horizontal (dinamis)


Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui
perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini
bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi
metode ini adalah teknik analisis perbandingan, analisis tren (index), analisis sumber dan
penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.
2. Metode analisis vertikal (statis)
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan
antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (periode)
yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya pada
laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena
metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang
sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis
persentase per komponen (common size), analisis ratio, dan analisis impas.

Menurut Munawir (2002;36), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Adalah metode atau teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk
2 periode atau lebih dengan menunjukkan:

 data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.


 kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
 kenaikan atau penurunan dalam persentase.
 perbandingan yang dinyatakan dalam ratio.
 persentase dari total.

2. Analisis Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase (trend percentage analysis)
Adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Analisis Laporan dengan persentase per komponen atau Common Size Statement
Analysis
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja.
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas atau Cash Flow Statement Analysis.
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisis Rasio
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis)
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisis Break-Even
Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan
atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Anda mungkin juga menyukai