Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Eni
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kandangan, Temanggung
No RM : 183474
Masuk RS : 10 Februari 2015
Pukul : 17.00 WIB

2. ANAMNESA
Dikirim oleh : Bidan
Dengan keterangan : G2P1A0 hamil 36 6/7 minggu dengan preeklamsi berat

Keluhan utama : Nyeri kepala dan tekanan darah tinggi


Keluhan sekarang :
Pasien G2P1A0 datang dengan keluhan nyeri kepala sejak tadi pagi. Nyeri kepala dirasakan
terus menerus sepanjang hari, terasa di seluruh bagian kepala dan juga leher seperti di ikat. Nyeri
sangat mengganggu aktivitas pasien, apabila menggunakan skala nyeri sekitar 6 dari 10.Nyeri
kepala muncul saat pasien beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan
muntah sudah 2 kali sejak tadi pagi. Pasien tidak mengeluh sesak (-), pandangan kabur (-), nyeri
ulu hati (-). Pasien mengaku sebelum datang ke RS, pasien sempat pingsan di rumah. Riwayat
kejang (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi disangkal, DM disangkal, Asthma disangkal, Alergi obat disangkal, alergi makanan
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi disangkal, DM disangkal, Asthma disangkal, Alergi obat disangkal, alergi makanan
disangkal.
Riwayat obstetry :
Menstruasi :
Menarche : usia 14 tahun
Siklus haid : +/- 28 hari, teratur setiap bulan, l
Durasi : 5-7 hari
HPHT : 27 November 2014
Perkawinan :
Menikah : 1x
Lama : 10 tahun.
Kehamilan :
G2P1A0 : riwayat hamil yang pertama, laki-laki , 9 tahun, lahir spontan dibantu
dukun, BB 3200 gram
Riwayat hamil yang kedua, hamil ini.
ANC : 2 x di bidan
HPL : 3 Mei 2014
UK : 37 minggu
Imunisasi TT :-
KB : suntik 3 bulan, selama 8 tahun dan berhenti 2 tahun yang lalu

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis
• Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
• Vital Sign
Tekanan Darah : 180/120 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,4˚C
• Kepala : Mesocephal, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : CA -/-, Sklera ikterik -/-, edema palpebra +/+
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-), faring hiperemis (-)
Hidung : Deformitas (-), Discharge (-)
Telinga : Discharge (-)
• Leher : Pembesaran tiroid (-), JVP tidak meningkat.
• Thoraks :
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-/-), sikatrik (-/-)
Palpasi : Ketinggalan gerak (-), Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Paru (sonor), batas jantung normal,
Auskultasi : Paru kanan-kiri vesikuler normal, wheezing (-), Ronkhi(-)
Jantung S1 S2 murni, irama reguler, bising jantung (-)
• Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan, linea grisea +, striae +
• Extremitas :
Akral hangat : +/+
Edema : +/+
b. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
1. Inspeksi : perut membuncit sesuai usia kehamilan, linea grisea +
2. Palpasi : TFU 30 cm, TBJ 2790 gram, HIS (-),
L1 : teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
L2 : teraba bagian memanjang di kanan, bag. kecil-kecil di kiri
L3 : teraba bagian bulat, keras, melenting
L4 : belum masuk panggul 5/5 bagian
3. Auscultasi : DJJ 144x/menit via Doppler
Pemeriksaan Dalam : tidak dilakukan

4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 13,5
AL : 14,2
AE : 5,89
AT : 246
Proteinuria : +3

5. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 Hamil 37 minggu janin tunggal dengan PEB
6. SIKAP
Inf. RL 20 tpm
MgSO4 sesuai protap
Nifedipine 3x10 mg
Dopamet 3x1
Pasang DC
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria.
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada
umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan.
Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat
(George, 2013).
Menurut Report on The National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy, hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Hipertensi Gestasional
Pada kehamilan dijumpai tekanan darah ≥140/90, tanpa disertai proteinuria dan
biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12 minggu pasca-persalinan
2. Preeklampsia
Apabila dijumpai tekanan darah ≥140/90, setelah kehamilan 20 minggu disertai
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1+
3. Eklampsia
Ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, dapat disertai koma.
4. Hipertensi Kronis
Dari sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu ditemukan tekanan
darah ≥140/90 dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca-persalinan
5. Hipertensi kronis dengan Super Imposed Preeklampsia
Pada wanita hamil dengan hipertensi kronis, muncul proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
setelah kehamilan 20 minggu, dapat disertai gejala dan tanda preeklampsia lainnya.
Definisi klasik preeklampsia meliputi 3 elemen, yaitu onset baru hipertensi (didefinisikan
sebagai suatu tekanan darah yang menetap ≥ 140/90 mmHg pada wanita yang sebelumnya
normotensif), onset baru proteinuria ( didefinisikan sebagai › 300 mg/24 jam atau ≥ +2 pada
urinalisis bersih tanpa infeksi traktus urinarius), dan onset baru edema yang bermakna. Pada
beberapa konsensus terakhir dilaporkan bahwa edema tidak lagi dimasukkan sebagai kriteria
diagnosis.
Faktor Risiko Preeklampsia
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi
terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat
keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeclampsia
Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan
4) Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi
kembar atau lebih.
5) Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu
sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi
hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerati seperti reumatik
arthritis atau lupus.

Etiologi Preeklampsia
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu
disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun
teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.
Adapun teori-teori tersebut adalah ;
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan
pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit
bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun.
Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volume plasma.
2) Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada
preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat
diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
3) Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu
yang menderita preeklampsia.
4) Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
5) Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan
vasodilatasi dari pembuluh darah.
6) Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki
peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan
dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah
dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai
dengan kemajuan kehamilan.

Patofisiologi Preeklampsia
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita
dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai
substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi
terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatnya cardiac output
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan
anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
Perubahan pada organ-organ :
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan
eklamsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik
ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai
ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.
2) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklamsia tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeclampsia dan eklamsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air
dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein
tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium,
natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal.
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi
ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda
preklamsia berat yang mengarah pada eklamsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat
penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina.
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
Pada preeklampsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan
terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru.
Gambaran Klinis Preeklampsia
Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini
sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia
akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah
meningkat.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan
darah pada preklamsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan
beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipneu, edema paru,
perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.

Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu;
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau
midstearm.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+
c) Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
e) Terdapat edema paru dan sianosis
f) Trombositopeni
g) Gangguan fungsi hati
h) Pertumbuhan janin terhambat
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Penanganan umum.
 Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg
 Pasang infus RL
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
 Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
 Jika jumlah urin < 30 ml perjam:
· Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
· Pantau kemungkinan edema paru
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
 Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
 Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan
dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi
sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.

Anda mungkin juga menyukai