Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angina pektoris menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang

disebabkan oleh penyakit arteri koronari, biasanya digambarkan sebagai tekanan,

rasa penuh, diremas, berat atau nyeri. Sindroma unstable angina pectoristelah

lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard akut atau IMA (Huda &

Kusuma,2015).

Menurut World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa penyakit

kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu secara global, yaitu

sebagai penyebab31% kematian. Pada tahun 2012 sekitar 17.5 juta orang di dunia

meninggal dunia karena penyakit kardiovaskular ini, yang terdiri dari 42%

kematian karena penyakit jantung Koroner (WHO,2012).

Data epidemiologi angina pektoris di Indonesia masih sangat terbatas.

Menurut hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penyakit

jantung pada individu berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia mencapai 1,5% ,

dan terdapat 3 provinsi yang memiliki angka paling tinggi angka penyakit jantung

yaitu Gorontalo, DKI Jakarta, dan Sulut (Riskesdas 2018).

Berdasarkan survei awal di RSUD Manembo-nembo Bitung didapatkan data

penyakit Angina pektoris tiga bulan terakhir periode Desember 2018 berjumlah 6

orang, bulan Januari 2019 berjumlah 4 orang, dan pada bulan Februari 2019

berjumlah 7 orang yang mengidap penyakit ini. Pada pasien Angina pektoris sering

1
ditemui masalah yaitu nyeri dada, jika Angina pectoris tidak segera ditangani akan

mengakibatkan penyakit yang lebih serius lagi yaitu Gagal jantung sehingga pasien

memerlukan peran perawat dalam mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi

atau pun menghilangkan nyeri. Sehingga peneliti tertarik untuk memberikan

Asuhan Keperawatan Dengan Angina pektoris di RSUD Manembo-nembo Bitung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai: penerapan masalah asuhan keperawatan pada pasien

dengan Angina pektoris di RSUD Manembo-nembo Bitung?.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Angina pektoris di RSUD Manembo-Nembo Bitung.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada klien dengan Angina pektoris di

RSUD Manembo-Nembo Bitung.

b. Menetapkan diagnose Keperawatan pada klien dengan Angina pektoris di

RSUD Manembo-Nembo Bitung.

c. Menentukan perencanaan Keperawatan pada klien dengan Angina pektoris

di RSUD Manembo-Nembo Bitung.

d. Melakukan intervensi Keperawatan pada klien dengan Angina pektoris di

RSUD Manembo-Nembo Bitung.

2
e. Melakukan evaluasi Keperawatan pada klien dengan Angina pektoris di

RSUD Manembo-Nembo Bitung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil tugas akhir/asuhan keperawatan ini dapat di jadikan sebagai salah satu

bahan acuan dalam menentukan kebijakan operasional Rumah sakit agar mutu

pelayanan keperawatan dapat di tingkatkan.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan yang dapat di manfaatkan sebagai bahan asuhan

dalam kegiatan belajar khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan

Angina pektoris

3. Bagi Peneliti

Dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperatan yang telah di

lakukannya.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Angina Pektoris

3
1. Pengertian Angina pektoris

Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi

sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidakade kuat ke sel-sel

miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke

rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009).

Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat

serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang

seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada

waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien

menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)

2. Anatomi fisiologi sistem kardiovaskular

Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung

secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah

kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja

untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.

Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang

terletak di atas disebut atrium, dan dua yang di bawah disebut ventrikel.

Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang

bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas

memompa darah ke seluruh tubuh manusia.

1) Ukuran, Posisi atau letak Jantung

Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau

dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9 cm).

4
Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang

mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma.

Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung

berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari

midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau

tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.

Gambar 1: Letak Jantung Dan Bagian-Bagiannya

(sumber : Abdullah.2011).

2) Lapisan Pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan

perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan

yaitu :

a) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang

melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan

fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian

dinding dalam sternum rongga thorax.

b) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.

5
c) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan

lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.

3) Lapisan Otot jantung

Gambar 2: Lapisan –lapisan jantung Gambar 3: lapisan otot jantung

(sumber : Abdullah.2011).

Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang

tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus.

Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan

Endokardium. Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:

a) Perikardium (Epikardium)

Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian

ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus

jantung. Terdiri dari dua lapisan:

(1) Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang

membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium

diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar merekat pada

sternum melalui ligamentum sternoperikardial.

6
(2) Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Perikardium parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering

disebut epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung

sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk

mempermudah pergerakan jantung.

Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium

visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan

serosa atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan

perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan

yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi.

Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan tidak

boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja

jantung.

b) Miokardium

Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot

jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot

ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang

akan menerima darah dari arteri koroner.

c) Endokardium

Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu

jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem

sirkulasi peredaran darah.

4) Katup Jantung

7
Gambar 4 : Katup-katup jantung

(sumber : Abdullah.2011).

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup

atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik

dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung

sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi

atau diastolik.

5) Ruang Jantung

Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas

4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium

(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel

(bilik).

Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima

dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan

sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang

mengandung oksigen tinggi.

8
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel

yang masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu

atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.

a) Atrium

Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :

(1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah

yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir

melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus

koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah

dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium

kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava

superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki

dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls

yang menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi

dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang.

(2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru

melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke

ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui

vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial

kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel

kiri.

b) Ventrikel

9
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :

(1) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan

dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel

kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan.

Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk

mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka

kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid

dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah

dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru

memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-

paru.

(2) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke

seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang

mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati

katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,

memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah

ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,

menutup katup mitral dan katup aorta terbuka.

6) Pembuluh darah besar jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:

a) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

10
b) Vena kava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

c) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah

kotor dari jantung sendiri.

d) Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

e) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.

f) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa

darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

g) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung

jawab dengan organ tubuh bagian atas.

h) Desending Aorta yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

7) Arteri Koroner

Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan

jantung sendiri,karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit

sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya.

Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau

yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi

jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami

sumbatan total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau

11
miokardiac infarction dan bisa menyebabkan kematian. Begitupun apabila

otot jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan berujung

dengan serangan jantung juga atau miokardiac infarction.

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik, dimana

muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya di sinus

valsava. Arteri koroner dibagi dua,yaitu:

a) Arteri koroner kanan

Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium

kanan, ventrikel kanan,permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri,

90% mensuplai AV Node, dan 55% mensuplai SA Node.

b) Arteri koroner kiri

Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior

Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung

dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus

atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel,

yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua

ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior

jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu

kruks jantung.

8) Siklus Jantung dan sistem peredaran darah jantung

Siklus jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri.

Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk

mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi

12
darah kembali. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan

pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian

jantung).

Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah.

Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke

seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau

tahapan relaksasi dari otot jantung.

Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

a) Sistole atau kontraksi jantung

b) Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung

3. Etiologi

1) Aterosklerosis

2) Denyut jantung yang terlalu cepat

3) Anemia berat

4) Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh

sedikitnya aliran darah ke katup jantung.

5) Penebalan pada di dinding otot jantung (hipertropi) dimana dapat terjadi

pada penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun

6) Spasme arteri koroner

4. Klasifikasi

a. Stable Angina

Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah

13
saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung

dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naiktangga, atau

bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti

menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa

marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina

klasik. Nyeri pada angina jenis ini, biasanya menghilang, apabila individu

yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.

b. Angina Variant (Prinzmetal)

Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada

kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu

arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung.

Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada

kemungkinan bahwa walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat

terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan

peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan

menyebabkan kontraksi arteri koroner.

c. Unstable Angina

Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan

penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri

koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan

beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis

koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami

spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang

14
dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan.

Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan

angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan

jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi

kurang darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki penyempitan

arteri koroner sebelumnya Tidak seperti stable angina, angina jenis ini

tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat

sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat.

Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner

akut.

5. Patofisiologi

Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia

miokard atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran

darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah koroner (arteri

koronaria). Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis atau spasme

pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan spasme.

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima

arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu

absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam

pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol

ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan

mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi

semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan

15
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini

menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh

penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup

untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup

bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien

melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu

jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila

kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner

akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot

jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau

menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan

suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium mulai menggunakan

glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses

pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan

asam laktat.

6. Tanda Dan Gejala

a. Angina pectoris stabil.

a) Muncul ketika melakukan aktifitas berat

b) Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya

sama dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya

c) Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang

16
d) Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan

pengobatan terhadap angina

e) Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain

f) Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.

b. Angina pectoris tidak stabil.

1) Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik

frekuensi berat dan lamanya meningkat.

2) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.

3) Tidak dapat diperkirakan

4) Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama

5) Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina

6) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.

c. Angina variant.

1) Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu

aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner

2) EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu

serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

7. Pemeriksaan penunjang

a. EKG

Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus

dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari

penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST

17
menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu

ischemia pada beban kerja yang rendah

b. Foto rontgen

Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto

thoraks lebih sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat

infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari

jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita

angina masih dipertanyakan

c. Treadmill

Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah

baku. Dari segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan

dengan tes echo. Untuk mendapatkan informasi yang optimal, protocol

harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar dapat mencapai

setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus

dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat

abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu

dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis.

d. Laboratorium

Untuk pemeriksaan Laboratorium Yang sering dilakukan adalah

pemeriksaan enzim; CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan

meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih

normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL.

8. Penatalaksanaan medis

18
a. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia

1) Penyekat Beta

Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat

menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan

frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan

peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya

muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta

antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.

2) Nitrat dan Nitrit

Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk

mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai

efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan

oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi

pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial.

3) Kalsium Antagonis

Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium

melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos

pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah

epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan

kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi

vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin,

bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,

nimodipin, verapamil.

19
b. Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut

1) Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita

PJK baik akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita

dapat diberikan tiiclopidin atau clopidogrel.

2) Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin.

Penggunaan antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko

terjadinya ischemia pada penderita dengan faktor resiko .

3) Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low

density lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah

atheroskelerosis maka aliran darah di arteria koronaria lebih baik.

c. Revaskularisasi Miokard

Angina pektoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk

serangan ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka

dianggap serius, episode nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi

tanpa penyebab yang jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi

farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA

(angioplasty coroner transluminal percutan) harus dipikirkan untuk

memperbaiki sirkulasi koronaria.

d. Terapi Non Farmakologis

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan

oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena

merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga

20
memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan

berat badan untuk mengurangi kerja jantung.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada klien dengan angina

pektoris.

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. Register, dan

Diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama,

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Pada pasien dengan Stable angina biasanya di dapati Nyeri dada yang

terjadi ketika beraktifitas, sedangkan pada pasien dengan Unstable angina

yaitu Nyeri dada yang di rasakan ketika sedang beristirahat, Dan pada

angina variant dijumpai Nyeri dada yang di rasakan ketika beraktifitas

maupun istirahat. Angina jenis ini sangat berbahaya dan memerluhkan

penanganan segera.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi, Atherosklerosis,

Insufisiensi aorta, Spasmus arteri koroner, Anemia berat, Perokok,

Obesitas merupan faktor yng dapat menyebabkan Angina pektoris.

3) Riwayat kesehatan keluarga

21
Riwayat hipertensi merupakan salah satu penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya Angina pektoris.

4) Kebutuhan Dasar Menurut Gordon

a) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan:

Pada pasien Angina pektoris biasanya hanya menganggap nyeri

yang dirasakan itu biasa, tetap ketika nyeri dada semakin bertambah dan

menjalar ke bagian tubuh yang lain, barulah penderita pergi ke pelayanan

kesehatan.

b) Pola Nutrisi-Metabolik:

Pada pasien Angina pektoris biasanya klien kehilangan napsu

makan, anoreksia, mual dan muntah,perubahan berat badan,perubahan

kelembaban kulit.

c) Pola Eliminasi:

Pada klien Angina pektoris biasanya mengalami oliguria,

pengeluaran urin menurun bila curah jantung menurun, BAB biasanya

mengalami konstipasi.

d) Pola aktivitas dan latihan

Pada pasien Angina pektoris biasanya di dapati aktifitas sehari-hari

dengan skala 3-4 (dibantu orang lain dan alat, serta ketergantungan).

Pada pasien Angina pektoris di dapati adanya kelemahan fisik secara

umum, menyebabkan ketergantungan klien terhadap orang lain.

e) Pola kognitif dan Perseptual:

22
Pada pasien Angina pektoris biasanya didapat nyeri diarea dada,

ditandai dengan perilaku distraksi dan gelisah.

f) Pola Persepsi-Konsep diri:

Pasien Angina pektoris mengalami kelemahan, putus asa, serta

terjadi gangguan konsep diri.

g) Pola Tidur dan Istirahat:

Pada pasien Angina pektoris, ditemukan adanya nyeri dada akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.

h) Pola Peran-Hubungan:

Pada pasien Angina pektoris mengalami perubahan kondisi

kesehatan mempengaruhi terhadap peran dan hubungan serta mengalami

hambatan dalam menjalankan peran dalam kehidupan sehari-hari.

i) Pola Seksual-Reproduksi:

Pada Angina pektoris pada pola reproduksi dan seksual akan

berubah karena kelemahan dan nyeri dada yang di rasakan.

j) Pola Toleransi Stress-Koping:

Pada pasien Angina pektoris ditemukan adanya kecemasan, serta

perasaan tidak berdaya , faktor stress karena penyakit yang dialami saat

ini.

k) Pola Nilai-Kepercayaan:

Pada pasien Angina pektoris percaya dan yakin kepada Tuhan

Yang Maha Esa agar bisa sembuh, pasien menyerahkan sepenuhnya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

23
2. Pemeriksaan fisik

Dijumpai :

a. Kardiovaskuler

Takikardia, distritmia, tekanan darah normal dapat meningkat atau

menurun, bunyi jantung mungkin normal. Saat serangan angina, bisa

ditemukan adanya gallop, murmur regurgitasi mitral, split S2 atau

ronkhi basah basal yang kemudian menghilang.

b. Abdomen

Distensi gaster.

c. Ekpresi wajah

Wajah berkerut, dan meringis meletakkan pergelangan tangan pada

midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, dan gelisah.

d. Pernapasan

Dispnea saat kerja atau saat istirahat, peningkatan pada frekuensi/irama

jantung.

a. Pathway

24
b. Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC

Diagnosa yang dapat diangkat yaitu:

a. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraklititas ventrikuler, iskemia

miokard

b. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung

c. Nyeri akut b/d ketidakseimbangan suplai O2 ke sel miokardium, iskemi

miokardium

d. intoleransi aktivitas b/d penurunan perfusi perifer akibat ketidakadekuatan

antara suplai dan kebutuhan O2 ke sel miokardium, iskemik miokard

e. cemas b/d rasa takut akan kematian / perubahan kesehatan.

c. Matriks

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Rasional


Hasil (NOC)

1. Penurunan NOC: 1. Aktivitas Keperawatan


curah d. Pengkajian
jantung b/d a. Keefektifan pompa 1) Kaji dan 1) Mengontrol
penurunan jantung dokumentasikan penurunan curah
kontraklititas b. status sirkulasi tekanan darah, jantung
ventrikuler, c. Perfusi jaringan adanya sianosis, 2) Mengetahui
iskemia perifer status pernapasan tingkat
miokard d. Tanda-tanda vital dan status mental penurunan curah
Setelah dilakukan asuhan 2) Kaji toleransi jantung
selama ….x 24 jam aktivitas pasien 3) Mencegah
Penurunan curah jantung dengan terjadinya
klien teratasi dengan memperhatikan komplikasi
kriteria hasil: adanya awitan 4) Pasien memiliki
napas pendek, respon yang
1. Curah jantung nyeri dan berbeda dalam
efektif, indikator: palpitasi menerima terapi
a) TTV dalam 3) Regulasi o2.
rentang normal hemodinamik (
(Tekanan darah, NIC)
Nadi, respirasi) 4) Evaluasi respon
b) Dapat pasien terhadap
mentoleransi pemberian 1) Meningkatkan
aktivitas oksigen kekooperatifan
c) tidak ada pasien.
kelelahan e. Penyuluhan pasien
dan keluarga

25
d) Tidak ada 1) Jelaskan tujuan 2) Menjaga kondisi
penurunan pemberian pasien tetap baik
kesadaran oksigen per nasal selama
e) AGD dalam batas kanul atau perawatan
normal sungkup mandiri di
2. Status sirkulasi 2) Instruksikan rumah
adekuat, indikator : pasien dan
a) TD sistolik dan keluarga dalam
diastolik dbn prencanaan 1) Pemberian
b) Denyut jantung untuk perawatan inotropik yang
dbn di rumah, berkelanjutan
c) Hipotensi meliputi menyebabkan
ortostatik tidak pembatasan penurunan COP
ada aktivitas,
d) Gas darah dbn pembatasan diet, 2) Inotropik
e) Status kognitif dan penggunaan meningkatkan
dbn alat terapiutik. kontraktlitas
f) Warna kulit 3. Aktivitas kolaboratif jantung,
normal. 1) konsultasikan nitrogliserin
dengan dokter mengurangi
menyangkut nyeri dada
parameter
pemberian atau
penghentian obat
tekanan darah
2) Berikan dan 3) Pusat
titrasikan obat rehabilitasi
inotropik, jantung
nitrogliserin membantu
untuk perawatan
mempertahankan pasien dengan
kontraktilitas, penyakit jantung
preload, dan lebih intensif.
afterload sesuai
program medis
3) Lakukan 1) Posisi
perujukan ke trendenburg
pusat rehabilitasi mengalirkan
jantung jika darah ke jantung
diperlukan sehingga
tingkatkan TD.
4. Aktivitas lain
1) Ubah posisi
pasien ke posisi 2) Posisi yang tidak
datar atau diubah
trendelenburg berpotensi
ketika tekanan menyebabkan
darah pasien statis sirkulasi
berada pada perifer
rentang lebih 3) Mencegah
rendah komplikasi lebih
dibandingkan lanjut
biasanya
2) Ubah posisi
pasien setiap

26
dua jam atau
pertahankan
aktivitas lain
yang sesuai
3) Regulasi
hemodinamik
(NIC)

2. Perfusi a. Cardiac pump 1. aktivitas keperawatan


Jaringan tidak effectiveness a. Pengkajian
efektif b/d b. Circulation status 1) Monitor 1) Mengetahui
penurunan c. Tissue perfusion: nyeri etiologi nyeri
curah jantung cardiac perifer dada(durasi,
d. Vital sign status intensitas) 2) Output cairan
2) Monitor yang sedikit
status cairan menunjukkan
Setelah dilakukan asuhan adanya retensi
selama …..x 24 jam cairan akibat
ketidakefektifan perfusi kerusakan
jaringan dapat teratasi sirkulasi dalam
dengan kriteria hasil: tubuh
3) Monitor 3) Suplai O2
1. Tekanan sistol dan peningkatan yang tidak
diastole sesuai kelelahan adekuat
dengan yang menyebabkan
diharapkan kelemahan,
2. Nadi perifer kuat kelelaha.
dan simetris b. Penyuluhan pada
3. Tidak ada edem pasien dan
perifer keluarga
4. Tidak ada nyeri dada menjelaskan
5. Denyut jantung, pembatasan Sodium dan kapein
AGD, dan fraksi intake kafein, dapat meningkatkan
ejeksi normal. sodim, kolesterol denyut jantung
6. Tidak ada kelelahan dan lemak berlebih. Kolesterol
ekstrim. dan lemak picu
terjadinya obstruksi
2. Aktivitas kolaboratif pembuluh darah
Kelola pemberian koroner
obat-obatan:
analgesic,
antikoagulan,
nitrogliserin,
vasodilator, dan
diuretic, Obat-obatan
mengurangi gejala
3. Aktivitas lain-lain pasien selama fase
Tingkatkan istirahat akut
(batasi pengunjung,
control stimulasi
lingkungan).

27
Istirahat
menurunkan
kebutuhan oksigen

3. Nyeri akut b/d a. Pain Level 1. Aktivitas keperawatan


ketidakseimba b. Pain control a. pengkajian
ngan suplai O2 c. Comfort level 1) kaji dan Catat
ke sel Setelah dilakukan karakteristik nyeri,
miokardium, tindakan keperawatan lokasi, intensitas, 1) pengkajian
iskemi selama…. x24 jam Klien lamanya dan merupakan hal
miokardium dapat terkurangi nyerinya penyebarannya yang paling
dengan criteria hasil: factual dari
kondisi pasien
1. secara subjektif klien 2) Anjurkan klien untuk
Melaporkan untuk melaporkan mengetahui
penurunan rasa nyeri nyeri dengan tingkat nyeri
dada segera yang dirasakan
2. Mampu mengenali oleh pasien
nyeri (skala, 2) Nyeri berat
intensitas, frekuensi, dapat
dan tanda nyeri) mengakibatka
3. Mampu mengontrol 3) Lakukan n syok
nyeri. manajemen nyeri kardiogenik
4. Secara objektif (NIC) yang dampak
didapatkan tanda vital a) Atur posisi pada kematian
dalam batas normal, fisiologis mendadak
wajah rileks, tidak
terjadi penurunan b) Istirahatkan
perfusi perifer. klien

a)
asupan 02
kejarinag yg
mengalami
c) Beri O2 iskemik
dengan b) ↓kebutuhan O2
canul/ jaringan perifer
masker sehingga akan ↓
sesuai kebutuhan
indikasi miokardium dan
↑ suplai darah
dan O2 ke
d) Manajemen miokardium yg
lingkungan, membutuhkan
tenang dan O2 untuk ↓
batasi iskemia.
pengunjung c) ↑ jumlah O2
e) Ajarkan yang ada untuk
tehnik pemakaian
relaksasi miokardium
pernapasan sekaligus ↓
dalam pada ketidaknyamana
saat nyeri n sekunder
f) Ajarkan terhadap iskemia
tehnik d) ↓ stimulus nyeri
distrasi pada eksternal dan ↑
saat nyeri

28
g) Lakukan kondisi O2
manajemen ruangan
sentuhan e) ↑ asupan O2
sehingga akan ↓
nyeri
f) Pengalihan
perhatian dpt ↓
b. Penyuluhan untuk stimulus internal
pasien dan mll produksi
keluarga endorfin &
1) Instruksikan enkefalin yg dpt
pasien untuk memblok respon
menginformasikan nyeri shg tdk
pada perawat jika dikirim ke
rasa nyeri tidak korteks serebri.
berkurang g) Berupa sentuhan
2) Informasikan pada yg merupakan
pasien tentang dukungan
prosedur yang psikologis dpt
dapat membantu
meningkatkan ↓nyeri , masase
nyeri dan strategi ringan dpt ↑
koping yang aliran drh dg
ditawarkan otomatis
3) Perbaiki kesalahan membantu
persepsi tentang suplai drh & 02
analgesic narkotik ke area nyeri
dan opioid
4) Manajemen nyeri
(NIC): berikan
informasi tentang
nyeri, penyebab, 1) Mengevaluasi
berapa lama keefektifan
berlangsung dan manajemen
antisipasi nyeri
ketidaknyamanan
akibat prosedur
2) Menghindari
2. Aktivitas Kolaboratif nyeri yang
1) Manajemen berkelajutan dan
nyeri (NIC): membantu
Gunakan pasien
tindakan mengontrol
pengendalian nyeri secara
nyeri sebelum mandiri
nyeri menjadi
lebih berat 3) Narkotik dan
2) Laporkan opioid akan
kepada dokter berefek terapi
jika tindakan jika diguanakan
tidak berhasil sesuai dosis
4) Pengetahuan
yang baik
3. Aktivitas lain tentang nyeri
1) Sesuaikan membantu
frekuensi dosis pasien lebih

29
sesuai indikasi toleran dan
melalui mampu
pengkajian nyeri menanganinya
dan efek dengan baik
samping
2) Bantu pasien
mengidentifikas
i tindakan
kenyamanan 1) Nyeri berat
yang efektif dapat
seperti distraksi, menimbulkan
relaksasi, atau masalah lain jika
kompres tidak segera
dingin/hangat diatasi
3) Bantu pasien
untuk lebih 2) Tindakan medis
berfokus pada mungkin
aktivitas bukan diperlukan jika
pada nyeri pasien tidak
4) Manajemen toleran terhadap
nyeri (NIC): nyeri
Kendalikan
faktor
lingkungan yang 1) Mendapatkan
dapat efek optimal dari
mempengaruhi obat-obatan
respon pasien yang digunakan
terhadap
ketidaknyamana 2) Teknik
n seperti suhu manajemen
ruangan, nyeri
pencahayaan, nonfarmakologis
dan kegaduhan mungkin
mengurangi
nyeri saat bukan
fase akut
3) Membuat pasien
lupa akan nyeri
yang
dirasakannya

4) Lingkungan
yang tidak
nyaman dapat
memicu lebih
memburuknya
nyeri

4. intoleransi a. Self Care: ADLs 1. Aktivitas


aktivitas b/d b. Tolransi aktivitas Keperawatan
penurunan c. Konservasi energi a. Pengkajian 1) Mempermudah
perfusi perifer Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat penyusunan
akibat tindakan keperawatan kemampuan jadwal latihan
ketidakadekuat selama… x24 jam klien pasien untuk fisik yang sesuai
an antara bertoleransi terhadap berpindah dari

30
suplai dan aktivitas dengan kriteria tempat tidur, kemampuan
kebutuhan O2 hasil: berdiri, ambulasi, pasien
ke sel dan melakukan
miokardium, 1. Berpartsipasi dalam aktivitas secara 2) Motivasi yang
iskemik latihan fisik tanpa mandiri tinggi
miokard disertai perubahan 2) Evaluasi motivasi memungkinkan
TD, nadi, dan RR keinginan pasien pasien untuk
2. Mampu melakukan untuk lebih kooperatif
aktivitas sehari hari meningkatkan dalam pelatihan
(ADLs) secara aktivitas fisik
mandiri
Keseimbangan aktivitas 3) Manajemen
dan istirahat. energy (NIC) 3) Manajemen
a) Tentukan energy (NIC)
penyebab a) Menghinda
keletihan ri keletihan
sesuai
b) Pantau penyebabn
respon ya
kardiorespira b) Aktivitas
tori terkait dapat
aktivitas sebabkan
c) Pantau perubahan
asupan status
nutrisi untuk kardioresep
memastikan tori
sumber c) Nutrisi
energy yang yang
adekuat adekuat
b. Penyuluhan untuk berikan
pasien dan keluarga energy
1) Penggunaan yang
teknik napas optimal
terkontrol selama
aktivitas, jika
perlu kenali tanda
dan gejala
intoleransi 1) Menghindari
aktivitas sesak napas
2) Penggunaan berat saat
teknik relaksasi beraktivitas
3) Manajemen
energy (NIC):
a) Ajarkan 2) Relasasi
pasien dan meringankan
orang sesak napas
terdekat 3) Manajemen
tentang energy (NIC)
teknik a) Perawatan
perawatan diri yang
diri baik
b) Ajarkan menentuka
tentang n
pengaturan kenyamana
aktivitas dan n pasien

31
teknik b) Kelelahan
manajemen dapat
waktu untuk memperbur
mencegah uk kondisi
kelelahan intoleransi
2. Aktivitas kolaboratif aktivitas
1) Berikan
pengonbatan
nyeri sebelum
aktivitas, apabila
nyeri merupakan 1) Obat anti nyeri
salah satu faktor sebelum
penyebab beraktivitas
2) Kolaborasi membantu
dengan ahli pasien
terapi untuk beraktivitas
merencanakan dengan lancar
dan memantau
program
aktivitas 2) Aktivitas yang
3) Rujuk pasien ke terpogram
ahli gizi untuk tingkatkan
perencanaan diet potensi
guna kesembuhan
meningkatkan pasien
asupan makanan 3) Pasien
yang kaya energi membutuhkan
4) Rujuk pasien ke gizi yang
pusat rehabilitasi adekuat sebagai
jantung energy untuk
melakukan
aktivitas
3. Aktivitas lain
1) Hindari
menjadwalkan 4) Pusat
aktivitas selama rehabilitasi
periode istirahat jantung
memberikan
penanganan
2) Pantau tanda-tanda secara lebih
vital sebelum, intensif
selama dan
sesudah aktivitas
1) Istirahat
diperlukan
pasien untuk
menghemat
3) Manajemen energy dan
energy (NIC): pengurangan
a) Bantu pasien kebutuhan
mengidentifi oksigen
kasi pilihan 2) Pasien dengan
aktivitas gangguan
kardiovaskular
mengalami
perbedaan

32
b) Bantu kontras dalam
aktifitas fisik TTV sebelum
teratur dan sesudah
aktivitas
3) Manajemen
energy (NIC):
a) Pada
umumnya
pasien
kurang
memahami
aktivitas
apa saja
yang boleh
atau tidak
boleh
dilakukan
b) Aktivitas
fisik teratur
bantu
tingkatkan
kemampua
n pasien
secara
bertahap
5. cemas b/d rasa Manajemen 1. Kaji respon ketakutan 1) Untuk
takut akan ansietas/cemas pasien baik secara mengetahui
kematian / subjektif maupun tingkat ketakutan
perubahan objektif. yang dialami
kesehatan 2. Jauhkan sumber oleh pasien
Setelah dilakukan ketakutan pasien 2) Untuk
tindakan keperawatan apabila mengurangi
selama… x24 jam cemas memungkinkan. tingkat ketakutan
dapat teratasi dengan 3. Dampingi pasien yang dialami
kriteria hasil: dalam situasi yang pasien
baru. 3) Agar pasien
1. pasien dapat 4. Lakukan pendekatan merasa tidak
mengenali pada pasien untuk ketakutan
perasaannya pengungkapan dengan situasi
2. pasien mampu perasaan, persepsi dan baru tersebut
mengidentifikasi ketakutan secara 4) Agar pasien
penyebab/ faktor verbal. terbuka dan
penyebab mengungkapkan
kecemasannya. semua pera saan
3. pasien yang
mengungkapkan 5. Lakukan penguatan dirasakannya.
pengurangan positif baik verbal Sehingga
kecemasan / maupun non verbal diharapkan hal
ketakutan secara pada pasien. tersebut dapat
verbal menurunkan
4. pasien menunjukkan tingkat ketakutan
kemampuan 6. Nilai pemahaman pada pasien
memecahkan pasien terkait dengan akibat stimulus
masalah secara proses penyakit. pobia.
positif.

33
5. pasien mampu 7. Aajarkan teknik 5) Untuk
mengidentifikasi / relaksasi nafas dalam mengurangi rasa
menggunakansumber 8. Jelaskan pada pasien takut yang
daya secara tepat. tentang proses dialami oleh
penyakit, pemeriksaan pasien dan
dan pengobatan. meningkatkan
perasaan tenang
dan pemikiran
9. Libatkan peran positif
keluarga untuk 6) Untuk
mengurangi ketakutan mengetahui
pasien. seberapa jauh
pasien
memahami
10. Kaji kebutuhan pasien tentang penyakit
akan layanan sosial yang di deritanya
atau intervensi 7) untuk
psikiatrik. mengurang rasa
cemas
8) Agar pasien
11. Diskusikan dengan dapat memahami
dokter terkait tentang penyakit
ketakutan paasien. yang diderita
sehingga dapat
menurunkan
tingkat ketakutan
pasien
9) Agar pasien
merasa
mendapatkan
perlindungan
sehingga
ketakutan pasien
dapat teratasi
10) Agar perawat
dapat
mengetahui perlu
atau tidaknya
pasien diberikan
intervensi
psikiatrik
11) Agar ketakutan
pasien
dapatdiatasi
dengan cepat

BAB III

34
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan Asuhan Keperawatan dengan

Angina pektoris.

B. Lokasi Dan Waktu

Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Manembo-Nembo Bitung pada

bulan Mei 2019.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

asuhan keperawatan pada pasien dengan Angina pektoris di RSUD Manembo-

Nembo Bitung.

D. Definisi Operasional

Asuhan keperawatan pada klien dengan Angina pektoris adalah rangkaian

kegiatan perawat yang dilakukan baik langsung maupun tidak untuk memenuhi

kebutuhan klien dengan diagnosa Angina pektoris melalui proses perawatan :

pengkajian,analisa data,intervensi,implementasi,evaluasi.

E. Subjek Penelitian

Penerapan pada Penelitian ini yaitu satu pasien Angina pektoris di RSUD

Manembo-Nembo Bitung.

F. Pengumpulan Data

1. Instrumen dan Pengumpulan Data

35
Instrumen dalam Penelitian yaitu menggunakan Format Pengkajian

Asuhan Keperawatan

2. Observasi

Merupakan teknik pengamatan panca indra melalui pemeriksaan fisik

Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi (IPPA), serta data penunjang lainnya.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi diambil dan dipelajari dari catatan medik, catatan

perawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan dan pengobatan.

4. Referensi

Menggunakan dan mempelajari jurnal-jurnal hasil Penelitian sebagai

teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan.

G. Analisa Data

Data yang dapat dianalisis berdasarkan karateristik diagnosa keperawatan

dan diklasifikasi dengan Nursing Interventions Classification (NIC) Nursing

Outcomes Classification (NOC).

H. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informend concent)

Penelitian menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan

data sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden. Jika responden

bersedia diteliti maka diberi lembar persetjuan menjadi responden yang diharus

ditanda tangani, tetapi jika menolak peneliti tidak akan dan tetap menghargai

keputusan.

36
2. Penulisan nama

Penulisan nama kepada responden dalam hal nama responden diterangkan

terlebih dahulu bahwa penulisan nama boleh tidak ditulis, hal tersebut bertujuan

untuk menghormati dan menjaga kerahasiaan pasien, tetapi untuk identifikasi

responden cukup menggunakan nomor responden pada masing-masing lembar

pengumpul data yang diberikan pada responden.

3. Kerahasiaan

Informasi dari responden di jamin oleh peneliti kerahasiaannya dengan

cara informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas

persetujuan responden.

37
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/243450658/Askep-Angina-Pectoris

Abdullah,R.2011. Buku Saku Dokter

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta:EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada


11 Maret 2012)
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta:Prima

38
39

Anda mungkin juga menyukai