Anda di halaman 1dari 15

REVIEW BUKU

PENGANTAR KOMUNIKASI MASSA


PENGARANG NURUDIN

Disusun Sebagai Tugas


Mata Kuliah Komunikasi Massa
Dosen Pengampu: Dr. Prilani, M.Si

OLEH

YUNITA INDINABILA
2016 91 00 40

UNIVERSITAS DR.SOETOMO SURABAYA


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
2018
A. PENDAHULUAN
Masyarakat modern saat ini tidak lepas dari pengaruh media massa. Banyaknya
kebutuhan yang didapatkan dari media massa mengakibatkan masyarakat saat ini tidak
mungkin meninggalkan atau bersikap acuh pada media massa. Dalam sehari, kegiatan
masyarakat banyak digunakan untuk mengikuti perkembangan media massa, mulai dari
mendapatkan informasi terbaru disekitar lingkungan mereka hingga informasi dari
tempat yang jauhnya beribu-ribu kilometer dari lingkungan mereka, mendapatkan
hiburan, dan lain-lain. Selain itu, banyak keputusan yang diambil berdasarkan
informasi yang didapat dari media massa karena seseorang tidak akan bisa mengamati
realitas dunia ini hanya dengan mata dan telinga saja namun juga dengan mengandalkan
media massa sebagai pihak ketiga. Bahkan seseorang tidak akan bisa berpartisipasi
dalam kehidupan ini tanpa bantuan media massa.
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang
dihasilkan, pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya, dan
efeknya terhadap mereka. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa (media cetak dan elektronik), dan saat ini mengalami
perkembangan dengan adanya internet. Sebab, awal perkembangannya, komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media massa yang dimaksud adalah media massa (atau saluran)
yang dihasilkan oleh teknologi modern. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis
komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media
massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas.
Komunikasi massa memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain adalah komunikator dari
komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan orang yang tergabung dalam suatu
lembaga, komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen atau homogen, pesan
yang disampaikan bersifat umum, komunikasinya berlangsung satu arah meskipun
dengan perkembangan zaman saat ini dapat berlangsung dua arah, komunikasi massa
menimbulkan keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya, komunikasi
massa mengandalkan peralatan teknis, dan komunikasi massa dikontrol oleh
gatekeeper.
Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)
antara lain adalah menginformasikan (to inform), memberi hiburan (to entertain),
membujuk (to persuade), dan transmisi budaya (transmission of the culture).
Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The
Media of Mass Communication (1991) adalah providing information, providing
entertainment, helping to persuade, dan contributing to social cohesion.
Menurut Melvin DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach dalam bukunya Theories of
Mass Communications (1989), terdapat lima revolusi dari komunikasi massa. Pertama,
zaman penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi (the age of signs and
signals), munculnya tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi berasal dari
penyempurnaan penggunaan suara (geraman, tangisan, dan jeritan). Kedua, zaman
digunakannya percakapan dan bahasa sebagai alat berkomunikasi (the age of speech
and language), dengan bahasa individu dapat mengklasifikasi, mengirim, menerima,
dan mengerti pesan lebih baik. Ketiga, zaman digunakannya tulisan sebagai alat
komunikasi (the age of writing), sejarah tulisan sendiri merupakan salah satu daripada
proses pergantian dari gambar ke penggunaan surat sederhana untuk menyatakan
maksud yang lebih spesifik. Keempat, zaman digunakannya media cetak sebagai alat
komunikasi (the age of print), ditemukannya mesin cetak oleh Johan Gutenberg
menjadi awal munculnya media cetak. Dan kelima, zaman digunakannya media massa
sebagai alat komunikasi (the age of mass communication), berawal ditemukannya
telegraf berlanjut dengan radio lalu televisi hingga di tahun-tahun berikutnya muncul
film, vidiotek, televisi kabel dan internet.
Saat ini, internet sebagai media baru, berkembang sangat pesat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan jumlah pengguna internet yang semakin hari semakin meningkat.
Budaya internet saat ini semakin menjamur, hanya dengan berselancar di dunia internet
maka seseorang mendapatkan banyak hal secara singkat dan mudah. Sehingga internet
juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu, ekonomi, politik, dan
gaya hidup. Apalagi internet kemudian diintegrasikan dengan media massa lain seperti
televisi, radio, dan media cetak, bahkan media massa selain internet pada akhirnya
membutuhkan internet sebagai alat penyebaran informasi pula. Internet telah
mengambil peran revolusi komunikasi yang kian kompleks. Sehingga saat ini muncul
istilah “dunia dalam genggaman” karena kemunculan internet tersebut.
Sebenarnya, internet merupakan kependekan dari interconnection-networking.
Internet merupakan seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan
standar sistem global transmission control protocol atau internet protocol suite (TCP
atau IP) sebagai protokol pertukaran paket untuk melayani miliaran pengguna di
seluruh dunia. Jadi dapat dikatakan bahwa internet merupakan alat yang
menghubungkan antar pengguna. Dengan internet, seseorang dapat mengakses media
online, media online adalah segala jenis media atau sarana komunikasi yang tersaji
secara online, seperti email, website, blog, media sosial, bahkan aplikasi chatting
seperti whatsapp dan line.
Media sosial sebenarnya adalah bagian dari website, dan media online berfungsi
sebagai forum online atau sarana interaksi sosial, pergaulan, pertemanan, antara orang-
orang di seluruh dunia. Media sosial mengambil berbagai bentuk media massa, seperti
majalah, forum internet, blog, foto atau gambar, video, dan lain-lain. Di dalam media
sosial inilah, masyarakat saat ini membangun sebuah pertemanan yang disebut dengan
situs jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya berbagi informasi pribadi.

B. PEMBAHASAN 1. REVIEW BUKU NURUDIN


Studi ilmu komunikasi massa telah menarik banyak pihak untuk
membahasnya. Banyak buku yang membahas komunikasi massa dihasilkan oleh
pengarang-pengarang yang fokus pada kajian studi ilmu ini. Salah satunya, dari
Indonesia adalah Nurudin. Nurudin merupakan seorang dosen ilmu komunikasi,
penulis, editor buku, dan trainer kepenulisan. Salah satu buku yang sudah
dipublikasikan olehnya berjudul Pengantar Komunikasi Massa. Buku ini pertama
kali terbit pada tahun 2007, dan saat ini telah memasuki cetakan ke delapan di tahun
2017. Buku Pengantar Komunikasi Massa karangan Nurudin ini dipublikasikan
melalui PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Di awal, buku ini membahas definisi dasar dari komunikasi massa itu sendiri,
lalu membahas ruang lingkup dan ciri-ciri dari komunikasi massa. Di bab
selanjutnya, buku ini membahas mengenai sejarah dari komunikasi massa, fungsi
dan elemen dari komunikasi massa. Buku ini juga membahas tentang model-model
dan teori-teori dari komunikasi massa, serta efek-efek dan etika komunikasi massa.
Model sistem komunikasi secara umum yang pernah dikemukakan oleh Shannon-
Weaver dalam bukunya Mathematical Theory of Communications, satu sifat khas
yang dimiliki oleh model ini yakni memasukkan pemancar sebagai salah satu alat
untuk meluaskan pesan. Model alir dua tahap yang dikenalkan oleh Paul Lazarfeld,
Bernard Berelson, dan H. Gaudet dalam People’s Choice (1944) menerangkan bahwa
media massa tidak langsung atau memengaruhi audience, tetapi melalui perantara
pihak lain seperti pemimpin opini. Model alir banyak tahap, model ini mengatakan
bahwa ada hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu
sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya.
Model Melvin De Fleur, model ini dinamakan sesuai dengan penemunya
Melvin De Fleur, model ini menekankan untuk mencapai berbagai pengertian
makna pesan antara sumber dengan tujuan. Model Michael E. Gamble dan Teri
Kwal Gamble, model ini mengatakan bahwa peralatan media massa menjadi alat
utama yang harus ada dalam komunikasi massa. Model HUB, dikemukakan oleh
Ray Eldon Hiebert, Donald F. Ungrait, dan Thomas W. Bohn, model ini merupakan
model lingkaran konsentris yang bergetar sebagai sebuah rangkaian proses aksi-
reaksi. Model Black dan Whitney, dikemukakan oleh Jay Back dan Frederick S.
Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988), model ini
tidak menampilkan adanya peran gatekeeper sebagai penapis atau palang namun
model ini dapat memudahkan untuk memahami proses alur pesan yang berjalan.
Model Bruce Westley dan Malcom McLean, model ini sangat menekankan
peran gatekeeper sehingga model ini menekankan kedudukan antara reporter
sebagai komunikator dan editor sebagai gatekeeper secara terpisah. Model
Maletzke, dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Maletzke (1963), model ini awalnya
menggambarkan peta media massa “bawah tanah” di Berlin dan merupakan
pengembangan dari model umum yang dinamakan Communicator (C), Medium
(M), dan Receiver (R). Model Bryant dan Wallace, model ini khas untuk
mengamati model arus pesan dalam media radio dan televisi namun model ini tidak
memasukkan gatekeeper dalam proses peredaran pesan.
Teori menurut Turner (1998) adalah cerita tentang bagaimana dan mengapa
sesuatu itu terjadi, para ahli biasanya memulai dengan asumsi menyeluruh,
termasuk seluruh bidang sosial yang dibentuk oleh aktivitas manusia, menyatakan
landasan kepastian dan proses serta sifat dasar yang menerangkan pasang surutnya
peristiwa dalam proses yang lebih khusus. Teori jarum hipodermik (hypodermic
needle theory) atau teori peluru (bullet theory) mengasumsikan media massa
mempunyai pemikiran bahwa audience bisa ditundukkan sedemikian rupa atau
bahkan bisa dibentuk dengan cara apa pun yang dikehendaki media, sebagaimana
dikatakan oleh Jason dan Anne Hill (1997) bahwa media massa dalam teori jarum
hipodermik mempunyai efek langsung “disuntikkan” ke dalam ketidaksadaran
audience.
Teori kultivasi (cultivation theory), pertama kali dikenalkan oleh Profesor
George Gerbner melalui tulisannya berjudul Living with Television: The Violence
Profile, Journal of Communication. Teori ini menekankan bahwa media massa
menanamkan sikap dan nilai tertentu sehingga penonton televisi mempercayai apa
yang ditayangkan oleh TV daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Teori
imperialisme budaya (cultural imperialism theory), pertama kali dikemukakan oleh
Herb Schiller tahun 1973, teori ini menganggap bhawa budaya yang berbeda (yang
tentunya lebih maju) akan selalu membawa pengaruh peniruan pada orang-orang
yang berbeda budaya melalui media massa. Teori persamaan media (media
equation theory), pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass
dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Television,
and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. Teori ini
memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara, media bisa menjadi lawan
bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang
dalam situasi face to face.
Teori spiral kesunyian (spiral of silence theory) dikenalkan oleh Elizabeth
Noelle-Neumann pada tahun 1984 melalui tulisannya berjudul The Spiral of
Silence, teori ini menjelaskan mengapa orang-orang dari kelompok minoritas
sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika
berada dalam kelompok mayoritas. Sebagaimana diketahui, opini publik sebagai
sebuah isu kontroversial akan berkembang pesat saat dikemukakan melalui media
massa, opini berkembang dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan
seseorang dari kelompok minoritas untuk diam. Teori determinisme teknologi
(technological determinism theory), dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada
tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic
Man, ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam
cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.
Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam
masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak
dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain.
Teori difusi inovasi (diffusion of innovation theory), titik awal munculnya teori
ini adalah ketika munculnya artikel yang ditulis oleh Paul Lazarfeld, Bernard
Berelson, dan H. Gaudet berjudul People’s Choice (1944). Menurut teori ini adopsi
sebuah inovasi baru akan berjalan secara baik atau tidak, dengan kuantitas pemakai
yang besar atau tidak, sangat tergantung dari peran media massa di dalam
menyebarkan pesan-pesannya, dengan demikian teori ini mendudukkan peran
media massa sebagai agen perubahan sosial di masyarakat yang tidak bisa dianggap
remeh. Teori kegunaan dan kepuasan (uses and gratifications theory) dikenalkan
oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on
Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori ini
menekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus
dipilih untuk memuaskan kebutuhannya, konsumen media mempunyai kebebasan
untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media
dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya.
Teori agenda setting (agenda setting theory) dikenalkan oleh Maxwell
McCombs dan Donald L. Shaw pada tahun 1973 dengan publikasi berjudul “The
Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quarterly No.37.
Menurut teori ini, media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita
lakukan, media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan
perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Teori media kritis
(media critical theory) berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada
ilmu sosial Marxis. Teori ini memiliki perspektif bahwa media tidak boleh hanya
memberitakan fakta atau kejadian yang justru memperkuat status quo, media harus
terus mengkritisi setiap ketidak-adilan yang ada disekitarnya, media tidak boleh
tunduk pada penguasa.
Secara sederhana, Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi efek
komunikasi massa menjadi dua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi
terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan
tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku
(menerima dan memilih). Selain itu menurut Stamm dan Bowes, terdapat tiga efek
dalam komunikasi massa sejak 1930-an, yakni efek tak terbatas (unlimited effect)
pada 1930-1950, efek terbatas (limited effect) pada 1950-1970, dan efek moderat
(not-so limited effect) pada 1970-1980-an. Sebenarnya efek dari media massa
ditentukan dari faktor individu dan faktor sosial. Faktor individu yang ikut
memengaruhi proses komunikasi antara lain selective attention, selective
perception, dan selective retention, motivasi dan pengetahuan, kepercayaan,
pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian, dan penyesuaian diri.
Faktor sosial yang ikut memengaruhi proses komunikasi antara lain umur dan jenis
kelamin, pendidikan dan latihan, pekerjaan dan pendapatan, agama, dan tempat
tinggal.
Terkait dengan etika komunikasi massa, hal ini perlu dipelajari karena
komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak individu, sementasa
masing-masing individu mempunyai sifat khas berbeda yang menyebabkan
berbeda pula dalam kepentingannya. Kepentingan yang berbeda itu akan
“bertarung” dalam proses komunikasi massa. Tanpa ada etika, “pertarungan” akan
menjadi perilaku mau menang sendiri yang buntutnya adalah kerusakan. Etika
mengarahkan bagaimana isi pesan media massa itu “sesuai” dengan harapan ideal
semua pihak.

2. KETERKAITAN BUKU NURUDIN DENGAN MEDIA SOSIAL


“With 4 billion people now online, we’re already seeing new digital behaviours
emerge. Keyboards will be replaced by voice commands and cameras. Visual
content will dominate social and messaging, and new technologies will offer richer
digital experiences for people everywhere. To keep up, brands need to rethink their
strategies, build new capabilities, and quickly adapt.” - Simon Kemp as Global
Consultant We Are Social.
Saat ini, internet sebagai media baru, berkembang sangat pesat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan jumlah pengguna internet yang semakin hari semakin
meningkat. Budaya internet saat ini semakin menjamur, hanya dengan berselancar
di dunia internet maka seseorang mendapatkan banyak hal secara singkat dan
mudah. Sehingga internet juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan ilmu, ekonomi, politik, dan gaya hidup. Apalagi internet kemudian
diintegrasikan dengan media massa lain seperti televisi, radio, dan media cetak,
bahkan media massa selain internet pada akhirnya membutuhkan internet sebagai
alat penyebaran informasi pula. Internet telah mengambil peran revolusi
komunikasi yang kian kompleks. Sehingga saat ini muncul istilah “dunia dalam
genggaman” karena kemunculan internet tersebut.
Media sosial sebenarnya adalah bagian dari website, dan media online
berfungsi sebagai forum online atau sarana interaksi sosial, pergaulan, pertemanan,
antara orang-orang di seluruh dunia. Media sosial mengambil berbagai bentuk
media massa, seperti majalah, forum internet, blog, foto atau gambar, video, dan
lain-lain. Di dalam media sosial inilah, masyarakat saat ini membangun sebuah
pertemanan yang disebut dengan situs jejaring sosial yang memungkinkan
penggunanya berbagi informasi pribadi. Berdasarkan laporan digital tahunan yang
dikeluarkan oleh We Are Social dan Hootsuite, pertumbuhan media sosial pada
tahun 2018 mencapai 13% dengan jumlah pengguna total mencapai 3 miliar.
Fenomena media sosial ini mulai muncul saat forum online mulai diminati oleh
pengguna internet, salah satu forum online dari Indonesia yang mengawali adalah
Kaskus. Selanjutnya, muncul Facebook yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada
tahun 2004 dan langsung menyita banyak perhatian. Menurut alexa.com, peringkat
Facebook di antara situs web seluruh dunia naik dari 60 menjadi 7 mulai September
2006 hingga September 2007. Pada tahun 2018 ini, pengguna aktif Facebook
tercatat menguasai dua pertiga pasar dengan jumlah pengguna lebih dari 2.17
miliar, naik 15% dibanding tahun sebelumnya, dan menjadikan Facebook sebagai
media sosial nomer satu yang paling diminati oleh penggunanya. Indonesia sendiri
menyumbang jumlah pengguna Facebook sebesar 130.000.000 dan menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-4 secara global. Dengan facebook, pengguna dapat
bertukar data pribadi, membagikan gambar dan video, mengikuti forum untuk
mengemukakan pendapat, dan lain-lain.
Pada urutan kedua, ditempati oleh YouTube sebagai media sosial untuk
berbagi video dengan jumlah pengguna 1.5 miliar. YouTube didirikan pada tahun
2005 oleh mantan pekerja PayPal dan pada tahun 2006 beralih menjadi milik
Google. Lalu terdapat WhatsApp sebagai aplikasi bertukar pesan teks, gambar,
audio, dan video dengan total pengguna 1.2 miliar. Aplikasi ini didirikan pada
tahun 2009 dan saat ini menjadi aplikasi chatting paling diminati di 128 negara.

Sumber : https://hootsuite.com/pages/digital-in-2018

Semakin meningkatnya pengguna media sosial menunjukkan bahwa


komunikasi saat ini telah banyak menggunakan internet sebagai peralatannya.
Praktis dan mengikuti trend menjadi alasan utama mengapa masyarakat sekarang
menggunakan media sosial di kegiatan sehari-harinya. Seperti bertukar pesan tanpa
harus menunggu tatap muka. Selain itu, alasan lain mengapa masyarakat
menggunakan media sosial adalah sebagai sarana mengemukakan pendapat,
update informasi terbaru seperti fashion, makanan, dan politik, lalu mendapatkan
perhatian untuk eksistensi diri, menumbuhkan citra, dan lain-lain.
Berbagai alasan itulah yang menyebabkan banyak hal-hal di dunia ini mulai
viral atau trend melalui media sosial dengan cara membagikannya dari satu
pengguna ke pengguna lain atau dari aplikasi media sosial yang satu ke media
sosial yang lain. Fenomena ini membuktikan adanya pergeseran dalam hal
kecepatan informasi, yang dulunya media cetak lalu dikalahkan oleh hadirnya
media elektronik seperti radio dan televisi dari segi kecepatan, saat ini kecepatan
dari media konvensional tersebut terkalahkan oleh internet. Selain itu, kebebasan
konten atau isi dalam media sosial juga menjadikan kompleksnya informasi yang
didapat. Saat terdapat pertandingan sepak bola, seseorang tidak perlu menunggu
kolom berita olah raga di koran esok hari atau menunggu jam tayang berita olah
raga di televisi, cukup dengan menonton streaming melalui YouTube atau
memantau jalannya pertandingan bola pada forum-forum olah raga di media sosial,
yang memiliki keterlambatan sekian detik saja dari jalannya pertandingan
sesungguhnya. Selain itu, melalui media sosial, masyarakat juga bisa menonton
kembali tayangan pertandingan sepak bola tersebut sewaktu-waktu. Kompleksnya
informasi juga dapat dirasakan oleh masyarakat semisal ketika pertandingan bola
berlangsung, seseorang juga dapat mengakses informasi seputar fashion atau
politik melalui forum online lainnya, atau membicarakannya dengan orang lain
melalui aplikasi chatting secara bersamaan. Banyaknya manfaat dari media sosial
dapat dirasakan oleh seseorang secara bersamaan.
Contoh lain adalah saat ini saya sedang mengerjakan tugas kuliah di rumah,
saya mengerjakan tugas dengan berdiskusi bersama teman sekelas saya melalui
aplikasi chatting pada WhatsApp, saya juga sedang mendengarkan lagu melalui
YouTube, dan saya baru saja memperbarui aktivitas saya di aplikasi Instagram
melalui menu InstaStory, lalu saya juga membaca informasi mengenai fashion
yang dipakai oleh Kate Midleton pada akun penggemar Kate Midleton di
Instagram, semua kegiatan tersebut dapat saya lakukan bersamaan, di waktu yang
sama dan di tempat yang sama yaitu di rumah.
Saat ini, media sosial menjadi salah satu kajian yang banyak dibahas oleh
berbagai pihak. Jika dilihat dari terpaan medianya, sebenarnya terpaan media sosial
ini juga tidak jauh berbeda dari terpaan media sebelumnya. Seperti dalam teori
jarum hipodermik (hypodermic needle theory) atau teori peluru (bullet theory),
yang mempunyai efek langsung “disuntikkan” ke dalam ketidaksadaran audience,
informasi apa yang ada di dalam media sosial tak jarang langsung diterima
masyarakat mentah-mentah tanpa mengetahui asal-usul kebenaran, sehingga saat
ini banyak berita bohong atau hoax yang beredar di masyarakat. Semisal baru-baru
ini McDonald’s diberitakan membagikan sejumlah kupon makanan dengan hanya
mengklik link yang tertera di dalam pesan, pesan ini banyak beredar di WhatsApp,
setelah dikonfirmasi kebenarannya ternyata pesan ini adalah penipuan dengan
mengatasnamakan McDonald’s, karena sebenarnya setiap pengguna yang
mengklik link yang tertera maka data nomor telepon akan tercatat di data base dan
memungkinkan digunakan untuk tindak kejahatan lainnya.
Tak jarang masyarakat sekarang menggunakan media sosial sebagai tempat
curhat mereka, jika memiliki masalah seseorang tak jarang menceritakannya
melalui media sosial yang mereka miliki, seolah-olah mereka sedang berbicara
kepada media sosial yang mereka miliki. Tak jarang curhatan mereka juga direspon
oleh pengguna lain. Hal ini persis seperti asumsi dari teori persamaan media (media
equation theory), bahwa media juga bisa diajak berbicara, media bisa menjadi
lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua
orang dalam situasi face to face.
Dalam memenuhi kebutuhannya, misal untuk saya sendiri, saat saya mau pergi
ke sebuah acara, saya membutuhkan make up dan pakaian yang pantas untuk
menghadiri acara tersebut, tak jarang saya melihat trend make up dan berpakaian
melalui media sosial seperti Instagram dan Youtube. Dengan Instagram, saya
hanya perlu mencari akun-akun fashion dan mencoba menerapkannya. Dengan
Youtube, saya bisa melihat tutorial menggunakan make up dan baju. Cara saya
mencari dan memenuhi kebutuhan persis seperti asumsi dari teori kegunaan dan
kepuasan (uses and gratifications theory), teori ini menekankan bahwa audience
aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan
kebutuhannya, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan
bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media
itu akan berdampak pada dirinya.
Media sosial menjadi tempat yang cocok untuk membicarakan suatu hal
hingga hal tersebut menjadi terkenal atau saat ini biasa disebut dengan viral. Baru-
baru ini masyarakat dihebohkan dengan hadirnya es kepal milo, hingga banyak
akun membahasnya, tak jarang beberapa orang bahkan rela mencari ke berbagai
tempat untuk mencicipi es kepal milo ini, tak lama banyak gerai es kepal milo
bermunculan dan dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mencicipinya. Saat ini,
masyarakat dihebohkan lagi dengan hadirnya donat indomie dan banyak akun
membahasnya. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial mampu mengarahkan kita
pada apa yang harus kita lakukan, media mempunyai kemampuan untuk
menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa
tertentu, asumsi ini sesuai dengan teori agenda setting (agenda setting theory).
Dengan hadirnya internet, banyak hal dapat dilakukan dengan mudah. Seperti
menjual suatu barang, produsen sudah tidak perlu mempromosikannya secara door
to door, cukup dengan mempromosikannya melalui media sosial maka barang
dagangannya dikenal oleh banyak orang. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh YetiData dan Collective Bias selama 4 tahun dengan melibatkan
150.000 pengguna Facebook, didapatkan bahwa pengguna Facebook yang
tergabung dalam sebuah forum bisnis akan membeli suatu barang 35% lebih bayak
daripada pelanggan biasa, barang yang dibeli merupakan barang yang
dipromosikan dan dibahas dalam forum bisnis di Facebook. Bob Loos, kepala
analisis di Collective Bias berpendapat bahwa untuk apa menunggu toko buka
untuk mengenalkan suatu produk jika melalui Facebook, produsen dapat
mengenalkan dan mulai menjualnya sewaktu-waktu. Perubahan pola penjualan ini
menghadirkan era penjualan digital di kalangan masyarakat, sehingga tidak heran
jika toko online atau online shop mulai menjamur. Media sosial dapat dikatakan
sebagai agen perubahan sosial di masyarakat yang tidak bisa dianggap remeh,
menurut teori difusi inovasi (diffusion of innovation theory) adopsi sebuah inovasi
baru akan berjalan secara baik atau tidak, dengan kuantitas pemakai yang besar
atau tidak, sangat tergantung dari peran media massa di dalam menyebarkan pesan-
pesannya.

C. PENUTUP
Manusia sebenarnya adalah makhluk yang dinamis, yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman. Dengan hadirnya internet, kehidupan manusia semakin mudah
dalam hal memenuhi kebutuhannya. Media sosial yang digunakan oleh seseorang dapat
mengubah kehidupan orang tersebut. Perubahan-perubahan yang dialami seseorang
tentunya akan berbeda dengan perubahan yang orang lain alami. Pengaruh dari media
sosial yang menjadi bagian dari media massa tentunya ada yang positif dan ada pula
yang negatif, bergantung dari mana seseorang memanfaatkan media sosial tersebut.
Jika dilihat dari segi positif, tentunya media sosial banyak memberikan keuntungan
terutama untuk eksistensi diri, bertukar pikiran dengan orang lain, menambah wawasan
baru seperti hal apa yang sedang viral di belahan dunia lain, dapat membantu
perekonomian seseorang, dan lain-lain. Jika dilihat dari segi negatif, maka banyaknya
informasi yang didapat terkadang membuat seseorang kewalahan, dengan bebasnya
akses yang digunakan terkadang informasi yang didapat tidak sesuai dengan usia dari
penggunanya atau juga seseorang tidak bisa membedakan apakah itu informasi yang
benar atau tidak.
Seperti yang dikatakan oleh Simon Kemp seorang global consultant, saat ini dunia
ditempati oleh 4 miliar manusia dan sudah terlihat perilaku digital yang baru. Teknologi
baru akan menawarkan banyak pengalaman bagi semua orang. Untuk mengimbangi hal
tersebut maka perlu adanya strategi, kemampuan, dan adaptasi yang cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Farrel, Muhammad Jordan. 2017. Kenapa Sosial Media Sangat Menarik Untuk Semua
Kalangan, (https://www.dictio.id/t/kenapa-sosial-media-sangat-menarikuntuk-
semua-kalangan/14433, diakses pada 27 Mei 2018).

Hootsuite. 2018. The Global State Of Digital In 2018 - From Argentina To Zambia,
(https://hootsuite.com/pages/digital-in-2018, diunduh pada 29 Mei 2018).

Kemp, Simon. 2018. Digital In 2018: World’s Internet Users Pass The 4 Billion Mark,
(https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018, diakses pada 29
Mei 2018).

Lafferty, Justin. 2014. Study: Facebook Fans Who Interact With The Brand Page Make
For Higher-Paying Consumers, (https://www.adweek.com/digital/study -engaged-
facebook-fans-make-for-higher-paying-consumers/?red=if, diakses pada 28 Mei
2018).

Tanpa nama. 2015. Perbedaan Media Online, Website, Media Sosial, dan Jejaring
Sosial, (http://www.baticmedia.com/2015/05/perbedaan-media-online-
websitemedia.html, diakses pada 24 Mei 2018).

Tanpa nama. 2018. Ini Media Sosial Paling Populer di Indonesia,


(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-yang-pali
ng-sering-digunakan-masyarakat-indonesia, diakses pada 27 Mei 2018).

TENTANG BUKU
Judul Buku : Pengantar Komunikasi Massa.
Pengarang : Nurudin.
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada Jakarta.
Cetakan : Ke-1 2007, Ke-8 Maret 2017.
Jumlah Halaman : 276 halaman.
ISBN : 978-979-769-521-7.

Anda mungkin juga menyukai