Tinjauan Kepustakaan
Tinjauan Kepustakaan
PENDAHULUAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik yang terjadi pada bayi di usia
hingga 28 hari dan merupakan penyebab utama dari morbiditas dan kematian bayi
baru lahir.1 Infeksi awal bakteri sistemik/ early onset of septicemia (EOS)
meningitis bakteri yang terjadi pada 72 jam pertama bayi yang dirawat di rumah
sakit unit perawatan intensif neonatal (NICU) dan di bawah usia 7 hari untuk bayi
aterm.2,3,4 . Pada bayi prematur, EOS lebih sering didefinisikan dengan infeksi
yan terjadi pada 3 hari pertama kehidupan dan disebabkan oleh bakteri patogen
ditularkan secara vertikal dari ibu ke bayi sebelum atau saat melahirkan.4
Data terbaru WHO (2015) terdapat 4,5 juta kematian bayi dibawah lima
tahun, 75% diantaranya terjadi pada tahun pertama kehidupan. Insiden global
sepsis neonatorum berkisar 1−8 kasus/1.000 kelahiran hidup dengan case fatality
rate (CFR) yang berkisar 10−50%. Insiden kematian oleh karena sepsis
kelahiran hidup.5 Di Rumah Sakit DR. Soetomo Surabaya pada tahun 2015
Djajakusli dkk. melaporkan dari 807 kelahiran neonatus didapatkan 101 (12,5%)
kematian dan sepsis sebagai penyebab kedua tertinggi yaitu hingga 54 kasus.6
pemeriksaan darah lengkap dengan diferensial, kultur darah, kultur urin, dan
1
pungsi lumbal.7 Sebagai tambahan, dapat pula diambil kultur dan pewarnaan
Gram aspirasi trakea pada neonatus yang diintubasi tak lama setelah lahir.
Pemeriksaan reaktan fase akut, seperti C-reaktif protein (CRP) dan prokalsitonin
(PCT), menjadikan penilaian semakin kuat dalam diagnosis bayi dengan dugaan
sepsis. Kebutuhan akan foto rontgen dada biasanya ditentukan oleh adanya gejala
gangguan pernapasan.7 Pada neonatal kultur darah yang sampel darahnya diambil
dari vena perifer merupakan Gold standard untuk penegakkan diagnosis sespsis
neonatarum.8 Pada pemeriksaan ini darah yang diperlukan sekitar 1.5-5 ml. Pada
bayi baru lahir dengan berat sangat rendah maka diperkirakan kehilangan darah
terhadap semua bayi terutama pada bayi prematur, terkhusus untuk bayi dengan
berat lahir extrim rendah, yaitu mereka yang memiliki berat lahir <1000 g. Darah
pada tali pusat sebagai sumber alternatif untuk pemeriksaan laboratorium dapat
memberikan dokter informasi yang diperlukan tanpa harus kehilangan darah sama
sekali.11
pada bayi baru lahir belum rutin dilakukan di Indonesia. Masih diperlukan studi
lebih lanjut serta evaluasi khususnya di Indonesia untuk kedepannya hal ini dapat
diterapkan.
2
1.2 Tujuan
kultur darah tali pusat dapat digunakan sebagai acuan penegakkan diagnosis
sepsis neonatorum.
3
BAB 2
SEPSIS NEONATORUM
bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka
kejadian Sepsis neonatorum adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai
13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500 gram. Angka
kematian 13-50%, terjadi pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus
2.1 Patofisiologi
sepsis dini/EOS dan sepsis lambat/late onset sepsis (LOS). EOS, terjadi pada 5-7
penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada
ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara
asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan
cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan
lahir. Kolonisasi sering terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan
4
tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini
ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan
2.2 Patogen
Bakteri yang paling sering menyebabkan EOS pada bayi cukup bulan dan
tambahan yang perlu diwaspadai, adalah streptokokus jenis lain (kebanyakan grup
adalah E. coli dan batang Gram negatif, hal ini meyebabkan sepsis oleh Gram
negatif merupakan etiologi yang paling sering untuk EOS. Hal yang perlu di catat
5
juga bahwa saat ini bakteri pathogen kemungkinan besar akan dikonfirmasi oleh
metode kultur, ada banyak episode sepsis neonatorum secara klinis yang dikelola
secara empiris dengan antibiotik meskipun tidak memiliki patogen yang diisolasi.7
Amerika Serikat, kolonisasi ibu diperkirakan 26% . Faktor risiko untuk kolonisasi
GBS ibu termasuk ras Afrika-Amerika, usia ibu 20 tahun, paritas rendah, dan
sekitar 50% dari kasus, dan bayi menjadi terkolonisasi baik secara intrapartum
atau melalui translokasi bakteri meskipun membran masih dalam keadaan utuh.
mungkin resiko lebih tinggi dari Sepsis neonatorum yang disebabkan untuk E.
E. coli adalah penyebab utama kedua EOS pada neonatus, Shane dkk.
(2013) meaporkan diperkirakan sekitar 24% dari semua episode EOS, dengan
81% kasus terjadi di bayi prematur.14 Khusus ntuk bayi dengan berat lahir sangat
rendah, E. coli adalah penyebab paling sering pada EOS, terhitung 33,4% episode
dalam penelitian multi center yang besar.2 Insiden berbasis populasi baru-baru ini
di salah satu NICU di Amerika Serikat dilaporkan menjadi 0,28 / 1.000 langsung
6
meningkat sebagian karena frekuensi ibu profilaksis antibiotik untuk GBS.
Coliform, termasuk E. coli, sering berkolonisasi dari saluran vagina ibu, dan bayi
mendapatkannya pada saata atau sebelum persalinan. EOS sekunder dari E. coli
sering hadir dengan bakteremia dengan atau tanpa meningitis di waktu kelahiran.
Syok septik dengan gambaran klinis yang terkait dengan endotoksemia mungkin
ada.7
Tanda-tanda klinis dan gejala sepsis pada bayi baru lahir bervariasi sesuai
dengan usia kehamilan dan tingkat keparahan infeksi. Sangat jarang bayi lahir
dengan demam kecuali mereka dilahirkan oleh ibu yang demam dan segera
demam setelah kelahiran. Hal yang lebih umum yaitu bayi sepsis cenderung
menjadi hipotermis saat kelahiran. Tanda sistemik ini adalah salah satu dari
banyak penanda sepsis yang tidak spesifik. Gejala umum termasuk lesu,
hipotermia, dan makan yang buruk, dan tanda-tanda yang tidak spesifik mungkin
termasuk anuria dan asidosis. Seperti pneumonia , sepsis pada bayi yang baru
lahir juga menampakkan gejala pernapasan yang umum seperti apnea, takipnea,
buruk, berkurangnya waktu isi ulang kapiler, dan hipotensi. Pada gangguan
kembung dengan atau tanpa adanya bowel loop. Jadi sangat penting untuk
atau masalah menyusui bisa menjadi tanda pertama infeksi yang mengancam
jiwa.7,12
7
2.2.4 Pemeriksaan Laboratorium
dalam darah banyak digunakan sebagai tes skrining untuk Sepsis neonatorum.
Hanya saja, tidak satupun tes tersebut yang secara akurat dalam
bergantung pada usia, dengan puncak selama 12 hingga 14 jam pertama usia
(kisaran, 7.800 sel / mm3 hingga 14.500 sel / mm3).16 Selama 72 jam hingga
240 jam, rentang nilainya dari 2.700 sel / mm3 (persentil ke-5) hingga 13.000
sel / mm3 (peresntil ke-95 ) pada bayi cukup bulan.17 Hitung jumlah total sel
darah putih memiliki nilai prediktif positif yang buruk untuk sepsis.18,19
Jumlah absolut neutrophil yang belum matang mencapai puncak pada usia 12
jam, dari nilai maksimum 1.100 sel / mm3 hingga 1.500 sel / mm3 pada 12
jam.16 Sebaliknya, maksimum rasio normal sel darah putih belum matang
terhadap total (rasio I: T) sebesar 0,16 terjadi saat lahir dan mencapai titik
terendah 0,12 dengan peningkatan usia pasca kelahiran. Nilai tunggal dari
rasio I: T (0,3) miliki nilai prediktif negatif yang sangat tinggi (99%) tetapi
sangat buruk pada nilai prediksi positif (25%) untuk Sepsis neonatorum.20,21,22
sebuah kombinasi dari 2 pemeriksaan serial normal I: T rasio dan kultur darah
negatif pada 24 jam pada neonatus segera setelah lahir secara akurat
8
Hitung Jumlah Platelet
penegakkan diagnosis dari sepsis neonatorum dan tidak begitu berperan dalam
Kultur darah
darah. Volume darah dibutuhkan untuk kultur untuk neonatus jauh lebih
rendah dari darah yang dibutuhkan pada orang dewasa karena neonatus
mereka daripada orang dewasa. Sebagai hasilnya, 0,5 ml sudah bisa dianggap
melibatkan jumlah koloni rendah (4 CFU / ml), dan dua pertiga dari mereka
yang berumur 2 bulan memiliki koloni jumlah 10 CFU / ml.26,27 Volume 0,5
ml darah terbukti tidak cukup untuk mendeteksi sebagian besar bayi dengan
dimasukkan ke dalam satu botol kultur darah.29 Darah yang paling sering
diambil berasal dari vena perifer, tetapi sampel darah yang diperoleh dari
kateter arteri umbilikal sesaat setelah insersi juga dapat digunakan. Darah
diambil dari vena umbilikal memiliki risiko yang lebih besar terkontaminasi
9
BAB 3
Darah tali pusat (dikenal juga dengan darah tali pusat ) adalah darah yang
berada di umbilikal dan plasenta setelah kelahiran bayi dan setelah terpotongnya
tali pusat.32 Darah tali pusat mengandung banyak sel janin yang dapat dipelajari
dan memiliki peran dalam berbagai penyakit. Sebagai sampel darah ini sangat
membantu dalam respon imun dan studi gizi. Darah tali pusat mengandung sel
hematopoietik dan sel progenitor yang dapat menggantikan sumsum tulang pada
Kultur darah tali pusat diambil setelah bayi dilahirkan dan tali pusat telah
dipotong/terpisah antara bayi dan plasenta. Darah yang tersisa di plasenta / tali
pusat tidak lagi berguna bagi bayi dan dianggap sebagai limbah biologis. Karena
itu tidak ada risiko bagi ibu atau bayi dalam proses pengumpulan darah tali
pusat.33 Pengambilan darah tali pusat sebagai sampel dengan beberapa indikasi
tatalaksana anemia berat pada janin, c) penilaian kadar oksigen janin, d) penilaian
Pengambilan darah tali pusat Ex-Utero harus sesegera mungkin dilakukan segera
setelah plasenta dilahirkan dan sebelum proses pembekuan alami terjadi.33 (proses
pusat)
10
Berikut prosedur kerja pengambilan darah dari umbilikal :35
Setelah bayi dilahirkan, jepit tali pusat di dua tempat yaitu tali pusat di
dekat bayi dan tali pusat di dekat plasenta masing masing dengan
menggunakan dua klamp dan potong tali pusat diantara masing kedua
klamp tersebut.
Gunakan jarum steril nomor 22 dan spuit, keluarkan darah sekitar 1.5 ml
11
Ganti jarum dari spuit dengan jarum yang steril dan bersihkan tutup
12
BAB 4
NONATORUM
tali pusat telah di lakukan sejak lebih dari 50 tahun yang lalu oleh beberapa
peneliti. Beberapa studi dilakukan dengan membandingkan hasil dari kultur darah
tali pusat dengan kultur darah vena perifer pada neonatus telah di lakukan dengan
hasil mayoritas menyatakan kultur darah tali pusat layak untuk digunakan untuk
Dari sekian banyak penelitian tentang kultur darah tali pusat dengan hasil
yang lebih banyak keunggulan dibanding kultur darah vena perifer namun tetap
sampai sekarang kultur darah tali pusat masih belum dapat menggantikan kultur
darah vena perifer sebagai gold standard penegakkan diagnosis sepsis pada bayi
penelitian yang dilakukan oleh pusat pusat penelitian yang lebih besar dengan
Peneliti,tahun Laporan
Pryles, 1963 Efek dari infeksi korioamnionitis pada bayi baru lahir dengan
Albers dan Tyler, 1966 Studi hubungan faktor faktor obstetric yang berhubungan dengan
Anagostakis, 1975 Hubungan risiko infeksi dengan kateterisasi vena umbilical pada 185
pasien.
Polin, 1981 Diagnosis sepsis neonatorum dengan menggunakan kultur darah tali
13
pusat pada 200 pasien
Beram, 2012 Utilisasi dari darah tali pusat untuk mengevaluasi Group B
Kalathia, 2013 Studi darah tali pusat dalam diagnosis EOS di antara 45 bayi baru lahir
Meena, 2015 Utilitas kultur darah tali pusat dalam diagnosis EOS pada 40 neoatus
Mandot, 2017 Perbandingan kultur darah tali pusat dengan kultur darah vena perifer
Aundhakar, 2018 Studi kultur darah dalam diagnosis EOS pada 75 bayi dengan faktor
risiko tinggi
Greer, 2019 Studi tentang kelayakan vena umbilikal sebagai sampel untuk
pemeriksaan darah lengkap dan kultur darah pada 110 pasien yang
masuk NICU
4.1 Hubungan kultur darah tali pusat dengan ketuban pecah dini sebagai
Prylers dkk. Pada tahun 1963 pada studinya melaporkan adanya korelasi
antara pemeriksaan kultur darah tali pusat, vaskulitis umbilikal, dan gejala klinis.
Kultur yang positif di dapatkan dari 47% dan 37% pada populasi control, pada
insiden vaskulitis umbilikalis didapatkan 20% pada populasi studi dan 6% pada
populasi control. Dari 62 ibu dengan ketuban pecah dini (KPD) 12-38 jam proses
kelahiran dan yang dilakukan pemeriksaan secara histologi pada tali pusatnya
16% memperlihatkan keduanya infalamasi pada vena umbilical dan hasil kultur
tali pusat yang positif. Lima dari bayi yang terakhir adalah bayi yang sakit dan 2
14
diantaranya sepsis terbukti secara bakteriologis. Dari 13 bayi dengan kondisi tali
pusat yang normal tapi kultur positif 2 diantaranya secara klinis sakit dan 1 bayi
sepsis terbukti secara bakteriologis. Satu dari dua bayi dengan vaskulitis
umbilikalis dan kultur darah negatif, namun secara klinis dinyatakan sepsis .37
Pada tahun 1966 Albers dan Tyler, melakukan studi hubungan faktor
faktor obstetrik yang berhubungan dengan bakteremia pada 319 pasien bayi yang
baru lahir, hampir serupa dengan prylers dkk. Albers dan tyler melaporkan
kondisi bakteremia pada bayi baru lahir berhubungan dengan KPD lebih dari 24
jam sebelum kelahiran, pemanjangan durasi dari periode laten hingga 24 jam,
warna dan bau dari cairan ketuban, dan adanya gangguan nafas pada bayi.
Bakteremia nenonatal terjadi pada 30 kasus dari 319 pasien yang diteliti.
dari 178 pasien dengan KPD kurang dari 24 jam hanya 6(3%) yang didapatkan
kasus(17%).38
4.2 Bakteri pada kultur darah tali pusat dibandingkan dengan kultur darah
vena perifer
neonatal , dua kasus dengan dua bakteri yang berbeda yang terisolasi dalam kultur
darah tali pusat. Kasus yang pertama didapatkan streptococcus dari group
15
Tabel.2 Bakteri yang terisolasi pada kultur darah
Sumber : Tyler CW, Albers WH. Obstetric factors related to bacteremia in the newborn infant.
Am J Obstet Gynecol.1966;94(7):970–6.
Pada tahun 1981 Polin dkk. melaporkan dari 200 kultur darah tali pusat
Sumber : Polin JI, Knox I, Baumgart S, Campman E,Mennuti ME, Polin RA. Use of umbilical
cord blood culture for detection of neonatal bacteremia. Obstet Gynecol
1981;57(2):233-37
16
Beeram dkk.(2012) melaporkan pada 198 bayi yang diambil kultur darah
tali pusat, terdapat 2 kultur yang positif yaitu pada kasus pertama dengan bakteri
Pada keseluruhan kultur darah pada 305 sampel di dapatkan E.coli 1 kasus (0.3%)
dan Staphylococcus auricularis 1 kasus (0.3%) tetapi seperti halnya dengan kultur
Sumber : Beeram MR, Loughran C, Cipriani C, Govande V. Utilization of Umbilical Cord Blood
2012;51(5):447-53
Aundhakar dkk. (2019) dalam studinya kultur darah tali pusat pada
diagnosis EOS di antara anak dengan faktor risiko tinggi melaporkan 75 neonatus
yang diambil kultur darah tali pusatnya 2(2.7%) kultur positif dengan bakteri
1(1.3%). Pada kultur darah vena perifer didapatkan hasil Group B streptococcus
17
Tabel 5. Bakteri yang ditemukan pada kultur darah tali pusat dan vena perifer
Sumber :Aundhakar CD, Tatiya H, Karande G, Akhila S, Madhura K. Study of umbilical cord
blood culture in diagnosis of early-onset sepsis among newborns with high-risk factors.
Greer dkk. pada tahun 2019 melaporkan hasil studinya tentang kelayakan
vena umbilikal sebagai sampel untuk pemeriksaan darah lengkap dan kultur darah
pada 110 pasien yang masuk NICU didapatkan kultur darah tali pusat positif 9
dari 107 sampel yaitu E.coli (n=2), Streptococcus group viridans (n=2)
Sumber : Greer R, Koeppel R. Can Fetal Umbilical Venous Blood Be a Reliable Source for
Admission Complete Blood Count and Culture in NICU Patients ? Neonatology
2019;115:49–58
18
4.3 Perbandingan diagnosis pada kultur darah tali pusat dibandingkan
Pada tahun 2015 oleh Meena dkk. studinya tentang utilitas kultur darah
tali pusat pada diagnosis EOS pada neonatal melaporkan dari 40 nenonatus 2
E.coli yang pada kultur darah vena perifer juga didapatkan pertumbuhan bakteri
ini. Dari ketiga kasus ini telah didiagnosis dengan sepsis klinis dan juga positif
Tabel 7. Parameter diagnosis kultur darah tali pusat plasenta, sepsis screen, dan
CRP darah tali pusat plasenta
Sumber : Meena J, Victor M, Charles P, Kali A, Ramakrishnan S, Gosh S, et al. Utility of cord
blood culture in early onset neonatal sepsis. AMJ : 2015;8(8):263–7.
Waktu rata rata menentukan hasil positif pada BACTEC adalah 9.6 jam
pada kultur darah tali pusat dan 15.2 jam pada kultur darah vena perifer, meskipun
CRP pada darah tali pusat negatif di semua bayi, 11 bayi (27.5%) merupakan
positif pada sepsis screen, 3 bayi (7.5%) positif kultur darah tali pusat, dan 1
19
Tabel 8. Hasil tes diagnosis pada sepsis neonatorum dengan sepsis screen dan
CRP darah tali pusat
Sumber : Meena J, Victor M, Charles P, Kali A, Ramakrishnan S, Gosh S, et al. Utility of cord
blood culture in early onset neonatal sepsis. AMJ : 2015;8(8):263–7.
Pada studi yang lain oleh Mandot dkk.(2017) 80 neonatus dengan 2 atau
lebih faktor risiko untuk EOS, 23 diantaranya positif pada sepsis screen, dan 6
pada kultur darah tali pusat, 2 lainnya terdapat di kedua baik kultur darah tali
pusat maupun kultur darah vena perifer. Bakteri yang tumbuh adalah E. Coli,
Tabel 9. Hasil tes diagnosis pada sepsis neonatorum dengan sepsis screen
Sumber: Mandot S, Gandhi JS, Mandot S, Pediatr JC. Umbilical cord blood culture versus
peripheral venous blood culture in early onset neonatal sepsis. Int J Contemp Pediatr
2017;4(1):1–4.
Waktu rata-rata untuk hasil positif pada BACTEC adalah 10 jam untuk
kultur darah tali pusat dan 16 jam untuk kultur darah vena perifer, pada table
berikut di tunjukkan sensitifitas kultur darah tali pusat adalah 100% dan
spesifitasnya 98.8%.41
20
Tabel 10. Sensitifitas dan spesifitas dari kultur darah tali pusat
Sumber: Mandot S, Gandhi JS, Mandot S, Pediatr JC. Umbilical cord blood culture versus
peripheral venous blood culture in early onset neonatal sepsis. Int J Contemp Pediatr
2017;4(1):1–4.
diagnosis EOS pada 75 bayi dengan faktor risiko tinggi melaporkan perbandingan
efisiensi diagnosis dari sepsis screen dengan kultur darah tali pusat yaitu
sensitifitas dari sepsis screen 61.54 % dan spesifitasnya 74.19% dengan nilai
Tabel 11. Efisiensi diagnosis dari sepsis screen dibandingkan kultur darah tali
pusat
Sumber: Aundhakar CD, Tatiya H, Karande G, Akhila S, Madhura K. Study of umbilical cord
blood culture in diagnosis of early-onset sepsis among newborns with high-risk factors.
Int. J. Med. Health Res. 2018;4(1):41–6
screen menjadi 100% dan sepsifitasnya menjadi 71.83% dengan nilai prediksi
positif dan negatif adalah 16.67 % dan 100 %. Keseluruhan kultur darah vena
21
Tabel 11. Efisiensi diagnosis dari sepsis screen dibandingkan kultur darah vena
perifer
Sumber: Aundhakar CD, Tatiya H, Karande G, Akhila S, Madhura K. Study of umbilical cord
blood culture in diagnosis of early-onset sepsis among newborns with high-risk factors.
Int. J. Med. Health Res. 2018;4(1):41–6
kultur darah vena perirfer, sensitifitas kultur darah tali pusat adalah 75% dan
speisfitasnya 85.92% dengan nilai prediksi positif dan negatif adalah 23.08% dan
98.39%.36
Tabel 12. Efisiensi diagnosis dari kultur darah tali pusat dibandingkan kultur
darah vena perifer
Sumber: Aundhakar CD, Tatiya H, Karande G, Akhila S, Madhura K. Study of umbilical cord
blood culture in diagnosis of early-onset sepsis among newborns with high-risk factors.
Int. J. Med. Health Res. 2018;4(1):41–6
tinggi35, b) Mengurangi risiko kehilangan darah iatrogenic dan hasil lebih cepat 10,
22
c) Tidak terdapat risiko baik pada bayi maupun pada ibu33, d) Tidak
terkontaminasi30,
23
BAB 5
RINGKASAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik yang terjadi pada bayi di usia
hingga 28 hari dan merupakan penyebab utama dari morbiditas dan kematian bayi
baru lahir. Identifikasi dan penegakkan diagnosis dengan cepat harus segera
dilakukan untuk kondisi ini. Untuk itu diperlukan dengan segera pemeriksaan-
pemeriksaan yang dipakai dengan segera yaitu dengan kultur darah. Sampai saat
ini kultur darah masih menjadi gold standard untuk penegakkan diagnosis sepsis,
terutama pada neonatal. Dalam hal ini pemeriksaan kultur darah yang paling
sering dilakukan adalah kultur darah dengan pengambilan darah dari vena perifer
dari bayi. Namun hal ini kadang kadang terkendala dalam proses pengambilan
yaitu karena vena bayi yang sangat kecil dan tipis sehingga sulit untuk
gunakan sedikit. Di samping itu, pada saat pengambilan bayi tampak sangat
kesakitan.
Oleh karena itu sangatlah bijaksana apabila dipikirkan darah dari Tali
bayi baru lahir. Kultur darah tali pusat menurut penelitian penelitian yang telah
ada sejak lebih 50 tahun yang lalu telah memperlihatkan keunggulan dan juga
keterbasan dibanding pengambilan kultur darah dari vena perifer, seperti tingkat
iatrogenic dan hasil lebih cepat, tidak terdapat risiko baik pada bayi maupun pada
ibu, tidak menyakitkan, mudah dilakukan dengan volume darah lebih banyak, dan
24
untuk keterbatasanya yaitu pengambilan darah tidak dapat di lakukan di tempat
terkontaminasi. Saat ini kultur darah tali pusat masih belum lazim di gunakan di
Indonesia, meskipun studi-studi tentang kultur darah tali pusat di bebrapa center
penelitian tentang validitas kultur darah tali pusat darah plasenta khususnya di
25