Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA BERMAIN

MEWARNAI
Dosen Pengampu : Siti Aizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh:
Mega Sintia (17.2.05.01.0002)
Nurul Hidayah (17.2.05.01.0003)
Siti Solekhah ( 17.2.05.01.0004)
Ajeng Safitri ( 17.2.05.01.0009)
Catur Puji A. (17.2.05.01.0011)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Tahun Ajaran 2019
SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain


Sub pokok bahasan : Mewarnai
Sasaran : Anak- anak Ruang Galuh RSUD Gambiran
Pelaksana : Mahasiswa Universitas Nusantara PGRI Kediri
Waktu Pelaksanaan : Kamis, 04 Juli 2019
Tempat : Ruang Galuh RSUD Gambiran

1. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan
atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi
terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu
gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan
perawatan di rumah sakit. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan stress
sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Terapi
Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan stress pada anak akibat
lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada
kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut
Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play
Model (1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan
anak-anak berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh
wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak
belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan
bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
Menggambar atau mewarnai bila sebagai suatu permainan yang “nondirective”
memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat
“theurapeutic”(sebagai permainan penyembuh/ “theurapeutic play”) (Whaley, 1991).
Mengekpresikan perasaan dengan menggambar/ mewarnai gambar, berarti
memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata
(Veltman, 2000).
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak
dapat terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
b. Tujuan Instruksional Khusus
 Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan dengan teman
sesamanya
 Menurunkan perasaan hospitalisasi.
 Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
 Meningkatkan latihan konsentrasi
 Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
 Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus.
3. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani
perawatan di ruang E RSUD Kanjuruhan usia prasekolah (3-6 tahun).
4. Sarana dan Media
a. Sarana:
 Ruangan tempat bermain.
 Lantai untuk anak dan orang tua.
b. Media:
 crayon
 kertas
5. Materi (terlampir)
6. Susunan Acara
Permainan mewarnai dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan
susunanacara sebagai berikut:
Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta
5 Menit 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan penjelasan
(perkenalan) 3. Menjelaskan tujuan dan 3. Mendengarkan penjelasan
peraturan kegiatan 4. Mendengarkan penjelasan
4. Menjelaskan media yang akan
dijadikan media permainan
1. Mengumpulkan klien yang 1. Ikut berkumpul
telah diseleksi 2. Memperkenalkan diri dan
2. Meminta kepada setiap anak bersalaman dengan peserta yang
untuk menyebutkan namanya lainnya
masing-masing dan bersalaman 3. Mendengarkan penjelasan
20 Menit dengan semua peserta yang lain 4. Mulai bersiap-siap untuk
Permainan 3. Menjelaskan kembali tentang memulai mewarnai gambar
permainan beserta alat-alatnya
4. Meminta anak-anak untuk
bersiap-siap memulai mengambil
kertas bergambar dan mewarnai
dengan kreasi masing-masing
5 Menit 1. Memberikan kesimpulan 1. Mendengarkan
Penutup permainan 2. Menjawab salam penutup
(Terminasi ) 2. Mengucapkan salam penutup
7. Skema Terapi Bermain
a. Deskripsi tugas Terapis
Leader
 Memimpin jalannya acara bermain
 Membuka perkenalan
 Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
 Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
 Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
 Mengobservasi jalannya acara permainan
 Memberikan sekilas penilaian
 Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
 Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
b. Setting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Peserta
: fasilitator dan observer
Pembagian tugas
:
Leader :
Co Leader :
Fasilitator :

8. Evaluasi

Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah:


Persiapan
 Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
 Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
 Ketepatan waktu
Proses.
 Kemampuan leader memimpin permainan
 Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
 Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
Hasil
 Kesan –kesananak setelah melakukan terapi bermain

NAMA PESERTA YANG HADIR DALAM TERAPI BERMAIN :


1.
2.
3.
4.
5.
RESPON PESERTA :
1.
2.
3.
4.
5.

DAFTAR PUSTAKA
1. Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company, Philadelpia USA.
2. Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
3. Whaley dan Wong. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta :
EGC.
TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

1. Pengertian
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling efektif untuk mengatasi stres anak. Karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai
alat koping dalam menghadapi stres (Wong, et al, 2008).
2. Fungsi Bermain di Rumah Sakit
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres,
baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu anak memerlukan media yang dapat
mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui
kegiatan permainan. Wong, et al (2008) menyebutkan, bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan
mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di rumah
sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu
meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak.
Beberapa manfaat bermain di rumah sakit adalah memberikan pengalihan dan
menyebabkan relaksasi. Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan untuk
pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas tersebut harus dipilih berdasarkan usia,
minat, dan keterbatasan anak. Anak-anak tidak memerlukan petunjuk khusus, tetapi
bahan mentah untuk digunakan, dan persetujuan serta pengawasan.
3. Prinsip Bermain di Rumah Sakit
Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap
harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada
anak di rumah sakit.
1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan
anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih
jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang
ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).
3) Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu
rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka
yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di
malam hari (Wong, et al, 2008).
4. Teknik Bermain di Rumah Sakit
Menurut Whaley & Wong (2004), tehnik bermain untuk anak yang dirawat di
rumah sakit adalah menyediakan alat mainan yang merangsang anak bermaindan
memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain dan menghindariinterupsi
dengan apa yang dilakukan anak. Meningkatkan kebebasan bergerak juga diperlukan,
karena anak-anak yang lebih muda bereaksi paling kuat terhadap segala bentuk
restriksi fisik atau imobilisasi. Meskipun imobilisasi medis diperlukan untuk beberapa
intervensi seperti mempertahankan jalur iv, tetapi sebagian besar retriksi fisik dapat
dicegah jika perawat mendapatkan kerja sama dari anak (Wong, et al, 2008).
Menurut Wong, et al (2008), bermain pada anak yang bisa diterapkan pada
prosedur atau yang melibatkan kegiatan rutin rumah sakit dan lingkungan adalah
dengan menggunakan permainan bahasa, misalnya dengan mengenalkan gambar dan
kata-kata yang berhubungan dengan rumah sakit, serta orang-orang dan tempat
sekitar. Kemudian memberikan kesempatan pada anak untu menulis, menggambar
dan mengilustrasikan cerita. Caltworthy (1999 dalam Wong, et al 2008), mengatakan
meskipun interpretasi gambar anak membutuhkan pelatihan khusus, dengan
mengobservasi berbagai perubahan dalam serangkaian gambar anak dari waktu ke
waktu dapat membantu dalam mengkaji penyesuaian psikososial dan koping.
5. Alat Mainan yang Sesuai dengan Usia dan Kondisi Anak
Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai
seperti balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau sendok,
kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi. Sedangkan saat
anak sakit sedang, mainan yang dapat diberikan berupa kotak musik, giring-giring
yang dipegang, boneka yang berbunyi (Wong, et al, 2008).
Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-balok, mainan bermusik,
alat rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas, crayon, dan manik-manik
besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat mengalami sakit yang ringan.
Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan
dapat berupa mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku
bergambar, dan manik-manik besar (Wong, et al, 2008).
Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang
dapat diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki,
menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan
bermusik dan majalah anak-anak. Dan saat anak pra sekolah mengalami sakit sedang,
mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku
bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008).
6. Memilih Alat Mainan
Whaley & Wong (2004) menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memilih mainan bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah, pilihlah alat
mainan yang aman (alat mainan ini aman untuk anak yang satu belum tentu untuk
anak yang lain). Hindari alat mainan yang tajam, mengeluarkan suara keras dan yang
terlalu kecil, terutama anak umur di bawah 3 tahun. Ajarkan anak cara menggunakan
alat yang bisa membuat injury seperti gunting, pisau dan jarum. Sediakan tempat
untuk menyimpan alat mainan anak-anak dan pilihlah alat mainan yang membuat
anak tidak jatuh.
7. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai