Merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh:
Pemungut Pajak
1. Bank Devisa dan Direktorat Jendral Bea Cukai, atas impor barang
2. Direktorat Jendral Perbendaharaan, yang melakukan pembayaran ats pembelian
barang.
3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)
dan/atau belanja daerah (APBD), kecuali badan badan tersebut dalam butir 4.
4. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel, PT Pertamina,
dan Bank Bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya
bersumber dari APBN mupun non – APBN
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, atas penjualan hasil produksinya didalam negeri.
6. Produsen atau Importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas atas penjualan
bahan bakar minyak, gas dan pelumas.
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak atas
pembelian bahan bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.
8. Wajib pajak yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
3. Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
Catatan:
Yang dimaksud denga nilai impor adalah berupa uang yang digunakan sebagai dasar
perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar Cost Insuranse and Freigh (CIF) +
bea masuk + pengutan pabean lainnya.
Contoh 1.
1. DELL, memiliki nomor API melakukan impor komputer dari Amerika Serikat
dengan perincian sebagai berikut:
Contoh 2
Seperti no 1 diatas akan tetapi PT Dell tidak memiliki nomor API , maka perhitungan PPh
Pasal 22 adalah sebagai berikut:
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja negara atau belanja daerah dikenakan
pemungutan PPh 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian.
Contoh3
PT Bangun Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada Departemen Dalam Negeri
seniali Rp.220.000.000,00 pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Departemen Dalam
Negeri. Dalam kontrak penjualan dengan pemerintah yang didanai dari APBN/APBD,
biasanya harga jual sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
Besarnya PPh 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih di
dalam negeri adalah sebesar 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP)
Penjualan kendaraan bermotor yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas
industri otomotif adalah penjualan kendaraan kepada :
Instansi pemerintah
Korps diplomatik
Bukan Subjek Pajak
Besarnya PPh 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok pada saat penjualan rokok di
dalam negeri adalah 0,15% dari harga bandrol (pita cukai), dan bersifat final.
Besarnya PPh 22 yang wajib dipungut oleh industri kertas pada saat penjualan kertas di
dalam negeri adalah 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai
Besarnya PPh 22 yang wajib dipungut pasar oleh industri semen pada saat penjualan
semen dalam negeri adalah 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pajak Pertambahan
Nilai
PPh Pasal 22 = 0,25% x DPP PPN
Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah penjualan semen dalam negeri
PT Indosement, PT Semen Cibinong, dan PT Semen Nusantara kepada distributor
utama/tunggalnya
Besarnya PPh 22 yang wajib dipungut pasar oleh industri Baja pada saat hasil
produksinya dalam negeri adalah 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pajak
Pertambahan Nilai
8. Atas Pembelian Bahan Bahan Untuk Keperluan Industri atau Ekspor oleh industri yang
Bergerak dalam Sektor Perhutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Perikanan dari
Pedagang Pengumpul
Besarnya PPh pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri atau eksportir yang bergerak
dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan yang telah terdaftar
sebagai Wajib Pajak adalah sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai
9. Cara menghitung PPh Pasal 22 yang di pungut oleh Pertamina dan Badan Usaha Selain
Pertamina
Besarnya PPh 22 yang wajib dipungut oleh pertamina dan badan usaha lainnya yang
bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas
penjualan hasil produksinya adalah sebagai berikut:
Catatan:
Pemungutan PPh 22 ini bersifat final ats penyerahan/penjualan hasil produksi kepada
penyalur/agennya. Sedangkan penjualan kepada pembeli lainnya (misalnya pabrikan)
pemungutannya tidak bersifat final, sehingga PPh pasal 22-nya diperhitungkan sebagai
kredit pajak.
Besarnya PPh pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah adalah
sebesar 5% (lima persen) dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
Besarnya PPh 22 yang dipungut terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan Wajib
pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Kepemilikan NPWP dapat
dibuktikan oleh WP, antara lain dengan cara menunjukkan karta NPWP
Archive cekkembali.com
Lihat juga
Tinggalkan Balasan
Nama *
Email *
Website
Kategori
Kategori