BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki keanekaragaman hayati,
sebagian besar keanekaragaman hayati tersebut berupa tanaman-tanaman yang
mempunyai manfaat sebagai obat tradisional. Penggunaan tanaman sebagai obat
tradisional sudah berlangsung sejak dulu secara turun temurun yang telah menjadi
warisan budaya. Namun belum semua tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional secara optimal, yang dapat memberikan kualitas kesehatan masyarakat
yang lebih baik. Sehingga diperlukan pemaanfaatan tanaman sebagai obat
tradisional yang efektif dalam penyembuhan penyakit dan memiliki efek samping
yang minim.
Salah satu tanaman yang dapat menjadi obat tradisional adalah belimbing
wuluh (Averrhoa blimbi L.) atau yang juga populer dikenal dengan nama
“belimbing sayur”dan juga memiliki nama daerah “belimbing buluh” yang berasal
dari pohon kecil yang asli dari kepulauan Maluku (Agustin dkk., 2014). Buahnya
yang asam membuat belimbing wuluh kerap digunakan sebagai bahan campuran
dalam berbagai masakan tradisional. Belimbing wuluh memiliki rasa yang khas dan
memberikan aroma tertentu pada masakan (Ardananudin dkk., 2004).
Belimbing wuluh juga terdiri atas beragam senyawa kompleks antara lain
protein, ash, serat atau fiber, fosfor, kalsium, zat besi, thiamine, karoten, niacin,
ascorbic acid, flavon (Murti dkk.,2014). Salah satu kandungan belimbing wuluh
yang sangat bermanfaat adalah serat. Hasil penelitian selama 25 tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa serat makanan merupakan komponen penting untuk fungsi
saluran cerna. Serat dapat mempengaruhi absorpsi lemak dengan mengikat asam
lemak, kolesterol, dan garam empedu di saluran cerna. Tentunya hal ini, sangat
bermanfaat bagi masyarakat terutama yang sedang menjalani program diet.
Kombinasi pengolahan buah belimbing wuluh pada masyarakat Indonesia masih
rendah seperti sebagai bumbu dapur, bahan pengawet makanan dan obat batuk
tradisional karena buah belimbing wuluh mempunyai rasa yang sangat masam,
sehingga orang enggan memakan langsung atau diperas airnya sehingga dibuat
terobosan baru produk olahan yang enak, bergizi dan kaya serat. Akhir – akhir ini,
pemanfaatan pengolahan terhadap belimbing wuluh telah banyak dilakukan, seperti
pengolahan belimbing wuluh menjadi serbuk minuman instan dilakukan dengan
penambahan filler (bahan pengisi) maltodekstrin (Triswandari, 2006).dan
pengolahan belimbing wuluh menjadi jellydrink (Agustin dkk., 2014).
Untuk itu perlu adanya inovasi terbaru dari pengolahan belimbing wuluh
dengan tetap menjamin manfaatnya dan dikemas dalam kemasan yang mudah
dikonsumsi dan berbeda dari pengolahan sebelum – sebelumnya. Terobosan terbaru
produk olahan dari buah belimbing wuluh yaitu berupa kripik belimbing wuluh,
dibuat dalam bentuk kripik diharapkan pengolahan buah belimbing wuluh dapat
dilakukan dengan mudah, praktis, ekonomis dan tentunya tetap mengedepankan
manfaatnya. Pengolahan belimbing wuluh sebagai produk olahan kripik diharapkan
mampu meningkatkan pemanfaatan buah lokal ini dan mengurangi kehilangan hasil
2
BAB 2
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
2.1 Kondisi Lingkungan
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan
daratan Malaya. Belimbing wuluh banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan
yang mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan. Pohon belimbing wuluh
berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Buah belimbing buluh memiliki banyak
kandungan bermanfaat, salah satunya adalah serat. Namun pemanfaatannya masih
minim tidak sebanding dengan kemampuannya menghasilkan buah, sehingga
banyak buah segar yang terbuang sia – sia.
Belimbing wuluh memiliki banyak potensi yang mendorong perlunya
pengembangan pemanfaatan belimbing wuluh agar lebih optimal. Program
kreatifitas mahasiswa ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemanfaatan tanaman
belimbing wuluh secara optimal. Pada umumnya, buah belimbing wuluh banyak
dimanfaatkan untuk penyedap makanan namun kali ini sedikit berbeda pemanfaatan
belimbing wuluh menjadi kripik renyah kaya serat. Seperti yang diketahui serat
sangat berguna untuk mengatasi gangguan pencernaan dan bermanfaat untuk obat
diet namun pemanfaatannya masih terbatas. Keadaan tersebut lambat laun memacu
pemanfaatan buah belimbing wuluh yang dapat meningkatkan nilai ekonomis bagi
tanaman belimbing wuluh dibuatlah terobosan olahan pangan baru dari buah
belimbing wuluh berupa keripik (KriBu).
Dengan adanya olahan pangan baru dari buah belimbing wuluh ini,
diharapkan nantinya akan sangat diminati oleh masyarakat luas. Tempat yang akan
digunakan untuk memasarkan produk olahan baru ini adalah lingkungan internal
Universitas Udayana, tempat – tempat umum seperti supermarket dan pasar yang
tentunya banyak dikunjungi masyarakat banyak diharapkan mampu menarik
perhatian masyarakat untuk menerima kripik belimbing wuluh ini. Pemasaran juga
dilakukan lewat media sosial sehingga menarik perhatian pembeli yang sering aktif
pada media sosial.
KriBu merupakan produk olahan pangan berupa kripik buah dari tanaman
belimbing wuluh yang belum ada beredar di masyarakat. Produk olahan ini yang
terbuat dari buah belimbing wuluh yang memiliki peluang pasar yang besar
mengingat kandungan yang berada didalamnya sangat bermanfat dan tentunya
kripik ini berbeda dengan keripik yang telah beredar dipasaran. Keunggulan dari
keripik ini selain memliki rasa yang enak, renyah dan kaya serat juga memilki
kemasan yang praktis sehingga mudah dikomsumsi untuk semua kalangan
masyarakat. Pengolahan olahan pangan ini untuk meningkatkan pemanfaatan serat
alami dalam buah belimbing buluh sehingga akan sangat digemari oleh
masyarakat untuk melancarkan saluran pencernaan dan diet.
Pemasaran produk olahan ini pada tahap awal akan dimulai dari internal
lingkungan Universitas Udayana. Kemudian dilanjutkan dengan pemasaran yang
diperluas yang dibantu dengan media sosial secara online. Selanjutnya juga akan
dipasarkan lebih luas dengan mempromosikan dan mendistribusikan produk ke
pasar, dan beberapa supermarket.
= 998,89
= 999 pieces
Titik balik modal produksi kripik olahan belimbing wuluh didapat apabila telah
terjual 999 pieces dengan harga Rp. 7.200,00 tiap piecesnya.
d. Hasil Usaha (HU)
HU = Jumlah Produksi x Harga Jual
HU = (1000 x Rp 10.000,00)
= Rp 10.000.000,00
e. Laporan laba atau rugi (L/R)
L/R = HU – BP; Karena HU > BP, maka
L = Rp 10.000.000,00 - Rp 7.192.000,00
= Rp 2.808.000,00
f. Benefit Cost (B/C) Ratio
B/C rasio = HU : BP
B/C rasio = Rp 10.000.000,00: Rp 7.192.000,00
= 1,39
Artinya, dari sebanyak Rp 7.192.000,00 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh
hasil usaha 1,39 kali lipat sehingga layak untuk diusahakan.
g. Return of Investment (ROI)
ROI = (Laba : BP) x 100%
ROI = (Rp2.808.000,00: Rp7.192.000,00) x 100%
= 39,04 %
Artinya, dari sebanyak Rp 7.192.000,00 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh
keuntungan sebesar 39,04 % untuk penggunaan modal usaha yang cukup efektif.
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
b. Pengemasan Produk
Pengemasan kripik dari buah belimbing buluh akan di kemas menggunakan
plastik yang berisikan brand “KriBu” dengan isian 70 gram/ bungkus.
d. Pengontrolan produk
Pengontrolan produk dilakukan untuk memastikan kembali produk yang
dihasilkan sebelum dipasarkan ke masyarakat. Dalam tahap ini produk yang
tidak layak konsumsi tidak akan dipasarkan.
e. Pemasaran Produk
Sesuai dengan definisi pemasaran yaitu kegiatan meneliti kebutuhan dan
keinginan konsumen (probe/search), menghasilkan barang dan jasa sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan fingkat
harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal konsumen
(promotion), dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen (place),
maka tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang
dihasilkan disukai, dibutuhkan oleh.Ini berarti, perhatian kita dalam
pemasaran haruslah diawali dengan riset pemasaran yaitu untuk meneliti
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Prinsip dasar pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi langganan (customer
value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran.
Tujuan pemasaran bukan mendapatkan langganan (get customer), akan tetapi
memperbaiki situasi bersaing (improve competitive situation). Dalam
konteks ini, mahasiswa diharapkan mampu memproduksi barang dan jasa
dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih murah, dan penyerahan yang
lebih cepat daripada pesaing. Pemasaran produk olahan ini pada tahap awal
akan dimulai dari internal lingkungan Universitas Udayana. Kemudian
dilanjutkan dengan pemasaran yang diperluas yang dibantu dengan media
sosial secara online. Selanjutnya di pasarkan akan lebih diperluas dengan
mempromosikan dan mendistribusikan ke pasar dan beberapa toko makanan
atau supermarket.
DAFTAR PUSTAKA