Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara Global Emisi Gas rumah kaca harus diturunkan oleh beberapa negara yang
terdaftar dalam Annex 1 IPCC. Indonesia tidak termasuk dalam daftar annex 1 tersebut, akan
tetapi issue yang berkembang saat ini adalah meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca
(GRK) di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Hal ini didukung oleh data-data hasil
pemantauan GRK yang dilaksanakan oleh beberapa Instansi di Indonesia seperti Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), maupun Internasional seperti UNFCC. Dampak
peningkatan konsentrasi GRK ini juga telah terbukti dengan semakin meningkatnya beberapa
keadaan yang merugikan seperti bencana banjir, kekeringan, meningkatnya penyakit tropis
seperti demam berdarah, malaria dan bahkan beberapa penyakit yang belum diketahui
obatnya.

Walaupun Indonesia Bukan termasuk sebagai negara yang terdaftar dalam


Annex 1, tetapi Indonesia wajib untuk melaporkan sumber-sumber utama (termasuk
besarnya) emisi GRK dan kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim kepada UNFCCC. Laporan
tersebut tersusun secara nasional berupa “National Communication” yang berisi: Inventory
emisi GRK, Proyeksi (Jumlah) Emisi, dan Rencana Aksi menghadapi fenomena perubahan
iklim global.

Sementara itu diprediksikan bahwa Indonesia menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca
yang terbesar dari sumber limbah domestik termasuk persampahan. Hal ini mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang besar dimana limbah-limbah akibat dari kegiatan manusia yang
ada di Indonesia belum terkelola dengan baik. Untuk mendukung prediksi tersebut dan
langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk meminimalkan emisi Gas Rumah Kaca
dari Sumber limbah domestic ini maka kegiatan inventarisasi ini harus dilengkapi dengan
jumlah emisi gas rumah kaca yang telah di inventarisasikan keberadaannya.

Dasar hukum yang menjadi acuan dilakukannya kegiatan inventarisasi ini adalah UU
No 32/2009, salah satu kewenangan dan kewajiban pemerintah adalah melakukan
pengendalian dan penurunan emisi GRK dengan berkordinasi dengan pemerintah daerah
Kabupaten/Kota dalam satu propinsi dan juga dengan Pemerintah Propinsi. Untuk itu
diperlukan suatu program terpadu pemantauan GRK. Diharapkan dengan dilakukannya study
inventarisasi GRK ini dapat dijadikan contoh dalam pengendalian limbah (domestic) untuk
Kota-kota atau daerah-daerah yang lain, sehingga emisi GRK akibat dari limbah dapat
menurun.

Untuk mengatasi dampak pemanasan global terhadap perubahan iklim, pada


tanggal 3 sampai 14 Ddesember 2017 telah dibahas agenda kesepakatan yang tercantum
dalam Protocol Kyoto di Nusa Dua Bali. Pertemuan/Konferensi Tingkat Tinggi United Nation
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali tersebut telah menghasilkan

1
Bali Roadmap 2017 yaitu dokumen kesepakatan tentang peta jalan menuju pengurangan
emisi yang lebih sistematis dan tegas atau lebih mengikat.

Provinsi Bali juga memiliki kontribusi terhadap Emisi GRK nasional, karena masih
rendahnya tutupan vegetasi hutan (22,19%), rawan kebakaran dan gangguan keamanan,
serta memiliki lahan kritis cukup luas yaitu 44.669,78 Ha atau 7,92% dari luas wilayah
Provinsi Bali.

Sebagai tindak lanjut di daerah, Pemerintah Provinsi Bali melakukan berbagai upaya
secara aktif di dalam mengurangi dampak perubahan iklim sebagai akibat dari akumulasi
emisi GRK di atmosfir. Upaya-upaya tersebut dapat dilihat dari arah pembangunan daerah
yang dituangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Bali yaitu
mewujudkan Pembangunan Bali yang lestari, handal dan merata, dengan strategi dan arah
kebijakan pembangunan daerah yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali. Pemerintah Provinsi Bali menyusun Rencana Aksi
Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium tahun 2011 – 2015 yang
didalamnya juga memuat upaya penurunan emisi GRK. Pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi
Bali menyusun Rencana Aksi Daerah dalam Menghadapi Perubahan Iklim (RADMPI) dan pada
tahun 2010 mendeklarasikan Bali Green Provinnce (BGP) untuk mewujudkan Bali yang bersih
dan hijau dengan mengupayakan penurunan emisi GRK.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk meneliti dan mengkaji emisi dan konsentrasi
gas rumah kaca (GRK) di Provinsi Bali, khususnya emisi gas CO2, CH4, dan N2O, di Provinsi
Bali, sehingga diperolehnya besar emisi dan konsentrasi gas rumah kaca di Provinsi Bali.
Sedangkan Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan sumber pencemar emisi dan
konsentrasi gas rumah kaca di Provinsi Bali.

1.3 Sasaran
Tersusunnya dokumen inventarisasi mengenai sumber pencemar gas rumah kaca
di Provinsi Bali yang berisikan mengenai kondisi beban pencemar dan perkiraan volume
pencemar yang dapat menimbulkan gas rumah kaca. Dokumen ini dapat digunakan sebagai
pedoman Pemerintah Provinsi Bali untuk melaksanakan Rencana Aksi Daerah Penurunan
Gas Rumah Kaca di Provinsi Bali.

1.4 Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup Kegiatan Inventarisasi dan Monitoring Sumber Pencemar Gas Rumah
Kaca (GRK) ini terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup subtansi meliputi.

a. Lingkup Wilayah
Wilayah Pekerjaan meliputi seluruh wilayah Provinsi Bali.

b. Lingkup Substansi
Kegiatan ini adalah melakukan Inventarisasi Sumber Pencemar Gas Rumah Kaca di
Provinsi Bali.

2
Inventarisasi Sumber Pencemar Gas Rumah Kaca (GRK) ini mencakup beberapa hal
di bawah ini:

a. Identifikasi isu-isu dan permasalahan lingkungan hidup yang diperkirakan akan


saling berpengaruh terhadap peningkatan emisi dan konsentrasi Gas Rumah Kaca
(GRK).
b. Rekomendasi perbaikan untuk penurunan emisi dan konsentrasi Gas Rumah Kaca
(GRK) di Provinsi Bali.

1.5 Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan meliputi seluruh wilayah Provinsi Bali.

3
Gambar 1.1. Peta Administrasi Provinsi Bali

Anda mungkin juga menyukai