1, April 2016
E-mail: pandemustika@yahoo.co.id
Abstrak
Di era global persaingan semakin keras dan ketat yang disertai dengan munculnya
permasalahan yang semakin kompleks. Hal yang sama juga terjadi pada proses
pembelajaran, sehingga profesionalisme guru perlu ditingkatkan. Salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah melalui pemahaman terhadap prinsip-prinsip
ergonomi dalam pembelajaran. Tujuan penulisan adalah: (1) mengkaji
pemahaman terhadap prinsip-prinsip ergonomi dalam pembelajaran sangat
diperlukan di dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru; (2) mengkaji
peranan prinsip-prinsip ergonomi dalam pembelajaran yang harus dipahami oleh
seorang guru untuk meningkatkan profesionalismenya; dan (3) mengetahui
kendala yang dihadapi dalam mensosialisasikan prinsip-prinsip ergonomi dalam
pembelajaran guna meningkatkan profesionalisme guru. Melalui telaah kajian
pustaka ditelusuri prinsip-prinsip ergonomi yang relevan diterapkan dalam
pembelajaran. Hasil kajian menunjukkan bahwa para guru saat ini belum
memahami prinsip-prinsip ergonomi yang relevan dalam pembelajaran. Akan tetapi
melalui tulisan ini diingatkan agar para guru wajib menerapkan prinsip-prinsip
ergonomi dalam pembelajaran agar siswa yang belajar tetap sehat, aman,
nyaman, efektif, dan efisien energi. Dengan demikian dapat disimpulkan: (1)
pengetahuan guru mengenai prinsip-prinsip ergonomi dalam pembelajaran sangat
relevan di dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru; (2) pemahaman guru
mengenai peranan prinsip-prinsip ergonomi dalam pembelajaran dan dampak
yang ditimbulkan oleh sarana dan prasarana yang tidak ergonomik dapat
menambah wawasannya dalam upaya pengelolaan kelas; dan (3) kendala yang
dihadapi dalam mensosialisasikan prinsip-prinsip ergonomi dalam pembelajaran
dapat dijadikan tantangan sekaligus peluang dalam penerapan ergonomi di
sekolah.
Abstract
In globalization, competition is getting harder and tighter, accompanied by the
emergence of increasingly complex problems. The same thing happened in the
teaching and learning process, so that the professionalism of teachers needs to be
improved. One way that can be achieved is through the understanding of the
principles of ergonomics in teaching and learning. The purposes of writing are: (1)
assess the understanding of the principles of ergonomics in teaching and learning
dengan baik dan benar akan dapat dengan pekerjaan; (4) mengatasi
memberikan keuntungan ekonomi yang ketidakmampuan dan lemahnya
lebih baik. Ini bisa diterima dan treatment dalam mikroergonomik untuk
dipertanggung-jawabkan, karena hasil mengurangi kehilangan waktu kerja
yang dicapai melalui penerapan yang diakibatkan oleh kecelakaan dan
ergonomi yang baik dan benar penyakit akibat kerja dan meningkatkan
memberikan manfaat: (a) pemakaian produktivitas; dan (5) meningkatkan
tenaga otot bisa lebih efisien; (b) kondisi di tempat kerja dan legitimasi
pemanfaatan waktu lebih efisien; (c) suatu produk berdasarkan desain
kelelahan berkurang; (d) kecelakaan ergonomi yang aman (Hendrick, 2002b).
kerja berkurang atau dapat ditiadakan; Biasanya guru dan siswa kurang
(e) penyakit akibat kerja berkurang; (f) menghiraukan tempat duduk yang
kenyamanan dan kepuasan kerja mereka duduki. Padahal tempat duduk
meningkat; (g) efisiensi kerja meningkat; tersebut merupakan alat yang
(h) mutu produk dan produktivitas kerja memegang peranan penting, terutama
meningkat; (i) kesalahan kerja bagi mereka yang melakukan aktivitas
berkurang dan kerusakan dapat sambil duduk seperti yang dilakukan
diminimalka; dan (j) pengeluaran untuk oleh para siswa di sekolah. Sebuah
mengatasi akibat dari kecelakaan dan tempat duduk (kursi) yang lengkap,
penyakit akibat kerja dapat dikurangi minimal harus mempunyai kaki, alas
yang konsekuensinya biaya operasional duduk, sandaran pinggang dan
dapat ditekan (Manuaba, 2000 c). punggung dan sandaran lengan (Nala,
Makroergonomik secara formal 1994).
diakui sebagai sub disiplin ilmu dalam Agar tempat duduk nyaman
dua dekade terakhir ini (Hendrick, dipakai pada waktu belajar, maka
2002b). Aspek-aspek sosial yang ukuran-ukurannya harus disesuaikan
digunakan untuk mendeterminasi dengan antropometri orang yang akan
implikasi dari pertumbuhan, memakainya. Dalam hal ini diperlukan
perkembangan dan keefektifan dari pembakuan terhadap ukuran-ukuran
human factors discipline atau ergonomi tubuh (antropometri) orang-orang
adalah: (1) melakukan terobosan dalam Indonesia pada umumnya atau orang-
teknologi untuk melakukan perubahan orang Bali pada khususnya, sehingga
secara fundamental terhadap natural of dalam mendesain tempat duduk (kursi)
work; (2) menentukan kemampuan kerja dapat mengacu kepada ukuran-ukuran
yang berhubungan dengan tingkat tersebut. Seandainya ukuran-ukuran
pendidikan, pengalaman dan baku tersebut belum ada, dapat
kematangan atau kedewasaan dilakukan pengukuran terhadap
seseorang; (3) memberikan nilai antropometri siswa atau mahasiswa
perbedaaan yang mendasar setelah yang akan menggunakan tempat duduk
perang dunia II dilihat dari beberapa tersebut. Tapi jika data antropometri
fakta yang ada berupa partisipasi dalam siswa tersebut juga tidak ada, maka
membuat kebijakan, adanya dapat digunakan persyaratan tempat
kemampuan berbicara, adanya duduk sebagai berikut (Nala, 1994).
kepuasan sosial yang berhubungan
1. Tinggi alas duduk dari lantai 38 – 54 punggung dan sakit pada otot-otot leher
cm (setinggi telapak kaki sampai dan bahu. Terkait dengan masalah
belakang lutut atau popliteal). tersebut, Sutajaya & Citrawathi (2001)
2. Alas duduk hendaknya agak miring melaporkan bahwa perbaikan kondisi
ke belakang (14o – 24o dari bidang kerja yang mengacu kepada kaidah-
horizontal atau dari lantai). kaidah ergonomi dalam menggunakan
Kemiringan ini diperlukan, agar tubuh mikroskop di Laboratorium Biologi
tidak melorot ke depan pada saat STKIP Singaraja mengurangi gangguan
duduk pada sistem muskuloskeletal sebesar
3. Ujung tepi depan alas duduk dibuat 54,03 % (p < 0,05). Untuk mengatasi
agak bulat untuk menghindari masalah tersebut maka perlu dipilih
tekanan pada bagian bawah paha. meja belajar yang sesuai dengan si
Ujung bagian depan ini dapat pemakainya. Dalam hal ini, Grandjean
ditinggikan 4o – 6o dari alas duduk. (1988) menyatakan bahwa tinggi meja
4. Luas alas duduk sebaiknya untuk menulis dan membaca dalam
disesuaikan dengan ukuran pantat posisi duduk adalah antara 74 – 78 cm
yaitu: 40 – 45 cm melintang dan 38 – untuk laki-laki dan antara 70 – 74 cm
42 cm membujur. untuk wanita. Sedangkan Dul &
5. Sandaran pinggang dan punggung Weerdmeester (2003) menyatakan
hendaknya agak miring ke belakang bahwa untuk kegiatan yang sering
dengan sudut 105o – 110o terhadap menggunakan mata, tangan dan lengan
alas duduk. Bentuk sandaran sebaiknya bidang kerja berada pada 0 –
pinggang dan punggung sebaiknya 15 cm di atas tinggi siku. Pengetahuan
disesuaikan dengan lengkung ini memegang peranan penting di dalam
vertebrae pada tubuh manusia. upaya peningkatakan pemahaman guru
Sandaran tersebut akan menopang tentang manfaat meja belajar yang
punggung dan pinggang dengan baik ergonomic bagi kesehatan dan
bila ukuran tingginya 48 – 50 cm dan kenyamanan siswa dalam proses
lebarnya 32 – 36 cm. pembelajaran.
Pengetahuan tersebut Papan tulis yang digunakan
memegang peranan penting di dalam sebagai sarana belajar, kadang-kadang
meningkatkan pemahaman guru tentang ditempatkan pada tempat yang tidak
kaidah yang harus diikuti terkait dengan ergonomis, sehingga dapat
tempat duduk siswa. memunculkan gangguan fisiologis pada
Meja belajar adalah meja yang siswa atau mahasiswa saat membaca
digunakan sebagai alas pada saat tulisan atau pesan yang dibuat di papan
melakukan aktivitas belajar. Bila meja tulis tersebut. Untuk mengatasi masalah
belajar terlalu tinggi maka bahu akan tersebut perlu diketahui kaidah-kaidah
lebih sering terangkat pada saat menulis ergonomi yang dapat digunakan
atau meletakkan tangan di atas meja sebagai acuan di dalam penempatan
dan bila terlalu rendah maka sikap tubuh papan tulis tersebut. Dalam hal ini
akan membungkuk pada saat menulis. Grandjean (1988) menganjurkan agar
Sikap tubuh yang seperti itu dapat rotasi mata saat melihat suatu objek,
mengakibatkan sakit pinggang atau tidak lebih dari 5o di atas horizontal
plane dan 30o di bawah horizontal plane. hendaknya disesuaikan dengan jenis
Dengan demikian berarti penempatan pekerjaan, tajam lihat seseorang dan
papan tulis hendaknya lingkungannya; (2) diupayakan agar
memperhitungkan siswa yang duduk mendapatkan penampilan penglihatan
paling depan dan paling belakang, sebesar 100%; (3) di dalam
sehingga rotasi mata mereka tetap merencanakan penerangan, di samping
berada pada rentangan tersebut di atas. efisiensi penglihatan, faktor keamanan,
Dengan kata lain, tinggi papan tulis kenyamanan dan keselamatan perlu
harus mengacu kepada tinggi mata diperhitungkan; (4) intensitas
siswa dalam posisi duduk. penerangan yang baik adalah minimal
Di samping itu masalah silau 200 lux, atau disesuaikan dengan jenis
juga harus diperhitungkan, karena silau aktivitas di tempat tersebut; dan (5)
membuat rasa tidak nyaman dan penerangan harus diutamakan pada
mengurangi kemampuan mata untuk pekerjaan pokok, kemudian pada latar
melihat. Silau muncul karena ada belakangnya dan terakhir pada
bagian-bagian lapang pandang yang lingkungannya (dinding, atap, lantai dan
terlalu terang dibandingkan dengan lain-lain) (Manuaba, 2004a).
tingkat penerangan umum di tempat Untuk kegiatan belajar
tersebut. Silau dapat dihindari dengan (membaca dan menulis) diperlukan
jalan: (1) menempatkan dengan tepat intensitas penerangan sebesar 350 –
sumber penerangan terhadap tempat 700 lux (Grandjean, 1988). Data ini
kerja atau sebaliknya; (2) menurunkan ditunjang oleh hasil temuan Antari
intensitas penerangan sumber; (3) (2004) yang melaporkan bahwa
mengganti bahan yang mengkilat; (4) intensitas pencahayaan di ruang mikro
memberi penerangan yang memadai konseling IKIP Singaraja adalah 398,75
pada latar belakang penyebab silau lux pada kelompok perlakuan dan
tersebut; dan (5) menghilangkan kontras 402,56 lux pada kelompok kontrol.
(Manuaba, 2004a). Pemahaman guru Untuk memperoleh penerangan sebesar
terhadap kajian ergonomi dalam 600 lux, berapa diperlukan lampu TL “b”
penempatan papan tulis dan faktor silau watt dalam ruangan seluas “a” m2, dapat
yang dapat mengganggu proses dilihat pada rumus sebagai berikut
pembelajaran dapat dimanfaatkan (Manuaba, 2004a).
sebagai upaya peningkatan X = (a x 60 x 1/15 watt) : b
profesionalisme guru dalam mengelola Contoh:
sarana pembelajaran. Berapakah diperlukan lampu TL 40 watt
Penerangan yang baik sangat dalam ruangan seluas 100 m2
penting, agar pekerjaan dapat dilakukan X = (100 x 60 x 1/15 watt) : 40 watt
dengan benar dan dalam situasi = (6000/15 watt ) : 40 watt
nyaman. Di samping itu pada saat = 400 : 40
melakukan aktivitas dapat melihat objek = 10
dengan jelas dan cepat, sehingga tidak Jadi diperlukan 10 lampu TL
melelahkan mata. Prinsip penerangan Dalam hal ini penggunaan lampu
yang baik adalah: (1) jumlah atau neon (TL) lebih baik daripada lampu
intensitas penerangan yang diperlukan pijar, karena lampu TL memberi
Mood
Elemen
Kegembiraan Kesedihan Kegairahan
Frekuensi Tinggi Rendah Bervariasi
Variasi melodi Kuat Tajam Kuat
Tone course Mula-mula moderat, Menurun Mula-mula kuat lalu
lalu menurun menurun
Warna nada Many overtones Fewer overtones Barely any overtones
Tempo Cepat Lambat Medium
Volume Keras Halus Variasi tinggi
Ritme Tak teratur Teratur Variasi tak teratur
(Sumber: Howard, 2006 dalam Pasiak & Others, 2007)
Mikroklimat di ruang belajar dinding, lantai dan lain-lain),
ditentukan oleh suhu udara, suhu kelembaban udara, gerakan udara dan
permukaan (suhu di atas meja, jendela, kualitas udara. Suhu yang dirasakan
seseorang merupakan rerata dari suhu aktivitas alat pencernaan menurun; (e)
udara dan suhu permukaan. Untuk rasa suhu inti tubuh meningkat; (f) aliran
nyaman, perbedaan suhu udara dan darah ke kulit juga meningkat; dan (g)
suhu permukaan hendaknya sekecil produksi keringat meningkat. Melihat
mungkin, karena itu diambil patokan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
agar perbedaan rerata suhu permukaan suhu ruangan yang panas, maka sudah
hendaknya tidak lebih dari 2 – 3o C di menjadi keharusan bagi untuk
atas atau di bawah suhu udara. mendisain ruang belajar yang mengacu
Sedangkan perbedaan suhu antara di kepada kaidah-kaidah ergonomi, demi
dalam dengan di luar ruangan, tidak tercapainya produktivitas belajar yang
lebih dari 4o C. Jika melebihi batas setinggi-tingginya. Dengan demikian
tersebut, hendaknya dibuat ruang antara berarti energi yang dikeluarkan
untuk proses adaptasi terhadap sepenuhnya untuk kegiatan belajar dan
perbedaan suhu tersebut (Manuaba, tidak ada energi yang terbuang untuk
2004a). mengatasi kondisi ruangan yang tidak
Suhu udara di satu ruangan, nyaman. Pengetahuan guru tentang
hendaknya antara 20 – 24o C pada mikroklimat di ruang belajar dapat
musim dingin dan antara 23 – 26o C di dimanfaatkan sebagai acuan di dalam
musim panas (Helander & Shuan, mendesain ruang belajar yang nyaman
2005). Sedangkan kelembaban relatif di dan tidak menimbulkan respon fisiologis
satu ruangan tidak boleh kurang dari yang tidak diinginkan.
30% atau antara 40 – 60% di musim Pembelajaran melalui
panas, merupakan kelembaban relatif pendekatan SHIP menghendaki
yang memberi suasana nyaman di pergeseran peran mahasiswa yang
ruangan tersebut. Suhu nyaman untuk semula hanya bertindak sebagai
daerah tropis adalah antara 22 s.d. 28o penerima informasi secara pasif
C dengan kelembaban relatif antara 70 menjadi: (a) pebelajar yang aktif dan
s.d. 80% (Manuaba, 2004a). Gerakan inovatif; (b) pebelajar yang mampu
udara di satu ruangan memberi berpikir kritis dan kreatif dalam
pengaruh kepada suhu yang dirasakan menganalisis dan mengaplikasikan
seseorang. Agar gerakan udara tersebut fakta, konsep dan prinsip yang
tidak menimbulkan dampak yang tidak dipelajari; (c) pebelajar yang mampu
diinginkan, maka dalam hal ini bekerja dalam tim secara kondusif; (d)
dianjurkan agar gerakan udara di dalam pebelajar yang mampu mengkaji
ruangan tidak lebih dari 0,2 m/ detik masalah secara sistemik, holistik dan
(Manuaba, 2004a). interdisipliner; dan (e) pebelajar yang
Seandainya mikroklimat di ruang peka terhadap masalah yang ada di
belajar tidak diperhatikan, sehingga masyarakat yang ditelusuri secara
ruang tersebut menjadi panas, maka partisipatori (Sutajaya, 2006). Dengan
akan menimbulkan respon fisiologis: (a) demikian pembelajaran melalui
meningkatnya rasa lelah yang diikuti pendekatan SHIP diharapkan dapat
dengan hilangnya efisiensi kerja mental meningkatkan kualitas kesehatan
dan fisik; (b) denyut jantung meningkat; pebelajar dan luaran proses belajarnya.
(c) tekanan darah meningkat; (d)