Anda di halaman 1dari 7

1.

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Leasing Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk
menyewa sesuatu barangdalam kurun waktu tertentu. Leasing ini ada dua
katagori global, yaitu operating lease danfinancial lease. Operating lease
merupakan suatu proses menyewa suatu barang untukmendapatkan hanya
manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri
tetapmerupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini
berpadanan dengankonsep ijarah di dalam syariah Islam yang secara hukum
Islam diperbolehkan dan tidak adamasalah. Adapun financial lease merupakan
suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barangtersebut berpindah dari pihak
pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewapihak penyewa
tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milikpemberi
sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa.
Sedangkan bilapada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi
cicilannya maka barang tersebutmenjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan
pemilikan ini dengan alasan hadiah pada akhir penyewaan, pemberian cuma-
cuma, atau janji dan alasan lainnya. Intinya, dalam financiallease terdapat dua
proses akad sekaligus : sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya
mengapaleasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli. Leasing dalam tulisan
ini dikhususkan padapembahasan financial leasing atau sewa-beli ini.B.
Beberapa Persoalan dalam Sewa-Beli Merujuk pada kenyataan di atas,
nampak bahwa dalam sewa-beli terdapat dua bentukmuamalah yang berbeda
dalam satu proses yang bersamaan. Sewa sekaligus beli. Sampai disini
terdapat minimal dua persoalan yang memerlukan kajian, yaitu perbedaan
sewa dan beli,serta kedudukan dua akad sekaligus dalam suatu proses
muamalah. Pertama, perbedaan sewa dan beli. Dalam hukum muamalah Islam
sangat berbedaantara sewa dengan beli. Sewa (ijarah) merupakan suatu akad
untuk mendapatkan suatumanfaat dari barang, jasa, ataupun orang dengan
adanya kompensasi tertentu, biasanyaberupa uang (‘aqdun ‘alal manfaat bi
‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanyamanfaat yang dikandung
oleh barang yang disewanya. Adapun barangnya itu sendiri tetapmerupakan
hak milik pihak pemberi sewa. Hal ini berbeda sekali dengan jual beli. Secara
syar‟iy, jual-beli (al bai‟) merupakanmubadalatu malin bi malin tamlikan wa
tamallukan „ala sabilit taradhi, yaitu pertukaranantara suatu barang dengan
barang lain (termasuk uang) untuk pertukaran kepemilikan di atasdasar saling
meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal ini, barang dari pihak penjual
akanmenjadi milik dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau barang (bila
barter) dari pihakpembeli akan langsung menjadi milik pihak penjual. Proses
jual-beli ini, tentu saja, dapatkontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan
(kredit). Jelaslah, perbedaan mendasar antara 2
2. 3. sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhak memiliki barang pada
akhir masa transaksi.Dengan demikian, akad yang terjadi antara sewa sangat
berbeda dengan akad pada jual-beli. Akad sewa berkonsekuensi pada tetap
dimilikinya barang oleh pihak pemilik barang,sedangkan pihak penyewa hanya
boleh memanfaatkan barang tersebut selama masapenyewaan. Sedangkan
akad jual-beli berujung pada pertukaran kepemilikan dari penjual kepembeli
dan dari pembeli ke penjual. Kedua, Rasulullah SAW melarang dua akad
berbeda terjadi dalam satu aktivitasmuamalah. “Rasulullah SAW melarang
(kaum muslimin) dua akad dalam suatu proses akadtertentu, “ demikian
diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang larangan Rasulullah SAW. Hadits ini
maksudnya adalah tidak boleh seseorang melakukan dua akad berbedadalam
suatu proses muamalah tertentu. Tidak boleh, misalnya, seseorang
menyatakan „Sayamenjual rumah saya ini kepada Anda dengan syarat Anda
menjual rumah Anda yang diPuncak pada saya‟, „Saya menjual perusahaan
ini pada Anda dengan catatan Andamenikahkan putri Anda kepada saya‟, atau
„Saya menjual barang ini dengan harga 10 jutarupiah pada Anda dengan cicilan
selama 2 tahun, tetapi bila di tengah jalan Anda tidak dapatmelunasinya maka
barang tersebut tetap menjadi milik saya dan uang yang telah Andaberikan
dianggap sebagai sewa barang selama Anda menggunakannya.‟ Di dalam
muamalahtadi terdapat dua akad sekaligus, menjual rumahnya sekaligus
membeli rumah pembelirumahnya dalam satu akad, menjual perusahaan
sekaligus menikahi putri pembeliperusahaannya dengan hanya satu akad, dan
jual-beli sekaligus sewa dalam satu akadtertentu. Semua ini bertentangan
dengan sikap Rasulullah SAW tadi. Berdasarkan hal ini nampaklah bahwa
dalam muamalah financial leasing (yang secaraumum dikenal dengan istilah
„leasing‟ saja) terdapat dua akad sekaligus dalam satu prosesmuamalah
tertentu. Dan hal ini tidak sesuai dengan titah Rasulullah SAW. Padahal,
dalamsyariat Islam, bila akad yang terjadi sewa maka tetap berlaku sewa
sampai batas akhir waktupenyewaan. Demikian pula, suatu akad jual-beli tetap
sebagai jual beli. Andaikan jual-beli itudilakukan dengan mencicil dan pihak
pembeli belum dapat melunasi seluruh utangpembeliannya pada waktu yang
telah disepakati, akad tersebut tetap jual-beli dan tidak dapatdialihkan menjadi
akad apapun, termasuk diubah menjadi akad sewa. Selain itu, bila dilihat dari
realitasnya, muamalah jenis ini nampak mengunggulkanpemberi sewa
(perusahaan leasing) dibandingkan dengan penyewa. Terlebih-lebih bila
pihakpembeli merasa mencicil barang dengan harga „pembelian‟. Di tegah
jalan, karena sesuatuhal, ia tidak mampu melunasinya. Akhirnya, barang yang
diangankan untuk dimilikinya padaakhir cicilan nanti harus dikembalikan, dan
ia hanya menyewa saja. Padahal, tentu saja, hargasewa logisnya lebih kecil
dibandingkan dengan harga beli dengan cicilan. Satu hal lagi, persoalan
leasing menjadi bertambah bila dalam cicilannya itumelibatkan riba (bunga).
Sebab, Allah SWT memfirmankan : “Dan Allah telah menghalalkanjual beli
serta mengharamkan seluruh riba” (QS. Al Baqarah [2] : 275).C. Alternatif Allah
SWT telah menurunkan aturan yang memenuhi rasa keadilan
manusia.Kaitannya dengan jual-beli dengan kredit, syariat Islam telah
menggariskan apa yang disebutdengan Bai‟ Bitsaman Ajil (BBA). Bai‟
Bitsaman Ajil merupakan suatu proses perjanjian jual 3
3. 4. untuk barang tertentu antara pemilik dan pembeli, dimana pemilik barang
akan menyerahkanbarang seketika, sedangkan pembayaran dilakukan dengan
cicilan dalam jangka waktu yangdisepakati bersama. Secara ringkas, penjual
dan pembeli menyepakati total harga barangtersebut, lama waktu
pembayarannya, dan pembayaran tiap bulannya tanpa disertai bunga.Sejak
terjadi transaksi, barang tersebut resmi menjadi milik pembeli, hanya saja
iamenanggung hutang seharga barang tersebut kepada pihak penjual. Untuk
berjaga-jaga, dapatditentukan adanya barang jaminan, termasuk barang yang
diperjualbelikan tersebut. Bilapihak pembeli tidak dapat memenuhi kewajiban
hutangnya dalam waktu yang disepakatitidak dilakukan penentuan harga ulang
(repricing) ataupun pemberian sanksi. Salah satu jalanyang ditempuh adalah
barang tadi (bila sebagai jaminan) dijual. Hasilnya, sebagiandigunakan untuk
melunasi sisa hutangnya dan, bila ada, sisanya diberikan kepada
pihakpembeli. BBA sebenarnya merupakan salah satu bentuk jual-beli dengan
cicilan/kredit (Al Bai‟bid Dain wa bit Tqsith). Jual beli dengan hutang ini
dibenarkan secara syar‟iy.Beberapa aturan Allah SWT menegaskan hal ini,
diantaranya :1. Firman Allah SWT : “Dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah [2] : 275). Dalam ayat ini kata Al Bai‟
bersifat umum. Artinya semua jual beli hukum asalnya halal kecuali ada nash-
nash yang menjelaskan keharamannya.2. Imam Bukhari, Muslim, dan Nasai
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah membeli bahan makanan dari
seorang Yahudi dengan hutang dan beliau memberikan baju besinya sebagai
jaminan. Jadi, ringkasnya, muamalah ada beberapa hal dalam leasing yang
tidak sesuai dengansyari‟at Islam. Oleh karena itu, perlu ada muamalah
alternatif yang manfaat dan kegunaannyasama, serta legal menurut syari‟at
Islam. Alternatif dimaksud adalah al bai‟ bid dain (jual-belidengan hutang) yang
salah satu turunannya adalah bai‟ bitsaman ajil 4
4. 5. BAB III HUKUM AKAD Fakta Akad Ganda dalam Leasing Salah satu model
dari leasing adalah transaksi pembiayaan pengadaan barang modaluntuk
digunakan oleh lessee (yang menerima pembiayaan leasing) selama jangka
waktutertentu dan diakhir jangka waktu itu pemilikan barang berpindah secara
otomatis kepadalessee. Leasing model inilah yang banyak dilakukan dalam
leasing pembiayaan motor,mobil, barang elektronik, furnitur dll, yang diberikan
oleh berbagai bank atau lembagapembiayaan. Praktek yang biasa terjadi dapat
dideskripsikan seperti berikut (misal barangnyaadalah motor): Seseorang
sebut saja Fulan datang ke lembaga pembiayaan dan ingin membelimotor
secara kredit karena ia tidak memiliki uang untuk membelinya secara tunai.
Laluterjadilah pembicaraan dengan lembaga itu dan dilakukan akad leasing.
Misalnya, jangkawaktunya tiga tahun. Dalam akad leasing itu setidaknya ada
transaksi: 1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat setelah motor itu dia beli,
lalu dia sewakan kepada lessee selama jangka waktu tiga tahun 2. Lessor
sepakat bahwa setelah jangka waktu tiga tahun itu dan seluruh angsuran lunas
dibayar, lessee (Fulan) akan langsung memiliki motor tersebut. 3. Menurut
pengertian leasing yang ada, selama jangka waktu tiga tahun itu yaitu sampai
seluruh angsuran lunas, motor tersebut adalah milik Lessor. Setelah berakhir
yaitu setelah seluruh angsuran lunas, langsung terjadi perpindahan pemilikan
motor itu kepada Lessee (Fulan), artinya motor itu langsung menjadi milik
Lessee (Fulan). Hanya saja dalam praktek yang ada, sejak penyerahan fisik
motor kepada Lessee yaitu sejak awal, biasanya STNK motor itu atas nama
Lessee (Fulan). Nama STNK mengikuti BPKB. Jadi BPKB motor itu juga atas
nama Lessee. Itu artinya motor itu sejak awal adalah milik Lessee (Fulan). 4.
Ada ketentuan tentang jaminan dimana motor itu dijadikan jaminan secara
fidusia untuk leasing tersebut. Karena itu BPKB motor itu tetap berada di
tangan lessor sampai berakhir jangka waktu leasing dan seluruh angsuran
lunas. Konsekuensinya jika lessee (Fulan) tidak sanggup membayar angsuran
sampai lunas, motor akan ditarik oleh lessor dan dijual. Hukum Akad Ganda
Mengamati fakta di atas maka terlihat bahwa dalam transaksi leasing terjadi
duatransaksi atau akad dalam satu akad/transaksi. Yaitu transaksi sewa
menyewa (ijârah) dantransaksi jual beli (bay’). Transaksi yang demikian
menyalahi ketentuan syariah. IbnMas‟ud menuturkan bahwa Nabi saw pernah
bersabda: rRasulullah saw melarang dua transaksi dalam satu akad (HR.
Ahmad, al-Bazar dan ath-Thabrani) 5
5. 6. Makna shafqatayn fî shafqatin wâhidah adalah wujûd ‘aqdayn fî ‘aqdin
wâhidin(adanya dua akad dalam satu akad)1. Contohnya jika seseorang
berkata “saya jual motor sayakepada Anda dengan syarat Anda sewakan
rumah anda kepada saya”. Dalam ungkapan initerjadi dua transaksi karena
lafal “saya jual motor saya kepada anda” adalah transaksipertama dan “anda
sewakan rumah anda kepada saya” adalah transaksi kedua, dan
keduatransaksi/akad itu berkumpul/terjadi dalam satu akad. Dalam leasing
model ini yang terjadiadalah akad sewa dan akad jual beli. Akad sewa dalam
hal ini jelas, karena sewa itu memangmenjadi inti dari leasing. Adapun akad
jual beli hal itu nampak karena pada saat akad leasingdi dalamnya disepakati
adanya perpindahan pemilikan barang secara langsung/otomatisbegitu jangka
waktu leasing selesai dan seluruh angsuran dibayar lunas. Lebih tepatnya
lagidalam leasing model ini terjadi transaksi ijârah dan transaksi bay’ dalam
satu akad leasing,terhadap satu barang yang sama yaitu motor, dalam satu
waktu yang sama pula. Jelas hal inimenyalahi hadis Nabi saw di atas. Di dalam
akad leasing model ini, transaksi pengalihan pemilikan barang tersebut(motor)
disyaratkan kepada transaksi/akad sewa menyewa dan sebaliknya transaksi
sewamenyewa disyaratkan dengan transaksi pemindahan pemilikan itu. Hal itu
karena dalam akadleasing model ini, lessee tidak bisa hanya menyepakati satu
transaksi saja. Lessee tidak bisahanya menyewa motor itu saja atau
membelinya saja. Tetapi Lessee harus menyewa motoritu sekaligus
membelinya. Fakta seperti itu yaitu menyaratkan akad atau transaksi
lainkepada transaksi atau akad yang dilakukan adalah melanggar larangan dari
Rasul saw. Beliaupernah bersabda:Tidak halal salaf dan jual beli, tidak halal
dua syarat dalam satu jual beli, tidak halalkeuntungan selama (barang) belum
didalam tanggungan dan tidak halal menjual apa yangbukan milikmu (HR. an-
Nasa’i, at-Tirmidzi dan ad-Daruquthni) Menurut para fukaha, larangan hadis ini
diantaranya mencakup adanya bay’ wa syarth yaitu salah satu pihak dalam
akad bay‟-nya mensyarat kepada pihak lain akad/transaksi lain baik utang,
sewa, kontrak kerja, bay‟ lainnya, atau yang lain. Dalam hadis tersebut Nabi
saw menyatakan “la yahillu (tidak halal)”. Ini adalah qarinah jazim yang
menunjukkan bahwa apa yang dilarang itu adalah haram, karena lafal “tidak
halal” maknanya adalah haram. Dengan demikian akad yang di dalamnya
terjadi dua transaksi atau disyaratkan akad/transaksi lain, merupakan
akad/transaksi yang batil.1 Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhsyiah Al-
Islamiyah, II/263-264 6
6. 7. KESIMPULAN Leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu
barang dalam kurun waktutertentu. perbedaan sewa dan beli. Dalam hukum
muamalah Islam sangat berbeda antara sewadengan beli. Sewa (ijarah)
merupakan suatu akad untuk mendapatkan suatu manfaat daribarang, jasa,
ataupun orang dengan adanya kompensasi tertentu, biasanya berupa
uang(‘aqdun ‘alal manfaat bi ‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanya
manfaat yangdikandung oleh barang yang disewanya. Adapun barangnya itu
sendiri tetap merupakan hakmilik pihak pemberi sewa. Sedangkan jual beli
merupakan mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamallukan„ala sabilit
taradhi, yaitu pertukaran antara suatu barang dengan barang lain (termasuk
uang)untuk pertukaran kepemilikan di atas dasar saling meridloi satu sama lain.
Berdasarkan halini, barang dari pihak penjual akan menjadi milik dari pihak
pembeli. Sebaliknya, uang ataubarang (bila barter) dari pihak pembeli akan
langsung menjadi milik pihak penjual. Prosesjual-beli ini, tentu saja, dapat
kontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan (kredit). Jelaslah, perbedaan
mendasar antara sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhakmemiliki
barang pada akhir masa transaksi. Dengan demikian, akad yang terjadi antara
sewasangat berbeda dengan akad pada jual-beli

Anda mungkin juga menyukai