Anda di halaman 1dari 3

ETIKA PROFESI AKUNTAN

Nama: Firda Luqyana Tuffahati


Kelas: S1 Akuntansi B 2016
NIM: 8335163172

Contoh kasus pelanggaran etika profesi

Kasus KPMG- Siddharta & Harsono

September tahun 2001, KPMG-Siddharta & Harsono terbukti menyogok aparat pajak di
Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa
profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan
Baker Hughes Inc. Yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak
Easman memang menyusut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu.
Namun, penasihat anti suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka
ketimbang menanggung resiko yang lebih besar, Baker melaporkan secara sukarela kasus ini
dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange
Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti
korupsi untuk perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG
terseret ke pengadilan distrikTexas. Namun, karena Baker memohon ampun, kasus ini
akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatkan.

Penyelesaian pelanggaran etika profesi:

1. Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab profesi,
dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik, yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik. Kemdian tetap
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan prinsip integritas.

3. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana setiap anggota harus
menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.

Akuntan internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono belum sepenuhnya menerapkan 4


prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang
dilanggar antara lain :

Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono kurang bertanggung jawab karena dia terbukti menyogok aparat pajak
di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.

Kepentingan Publik, dimana dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono
diduga tidak bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja terbukti menyogok
aparat pajak di Indonesia yang disiati telah menerbitkan faktur palsu untuk biaya jasa
profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan
Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Hal ini tentu saja sangat berbahaya,
termasuk bagi perusahaan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono.

Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus
ini akuntan KPMG-Siddharta tidak menjaga integritasnya, karena telah melakukan
penyogokan aparat pajak di indonesia.

Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak
memihak siapapun. Dalam kasus ini akuntan KPMG memihak kepada kliennya dan
melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.

Dari hasil pembahasan diatas maka hasil yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai
berikut:

A. Jadi pihak KPMG telah menyogok aparat pajak sebesar UU$ 75.000 Sebagai siasat,
diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT
Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York

B. Solusi dari kasus tersebut adalah sebagai berikut:

a. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan sebelumnya dan tidak mengulanginya
lagi, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.

b. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum di perusahaan.
c. Lebih selektif dalam memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional untuk
bekerja dikantor tersebut untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap KPMG-
Siddharta Siddharta & Harsono.

Anda mungkin juga menyukai