Anda di halaman 1dari 124

EFISIENSI PEMASARAN CENGKEH (Syzygium aromaticum)

DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING


KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Oleh :
Diana Leni Lia Wijayanti
NIM: 092310198

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiwa : Diana Leni Lia Wijayanti


NIM : 092310198
Program Studi : Agribisnis

dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya
bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 4 April 2014

Yang membuat peryataan,

Diana Leni Lia Wijayanti

iv
MOTTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aristoteles)
“ Hanya kebodohan yang meremahkan pendidikan”

(P. Syrus)

“ Bunga yang tidak akan layu sepanjang jaman adalah kebajikaan”


(William Cowper)

“ Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah


(Lessing)

“ Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang


boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”
(Ibu Kartini)

“Kita menilai diri dari apa yang yang kita pikir bisa kita lakukan
padahal orang lain menilai diri kita dari apa yang sudah kita lakukan”.
(Mario Teguh)

“Ketika kamu berhasil teman – temanmu akhirnya tahu siapa kamu,


ketika kamu gagal kamu akhirnya tahu siapa sesungguhnya teman –
temanmu”. (Aristoteles)

“ Seorang sahabat adalah orang yang menjawab, apabila kita memanggil


dan sering menjawab sebelum kita panggil ”

(Diana Leni Lia Wijayanti)

“ Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah


dikerjakan” (Diana Leni Lia Wijayanti)

“ Hidup bagai kupu – kupu indah dipandang tapi sulit untuk ditangkap”

(Amat Sariyanto)

v
PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sholat, ibadah, hidup dan matiku hanya untuk


Rabb sekalian alam

Skripsi nan sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Kedua orangtua tercinta (Bapak Triyono dan Ibu Suyatmi) yang tak
pernah lelah dan bosan untuk mendo’akan, memberikan semangat,
dukungan serta nasehat dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
untuk terus maju dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
 Kakakku (Tambah Risdiyanto), adikku (Bagas Satrio Wicaksono)
yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.
 Kekasihku Amat Sariyanto yang selalu mendo’akan, memberikan
semangat, motivasi dan dukungan untuk terus maju.
 Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan dukungan
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
 All my best friend : Elly, Friska, Anjar, Muthoharoh, Anggita atas
kebersamaan dalam suka dan dukanya.
 Ari, Sigit, Mukhsin, Yanu, Yono, dan semua teman-teman
seperjuangan yang telah memberi dukungan, semangat dan
senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kita
semua menjadi orang yang sukses. Amin ya Allah……

vi
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Efisiensi Pemasaran Cengkeh (Syzygium aromaticum) di

Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo”.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak, untuk itu Penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

2. Ir. Zulfanita, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

3. Uswatun Hasanah, S.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I.

4. Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Agribisnis

sekaligus Dosen Pembimbing II.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Pertanian.

6. Kepala Desa beserta Perangkat Desa dan petani cengkeh Desa Kaligono,

Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang telah memberikan data.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan sampai skripsi ini

selesai.

8. Rekan-rekan Fakultas Pertanian.

9. Semua Pihak yang telah membantu kelancaran sampai skripsi ini selesai.

vii
Akhirnya ijinkan Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapaan terima

kasih yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu sampai

terselesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.

Amin ya Rabb.

Purworejo, 4 April 2014

Penulis

viii
ABSTRAK

Diana Leni Lia Wijayanti (092310198). Efisiensi Pemasaran Cengkeh


(Syzygium aromaticum) di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo. Skripsi. Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Purworejo. 2014.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) biaya, pendapatan dan


keuntungan pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, 2) margin dan share
pemasaran cengkeh untuk masing – masing saluran pemasaran di Desa Kaligono,
3) share bagian harga yang diterima petani di Desa Kaligono, dan 4) efisiensi
pemasaran cengkeh di Desa Kaligono.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan lokasi penelitian dipilih Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing karena
desa tersebut merupakan sentra penghasil cengkeh terbesar di Kecamatan
Kaligesing. Teknik pengambilan sampel petani menggunakan metode simple
random sampling sehingga diperoleh 33 petani sampel dan pengambilan sampel
pedagang menggunakan metode snowball.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran cengkeh
di Desa Kaligono ada 2 pola yaitu : pola I : Petani – Pedagang Pengumpul –
Pedagang Besar – Perwakilan Pabrik, pola II : Petani – Pedagang pengumpul –
Perwakilan Pabrik. Saluran pemasaran yang berbeda tersebut menyebabkan
besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran juga berbeda. Margin
pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran pola I sebesar Rp. 93.226,41
dengan biaya pemasaran Rp 84.854,24 dan keuntungan Rp. 8.372,18. Margin
pemasaran cengkeh kering pada saluran I Rp. 41.272,24 dengan biaya pemasaran
Rp. 1.670,63 dan keuntungan Rp. 39.601,61.
Margin pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran pola II
Rp.117.229,17 dengan biaya pemasaran Rp. 86.783,91 dan keuntungan
Rp.30.445,26. Margin pemasaran cengkeh kering pada saluran II Rp. 35.926,42
dengan biaya pemasaran Rp. 653,61 dan keuntungan Rp. 35.272,81. Efisiensi
pemasaran cengkeh basah ditinjau dari persentase bagian harga yang diterima
petani maka saluran yang paling efisien adalah saluran I dimana bagian harga
yang diterima petani 32,93% sedangkan efisiensi pemasaran cengkeh kering
ditinjau dari persentase harga yang diterima petani maka saluran yang paling
efisien adalah saluran pola II dimana bagian harga yang diterima petani 78,23%.
Efisiensi pemasaran ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran maka saluran
pemasaran yang paling efisien untuk cengkeh basah adalah saluran II karena
mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil yaitu 0,53% sedangkan cengkeh
kering ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran maka saluran pemasaran yang
paling efisien adalah saluran II karena mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil
yaitu 0,40%.

Kata Kunci : Cengkeh, Biaya , Keuntungan, Margin, Efisiensi Pemasaran.

ix
ABSTRACT

Diana Leni Lia Wijayanti (092310198). Clove Marketing Efficiency (Syzygium


Aromaticum) in Kaligono Village Kaligesing subdistricts Purworejo Regency.
Thesis. Agribusiness study program. Agriculture Faculty. Muhammadiyah
Purworejo University. 2014.

The research aims to know : 1) cost, revenue and marketing profit of


cloves in Kaligono, 2) margin and share value of clove marketing for each of
channel marketing in Kaligono, 3) share of received price for farmers in Kaligono
and 4) clove marketing efficiency in Kaligono.
The method was used in this research is descriptive method. The Kaligono
was used for sample of location research because the Village is central of clove
producer in Kaligesing subdistricts. Sampling techniques of farmer was used
simple random sampling to get 33 sample of farmer and snowball method to get
merchants sample.
Based on the result of research are clove marketing channel in Kaligono
there are 2 (two) patterns are : Pattern I: farmer - middlemen - wholesalers -
factory representatives, pattern II: farmer - middlemen - factory representative.
Different marketing is causing the cost, marketing and profit margins are also
different. Marketing margins of wet cloves on marketing channel pattern I Rp.
93.226.41 with marketing costs Rp. 84.854.24 and profits Rp. 8.372, 18.
Marketing margin dried clove on pattern of the I channel. RP. 41272.24. with
marketing costs Rp.1.670,63, and profits Rp. 39.601,61.
Marketing margin of wet cloves the channel pattern II Rp. 117.229,17 with
marketing costs Rp. 86.783,91 and profits Rp. 30.445,26. Marketing margin of
dried cloves the channel II Rp. 35.926,42 with marketing costs Rp. 653,61 and
profits Rp. 35.272,81. Marketing efficiency of wet cloves in terms of percentage
part of the prices received by farmers the most efficient channel is the channel I
where part of the price received farmers 32.93% while the marketing efficiency
dried clove in terms of percentage part of the prices received by farmers the most
efficient channel is the channel II part of the price received by farmers 78,23%.
Marketing efficiency in terms of cost efficiency marketing then marketing
channel The most efficient for wet cloves is channel II because it has a value less
cost efficiency namely 0,53% whereas dried cloves in terms of cost efficiency of
marketing then marketing channel the most efficient channel II because it has a
value less cost efficiency namely 0,40%.

Keywords : Clove, Cost, Profits, Margin, Marketing Efficiency.

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………...... i


HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………....... iv
MOTTO……………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN………………………………………………….... vi
PRAKATA …………………………………...……………………. vii
ABSTRAK………………………………………………………….. ix
ABSTRACT………………………………………………………… x
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. xvii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………… 6
C. Perumusan Masalah …………………………………… 7
D. Tujuan Penelitian …………………………..………….. 8
E. Kegunaan Penelitian ……………..……………………. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN


KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………. 10
B. Landasan Teori ……………………………………… 23
C. Kerangka Pemikiran …………………………………. 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian …………………………...………… 35
B. Metode Pengambilan Sampel ……………………….… 35
C. Jenis dan Sumber Data…………………………………. 37
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 38
E. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian………….. 39
F. Definisi Operasional…………………………………… 39
G. Metode Analisis Data ………………………………… 41
H. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………. 43

xi
BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis…………………………...………… 44
B. Keadaan Penduduk………….. ………………………… 45
C. Keadaan Pertanian…………………………...………… 48
D. Keadaan Peternakan……………...…………………….. 50
E. Sarana Perekonomian………………………………… 50

BAB V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data Penelitian……………………...………. 52
B. Pola Saluran Pemasaran……………………………….. 62
C. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran…………… 65
D. Efisiensi Pemasaran………………………………….... 71

BAB VI. PENUTUP


A. Simpulan…………...….……………………...………… 76
B. Saran……...…………………..………………………… 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Jumlah Produksi dan Banyaknya Petani 3
Menurut Kecamatan untuk Komoditas Cengkeh di
Kabupaten Purworejo…………………………………

Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Cengkeh dari Tahun 2007 – 3


2010 di Kabupaten Purworejo………………………

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cengkeh di 4


Kecamatan Kaligesing Tahun 20131………………….

Tabel 4. Matrik Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 21


dengan Penelitian ini……………………....

Tabel 5. Sebaran Populasi Sampel di Desa Kaligono, 36


Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo ………

Tabel 6. Waktu Penelitian…………………………………....... 43

Tabel 7. Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan di Desa 44


Kaligono Tahun 2013…………………………………

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa 45


Kaligono Tahun 2013…………………………………

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa 46


Kaligono tahun 2013………………………………….

Tabel 10. Jumlah Penduduk Desa Kaligono Menurut Lapangan 47


Pekerjaan Tahun 2013………………………………...

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di 48


Desa Kaligono Tahun 2013…………………………...

Tabel 12. Jenis Tanaman Perkebunan dan Produksi Tanaman di 49


Desa Kaligono Tahun 2013……………………………

Tabel 13. Jenis Tanaman Hortikultura dan Produksi Tanaman di 49


Desa Kaligono Tahun 2013……………………………

Tabel 14. Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Di Desa 50


Kaligono Tahun 2013…………………………………

xiii
Tabel 15. Sarana dan Lembaga Perekonomian di Desa Kaligono 51
Tahun 2013……………………………………………

Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat 52


Pendidikan..............................................................

Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Umur……………… 53

Tabel 18. Jumlah Anggota Keluarga Responten Petani Cengkeh 54


di Desa Kaligono……………………………………...

Tabel 19. Luas Lahan Responden Petani Cengkeh di Desa 55


Kaligono ……………………………………………...

Tabel 20. Identitas Pedagang Pengumpul di Desa Kaligono……. 56

Tabel 21. Identitas Pedagang Besar di Desa Kaligono………….. 59

Tabel 22. Identitas Perwakilan Pabrik…………………………... 60

Tabel 23. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh 61


Pola Saluran I di Desa Kaligono, Kecamatan
Kaligesing, Kabupaten Purworejo…………………….

Tabel 24. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh 62


Pola Saluran I di Desa Kaligono, Kecamatan
Kaligesing, Kabupaten Purworejo……………………..

Tabel 25. Persentase Jumlah Petani pada Masing-masing Pola 63


Saluran Pemasaran Cengkeh di Desa Kaligono………

Tabel 26. Harga Jual Cengkeh pada Tiap – tiap Saluran 63


Pemasaran di Desa Kaligono …………………………

Tabel 27. Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi 65


Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Basah pada
Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun
2013…………………………………………………….

Tabel 28. Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi 66


Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Kering pada
Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun
2013……………………………………………………

xiv
Tabel 29 Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi 68
Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Basah pada
Saluran Pemasaran Pola II di Desa Kaligono Tahun
2013……………………………………………………

Tabel 30 Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi 69


Margin dan Share Pemasaran Cengkeh Kering pada
Saluran Pemasaran Pola II di Desa Kaligono Tahun
2013…………………………………………………….

Tabel 31 Persentase Harga yang diterima Petani untuk cengkeh 71


basah atas dasar Harga yang dibayarkan Perwakilan
Pabrik ………………………………………………….
71
Tabel 32 Persentase Harga yang diterima Petani cengkeh kering
atas dasar Harga yang dibayarkan Perwakilan Pabrik…

Tabel 33 Efisiensi Pemasaran Cengkeh Basah setiap Saluran 72


Pemasaran di Desa Kaligono Tahun 2013 …………….

Tabel 34 Efisiensi Pemasaran Cengkeh Basah setiap Saluran 73


Pemasaran di Desa Kaligono Tahun 2013 …………….

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran………………………… 33

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Petani Cengkeh

Lampiran 2. Data Petani Responden dan Luas Lahan Petani Cengkeh

Lampiran 3. Biaya – biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel pada Pola


Pemasaran I

Lampiran 4. Biaya – biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel pada Pola


Pemasaran II

Lampiran 5. Perhitungan Pembelian Cengkeh Basah Pedagang Pengumpul pada


Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 6. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 7. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 8. Lampiran 6. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh


Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 9. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 10. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I

Lampiran 11. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh


Kering pada Pola Pemasaran I

Lampiran 12. Perhitungan Biaya dan Keuntungan yang Dikeluarkan Pedagang


Besar pada Pola Pemasaran I

Lampiran 13. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Basah Saluran
Pemasaran Pola II

Lampiran 14. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 15. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul


Untuk Cengkeh Basah pada Pola Pemasaran II

xvii
Lampiran 16. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Kering pada
Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 17. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 18. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk


Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II

Lampiran 19. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh


Kering pada Pola Pemasaran II

Lampiran 20. Perhitungan Total Pembelian Perwakilan Pabrik Pola Saluran


Pemasaran I dan II

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia bermuara pada pembangunan

usahatani dengan kebijaksanaannya pada berbagai bidang yang secara

langsung atau tidak langsung mendukung usahatani yang menggerakkan peran

serta petani. Pembangunan pertanian dilaksanakan secara terus - menerus guna

meningkatkan produksi pertanian dan pemerataan pendapatan petani.

Pertanian diarahkan untuk menjadi subyek atau pelaksana dari pembangunan

pertanian tersebut, sehingga kemauan dan kemampuan petani dalam

mengembangkan teknik-teknik baru menjadi lebih besar (Tjahjadi, 1994:15).

Kebijaksanaan pembangunan mendasarkan diri pada berbagai wawasan

yang salah satunya adalah wawasan ekonomi. Wawasan ini dimaksudkan

bahwa setiap kegiatan pembangunan pertanian haruslah ditujukan pada

tercapainya peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat pada

umumnya. Hubungan dengan ini maka para petani perlu terus dibina agar

dapat mengembangkan usahataninya dengan prinsip-prinsip bisnis (agribisnis)

untuk lebih mengembangkan produktivits usahataninya dan meningkatkan

nilai tambah produksi pertanian (Tjahjadi, 1994:18).

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai

kedudukan penting bagi kehidupan ekonomi rakyat Indonesia terutama para

petani cengkeh dan industri rokok kretek. Tanaman cengkeh (Syzygium

aromaticum (L) Merr & Perry) di Indonesia lebih kurang 95 % diusahakan

1

oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh propinsi.

Sisanya sebesar 5% diusahakan oleh perkebunan swasta dan perkebunan

negara. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas

sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting antara lain

sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan

wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber daya alam

dan lingkungan.

Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing merupakan salah satu daerah

penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Purworejo. Penyampaian produk

hasil panen cengkeh dari petani produsen sampai ke pabrik dapat melalui mata

rantai pemasaran yang panjang maupun jalur distribusi yang pendek. Panjang

pendeknya saluran pemasaran akan menentukan banyaknya lembaga

pemasaran yang terlihat dan selanjutnya akan berpengaruh pada biaya

pemasaran dan efisiensi pemasaran.

Menurut data Badan Pusat Statistik Purworejo (2011) dari 9 kecamatan

penghasil cengkeh di Kabupaten Purworejo. Kecamatan Kaligesing

merupakan kecamatan yang memiliki luas tanaman, produksi serta jumlah

petani cengkeh tertinggi. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

 

Tabel 1
Luas Panen, Jumlah Produksi dan Banyaknya Petani
Menurut Kecamatan Untuk Komoditas Cengkeh
di Kabupaten Purworejo 2011
No. Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Produksi Banyaknya
Muda Menghasilkan Tua/Rusak (Ton) Petani
1 Bagelen 1 19 - 1 65
2 Kaligesing 171 431 55 62 433
3 Purworejo 43 16 2 4 30
4 Pituruh 109 280 4 10 80
5 Kemiri 47 123 1 3 75
6 Bruno 30 325 6 25 340
7 Gebang 79 189 0 7 130
8 Loano 55 38 4 2 240
9 Bener 68 84 48 19 210
Jumlah 603 1505 120 133 1603
Sumber: Badan Pusat Statistik Purworejo (2011)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Kecamatan Kaligesing

merupakan daerah sentra usahatani cengkeh di Kabupaten Purworejo dengan

total luas tanaman 657 ha. Sebanyak 171 ha merupakan tanaman muda

berumur 1-5 tahun, 431 ha merupakan tanaman menghasilkan berumur 5-20

tahun dan 55 ha merupakan tanaman tua/rusak berumur ≥ 20 tahun. Jumlah

petani cengkeh di Kecamatan Kaligesing sebanyak 433 orang. Produksi

cengkeh sebanyak 62 ton. Menurut Badan Pusat Statistik Purworejo 2011 luas

lahan dan produksi cengkeh dari tahun 2007 sampai tahun 2010 dapat dilihat

pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2
Luas Panen dan Produksi Cengkeh dari Tahun 2007-2010
Di Kabupaten Purworejo.
Luas Tanaman (Ha) Produksi Banyaknya
Tahun Muda Menghasilkan Tua/rusak (Ton) Petani
2007 403 1.525 120 120 11.000
2008 479 1.480 116 128 10.982
2009 343 1.511 113 115 10.982
2010 337 1.482 117 242 10.975
Sumber: Badan Pusat Statistik Purworejo (2011)

 

 

Berdasarkan Tabel 2, produksi cengkeh di Kabupaten Purworejo

mengalami peningkatan kecuali tahun 2009. Produksi cengkeh mengalami

peningkatan dari tahun 2007 yang menghasilkan produksi sebesar 120 ton,

tahun 2008 produksi cengkeh menjadi 128 ton dan tahun 2009 cengkeh

mengalami penurunan dari 128 ton menjadi 115 ton. Tahun 2010 produksi

cengkeh mengalami kenaikan yang signifikan meningkat lebih dari 100%

yang semula produksi sebesar 115 ton menjadi 242 ton.

Menurut data Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013) luas

panen, produksi dan produktivitas cengkeh terbesar di Kecamatan Kaligesing

terdapat di Desa Kaligono, Desa Tlogoguwo, dan Desa Ngaran. Data secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cengkeh
di Kecamatan Kaligesing 2013
No. Desa Luas Panen Produksi Produktivitas Banyaknya
( Ha) (Ton) (Kw/Ha) Petani
1 Kaligono 180 15,6 0,87 120
2 Tlogoguwo 160 11,7 0,73 90
3 Ngaran 140 7 0,5 70
Jumlah 480 34,3 2,1 280
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013)

Berdasarkan Tabel 3, Desa Kaligono memiliki luas panen cengkeh

tertinggi di Kecamatan Kaligesing yaitu 180 Ha dengan produksi 15,6 Ton

dengan produktivitas 0,87 Kw/Ha sehingga dipilih sebagai lokasi penelitian.

Produksi cengkeh di Desa Kaligono tahun 2013 tidak termasuk panen raya.

Saat panen raya produksi cengkeh bisa mencapai 2 atau 3 kali lipat dari

produksi tahun 2013.

 

 

Proses pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing,

Kabupaten Purworejo dapat dikategorikan belum efisien. Hal ini dapat

diketahui salah satu penyebabnya yaitu kurangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dimiliki sehingga masyarakat setempat kurang mengetahui

informasi tentang harga cengkeh. Fluktuasi harga yang tajam dan dalam waktu

yang singkat sangat sering terjadi pada perkembangan harga cengkeh, dan

keadaan ini sangat berisiko bagi petani.

Petani di Desa Kaligono mayoritas menjual cengkehnya dalam bentuk

cengkeh kering. Biasanya petani menyimpan cengkehnya untuk dijual pada

saat harga sedang dipuncak untuk memperbanyak keuntungan. Kenyataannya

para petani tidak mengetahui saat harga dalam keadaan puncak. Petani

biasanya menunggu terjadi lonjakan harga yang tinggi tanpa kejelasan

informasi dan tidak mengadakan transaksi. Saat lonjakan harga itu berhenti

dan mengarah ke penurunan barulah mereka melakukan penjualan. Akibatnya

keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang. Secara tidak langsung untuk

mengetahui harga cengkeh petani harus datang ke pasar dengan ini petani

tentunya mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga. Berdasarkan latar belakang

tersebut perlu dilakukan penelitian tentang efisiensi pemasaran cengkeh di

Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

 

 

B. Identifikasi Masalah

Cengkeh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat

penting di Indonesia terutama digunakan sebagai bahan campuran tembakau

yang akan dibuat rokok kretek. Percengkehan Indonesia masih menghadapi

berbagai masalah yang sangat membutuhkan penanganan yang serius.

Permasalahan tersebut antara lain dalam bidang pemasaran hasil dan

kelembagaan.

Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo sebagai

salah satu sentra penghasil cengkeh di Kabupaten Purworejo, ternyata tidak

terlepas dari permasalahan dalam bidang pemasaran. Permasalahan petani

dalam memasarkan cengkeh secara umun antara lain masih panjangnya

saluran pemasaran, posisi tawar petani dengan pedagang perantara dan

pedagang besar yang sangat lemah sehingga harga ditentukan secara mutlak

oleh pabrikan dan belum diketahuinya saluran pemasaran yang paling efisien.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang

berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan sehingga

menimbulkan adanya biaya pemasaran yang menentukan tingkat harga yang

diterima petani dan lembaga pemasaran, atas jasa lembaga-lembaga

pemasaran maka tiap lembaga pemasaran akan mengambil keuntungan

(profit). Besarnya biaya pemasaran dan keuntungan yang diterima pedagang

perantara akan didapatkan marjin pemasaran yang merupakan pengukuran

untuk efisiensi pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran maka semakin

besar pula marjin pemasarannya, karena lembaga pemasaran yang terlibat

 

 

semakin banyak. Semakin besar marjin pemasaran akan menyebabkan bagian

harga yang diterima oleh petani produsen dibandingkan dengan harga yang

dibayarkan konsumen semakin kecil, yang berarti saluran pemasaran tidak

efisien. Saluran pemasaran yang dipilih petani akan menentukan besar

kecilnya pendapatan petani sebagai produsen, pemasaran efisien diharapkan

dapat menguntungkan petani. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian tentang efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono,

Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

C. Rumusan Masalah

1. Berapa besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran cengkeh

di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

2. Berapa besarnya marjin dan share pemasaran cengkeh masing-masing

saluran pemasaran di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten

Purworejo?

3. Berapa besar share (bagian) harga yang diterima petani cengkeh di Desa

Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

4. Bagaimana efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

 

 

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, pendapatan dan keuntungan pemasaran

cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

2. Mengetahui besarnya marjin dan share pemasaran cengkeh untuk

masing-masing saluran pemasaran di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

3. Mengetahui share (bagian) harga yang diterima petani di Desa Kaligono,

Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

4. Mengetahui efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang efisiensi pemasaran

cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang

merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Bagi Petani

Penelitian ini diharapkan sebagai informasi atau masukan untuk

memperbaiki kekurangan ataupun kelemahan yang mungkin terjadi pada

pemasarancengkeh diDesa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten

Purworejo.

 

 

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pemasaran

cengkeh.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan atau

informasi untuk penelitian lebih lanjut.

 
10
  
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman

perkebunan (industri) berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal

tanaman cengkeh ini belum jelas, karena ada beberapa pendapat yang

mengatakan bahwa pohon cengkeh berasal dari Maluku Utara, Kepulauan

Maluku, Philipina atau Papua. Daerah kepulauan Maluku ditemukan

tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya

produsen cengkeh terbesar di dunia.

Klasifikasi Tanaman Cengkeh :

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.)Merr. & Perry
Sumber : Muljana (1997:15)

2. Morfologi Tanaman Cengkeh

a. Daun

     Daun  cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki

tangkai daun, helaian daun, namun tidak memiliki pelepah daun.

Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Daun

  10
11 
 

tanaman cengkeh termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu

tangkai ada lebih dari satu daun.

b. Batang

    Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m.

Batang berbentuk bulat, permukaan batangnya kasar biasanya

memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat

dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus

(erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan

monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan

cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens).

Pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun.

Tangkainya kira-kira1-2,5 cm.

c. Akar

Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok

(berasal dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk

akar tunggangnya termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar

tumbuh cabang yang kecil-kecil. Akar kuat sehingga bisa bertahan

sampai puluhan bahkan ratusan tahun. Akarnya biasanya mampu

masuk cukup dalam ke tanah. Perakaran pohon cengkeh relatif kurang

berkembang, tetapi bagian yang dekat permukaan tanah banyak

tumbuh bulu akar. Bulu akar tersebut berguna untuk menghisap

makanan.

 
12 

d. Biji

Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5

tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus),

dan inti biji (nukleus seminis). Tanaman cengkeh dalam jangka 20

tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah

tidak menguntungkan dikarenakan kualitasnya telah menurun dan

tidak dapat digunakan lagi untuk industri.

e. Bunga

Bunga cengkeh  muncul pada ujung ranting daun (flos

terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai

nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga

majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya selalu ditutup

bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai

(pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh

adalah bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan

menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar

bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik

(andoginofor).

f. Buah

Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna

hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah

semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam

pembentukan buah.
13 
 

3. Jenis – jenis Cengkeh

Jenis cengkeh di Indonesia dibagi kedalam 4 tipe yaitu :

a. Cengkeh Siputih

Cengkeh siputih ciri – cirinya : bentuk buahnya kecil dan agak

panjang lebih besar dari cengkeh sikotok tetapi lebih kecil dari

cengkeh jenis Zanzibar dan ambon, cengkeh yang telah masak

berwarna merah muda/agak putih.

b. Cengkeh Sikotok

Cengkeh sikotok ciri – cirinya : buah relatif kecil dari jenis

cengkeh lainnya , awalnya buah berwarna hijau tetapi setelah masak

berwarna kekuningan dengan pangkal buah berwarna merah.

c. Cengkeh Tipe Ambon

Cengkeh tipe ambon ciri – cirinya : buahnya pendek, mahkota

(kelopak) besar dan berwarna hijau mulus,

d. Cengkeh Zanzibar

Cengkeh Zanzibar ciri – cirinya : buahnya panjang dan besar,

warna hijau bercampur merah atau hijau kemerah – merahan.

4. Budidaya Tanaman Cengkeh

Budidaya tanaman cengkeh cocok pada ketinggian 0-900 m dpl

(paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketinggian lebih

dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut. Tumbuhan

cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar

matahari langsung. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah

 
14 

hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang.

Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Curah hujan

optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun.

Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang

optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan kelembaban udara

antara 60% - 80%. Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur,

gembur tidak berbatu, dan berdrainase baik (Hadiwijaya, 1986:30).

Hama dan penyakit tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :

a. Hama

1) Kutu Daun ( Coccus viridis )

Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala :

pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting

mengering, daun, bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan

PENTANA +AERO 810 atau Natural BVR.

2) Penggerek Ranting/Batang ( Xyleborus sp )

Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : liang gerekan

berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting/batang

menjadi rapuh dan mudah patah. Pengendalian : pangkas

ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA

atau Natural BVR.


15 

3) Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )

Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : biasanya

pucuk akan mati dan daun muda berguguran. Pencegahan :

semprotkan Natural BVR atau PESTONA.

b. Penyakit

1) Penyakit Mati Bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium).

Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala :

matinya ranting pada ujung-ujung tanaman, gugurnya daun diikuti

dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian :

pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah. Pencegahan :

kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.

2) Penyakit Busuk Akar ( Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).

Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan

tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun

mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila

serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan

dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200

gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang

dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan

Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.


16 
 

5. Manfaat Cengkeh

Cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di

negara- negara Asia dan Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek

khas Indonesia. Bagian utama dari tanaman cengkeh yang bernilai

komersial adalah bunganya, yang sebagian besar digunakan dalam industri

rokok. Cengkeh selain digunakan sebagai bahan baku rokok kretek,

cengkeh juga digunakan untuk industri farmasi dan industri makanan.

Minyak cengkeh yang berasal dari bunga cengkeh, gagang/tangkai dan

daun cengkeh mengandung eugenol dan bersifat anestetik dan

antimikrobial. Eugenol tersebut dapat digunakan untuk aromaterapi,

mengobati sakit gigi, menghilangkan bau nafas, dan dapat mengendalikan

beberapa jamur patogen pada tanaman.

6. Standar Mutu Cengkeh Indonesia

Penentuan standar mutu cengkeh ruang lingkupnya mencakup

ukuran, warna, bau, bahan asing, gagang cengkeh, cengkeh inferior,

cengkeh rusak, kadar air, dan kadar minyak atsiri. Bahan asing yang

dimaksud yaitu semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh.

Cengkeh inferior yaitu cengkeh keriput, patah, dan cengkeh yang telah

dibuahi. Cengkeh rusak adalah cengkeh yang telah berjamur dan telah

diekstraksi. Standar mutu cengkeh di Indonesia tercantum di dalam

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3392-1994 yang ditetapkan oleh

Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dari Standar Perdagangan SP-48-

1976.

 
17 

Standar mutu cengkeh Indonesia adalah:

a. Ukuran: sama rata

b. Warna: coklat kehitaman

c. Bau: tidak apek

d. Bahan asing maksimum: 0.5-1.0 persen

e. Gagang maksimum: 1.0-5.0 persen

f. Cengkeh rusak maksimum: 0 persen

g. Kadar air maksimum: 14.0 persen

h. Cengkeh inferior maksimum: 2.0-5.0 persen

i. Kadar Atsiri maksimum: 16.0-20.0 persen

Beberapa upaya perbaikan untuk menanggulangi permasalahan mutu

cengkeh di Indonesia antara lain dapat dilakukan dengan perwilayahan

cengkeh sehingga penanaman dilakukan pada daerah yang sangat sesuai,

penggunaan varietas unggul, serta perbaikan dan standardisasi cara

pengolahan. Perbaikan cara pengolahan antara lain dengan waktu panen

yang tepat sehingga rendemen cengkeh kering dan kadar minyak

meningkat serta cengkeh inferior dan menir berkurang. Mengurangi kadar

bahan asing pada cengkeh sebaiknya dilakukan pengeringan pada lantai

jemur yang bersih atau di atas para-para menggunakan tampah atau

pengering buatan. Kadar bahan asing dan persentase gagang cengkeh

dapat dikurangi dengan melakukan sortasi sebelum cengkeh disimpan atau

dipasarkan.
18 

7. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan (2000) yang berjudul

Analisis Pemasaran Cengkeh di Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui ada empat macam saluran pemasaran yang terjadi,

yaitu : saluran I : petani → pedagang pengumpul → pedagang besar →

perwakilan pabrik, saluran II : petani → pedagang besar → perwakilan

pabrik. Hasil penelitian menunjukkan biaya pemasaran pada saluran

pemasaran I dan II masing-masing sebesar Rp.1390/kg cengkeh dan

Rp.606/kg, persentase marjin pemasaran pada saluran pemasaran I dan II

masing-masing sebesar 6,85% dan 2,31% sedangkan total keuntungan

lembaga pemasaran cengkeh lewat saluran I sebesar Rp. 2.310/kg, dan

saluran II sebesar Rp. 646/kg. Saluran pemasaran II lebih efisien

dibandingkan saluran pemasaran I, karena saluran pemasaran II

mempunyai persentase marjin pemasaran lebih rendah (2,31%) dan

farmer’s share lebih tinggi (97,73%).

Berdasarkan hasil penelitian Maryatun (1999) yang berjudul

Analisis Biaya dan Pemasaran Kayu Gergajian di DKI dengan studi kasus

di daerah Kalibaru. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang profil perdagangan yang berada di wilayah Kalibaru,

mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terlibat dan menentukan efisiensi

saluran pemasarannya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui lembaga

pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kayu gergajian di Kalibaru

adalah distributor, pedagang besar dan pengecer. Tingkat pengecer pada


19 

kayu Borneo Kalimantan merupakan tingkat pemasaran yang efisien

secara ekonomi, sedangkan kayu Keruing pada tingkat distributor adalah

jenis kayu yang efisien secara operasional.

Hasil penelitian Barata (2009) yang berjudul Analisis Pemasaran

Tembakau Rakyat di Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa

saluran pemasaran tembakau dari petani produsen sampai ke pabrikan

melalui pedagang perantara dan pedagang besar. Hasil penelitiannya ada 4

macam saluran pemasaran yang terjadi, yaitu : saluran I : petani, pabrikan,

saluran II : petani, pedagang perantara, pabrikan, saluran III : petani,

pedagang perantara, pedagang besar, pabrikan, dan saluran IV : petani,

pedagang besar, pabrikan.

Hasil penelitian Sujiwo (2004) yang berjudul Efisiensi Pemasaran

Kopi (Coffea sp) di Kecamatan Singorejo, Kabupaten Kendal

menunjukkan bahwa saluran/rantai pemasaran kopi yang ada di

Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal ada 2 macam saluran. Saluran

pertama yaitu: petani kopi, pedagang besar, eskportir. Saluran kedua

terdiri dari: petani kopi, pedagang kecil, pedagang besar, eksportir.

Berdasarkan hasil penelitian banyak responden petani kopi yang melalui

saluran pemasaran kedua, yaitu sebanyak 39 responden petani kopi,

menjual ke pedagang kecil (sebanyak 6 responden pedagang kecil),

sedangkan responden pedagang besar yang melalui saluran pemasaran

pertama sebanyak 1 orang. Hasil analisis perhitungan biaya pemasaran,

harga jual, harga beli serta keuntungan masing-masing lembaga pemasaran


20 

yang terlibat, maka pemasaran kopi di Kecamatan Singorojo, Kabupaten

Kendal sudah efisien.Besarnya margin pemasaran kopi di Kecamatan

Singorojo, Kabupaten Kendal adalah sebesar Rp. 5.120 per kilogram kopi.

Hasil ini diperoleh dari perhitungan antara harga di tingkat petani kopi dan

harga di tingkat eksportir. Keuntungan terbesar diperoleh oleh lembaga

pemasaran pedagang kecil kopi, yaitu sebesar Rp. 2.445 per kilogram

kopi, sedangkan keuntungan terkecil diperoleh oleh lembaga pemasaran

pedagang besar kopi yaitu sebesar Rp. 571,67 per kilogram kopi.
Matrik persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini
No Nama dan Judul Tujuan Metode Penelitian Lokasi Penelitian Obyek yang Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian
Tahun diteliti
Penelitian
1. Diana Leni Penelitian ini Tujuan penelitian ini untuk: Metode penelitian Lokasi penelitian Obyek yang Persamaan penelitian ini dengan Perbedaan penelitian ini dengan
Lia berjudul 1. Mengetahui banyaknya pola menggunakan dilakukan di Desa diteliti dalam penelitian terdahulu adalah obyek penelitian terdahulu adalah Lokasi
Wijayanti. “Efisiensi saluran pemasaran cengkeh metode deskriptif Kaligono, penelitian ini yang diteliti sama – sama cengkeh, penelitian ini dilakukan di Desa
(2013) Pemasaran dari petani sampai dan metode Kecamatan adalah cengkeh. penelitian Tujuan penelitian ini Kaligono, Kecamatan Kaligesing,
Cengkeh di perwakilan pabrik. pengambilan Kaligesing, sama – sama untuk mengetahui Kabupaten Purworejo. Objek yang diteliti
Desa 2. Mengetahui besar margin, sampel pedagang Kabupaten banyaknya pola saluran pemasaran adalah cengkeh serta metode
Kaligono, biaya dan keuntungan menggunakan Purworejo. cengkeh dari petani sampai pengambilan data sampel petani
Kecamatan cengkeh basah dan cengkeh metode snowball perwakilan pabrik serta mengetahui menggunakan metode stratified random
Kaligesing, kering untuk masing – yaitu dengan cara besarnya biaya, keuntungan, margin sampling.
Kabupaten masing saluran pemasaran. menelusuri dan efisiensi pemasaran dari masing
Purworejo”. 3. Mengetahui bagian harga pedagang yang – masing saluran pemasaran.
yang diterima petani serta terkait dengan
mengetahui efisiensi pemasaran
pemasaran cengkeh di Desa cengkeh.
Kaligono.
2. Ahmad Penelitian ini Tujuan penelitian Kurniawan: Metode Lokasi penelitian Obyek yang Persamaan penelitian Kurniawan Perbedaan penelitian Kurniawan dengan
Kurniawan berjudul 1. Mengetahui berapa banyak pengambilan data dilakukan di diteliti dalam dengan penelitain Diana Leni Lia penelitian Diana Leni Lia W. adalah
(2000). “Analisis saluran pemasaran cengkeh sampel petani Kabupaten penelitian W. adalah tujuan penelitian sama – Penelitian Kurniawan dilakukan pada
Pemasaran dari petani sampai menggunakan Wonogiri. Kurniawan sama untuk mengetahui pola saluran
petani cengkeh di Kabupaten Wonogiri,
Cengkeh di perwakilan pabrik. metode stratified adalah cengkeh. pemasaran dari petani sampai ke
Kabupaten 2. Mengetahui besarnya biaya, random sampling konsumen terakhir (pabrik), sedangkan penelitian Diana Leni Lia
Wonogiri”. keuntungan, margin dan dan pengambilan menghitung besarnya biaya, Wijayanti dilakukan di Desa Kaligono,
efisiensi pemasaran dari sampel pedagang pendapatan dan keuntungan Kecamatan Kaligesing, Kabupaten
masing – masing saluran menggunakan pemasaran. Metode penelitian yang Purworejo.
pemasaran. metode snowball digunakan yaitu menggunakan
yaitu dengan cara metode deskriptif serta metode
menelusuri pengambilan sampel pedagang
pedagang yang dilakukan secara snowball.
terkait dengan
pemasaran
cengkeh.

21
3. Maryatun Penelitian ini Tujuan penelitian Maryatun Metode yang Penelitian Obyek yang Persamaan penelitian Maryatun Perbedaan penelitian Maryatun dengen
(1999). berjudul adalah : digunakan dalam Maryatun diteliti dalam dengan penelitian Diana Leni Lia penelitian Diana Leni Lia W. adalah
“Analisis 1. Mendapatkan gambaran penelitian dilakukan di DKI penelitian Wijayanti adalah tujuan penelitian Penelitian Maryatun objek yang diteliti
Biaya dan tentang profil perdagangan Maryatun adalah dengan study kasus Maryatun adalah sama – sama untuk mengetahui pola untuk penelitian adalah kayu gergajian,
Pemasaran yang berada di wilayah metode deskriptif di daerah Kalibaru. kayu gergajian. saluran pemasaran dari produsen metode pengambilan data sampel petani
Kayu Kalibaru,. dan metode sampai ke konsumen akhir (pabrik) menggunakan metode survey,
Gergajian di 2. Mengidentifikasikan pengambilan atau lembaga – lembaga yang sedangkan penelitian Diana Leni Lia
DKI dengan lembaga – lembaga yang sampel pedagang terlibat dalam pemasaran dan Wijayanti objek yang diteliti adalah
study kasus di terlibat dan menentukan menggunakan menentukan efisiensi saluran cengkeh dan metode pengambilan data
daerah efisiensi saluran pemasaran. metode snowball. pemasaran. Metode penelitian yang sampel petani menggunakan metode
Kalibaru” digunakan adalah menggunakan simple random sampling.
metode deskriptif serta metode
pengambilan sampel pedagang
dilakukan secara snowball.
4. Barata Penelitian ini Tujuan penelitian Barata Metode Penelitian Barata Obyek yang Persamaan penelitian Barata dengan Hal yang membedakan dari penelitian
Wicaksono berjudul “ adalah untuk mengetahui pengambilan data dilakukan di diteliti dalam penelitian Diana Leni Lia Wijayanti Barata dengan penelitian Diana Leni lia
(2009). Analisis banyaknya pola saluran sampel petani yang Kabupaten penelitian adalah tujuan penelitian sama – Wijayanti adalah bahwa lokasi penetitian
Pemasaran pemasaran tembakau dari digunakan dalam Temanggung. Barata adalah sama mengetahui pola saluran Diana Leni Lia W. dilakukan di Desa
Tembakau petani sampai ke pabrikan. penelitian Barata tembakau. pemasaran dari petani sampai ke Kaligono, Kecamatan Kaligesing,
Rakyat di adalah metode konsumen terakhir (pabrik) serta Kabupaten Purworejo dengan objek yang
Kabupaten sensus. menghitung besarnya pendapatan, diteliti adalah cengkeh, sedangkan
Temanggung. biaya dan keuntungan pemasaran. penelitian Barata lokasi penelitian
Metode penelitian menggunakan dilakukan di Kabupaten Temanggung
metode deskriptif. dengan objek yang diteliti adalah
tembakau.
5. Agus Sujiwo Penelitian ini Tujuan penelitian Sujiwo Metode yang Lokasi penelitian Obyek yang Persamaan penelitian Sujiwo dengan Penelitian Sujiwo (2004) dilakukan pada
(2004). berjudul adalah: digunakan dalam Sujiwo dilakukan diteliti dalam penelitian Diana Leni Lia W. adalah petani kopi di Kecamatan Singorejo,
“Efisiensi 1. Mengetahui banyaknya penelitian Sujiwo di Kecamatan penelitian penelitian sama – sama untuk Kabupaten Kendal, metode pengambilan
Pemasaran saluran pemasaran kopi di adalah Singorejo. Sujiwo adalah mengetahui pola saluran pemasaran data sampel petani yaitu menggunakan
Kopi (coffea Kecamatan Kendal. menggunakan kopi. dari petani sampai ke konsumen metode survey dengan teknik wawancara,
sp) di 2. Menghitung besarnya biaya, metode deskriptif terakhir (pabrik). Metode penelitian sedangkan penelitian Diana Leni Lia
Kecamatan margin dan keuntungan dan metode menggunakan metode deskriptif Wijayanti dilakukan di Desa Kaligono,
Singorejo, pemasaran kopi untuk pengambilan data serta Metode pengambilan sampel Kecamatan Kaligesing, Kabupaten
Kabupaten masing – masing saluran sampel petani pedagang yaitu secara snowball. Purworejo dengan metode yang
Kendal”. pemasaran. menggunakan digunakan adalah metode simple random
metode survey sampling.
dengan teknik
wawancara.

22
23 
 

B. Landasan Teori

1. Definisi Pemasaran

Pengertian pemasaran banyak didefinisikan oleh para pakar dengan

sudut pandang yang berbeda-beda. Kotler dan Amstrong (2004 : 6)

berpendapat bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial

dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan

dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan

produk lain.

Menurut Stanton (1997 : 7) pemasaran adalah suatu sistem total

dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan keinginan barang dan jasa baik kepada para konsumen saat ini

maupun konsumen potensial. Pemasaran secara sistematis dapat dikatakan

bahwa pemasaran mencakup kegiatan untuk mengetahui keinginan

konsumen, merencanakan dan mengembangkan produk yang memenuhi

keinginan kemudian memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan produk.

Pengertian pemasaran dapat dilihat dengan pendekatan aspek

manajerial dan aspek ekonomi. Berdasarkan aspek manajerial, pemasaran

merupakan analisis perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan

pengendalian untuk menentukan kedudukan pasar, sedangkan berdasarkan

aspek ekonomi, pemasaran merupakan distribusi fisik dan aktivasi

ekonomi yang memberikan fasilitas-fasilitas untuk bergerak, mengalir dan

 
24 

pertukaran komponen barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena meningkatkan,

menciptakan nilai guna bentuk, waktu, tempat dan kepemilikan, dengan

demikian pemasaran pertanian dapat diartikan sebagai semua bentuk

kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan

fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian

dari tangan produsen ke konsumen termasuk didalamnya kegiatan-

kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang untuk

mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih

tinggi kepada konsumen (Limbong, 1987 : 11).

2. Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah rute dan status kepemilikan yang

ditempuh oleh suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia

bahan mentah melalui produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini

terdiri dari semua lembaga atau pedagang perantara yang memasarkan

produk atau barang/jasa dari produsen sampai ke konsumen.

Efisiensi saluran pemasaran merupakan kemampuan suatu sistem

pemasaran untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen dengan

saluran pemasaran yang pendek dan harga yang serendah-rendahnya.

Tujuan dari efisiensi saluran pemasaran adalah menyediakan

barang dalam bentuk yang dibutuhkan, pada waktu dan tempat yang

diperlukan dengan biaya yang sekecil mungkin tetapi konsisten dengan

apa yang diinginkan oleh konsumen.


25 

Menurut Tomek dan Robinson (1990 : 75), semakin jauh jarak

pemasaran yang ditempuh semakin besar biaya transportasinya yang

berarti pula semakin besar biaya pemasarannya. Semakin besar biaya

pemasaran maka harga yang terjadi pada konsumen terakhir juga semakin

besar. Hal ini berarti semakin jauh jarak pemasarannya maka semakin

besar pula harga yang terjadi di tingkat konsumen terakhir.

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses

pemasaran barang dari produsen ke konsumen, maka akan semakin besar

perbedaan harga barang tersebut di titik produsen dan akan semakin besar

harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Kotler dan Susanto,

2001:95). Hal tersebut disebabkan setiap lembaga pemasaran dalam

kegiatannya membutuhkan biaya dan keuntungan. Hal ini akan menjadi

beban bagi produsen atau konsumen akhir, misalnya dengan menekan

harga di tingkat petani produsen atau menaikkan harga per satuan tingkat

konsumen terakhir.

Swastha (1984:97), mengemukakan bahwa saluran pemasaran

yang umum digunakan dalam pemasaran barang untuk komoditi yang

masuk ke industri pengolahan adalah sebagai berikut:

a. PolaI : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar → Pabrik.

b. Pola II : Petani → Tengkulak → Pedagang besar → Pabrik.

c. Pola III : Petani → Pedagang pengumpul → Pabrik.


26 

3. Fungsi – fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan atau tindakan dalam proses

pemasaran. Anindita (2004 : 19) menjelaskan bahwa fungsi pemasaran

adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan

proses pemasaran. Downey & Erickson (1992 : 282) menambahkan

bahwa beberapa kegiatan atau fungsi khusus membentuk langkah-langkah

yang akan dilakukan, namun dalam pelaksanaannya tidak perlu berurutan

tetapi mencakup semuanya agar proses pemasaran berhasil dicapai.

Anindita (2004 : 19) mengemukakan fungsi pemasaran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Fungsi Pertukaran

Terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pertukaran

memerlukan adanya transaksi antara dua pihak atau lebih. Fungsi

pembelian adalah usaha untuk memilih barang – barang yang dibeli

untuk dijual lagi dengan harga, pelayanan dan kualitas tertentu. Fungsi

penjualan bertujuan untuk menyalurkan barang sebagai sumber

pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh

keuntungan.

b. Fungsi Penyediaan

Terdiri dari fungsi pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan

pengangkutan. Fungsi pengumpulan bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi penyaluran. Fungsi penyimpanan mempunyai kegunaan

waktu karena dapat melakukan penyesuaian antara penawaran dan


27 
 

permintaan. Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan dari barang

yang dihasilkan atau dibeli sampai tempat barang itu dijual atau

dikonsumsi.

c. Fungsi Penunjang

Terdiri dari fungsi pembelanjaan, penyebaran informasi dan koordinasi

saluran. Fungsi penunjang yaitu kegiatan- kegiatan yang menolong

sistem pasar untuk beroperasi lebih lancar. Informasi pasar sangat

diperlukan bagi pihak pembeli maupun penjual. Pembeli memerlukan

informasi mengenai sumber-sumber penawaran. Penjual mencari

informasi mengenai harga pada beberapa pasar, konsumen

menginginkan informasi mengenai mutu, harga dan sumber-sumber

produk.

d. Penggolongan mutu produk pertanian kedalam kelas atau golongan

standar sangat mempermudah proses-proses pembelian dan penjualan

serta membantu sistem pemasaran bekerja lebih efisien.

4. Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran

Hanafiah dan Saefudin (2006 : 99) mendefinisikan marjin

pemasaran sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh penjual pertama

(produsen) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Berdasarkan

pengertian tersebut menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai

pemasaran yang saling berinteraksi. Marjin pemasaran juga dinyatakan

sebagai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan sejak tingkat produsen sampai

tingkat konsumen.

 
28 

Komponen marjin pemasaran terdapat dua yaitu komponen biaya

pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Besarnya

biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran berbeda-beda untuk

setiap jenis produk dan tingkat lembaga pemasaran. Perbedaan waktu

dilakukan kegiatan/aktivitas pemasaran juga merupakan salah satu faktor

yang menimbulkan perbedaan pada biaya dan marjin keuntungan dan

yang didapatkan oleh lembaga pemasaran.

Margin pemasaran dihitung pada setiap tingkatan saluran pemasaran

sehingga secara matematis margin pada setiap tingkat dapat ditulis sebagai

berikut :

Mji = Psi – Pbi

Keterangan :
Mji = Margin pemasaran tingkat ke – i
Psi = Harga konsumen ke – i
Pbi = Harga produsen ke – i

Margin total merupakan penjumlahan dari keseluruhan margin pada setiap

tingkatan saluran pemasaran yang secara sistematis margin total dapat

ditulis : M = ∑Mi

Proses penyaluran barang mulai dari petani produsen sampai ke

konsumen dibutuhkan biaya. Seluruh biaya pengeluaran disebut biaya

pemasaran. Biaya akan semakin besar dengan berkembangnya pertanian

dan makin kompleksnya pemasaran (Mubyarto, 1989). Tingginya biaya

pemasaran disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya antara

lain tenaga kerja pengeringan, bongkar muat, pengepakan, transportasi dan

penyusutan.
29 
 

Lembaga pemasaran mengeluarkan biaya untuk melakukan

aktivitas, juga akan menarik keuntungan sebagai balas jasanya, jadi

margin pemasaran merupakan penjumlahan antara biaya dan keuntungan,

selanjutnya keuntungan dapat dihitung dari selisih margin pemasaran

dengan biaya dan dapat dinyatakan dengan :

M=B+

=M–B

Keterangan :
M = Margin pemasaran
B = Biaya pemasaran
= Keuntungan yang ditarik lembaga pemasaran

Tingginya biaya pemasaran juga akan berpengaruh terhadap harga

konsumen dan harga ditingkat produsen. Besarnya biaya yang diterima

petani (%) dari harga konsumen adalah :

Si = × 100% (Anindita 2004 : 113)

Keterangan :
Si = Besarnya harga yang diterima petani (%)
Pi = Harga produsen
Pa = Harga pabrik (konsumen terakhir)

5. Efisiensi Pemasaran

Pelaku pemasaran menginginkan proses pemasaran dapat berjalan

seefisien mungkin, sedangkan terjadinya proses pemasaran yang tidak

efisien dikarenakan panjangnya saluran pemasaran, tingginya biaya

pemasaran dan kegagalan pasar (Anindita, 2004 : 22). Pengukuran

efisiensi pemasaran ada 2 yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.

 
30 
 

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006 : 100), efisiensi teknis

adalah upaya pengendalian fisik produk dengan tujuan mengurangi

kerusakan produk, mencegah merosotnya mutu produk, dan menghemat

tenaga kerja sehingga mengakibatkan pengurangan biaya pemasaran.

Efisiensi ekonomis bertujuan penggunaan biaya yang serendah mungkin

untuk memperoleh keuntungan ditambahkan pula bahwa banyaknya

lembaga perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran yang secara

vertikal akan menambah biaya pemasaran dan sebaliknya makin sedikit

perantara maka pendistribusian makin cepat, makin murah dan makin

efisien produk.

Menurut Shepherd dalam Soekartawi (2002 : 84), efisiensi

pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang

dipasarkan atau dapat dirumuskan :

EP = × 100%

Keterangan :
EP = Efisiensi pemasaran
TB = Total biaya pemasaran
TNP = Total nilai produk

Berdasarkan rumus tersebut, dapat diartikan bahwa ada

penambahan biaya pemasaran memberi arti bahwa hal tersebut

menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien, sebaliknya kalau

semakin kecil nilai produk yang dijual berarti pula terjadi adanya

pemasaran yang tidak efisien. Hal demikian tentunya tidak selalu benar

khususnya di negara yang sedang berkembang.

 
31 
 

Efisiensi pemasaran akan terjadi apabila :

1) Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat

lebih tinggi.

2) Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen

tidak terlalu tinggi.

3) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan

4) Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Menurut Mubyarto (1979) sistem tataniaga dianggap efisien apabila

memenuhi 2 syarat yaitu :

1) Mampu menyampaikan hasil – hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah – murahnya.

2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga

yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta

di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

Adil dalam hal ini maksudnya pemberian balas jasa fungsi – fungsi

pemasaran sesuai sumbangan masing – masing. Indikator – indikator

yang biasanya digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah

margin pemasaran, harga ditingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik

pemasaran, dan intensitas persaingan pasar. Margin pemasaran

merupakan perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang

diterima oleh petani, bahwa anggapan semakin besar margin pemasaran,

semakin tidak efisien suatu proses pemasaran anggapan ini tidak

selamanya benar sebab margin pemasaran ini pada hakikatnya terdiri dari

 
32 
 

biaya – biaya untuk melaksanakan fungsi – fungsi pemasaran dan

keuntungan lembaga – lembaga pemasaran.

Penyediaan fasilitas fisik untuk pengangkutan, penyimpanan dan

pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran

khususnya negara – negara yang sedang berkembang. Fasilitas fisik

pemasaran ini pada umumnya sangat terbatas sehingga terbentuk struktur

pasar output yang monopolistik, jadi kuranya tersedianya fasilitas fisik

terutama pengangkutan diidentikkan dengan ketidakefisienan proses

pemasaran.

6. Farmer’ share

Tomek dan Robinson (1990 : 114) menjelaskan bahwa bagian

harga yang diterima petani (farmer’s share) adalah suatu nilai hasil

perbandingan antara harga jual di petani dengan harga yang dibayarkan

oleh konsumen dan dinyatakan dalam persentase. Tomek dan Robinson

(1990 : 116) menambahkan bahwa farmer’s share dan harga di tingkat

petani memiliki kecenderungan untuk bergerak naik atau turun bersama-

sama, saat harga di tingkat petani menurun maka farmer’s share akan

menghasilkan persentase yang rendah, ini berarti pemasaran terselenggara

kurang baik. Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin

pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.

 
33 
 

C. Kerangka Pemikiran

Petani Cengkeh

   
Pemasaran Cengkeh
 

   

  Saluran Pemasaran Lembaga Pemasaran 1. Biaya Pemasaran


2. Keuntungan Pemasaran
  3. Marjin Pemasaran
   

 
1. Efisiensi Pemasaran
  2. Bagian harga yang diterima
petani dan pedagang.  

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Cengkeh sebelum sampai ke pabrikan dipasarkan melalui saluran

pemasaran yaitu saluran pemasaran panjang dan saluran pemasaran pendek.

Panjang pendeknya saluran pemasaran ditentukan oleh jumlah tahap lembaga

pemasaran dan jarak pengangkutan hasil produksi.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda

satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan sehingga

menimbulkan biaya pemasaran. Biaya pemasaran akan menentukan tingkat harga

yang diterima petani dan lembaga pemasaran, atas jasa lembaga - lembaga

pemasaran tersebut.

 
34 
 

Lembaga pemasaran juga mengambil keuntungan (profit) atas jasa yang

dilakukan. Besarnya biaya pemasaran dan keuntungan yang diterima pedagang

perantara akan didapatkan marjin pemasaran yang merupakan pengukuran untuk

efisiensi pemasaran. Semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam

pemasaran cengkeh, maka sistem pemasaran semakin tidak efisien, sebaliknya

semakin sedikit lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran cengkeh,

maka sistem pemasaran semakin efisien. Efisiensi pemasaran dalam analisis ini

akan diukur dengan menggunakan rumus:

EP = × 100% (Soekartawi, 2002: 75)

Keterangan:
EP = Efisiensi pemasaran
TB = Total biaya pemasaran
TNP = Total nilai produk

 
 35 
 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuan

digunakannya metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan

yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-

sebab dari gejala tertentu dengan cara data dikumpulkan, disusun, dijelaskan,

kemudian dianalisis ( Surakhmad, 1994 : 140 ). Penelitian ini masalah yang

akan diteliti adalah menganalisis pemasaran cengkeh di Desa Kaligono,

Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

B. Metode Pengambilan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang merupakan salah satu daerah

penghasil cengkeh terbesar di Purworejo dan dipilih satu kecamatan yang

dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu pengambilan lokasi

penelitian yang dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan

alasan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1995 : 175).

Pertimbangan pemilihan kecamatan tersebut adalah terdapatnya petani

cengkeh, mempunyai luas panen dan produksi cengkeh terbesar di

Kabupaten Purworejo.

35
 
36 
 

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih Kecamatan Kaligesing

sebagai sampel kecamatan. Kecamatan terpilih tadi akan diambil satu desa

sebagai lokasi penelitian yang juga dilakukan secara sengaja (purposive

sampling). Pemilihan desa sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan

pertimbangan bahwa di desa tersebut mempunyai luas panen, produksi

serta jumlah petani cengkeh. Berdasarkan pertimbangan tersebut dipilih

Desa Kaligono sebagai lokasi penelitian.

Tabel 5
Sebaran Populasi di Desa Kaligono, Tlogoguwo dan Ngaran
No Desa Produktivitas (kw/ha) Populasi (orang)
1 Kaligono 0,87 120
2 Tlogoguwo 0,73 90
3 Ngaran 0,5 70
Jumlah 280
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing (2013)

2. Metode Pengambilan Sampel

a. Sampel Petani Cengkeh

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995 : 171), data yang

dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar

sehingga bisa mengikuti distribusi normal.

Pengambilan sampel petani menggunakan rumus Yamane (Riduwan

dan Akdon, 2009 : 75).

n=

Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Populasi
d : Presisi (15%)

 
37 
 

Berdasarkan jumlah populasi petani cengkeh di Desa Kaligono maka

diperoleh sampel :

n=

n=
,

n=
,

n = 32,43 (33 petani)

Jadi pengambilan sampel sebanyak 33 petani cengkeh.

Pemilihan sampel petani cengkeh menggunakan metode simple

random sampling, yakni cara pemilihan sampel dimana anggota dari

populasi dipilih satu persatu secara acak sehingga semua mendapatkan

kesempatan yang sama untuk dipilih (Nazir, 1988 : 346). Pemilihan

petani ditentukan dengan cara undian.

b. Sampel Pedagang

Sampel pedagang adalah orang - orang yang terlibat dalam

mendistribusikan cengkeh hingga ke pabrik. Sampel pedagang

diperoleh secara snowball yaitu didapat dari informasi petani lalu

menelusuri pedagang – pedagang yang terkait dengan pemasaran

cengkeh (Hendry, 2010 : 240).

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dengan petani dan pedagang misalnya data mengenai

 
38 

jumlah produksi cengkeh, harga yang berlaku ditingkat petani dan

ditingkat pedagang, besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan petani

dan biaya yang dikeluarkan pedagang, cara menjual hasil cengkeh,

masukan yang digunakan, serta proses pemasaran yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan

terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan

dengan penelitian, yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Purworejo, Kantor Kecamatan Kaligesing, BPP Penyuluhan Pertanian

Kecamatan Kaligesing, kantor Kelurahan dan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Purworejo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang diteliti guna mengetahui keadaan yang

sebenarnya.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau

tanya jawab dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

disediakan.
39 

3. Pencatatan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dan

mengumpulkan data yang diperlukan dari instansi yang terkait sesuai

dengan tujuan penelitian.

E. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian

1. Pembatasan Masalah

a. Penelitian ini akan dilakukan pada petani cengkeh di Desa Kaligono

Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo yang diusahakan dalam

satu kali musim panen 2013 yaitu pada bulan April sampai Juni 2013.

2. Asumsi Penelitian

a. Tingkat harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

b. Hasil panen cengkeh dijual semua.

F. Definisi Operasional

1. Petani cengkeh adalah petani yang mengusahakan lahan untuk penanaman

cengkeh, usaha tanaman cengkeh selama satu kali musim panen dalam 1

tahun, yaitu bulan April 2013 sampai Juni 2013.

2. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mengumpulkan hasil

pertanian langsung dari petani.

3. Tengkulak adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani

dengan cara tidak kontan, pembayaran kepada petani berupa uang muka

40 – 50% dari harga yang ditentukan/disepakati, dan sisanya yang dibayar

setelah cengkeh dijual ke pedagang lain.


40 
 

4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari

pedagang pengumpul.

5. Saluran pemasaran adalah jalur yang dilalui oleh produk dari produsen ke

konsumen akhir.

6. Margin pemasaran adalah selisih harga yang diterima petani dengan harga

yang harus dibayarkan oleh konsumen dalam satuan Rp/Kg.

7. Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga

pemasaran yang diukur dalam Rp/Kg.

8. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan selama pemasaran cengkeh dengan satuan rupiah per musim

panen yang diukur dalam Rp/Kg.

9. Keuntungan lembaga pemasaran merupakan imbalan jasa yang

dikeluarkan atas jasa yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan

pemasaran diukur dalam Rp/Kg.

10. Efisiensi pemasaran adalah kemampuan suatu sistem pemasaran untuk

menyampaikan produk ke tangan konsumen dengan harga yang semurah-

murahnya.

11. Share petani adalah harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan jasa

dari kegiatan usaha taninya dalam menghasilkan komoditi pertanian yang

dijual.

12. Pabrikan adalah konsumen terakhir yang membeli cengkeh dari pedagang

pengumpul maupun pedagang besar.

 
41 
 

13. Lembaga pemasaran adalah lembaga yang berperan dalam proses

penyaluran cengkeh dari pihak petani sampai pada pihak konsumen

terakhir (pabrikan).

14. Harga jual lembaga pemasaran adalah harga rata-rata produk yang

dibayarkan oleh lembaga pemasaran selanjutnya yang dinyatakan dalam

satuan Rp/Kg.

15. Harga beli lembaga pemasaran adalah harga rata-rata produk yang

dibayarkan oleh lembaga pemasaran sebelumnya yang dinyatakan dalam

satuan Rp/Kg.

16. Total nilai produk adalah rata-rata total harga jual cengkeh yang

ditetapkan oleh lembaga pemasaran yang dinyatakan dalam ukuran Rp/Kg.

17. Cengkeh basah adalah cengkeh yang sudah siap dipanen kemudian dipetik

dan tanpa adanya proses pengeringan.

18. Cengkeh kering adalah cengkeh yang sudah dipetik/dipanen kemudian

dilakukan proses pengeringan dengan cara dijemur sampai kering.

G. Metode Analisis Data

1. Metode analisis saluran pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo dilakukan secara deskriptif analisis.

Data diperoleh dengan cara mengikuti aliran barang dari petani produsen

sampai ke pabrik sebagai konsumen terakhir.

 
42 
 

2. Mengetahui besarnya biaya pemasaran cengkeh

Proses penyaluran barang mulai dari produsen sampai konsumen

dibutuhkan biaya. Biaya pemasaran tinggi karena lembaga pemasaran

melakukan fungsi – fungsi pemasaran.

Rumus :

Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 + … + Bpn (Limbong dan Sitorus, 1985:47)

Keterangan :
Bp = Biaya pemasaran
Bp1,…, Bpn = Biaya pemasaran tiap – tiap lembaga pemasaran

3. Mengetahui besarnya keuntungan pemasaran cengkeh.

Adalah penjumlahan dari setiap keuntungan yang diterima setiap

lembaga pemasaran yang dilalui dalam suatu saluran pemasaran dengan

rumus sebagai berikut:

Rumus :

Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 + ….+ Kpn (Limbong dan Sitorus, 1985:45)

Keterangan :
Kp= Keuntungan pemasaran
Kp1,….,Kpn = Keuntungan pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran.

4. Mengetahui besarnya marjin pemasaran cengkeh.

Rumus :

Mji = Psi – Pbi (Hanafiah dan Saefudin, 1982:100)

Keterangan :
Mji = Marjin lembaga pemasaran ke- i
Psi = Harga jual pada lembaga pemasaran ke-i
Pbi = Harga beli pada lembaga pemasaran ke-i

 
43 
 

5. Mengetahui bagian harga yang diterima petani dan pedagang perantara

dihitung dengan menggunakan rumus :

Si = × 100 % (Anindita 2004:113)

Keterangan :
Si = Share ( bagian ) harga petani atau pedagang
Pi = Harga yang diterima petani atau pedagang
Pa = Harga ditingkat pabrik

6. Mengetahui efisiensi pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus :

EP = × 100 % (Soekartawi, 2002: 75).

Keterangan:
EP = Efisiensi pemasaran
TB = Total biaya pemasaran
TNP = Total nilai produk

H. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing,

Kabupaten Purworejo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai November 2013

dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

No Kegiatan Bulan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1. Penyusunan proposal
2. Pelaksanaan penelitian
3. Analisis data
4. Penyusunan laporan
5. Ujian
6. Revisi Laporan

 
44 
 

BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Desa Kaligono merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Desa Kaligono

merupakan salah satu dari 21 desa yang ada di Kecamatan Kaligesing. Secara

geografis, Desa Kaligono berada pada ketinggian 402 m diatas permukaan laut

dengan jarak ke ibukota Kecamatan 0 Km dan ibukota Kabupaten 7 Km

(Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013). Secara administratif, Desa

Kaligono memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Ngaran

Sebelah Selatan : Desa Hulosobo

Sebelah Timur : Desa Tlogoguwo

Sebelah Barat : Desa Kedunggubah

Desa Kaligono mempunyai luas wilayah 893,10 Ha dengan jenis

penggunaannya sebagai berikut:

Tabel 7
Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan di Desa Kaligono Tahun 2013
No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)
1. Tanah Sawah 38,122 4,27
2. Tanah Kering 246,290 27,58
3. Tanah Basah 0 0,00
4. Tanah Perkebunan 343,294 38,44
5. Tanah Fasilitas Umum 122,275 13,69
6. Tanah Keperluan Fasilitas Sosial 143,119 16,02
Jumlah 893,10 100,00
Sumber : Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013

44
 
45 
 

B. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah orang – orang yang ada di dalam suatu wilayah yang

terikat oleh aturan – aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain

secara terus – menerus. Struktur penduduk akan selalu berubah-ubah sejalan

dengan berjalannya waktu. Perubahan struktur ini disebabkan adanya proses

kelahiran, kematian dan perpindahan dari satu daerah ke daerah lain.

1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin merupakan keadaan

penduduk laki-laki dan perempuan di suatu daerah. Jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kaligono
Tahun 2013
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 2.176 49,85
2 Perempuan 2.189 50,15
Jumlah 4.365 100,00
Sumber : Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa jumlah penduduk secara

keseluruhan di Desa Kaligono sebanyak 4.365 jiwa. Komposisi penduduk

perempuan lebih besar daripada laki-laki yaitu sebesar 2.189 jiwa atau

sebesar 50,15 %, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2.176 jiwa

atau 49,85 %.

2. Penduduk Menurut Umur

Pengelompokan penduduk berdasarkan umur dapat mengetahui

banyaknya tenaga kerja, anak usia sekolah dan usia lanjut di suatu wilayah

tertentu. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kecamatan Kaligesing (2013)

 
46 
 

penduduk usia produktif adalah penduduk dengan usia 15 – 64 tahun,

penduduk usia < 15 tahun adalah penduduk belum produktif, sedangkan

penduduk usia > 64 tahun disebut penduduk tidak produktif. Keadaan

penduduk menurut umur Desa Kaligono dapat dilihat pada Tabel 9

dibawah ini :

Tabel 9
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
di Desa Kaligono Tahun 2013
Jumlah Penduduk
No. Umur (Tahun) Jiwa Persentase (%)

1. 0–4 241 5,52


2. 5–9 298 6,83
3. 10 – 14 325 7,44
4. 15 – 19 309 7,08
5. 20 – 24 299 6,85
6. 25 – 29 353 8,08
7. 30 – 34 339 7,78
8. 35 – 39 366 8,38
9. 40 – 44 341 7,81
10. 45 – 49 337 7,72
11. 50 – 54 260 5,96
12. 55 – 59 219 5,02
13. 60 – 64 153 3,50
14. 65 – 69 165 3,78
15. 70 – 74 174 3,99
16. 75 ke atas 186 4,26
Jumlah 4.365 100,00
Sumber : Kecamatan Kaligono Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 9 di atas, diketahui bahwa persentase terbesar

adalah golongan penduduk produktif yaitu berumur 15 – 64 tahun

sebanyak 2.976 jiwa atau 68,18%. Hal ini menunjukkan bahwa Desa

Kaligono memiliki tingkat penduduk produktif yang potensial bagi sumber

daya pembangunan.

 
47 
 

3. Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

Penggolongan penduduk menurut mata pencaharian di suatu

daerah dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan sosial dan ekonomi

daerah tersebut. Komposisi penduduk Desa Kaligono berdasarkan jenis

lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10
Jumlah Penduduk Desa Kaligono
Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2013
Jumlah Penduduk
No. Jenis Pekerjaan
Jiwa Persentase (%)
1. Petani 1.298 29,74
2. Pengusaha Sedang/Besar 30 0,69
3. Pengrajin/Industri Kecil 83 1,90
4. Buruh Bangunan 389 8,91
5. Buruh perkebunan 687 15,74
6. Pedagang 354 8,12
7. Sopir angkutan 17 0,39
8. PNS 75 1,72
9. ABRI 25 0,57
10. Pensiunan (ABRI/PNS) 87 1,99
11. Peternak 387 8,86
12. Belum Bekerja/Tidak Bekerja 933 21,37
Jumlah 4.365 100,00
Sumber : Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 10 diketahui mata pencaharian penduduk di

Desa Kaligono cukup bervariasi. Persentase terbesar penduduk Desa

Kaligono sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya yaitu 1.298 jiwa atau 29,74% petani yang

dimaksud ialah petani padi dan petani cengkeh. Sedangkan persentase

terkecil adalah bermata pencaharian sebagai sopir angkutan yaitu 17 jiwa

atau 0,39%.

 
48 

4. Penduduk Menurut Pendidikan

Keadaan pendidikan adalah salah satu alat untuk mengetahui

kemajuan penduduk di suatu wilayah. Tingkat pendidikan yang semakin

tinggi di suatu daerah, maka penduduk akan semakin mudah menyerap

dan menerapkan teknologi baru terutama teknologi yang dapat menunjang

kemajuan penduduk wilayah tersebut. Komposisi penduduk menurut

tingkat pendidikan di Desa Kaligono dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Kaligono
Tahun 2013
Jumlah Penduduk
No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase (%)
1. Tidak Pernah Sekolah 66 1,51
2. Tidak Tamat SD 370 8,48
3. Belum Sekolah/Masih Sekolah 770 17,64
4. Tamat SD 1.421 32,55
5. Tamat SLTP 879 20,14
6. Tamat SLTA 674 15,44
7. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 185 4,24
Jumlah 4.365 100,00
Sumber : Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa persentase terbesar

penduduk Desa Kaligono berpendidikan sudah tamat SD yaitu 1.421 jiwa

atau 32,55%. Artinya bahwa sebagian besar penduduk Desa Kaligono

belum menyadari pentingnya pendidikan bagi mereka untuk mencari

pekerjaan yang lebih baik.

C. Keadaan Pertanian

Keadaan pertanian di Desa Kaligono yaitu penggunaan tanah untuk

ditanami berbagai jenis tanaman. Tanah di Desa Kaligono terdiri dari tanah

kering dan tanah perkebunan yaitu seluas 589,584 ha. Tanah kering dan tanah
49 

perkebunan tersebut ditanami berbagai jenis tanaman seperti tanaman

hortikultura dan tanaman pangan. Lahan perkebunan dimanfaatkan secara

optimal, sehingga tidak ada lahan yang tidak dimanfaatkan oleh petani. Jenis

tanaman yang ditanam penduduk di Desa Kaligono dapat dilihat pada Tabel

12 dan Tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 12
Jenis Tanaman Perkebunan dan Produksi Tanaman
di Desa Kaligono Tahun 2013
No Jenis Tanaman Produksi
1. Cengkeh (Ton) 15,60
2. Kopi (Ton) 1,20
3. Kelapa (Butir) 11.527,00
4. Temulawak (Ton) 5,70
Sumber : Monografi Desa Kaligono, 2013

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa produksi paling banyak

adalah cengkeh dengan produksi sebanyak 15.60 ton.

Tabel 13
Jenis Tanaman Hortikultura dan Produksi Tanaman di Desa Kaligono
Tahun 2013
No Jenis Tanaman Produksi
1. Pisang (Tandan) 684,00
2. Salak (Kwintal) 60,00
3. Mlinjo (Kwintal) 35,94
4. Duku (Kwintal) 40,00
5. Durian (Butir) 1.189.573,00
6. Manggis (Kwintal) 60.275,00
7. Petai (Kwintal) 350,00
Sumber : Monografi Desa Kaligono, 2013
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa produksi yang paling

banyak adalah durian yaitu sebanyak 1.189.573,00 butir sedangkan manggis

merupakan urutan kedua setelah durian dengan produksi sebanyak 60.275,00

kwintal.
50 

D. Keadaan Peternakan

Keadaan peternakan di Desa Kaligono dapat dilihat pada Tabel 14

sebagai berikut:

Tabel 14
Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Di Desa Kaligono Tahun 2013
No. Jenis Ternak Jumlah Persentase (%)
1. Sapi 230 10,36
2. Kambing 182 8,20
3. Ayam Kampung 1245 56,08
4. Itik 563 25,36
Sumber : Kecamatan Kaligesing Dalam Angka 2013

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa jumlah ternak secara

keseluruhan di Desa Kaligono sebanyak 2220 ekor. Komposisi ayam kampung

lebih banyak dibandingkan jenis ternak lainnya yaitu sebesar 1245 ekor atau

sebesar 56,08 %.

E. Sarana Perekonomian

Upaya pembangunan daerah tidak dapat terlepas dari pengembangan

perekonomian di wilayah tersebut, untuk menunjang laju perekonomian

dibutuhkan sarana dan prasarana serta lembaga perekonomian yang memadai,

baik yang diusahakan pemerintah, swasta maupun masyarakat setempat. Salah

satu sarana perekonomian yang sangat penting adalah pasar.

Keberadaan pasar yang ada di Desa Kaligono sangat membantu petani

dalam hal penyediaan sarana produksi pertanian, kebutuhan sehari-hari juga

sebagai tempat memasarkan hasil pertanian. Sarana dan lembaga

perekonomian yang ada di Desa Kaligono dapat dilihat pada Tabel 15.
51 

Tabel 15
Sarana dan Lembaga Perekonomian di Desa Kaligono (2013)
No. Sarana Perekonomian Jumlah (unit) Persentase (%)
1. Pasar umum 2 3,92
2. Toko, kios, warung 45 88,24
3. KUD 1 1,96
4. KSP 1 1,96
5. Bank 2 3,92
Jumlah 51 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Kaligono, 2013

Sarana perekonomian tersebut diharapkan akan lebih mempermudah

penduduk untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat memperlancar pemasaran

hasil pertanian.
52 

BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Identitas Petani

Petani sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang.

Karakteristik petani yang diteliti adalah tingkat pendidikan, umur, jenis

kelamin, jumlah anggota keluarga responden dan luas lahan.

a. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir petani

dalam memasarkan cengkeh. Tingkat pendidikan responden dapat

dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut:

Tabel 16
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak Tamat SD 3 9,10
2. SD 12 36,36
3. SLTP 9 27,27
4. SLTA 7 21,21
5. Diploma/SI 2 6,06
Jumlah 33 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden sudah tamat SD yaitu sebanyak 12 responden atau 36,36%,

sudah tamat SLTP sebanyak 9 responden atau 27,27%, sudah tamat

SLTA 7 responden atau 21,21%, SI sebanyak 2 responden atau 6,06

dan tidak tamat SD sebanyak 3 responden atau 9,10%. Tingkat

pendidikan petani cengkeh yang didominasi oleh tamatan SD

52
53 
 

menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikannya masih rendah.

Hal ini disebabkan ketidakmampuan ekonomi petani untuk bersekolah

hingga ke jenjang pendidikan menengah, juga belum adanya sarana

pendidikan menengah di Desa Kaligono. Rendahnya tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap pemasaran hasil cengkeh dan IPTEK

tentang informasi mengenai harga cengkeh.

b. Umur Responden

Tabel 17 berikut ini menunjukkan rata-rata usia petani cengkeh di

Desa Kaligono.

Tabel 17
Sebaran Responden Berdasarkan Umur
Umur Petani (tahun) Sebaran Responden Persentase (%)
Petani
0 - 14 0 0
15 – 64 30 90,90
≥ 65 3 9,10
Jumlah 33 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kecamatan Kaligesing (2013)

diketahui bahwa 90,90% petani sampel berumur 15 – 64 tahun dan

9,10% petani berumur ≥ 65 tahun. Umur petani akan mempengaruhi

perilaku petani dalam pengambilan keputusan pemilihan saluran

pemasaran hasil produksi cengkehnya. Petani yang berusia produktif

dan relatif masih muda biasanya masih memiliki pengalaman yang

minim dalam pemasaran cengkeh. Pengalaman yang minim dalam

pemasaran cengkeh ditunjukkan dengan harga yang kurang

 
54 

menguntungkan untuk petani, dan hanya menguntungkan sebelah pihak

saja seperti pedagang pengumpul.

c. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 18

sebagai berikut:

Tabel 18
Jumlah Anggota Keluarga Responden Petani Cengkeh
di Desa Kaligono
Persentase
Uraian
No Jumlah (%)
Laki-laki 68 51,13
Jenis Kelamin
1 Perempuan 65 48,87
Jumlah 133 100,00
0-14 32 24,06
Umur (th) 15-64 98 73,68
2
≥ 65 3 2,26
Jumlah 133 100,00
TK 11 8,27
SD 29 21,80
SLTP 31 23,31
Tingkat Pendidikan SLTA 38 28,57
3
PT 11 8,27
Belum Sekolah 10 7,52
Tidak Sekolah 3 2,26
Jumlah 133 100,00
Sumber: Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kecamatan Kaligesing (2013)

yang termasuk dalam umur belum produktif yaitu antara umur 0 – 14

tahun, umur produktif yaitu antara umur 15 – 64 tahun dan umur tidak

produktif yaitu umur ≥ 65 tahun. Jumlah dari anggota keluarga petani

ditulis semua supaya identitas petani lebih rinci. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 48,87% anggota keluarga petani sampel


55 
 

berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 51,13% berjenis kelamin

laki-laki. Umur anggota keluarga petani rata-rata berusia produktif

antara 15-64 tahun sebanyak 73,68%. Pendidikan anggota keluarga

petani sebanyak 28,57% berpendidikan SLTA.

d. Luas Lahan Responden

Luas lahan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan

diperoleh petani cengkeh. Tabel 19 menunjukkan luas lahan milik

responden sebagai berikut:

Tabel 19
Luas Lahan Responden Petani Cengkeh di Desa Kaligono
No Kategori Luas Lahan (ha) Jumlah Persentase (%)
1 Sempit < 0,5 4 12,12
2 Sedang 0,5 – 2 19 57,57
3 Luas >2 10 30,31
Jumlah 33 100,00
Sumber: Analisis Data Primer 2013

Menurut Hernanto (1996 : 46) luas lahan dapat dikategorikan ke

dalam < 0,5 ha termasuk lahan sempit, 0,5 – 2 ha termasuk lahan

sedang dan > 2 ha termasuk lahan luas. Berdasarkan Tabel 19 sebanyak

12,12% petani responden memiliki luas lahan < 0,5 ha (lahan sempit),

sebanyak 57,57% memiliki luas lahan 0,5 – 2 ha (lahan sedang) dan

sebanyak 30,31% memiliki luas lahan > 2 ha (lahan luas). Makin luas

lahan cengkehnya maka akan semakin besar rata-rata cengkeh yang

dihasilkan. Dengan demikian secara tidak langsung luas lahan cengkeh

mempengaruhi besarnya pendapatan petani.

 
56 
 

2. Identitas Pedagang

Pedagang sampel terdiri dari 2 orang pedagang pengumpul, 1

orang pedagang besar dan 2 perwakilan pabrik sebagai konsumen terakhir.

a. Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang

berhubungan langsung dengan petani cengkeh menggunakan sistem

pembayaran secara tunai. Selanjutnya pedagang pengumpul akan

menyetorkan cengkeh kepada pedagang besar atau perwakilan pabrik.

Tabel 20
Identitas Pedagang Pengumpul di Desa Kaligono
No Nama Umur Pendidikan Volume Harga Keterangan
Penjualan (Rp/Kg)
(Kg)
1. Marni 40 SD 463 139.000,00 Menjual
cengkeh kering
ke pedagang
besar.
2. Maryani 43 SMP 1.660 165.000,00 Menjual
cengkeh kering
ke perwakilan
pabrik Djarum
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa dari dua pedagang

pengumpul I menjual cengkeh kering ke pedagang besar dan pedagang

pengumpul II menjual cengkeh kering langsung ke perwakilan pabrik.

Pedagang besar merupakan lembaga pemasaran yang menampung atau

membeli cengkeh dari pedagang pengumpul kemudian dijual ke

perwakilan pabrik yaitu perwakilan pabrik PT Sukun. Pedagang

pengumpul merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan langsung

dengan petani cengkeh membeli cengkeh dari petani dalam bentuk

 
57 

cengkeh basah dan cengkeh kering kemudian menjual ke pedagang

besar atau perwakilan pabrik dalam bentuk cengkeh kering.

Petani memilih menjual ke Pedagang Pengumpul Bu Marni dan

tidak memilih menjual cengkeh ke pedagang pengumpul Bu Maryani

karena perbandingan harga antara pedagang pengumpul Bu Marni dan

Bu Maryana merupakan harga rata – rata dari keseluruhan harga yang

dibeli oleh masing – masing pedagang pengumpul tetapi apabila

dijelaskan lebih rinci harga beli dari kedua pedagang pengumpul Bu

Marni dan Bu Maryana selisih harganya sedikit. Harga beli cengkeh

dari masing – masing pedagang pengumpul setiap hari selalu berubah –

rubah jadi tidak dapat dipastikan bahwa pedagang pengumpul Bu

Maryani selalu lebih mahal karena harga beli cengkeh dari perwakilan

pabrik selalu berubah – rubah.

Pedagang pengumpul I membeli cengkeh dari petani berupa

cengkeh basah dan cengkeh kering dengan harga Rp. 45.773,59 per kg

untuk cengkeh basah dan Rp. 128.727,76 per kg untuk cengkeh kering.

Pedagang pengumpul tersebut menjual ke pedagang besar dalam bentuk

cengkeh kering dengan harga Rp. 139.000,00 per kg. Pedagang

pengumpul II membeli cengkeh dari petani berupa cengkeh basah dan

cengkeh kering dengan harga Rp.47.770,83 per kg untuk cengkeh basah

dan Rp. 129.073,58 per kg untuk cengkeh kering kemudian menjual ke

perwakilan pabrik Djarum dalam bentuk cengkeh kering dengan harga

Rp. 165.000,00 per kg.


58 

Volume penjualan cengkeh kering pedagang pengumpul I ke

pedagang besar sebesar 463 kg sedangkan volume penjualan cengkeh

kering pedagang pengumpul II sebesar 1.660 kg. Volume penjualan

pedagang pengumpul I sedikit karena petani yang menjual cengkeh

basah maupun kering ke pedagang pengumpul jumlah cengkehnya

sedikit sedangkan volume penjualan pedagang pengumpul pola II lebih

banyak karena pada umumnya petani yang menjual cengkeh basah

maupun kering ke pedagang pengumpul jumlah cengkehnya banyak.

Petani banyak menjual cengkeh ke pedagang pengumpul pola II karena

petani belum mampu menghasilkan cengkeh bermutu tinggi yang

sesuai dengan krireria pembelian cengkeh pedagang pengumpul pola I.

Pedagang pengumpul Bu Marni tidak menjual cengkeh langsung

ke perwakilan pabrik seperti Bu Maryani karena belum ada kemauan,

tidak adanya relasi dan akses langsung dengan perwakilan pabrik

terkait. Pedagang pengumpul berpendidikan SD dan SMP. Pedagang

pengumpul berumur 40 dan 43 tahun. Hal ini berarti bahwa pendidikan

mempengaruhi pedagang pengumpul dalam menentukan pola saluran

pemasaran cengkeh. Semakin tinggi pendidikan maka wawasan yang

dimiliki semakin luas sehingga dapat menentukan pola mana yang lebih

menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian pedagang pengumpul

lebih menguntungkan menjual cengkeh langsung ke perwakilan pabrik.


59 
 

b. Pedagang Besar

Pedagang besar merupakan lembaga pemasaran yang


menampung atau membeli cengkeh dari pedagang pengumpul
kemudian dijual ke perwakilan pabrik sesuai pesanan dan kebiasaan
setiap tahun.
Tabel 21
Identitas Pedagang Besar di Desa Kaligono
No Nama Umur Pendidikan Volume Harga Keterangan
(th) Penjualan (Rp/Kg)
(Kg)
1. Rohman 53 SLTA 463 170.000,00 Menjual cengkeh
Jaelani kering ke
Perwakilan Pabrik
PT Sukun
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa seorang pedagang

besar menjual cengkeh ke satu perwakilan pabrik yaitu PT Sukun dan

satu desa hanya ada satu orang pedagang besar. Pedagang besar

membeli cengkeh dari pedagang pengumpul Bu Marni. Penjualan

cengkeh oleh pedagang besar ke perwakilan pabrik PT Sukun berupa

cengkeh kering sebanyak 463 kg dengan harga Rp.170.000,00 per kg.

Hal ini berarti selain tingkat pendidikan maka pengalaman dan relasi

juga sangat penting. Pedagang besar berpendidikan SLTA tentu ilmu

pengetahuan dan relasi yang dimiliki sangat luas sehingga pedagang

besar menjual cengkeh ke PT Sukun.

c. Sampel Perwakilan Pabrik

Perwakilan pabrik yang banyak membeli cengkeh dari petani di

Desa Kaligono adalah perwakilan pabrik rokok PT Sukun dan Djarum.

 
60 
 

Tabel 22
Identitas Perwakilan Pabrik
No Nama Alamat Volume Harga (Rp/Kg) Nilai Pembelian
Perwakilan Pembelian (Rp)
Pabrik (Kg)
1. PT Sukun Kudus 463 Rp. 170.000,00 78.710.000,00
Kedu,
2. Djarum
Temanggung 1.660 Rp. 165.000,00 273.900.000,00
Jumlah 352.610.000,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa perwakilan pabrik

yang membeli cengkeh dari pedagang pengumpul maupun pedagang

besar adalah pabrik rokok PT Sukun dan Djarum. Hal ini berari bahwa

permintaan pabrik rokok terhadap cengkeh cukup tinggi. Pabrik rokok

PT Sukun volume pembelian cengkeh kering dari pedagang besar

sebanyak 463 kg dan total nilai pembelian Rp. 78.710.000,00 dengan

harga Rp.170.000,00 per kg. Pabrik rokok Djarum volume pembelian

cengkeh kering dari pedagang pengumpul sebanyak 1.660 kg dan total

nilai pembelian Rp.273.900.000,00 dengan harga Rp.165.000,00 per kg.

Harga beli cengkeh kering oleh perwakilan pabrik PT Sukun dari

pedagang besar ditentukan oleh perwakilan pabrik. Perwakilan Djarum

pedagang membeli cengkeh dari pedagang pengumpul dengan harga

beli ditentukan oleh perwakilan pabrik Djarum. Perbedaan harga beli

cengkeh kering oleh PT Sukun dan Djarum karena perbedaan kualitas

atau mutu cengkeh yang dibeli dari pedagang besar atau pedagang

pengumpul. PT Sukun membeli cengkeh dari pedagang besar dengan

kualitas cengkeh yang bermutu tinggi yaitu ukurannya sama rata,

cengkeh berwarna coklat kehitaman mengkilap, bau tidak apek, bahan

 
61 

asing 0,5 %, gagang cengkeh 1,0 %, kadar air 14%, cengkeh inferior

2,0 % dan kadar minyak atsiri 20 % sedangkan Djarum membeli

cengkeh dari pedagang pengumpul dengan kualitas ukurannya rata,

warna coklat, bau tidak apek, bahan asing 1,0 %, gagang cengkeh 3,0%,

cengkeh inferior 2,0 %, kadar air 14,0 % dan kadar minyak atsiri 18 %.

Volume pembelian PT Sukun 463 kg sedangkan Djarum 1.660 kg

lebih besar dari pembelian PT Sukun. Perbedaan volume pembelian

tersebut karena perbedaan pedagang yang menjual cengkeh ke

perwakilan pabrik. Penjualan cengkeh ke Djarum lebih banyak padahal

Djarum membeli cengkeh dari pedagang pengumpul dengan harga lebih

murah dibandingkan PT Sukun. Hal ini karena petani atau pedagang

belum mampu menghasilkan cengkeh yang sesuai dengan krireria

pembelian PT Sukun dan jarak pengiriman cengkeh ke Kudus lebih

jauh dibandingkan Temanggung.

3. Biaya, Pendapatan dan keuntungan Petani Cengkeh di Desa


Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Tabel 23
Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh Pola Saluran I
di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
No Uraian Total (Rp)
1. Total Penerimaan 72.272.000,00
2. Total Biaya 12.384.000,00
3. Total Pendapatan 59.888.000,00
4. Total Keuntungan 47.504.000,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 23 untuk pola saluran pemasaran I total

penerimaan petani sebesar Rp.72.272.000,00 dan jumlah produksi 626 kg.

Harga Rp/kg cengkeh basah Rp. 45.773,59 dan cengkeh kering


62 
 

Rp.128.727,76. Biaya yang dikeluarkan petani cengkeh sebesar

Rp.12.384.000,00, total pendapatan sebesar Rp.59.888.000,00 sehingga

pendapatan per kg Rp. 94.163,52. Total keuntungan petani sebesar

Rp.47.504.000,00 sehingga keuntungan per kg Rp. 74.691,82.

Tabel 24
Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan Keuntungan Petani Cengkeh Pola
Saluran I di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
No Uraian Total (Rp)
1. Total Penerimaan 252.791.000,00
2. Total Biaya 36.896.000,00
3. Total Pendapatan 215.895.000,00
4. Total Keuntungan 178.999.000,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 24 total penerimaan petani sebesar

Rp.252.791.000,00 dan jumlah produksi 1975 kg. Harga Rp/kg cengkeh

basah Rp. 47.770,83 dan cengkeh kering Rp.129.073,58. Biaya yang

dikeluarkan petani cengkeh sebesar Rp. 36.896..000,00, total pendapatan

sebesar Rp. 215.8895.000,00 sehingga pendapatan per kg Rp. 109.313,92.

Total keuntungan petani sebesar Rp.178.999.000,00 sehingga keuntungan

per kg Rp. 90.632,41..

B. Pola Saluranan Pemasaran

Pola penjualan cengkeh yang dilakukan oleh petani secara umum ada

dua saluran pemasaran. Kedua pola tersebut adalah :

Pola Saluran 1 : Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar →

Perwakilan Pabrik (PT Sukun).

Pola Saluran II : Petani → Pedagang Pengumpul → Perwakilan Pabrik

(Djarum).

 
63 
 

Jumlah petani yang menggunakan kedua pola tersebut seperti terlihat


pada Tabel 23.
Tabel 25
Persentase Jumlah Petani pada Masing-masing Pola Saluran Pemasaran Cengkeh di
Desa Kaligono
No Pola Pemasaran Jumlah Petani/Sanpel Persentase (%)
1. Saluran I 15 45,45
2. Saluran II 18 54,55
Jumlah 33 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan dari analisis data penelitian seperti terlihat pada Tabel 25

dapat diketahui bahwa sebagian besar petani menjual cengkeh melalui pola

saluran II yaitu 54,55%, sedangkan petani cengkeh yang melalui saluran I

sebanyak 45,45%. Panjang pendeknya pola saluran pemasaran akan

berpengaruh terhadap harga yang diterima konsumen sedangkan kualitas atau

mutu akan berpengaruh terhadap harga yang diterima petani

Keterlibatan lembaga pemasaran. yang selanjutnya membentuk saluran

pemasaran yang bervariasi tersebut akan menyebabkan harga dari masing-

masing saluran juga berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga

pemasaran.

Tabel 26
Harga Jual Cengkeh pada Tiap – tiap Saluran Pemasaran di Desa Kaligono
Saluran Pemasaran
Harga Jual di tingkat Pola I (Rp/Kg) Pola II (Rp/Kg)
No
Lembaga Pemasaran Basah Kering Basah Kering
1. Petani 45.773,59 128.727,76 47.770,83 129.073,58
2. Pedagang Pengumpul - 139.000,00 - 165.000,00
2. Pedagang Besar - 170.000,00 - -
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

 
64 
 

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa harga jual cengkeh di tingkat

petani berbeda-beda. Saluran pemasaran pola I harga jual cengkeh basah oleh

petani Rp. 45.773,59 per kg sedangkan pola II harga jual cengkeh basah

Rp.47.770,83 per kg. Perbedaan harga beli cengkeh basah pola I dan II karena

perbedaan pedagang pengumpul yang membeli cengkeh dan perbedaan

volume pembelian cengkeh basah dari petani antara pola I dan II. Pola I

volume pembelian cengkeh basah dari petani sedikit yaitu 265 kg sedangkan

pola II volume pembelian cengkeh basah lebih besar yaitu 480 kg. Perbedaan

volume pembelian tersebut disebabkan petani lebih banyak menjual cengkeh

basah ke pola saluran II karena harga jual yang diterima petani lebih tinggi.

Harga jual cengkeh kering pedagang pengumpul ke pedagang besar

pada pola I Rp.139.000,00 per kg sedangkan harga jual pedagang pengumpul

ke perwakilan pabrik pola II Rp. 165.000,00 per kg. Perbedaan harga jual

cengkeh kering oleh pedagang pengumpul tersebut karena perbedaan harga

jual ditingkat perwakilan pabrik dan perbedaan mutu cengkeh yang dibeli.

Harga jual cengkeh kering ke perwakilan pabrik pola I lebih mahal dari

pola II karena PT Sukun membeli cengkeh dengan kualitas bermutu tinggi

yaitu ukurannya sama rata, cengkeh berwarna coklat kehitaman mengkilap,

bau tidak apek, bahan asing 0,5 %, gagang cengkeh 1,0 %, kadar air 14%,

cengkeh inferior 2,0 % dan kadar minyak atsiri 20 %. Harga jual cengkeh

kering ke perwakilan pabrik pola II lebih murah yaitu Rp.165.000,00 per kg

karena Djarum membeli cengkeh dari pedagang pengumpul dengan kualitas

ukurannya rata, warna coklat, bau tidak apek, bahan asing 1,0 %, gagang

 
65 

cengkeh 3,0%, cengkeh inferior 2,0 %, kadar air 14,0 % dan kadar minyak

atsiri 18 %. Penjualan cengkeh ke perwakilan pabrik diantar oleh pedagang

yang terkait.

C. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Cengkeh Di Desa Kaligono,


Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
Tabel 27
Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran
Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun 2013
No Lembaga Tataniaga dan Rp/kg Distribusi Share
Komponen Margin Margin (%) Pemasaran (%)

1. Petani
a. Harga jual petani 45.773,59 32,93
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga beli dari petani 45.773,59 32,93
b. Tenaga kerja pengeringan 792,45 0,85 0,57
c. Karung
d. Penyusutan cengkeh 28,30 0,03 0,02
e. Keuntungan 84.033,48 90,14 60,46
f. Harga jual berupa cengkeh 8.372,18 8,98 6,02
kering ke pedagang besar 139.000,00
3. Pedagang Besar
a. Harga beli 139.000,00
Margin pemasaran 93.241,53
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 27 diketahui bahwa margin pemasaran cengkeh

basah pada saluran pemasaran pola I sebesar Rp. 93.226,41 per kg. Besarnya

margin tersebut diperoleh dari selisih harga cengkeh kering ditingkat

pedagang besar yaitu Rp. 139.000,00 per kg dengan harga cengkeh basah

ditingkat petani yaitu Rp. 45.773,59 per kg. Margin pemasaran ini

didistribusikan pada biaya fungsi – fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga

pemasaran. Keuntungan yang diambil oleh pedagang pengumpul dari

penjualan 265 kg cengkeh basah adalah Rp. 8.372,18 per kg sehingga pada

distribusi margin sebesar 8,98%.


66 
 

Distribusi margin pada pedagang pengumpul berdasarkan analisis

diketahui bahwa distribusi paling besar pada biaya penyusutan yaitu sebesar

90,14%. Besarnya biaya penyusutan tersebut karena saat proses pengeringan

dari cengkeh basah hingga kering cengkeh mengalami banyak penyusutan

sehingga terjadi pengurangan berat cengkeh dan kadar air. Penyusutan

cengkeh dari 265 kg cengkeh basah menjadi kering sebesar 65,28% sehingga

cengkeh mengalami penyusutan sebesar 173 kg. Penyusutan dihitung dengan

cara 65,28% dikalikan dengan total penjualan cengkeh kering dari pembelian

cengkeh basah sehingga hasil penyusutan total Rp.22.268.872,70. Penyusutan

per kg dihitung dengan cara penyusutan total dibagi jumlah cengkeh yaitu 265

kg sehingga hasilnya Rp. 84.033,48.

Tabel 28
Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran
Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I di Desa Kaligono Tahun 2013
No Lembaga Tataniaga dan Rp/kg Distribusi Share Pemasaran
Komponen Margin Margin (%) (%)
1. Petani
a. Harga jual petani 128.727,76 75,72
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga beli dari petani 128.727,76 75,72
b. Tenaga kerja bongkar muat 107,99 0,26 0,06
c. Transportasi 107,99
d. Karung 29,16 0,26 0,06
e. Keuntungan 10.027,10 0,07 0,02
f. Harga jual 139.000,00 24,30 5,90
Pedagang Besar 81,76
3. a. Harga beli 139.000,00
b. Tenaga kerja bongkar muat 129,59 81,76
c. Transportasi 1.295,90 0,31 0,08
d. Keuntungan 29.574,51
e. Harga jual 170.000,00 3,14 0,76
4. Perwakilan Pabrik 71,66 17,40
a. Harga beli 170.000,00
Margin pemasaran 41.272,24

Sumber : Analisis Data Primer (2013)

 
67 

Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa margin pemasaran cengkeh

kering pada saluran pemasaran pola I sebesar Rp. 41.272,24 per kg. Besarnya

margin tersebut diperoleh dari selisih harga cengkeh kering ditingkat

perwakilan pabrik yaitu Rp.170.000,00 per kg dengan harga cengkeh kering

ditingkat petani yaitu Rp.128.727,76 per kg. Margin pemasaran ini

didistribusikan pada biaya fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga

pemasaran. Keuntungan yang diambil oleh pedagang pengumpul adalah

Rp.10.027,10 per kg, sedangkan pedagang besar Rp. 29.574,51 per kg,

sehingga distribusi margin pemasaran untuk keuntungan lebih besar pada

pedagang besar yaitu 71,66%, sedangkan pedagang pengumpul hanya

24,30%.

Distribusi margin pedagang pengumpul berdasarkan analisis diketahui

bahwa distribusi margin tenaga kerja bongkar muat dan transportasi

jumlahnya sama yaitu 0,26%. Pedagang besar distribusi margin terbesar pada

biaya transportasi yaitu sebesar 3,14%. Besarnya biaya transportasi pada

pedagang besar tersebut karena pedagang besar menempuh jarak yang cukup

jauh saat pengiriman cengkeh ke perwakilan pabrik yaitu ke Kudus sehingga

mengeluarkan biaya ongkos mobil dan bensin cukup besar yaitu sebesar

Rp.600.000,00. Akibatnya biaya transportasi yang ditanggung setiap kilogram

cengkeh menjadi besar yaitu Rp. 1.295,90.


68 
 

Tabel 29
Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran
Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola II di Desa Kaligono Tahun 2013
No Lembaga Tataniaga dan Rp/kg Distribusi Share
Komponen Margin Margin (%) Pemasaran
(%)
1. Petani
a. Harga jual petani 47.770,83 28,95
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga beli dari petani 47.770,83 28,95
b. Tenaga kerja 2.041,67 1,74 1,24
pengeringan
c. Karung 31,25 0,03 0,02
d. Penyusutan cengkeh 84.710,99 72,26 51,34
e. Keuntungan 30.445,26 25,97 18,45
f. Harga jual 165.000,00
Perwakilan Pabrik
3. a. Harga beli 165.000,00
Margin pemasaran 117.229,17
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa margin pemasaran cengkeh

basah pada saluran pemasaran pola II sebesar Rp. 117.229,17 per kg.

Besarnya margin pemasaran tersebut diperoleh dari selisih harga cengkeh

kering ditingkat perwakilan pabrik yaitu Rp. 165.000,00 per kg dengan harga

cengkeh basah ditingkat petani yaitu Rp. 47.770,83 per kg. Margin pemasaran

ini didistribusikan pada biaya fungsi – fungsi pemasaran dan keuntungan

lembaga pemasaran. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dari

penjualan 480 cengkeh basah sampai menjadi cengkeh kering sebesar

Rp.30.445,26 per kg sehingga pada distribusi margin sebesar 25,97%.

Distribusi margin pedagang pengumpul berdasarkan analisis diketahui

bahwa distribusi paling besar pada biaya penyusutan yaitu sebesar 72,26%.

Besarnya biaya penyusutan tersebut karena saat proses pengeringan dari

cengkeh basah hinga kering cengkeh mengalami banyak penyusutan sehingga

 
69 
 

terjadi pengurangan berat cengkeh dan kadar air. Penyusutan cengkeh dari 480

kg cengkeh basah menjadi kering sebesar 65,23% sehingga cengkeh

mengalami penyusutan sebesar 315 kg. Penyusutan dihitung dengan cara

65,63% dikalikan dengan total penjualan cengkeh kering dari pembelian

cengkeh basah sehingga hasil penyusutan total Rp.40.661.275,50. Penyusutan

per kg dihitung dengan cara penyusutan total dibagi jumlah cengkeh yaitu 480

kg sehingga hasilnya Rp. 84.710,99.

Tabel 30
Analisis Biaya, Keuntungan, Margin, Distribusi Margin dan Share Pemasaran
Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II di Desa Kaligono
Tahun 2013
No Lembaga Tataniaga dan Rp/kg Distribusi Share
Komponen Margin Margin (%) Pemasaran
(%)
1. Petani
a. Harga jual petani 129.073,58 78,23
2. Pedagang Pengumpul
a. Harga beli dari petani 129.073,58 78,23
b. Tenaga kerja bongkar 144,58 0,40 0,09
muat
c. Transportasi 481,93 1,34 0,29
d. Karung 27,10 0,08 0,02
e. Keuntungan 35.272,81 98,18 21,38
f. Harga jual 165.000,00
3. Perwakilan Pabrik
a. Harga beli 165.000,00
Margin pemasaran 35.926,42
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa margin pemasaran cengkeh

diperoleh dari harga cengkeh kering ditingkat perwakilan pabrik yaitu

Rp.165.000,00 per kg dikurangi dengan harga cengkeh ditingkat petani

Rp.129.073,58 per kg. Besarnya margin pemasaran adalah Rp. 35.926,42 per

 
70 

kg. Margin pemasaran ini didistribusikan pada biaya fungsi – fungsi

pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran.

Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya

transportasi sehingga dalam distribusi margin sebesar 1,34%. Besarnya biaya

transportasi tersebut karena jumlah cengkeh banyak yaitu 1.660 kg sehingga

dalam pengangkutan ke perwakilan pabrik dilakukan 2 kali pengiriman

tentunya biaya ongkos mobil dan bensin menjadi lebih banyak.

Tabel 28 dan Tabel 30 memperlihatkan bahwa margin pemasaran

cengkeh kering lebih tinggi pada saluran pemasaran pola I (saluran pemasaran

yang panjang). Besarnya margin pemasaran per kg pada pola I sebesar

Rp.41.272,24, sedangkan pada pola II sebesar Rp. 35.926,42. Perbedaan

besarnya margin pemasaran pada kedua pola tersebut disebabkan oleh

besarnya komponen biaya dan keuntungan. Pola saluran pemasaran yang

pendek (pola II) membutuhkan biaya per kg sebesar Rp. 653,61 sedangkan

pada saluran pemasaran yang panjang (pola I) biaya yang harus dikeluarkan

sebesar Rp.1.670,63

Komponen keuntungan dari kedua pola pemasaran tersebut lebih besar

pada saluran pemasaran panjang (pola I). Saluran pemasaran pola I

keuntungan pemasaran per kg sebesar Rp. 39.601,62 sedangkan pola II

sebesar Rp. 35.272,81. Total keuntungan pemasaran lebih besar pada saluran

pemasaran panjang (pola I) karena terlibatnya pedagang besar. Pedagang besar

mengambil keuntungan sebesar Rp. 29.559,40. Besarnya keuntungan yang


71 

diperoleh lembaga pemasaran pola I menyebabkan margin pemasaran lebih

tinggi dibandingkan pada pola pemasaran II.

D. Efisiensi Pemasaran

1. Persentase Margin Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani

Berdasarkan hasil analisis, persentase harga cengkeh basah dan

cengkeh kering yang diterima petani dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31
Persentase Harga yang Diterima Petani Untuk Cengkeh Basah
Atas Dasar Harga yang Dibayarkan Perwakilan Pabrik
No Saluran Harga Harga ditingkat Persentase
Pemasaran ditingkat Perwakilan Harga ditingkat
Petani (Rp/kg) Pabrik (Rp/kg) Petani (%)
1. I 45.773,59 139.000,00 32,93
2. II 47.770,83 165.000,00 28,95
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 31 diketahui bahwa nilai persentase harga yang

diterima petani untuk cengkeh basah dari masing – masing saluran

pemasaran adalah sebagai berikut : Pola I harga ditingkat petani sebesar

32,93% dan pola saluran II harga ditingkat petani sebesar 28,95%.

Berdasarkan hasil analisis untuk kedua pola pemasaran tersebut yang

paling efisien untuk cengkeh basah adalah saluran pemasaran I karena

harga yang diterima petani lebih besar yaitu sebesar 32,93%.

Tabel 32
Persentase Harga yang Diterima Petani Untuk Cengkeh Kering
Atas Dasar Harga yang Dibayarkan Perwakilan Pabrik
No Saluran Harga Harga ditingkat Persentase
Pemasaran ditingkat Perwakilan Harga ditingkat
Petani (Rp/kg) Pabrik (Rp/kg) Petani (%)
1. I 128.727,76 170.000,00 75,72
2. II 129.073,58 165.000,00 78,23
Sumber : Analisis Data Primer (2013)
72 
 

Berdasarkan Tabel 32 diketahui bahwa nilai persentase harga

ditingkat petani dari masing-masing saluran pemasaran adalah sebagai

berikut : Pola saluran I harga ditingkat petani sebesar 75,72%, pola saluran

II harga ditingkat petani sebesar 78,23%. Berdasarkan hasil analisis kedua

pola saluran pemasaran cengkeh kering yang paling efisien adalah saluran

pemasaran pola II karena harga yang diterima petani lebih besar yaitu

sebesar 78,23%.

Tabel 31 dan Tabel 32 memperlihatkan bahwa presentase harga

yang diterima petani lebih besar pada penjualan cengkeh dalam bentuk

kering karena harga beli pedagang pengumpul untuk cengkeh kering lebih

tinggi daripada cengkeh basah yaitu pola I sebesar Rp. 128.727,76 dan

pola II sebesar Rp. 129.073,58.

2. Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara biaya

pemasaran dengan harga yang dibayarkan konsumen. Berdasarkan hasil

analisis efisiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33
Efisiensi Pemasaran Cengkeh Basah Setiap Saluran Pemasaran di
Desa Kaligono Tahun 2013
No Saluran Pemasaran Nilai Produk Total Biaya Efisiensi
(Rp) Pemasaran Pemasaran
(Rp) (%)
1. I 139.000,00 84.854,24 0,61
2. II 165.000,00 86.783,91 0,53
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa harga nilai produk cengkeh

basah pola I sama dengan harga jual cengkeh kering yang dijual pedagang

 
73 
 

pengumpul ke pedagang besar karena cengkeh yang dijual ke pedagang

besar semuanya dalam bentuk cengkeh kering harga sebesar

Rp.139.000,00 dengan total biaya pemasaran Rp. 84.854,24 dan nilai

produk pola II Rp. 165.000,00 dengan total biaya pemasaran

Rp.86.783,91. Harga nilai produk cengkeh basah pola II sama dengan nilai

produk pada cengkeh kering karena pola II saluran pemasarannya pendek

penjualan dari pedagang pengumpul langsung dijual ke perwakilan pabrik

dan pedagang pengumpul menjual cengkeh ke pabrik dalam bentuk

cengkeh kering semua sehingga nilai produk cengkeh basah dan kering

pola II sama.

Nilai efisiensi pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran

pola I lebih besar daripada saluran pemasaran pola II yaitu sebesar 0,61%.

Nilai efisiensi pemasaran pola II sebesar 0,53%, nilai efisiensi pemasaran

yang lebih kecil berarti saluran pemasaran II lebih efisien dibandingkan

pola I.

Tabel 34
Efisiensi Pemasaran Cengkeh Kering Setiap Saluran Pemasaran di
Desa Kaligono Tahun 2013
No Saluran Pemasaran Nilai Produk Total Biaya Efisiensi
(Rp) Pemasaran Pemasaran
(Rp) (%)
1. I 170.000,00 1.670,63 0,98
2. II 165.000,00 653,61 0,40
Sumber : Analisis Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 34 diketahui bahwa nilai efisiensi pemasaran

cengkeh kering saluran pemasaran pola I lebih besar daripada saluran

pemasaran pola II yaitu sebesar 0,98%. Nilai efisiensi pemasaran II

 
74 
 

sebesar 0,40%, nilai efisiensi yang lebih kecil berarti saluran pemasaran II

lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran I.

Pemasaran cengkeh basah dan cengkeh kering di Desa Kaligono,

Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo setelah dianalisis ternyata

untuk cengkeh basah saluran pemasaran yang pendek (pola II) lebih

efisien dibandingkan pola I. Nilai Efisiensi Pemasaran cengkeh basah

saluran II sebesar 0,53% sedangkan nilai Efisiensi Pemasaran cengkeh

basah saluran I sebesar 0,61%. Saluran pemasaran pendek untuk cengkeh

basah (pola II) lebih efisien karena pada saluran ini tidak melibatkan

pedagang besar meskipun biaya yang dikeluarkan lebih banyak daripada

pola I yaitu sebesar Rp. 86.783,91. Nilai produk yang dipasarkan untuk

cengkeh basah pada saluran II sebesar Rp. 165.000,00, sedangkan pada

saluran I sebesar Rp. 139.000,00.

Berdasarkan analisis data untuk cengkeh kering saluran pemasaran

yang pendek (pola II) lebih efisien dibandingkan pola I. Nilai Efisiensi

Pemasaran cengkeh kering saluran II sebesar 0,40% sedangkan nilai

Efisiensi Pemasaran cengkeh kering saluran I sebesar 0,98%. Saluran

pemasaran pendek untuk cengkeh kering (pola II) lebih efisien karena

pada saluran ini tidak melibatkan pedagang besar dan biaya yang

dikeluarkan pedagang pengumpul sedikit yaitu Rp.653,61. Nilai produk

yang dipasarkan untuk cengkeh kering pada saluran II sebesar

Rp.165.000,00, sedangkan pada saluran I sebesar Rp.170.000,00.

 
75 
 

Saluran pemasaran pola I untuk cengkeh kering mempunyai

keuntungan pemasaran lebih besar karena terlibatnya pedagang

pengumpul, pedagang besar, perwakilan pabrik dan masing – masing

pedagang mengambil keuntungan sebagai imbalan atas jasa yang telah

dilakukannya. Komponen biaya pemasaran pola II lebih sedikit

dibandingkan pola I karena tidak melibatkan pedagang besar dalam proses

pemasarannya sehingga biaya yang dikeluarkan sedikit.

Besarnya biaya cengkeh kering pada pola I tersebut disebabkan

oleh besarnya biaya tenaga kerja bongkar muat dan biaya transportasi

karena jarak yang ditempuh pedagang besar untuk pengiriman cengkeh ke

perwakilan pabrik relatif jauh, sebaliknya pada pola II saluran

pemasarannya lebih pendek dan jarak yang ditempuh saat pengiriman

cengkeh ke perwakilan pabrik lebih dekat dari Pola I.

 
76 

BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan yang bisa diambil dalam

penelitian efisiensi pemasaran cengkeh di Desa Kaligono, Kecamatan

Kaligesing, Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :

1. Total biaya yang dikeluarkan petani cengkeh untuk pola saluran I sebesar

Rp. 12.384.000,00, total pendapatan sebesar Rp. 59.888.000,00 sehingga

total keuntungan petani sebesar Rp.47.504.000,00. Pola saluran pemasaran

II total biaya yang dikeluarkan petani cengkeh sebesar Rp. 36.896..000,00,

total pendapatan sebesar Rp. 215.8895.000,00 sehingga total keuntungan

petani sebesar Rp.178.999.000,00.

2. Margin pemasaran cengkeh basah pada saluran pemasaran pola I sebesar

Rp. 93.226,41 dan margin pemasaran cengkeh kering pada saluran I

sebesar Rp. 41.272,24. Margin pemasaran cengkeh basah pada saluran

pemasaran pola II sebesar Rp. 117.229,17 dan margin pemasaran cengkeh

kering pada saluran II sebesar Rp. 35.926,42.

3. Persentase bagian harga yang diterima petani untuk cengkeh basah saluran

yang paling efisien adalah saluran II dimana bagian harga yang diterima

petani 32,93% sedangkan cengkeh kering yang paling efisien adalah

saluran pola II dimana bagian harga yang diterima petani 78,23%.

4. Efisiensi pemasaran cengkeh basah ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran

maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran II karena

76
77 
 

mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil yaitu 0,53% sedangkan

efisiensi pemasaran cengkeh kering ditinjau dari efisiensi biaya pemasaran

maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran II karena

mempunyai nilai efisiensi biaya lebih kecil yaitu 0,40%

B. Saran

1. Bagi Petani

Petani sebaiknya menjual cengkeh dalam bentuk cengkeh kering supaya

bagian harga yang diterima petani lebih tinggi karena berdasarkan hasil

penelitian bagian harga yang diterima petani jika petani menjual cengkeg

berupa cengkeh basah maka persentase harga yang diterima petani

32,93% atau Rp.15.073,24 per kg sedangkan jika menjual cengkeh dalam

bentuk cengkeh kering persentase harga yang diterima petani 78,23%

atau Rp. 100.974,26 per kg.

2. Bagi Pemerintah

Pemerintah memberikan penyuluhan (sosialisasi) kepada petani tentang

pentingnya kelompok tani supaya petani dapat memperoleh informasi

tentang cengkeh.

3. Bagi Perwakilan Pabrik

Perwakilan pabrik sebaiknya memberitahukan kepada pedagang tentang

cengkeh yang berkwalitas baik sebelum masa panen cengkeh sehingga

pedagang dapat mengetahui dan petani berusaha semaksimal mungkin

supaya hasil cengkehnya masuk ke kategori cengkeh yang berkwalias

tinggi.

 
 78 

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Ratya. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Katalog Perpustakaan


Nasional Dalam Terbitan (KDT). Surabaya:papyrus.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Daerah Kecamatan Kaligesing. BPS.


Kecamatan Kaligesing.

BPP Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kaligesing. 2013. Kelompok Tani.


BPP. Kecamatan Kaligesing.

Barata. 2009. Analisis Pemasaran Tembakau Rakyat di Kabupaten Temanggung.


Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Downey, W, D dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis.


Jakarta:Erlangga.

Hadiwijaya, T. 1986. Cengkeh: Data dan Petunjuk ke Arah Swa Sembada. PT.
Gunung Agung. Jakarta.

Hanafiah, A. M. dan A. M. Saefudin. 1982. Tataniaga Hasil Perikanan.


Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hanafiah, A. M. dan A. M. Saefuddin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan.


Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hendry. 2010. Populasi dan Sampel. Diakses dari


http://teorionline.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan
sampel/comment-page-2/ pada tanggal 26 September 2013.

Hernanto, Fadholi. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Ed ke-9.


Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, Philip dan A. B. Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia.


Jakarta Salemba Empat.

Kurniawan. 2000. Analisis Pemasaran Cengkeh di Kabupaten Wonogiri. Skripsi:


Universitas Jenderal Soedirman.

Limbong dan Sitorus. 1985. Pengantar Tataniaga Pertanian. Institut Pertanian


Bogor. Bogor.

78
79 

Limbong, W. H. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Institut Pertanian Bogor.


Bogor.

Maryatun, S. 1999. Analisis Biaya dan Pemasaran Kayu Gergajian di DKI


Jakarta (Studi Kasus di Kalibaru). Skripsi: Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta.

Muljana,W. 1997. Bercocok Tanam Cengkeh. Semarang: CV Aneka Ilmu.


Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Riduwan dan Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfaberta.
Bandung.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES.Jakarta.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian


Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Alfaberta.


Bandung

Sujiwo. 2004. Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp) di Kecamatan Singorejo


Kabupaten Kendal. Skripsi: Universitas Gajah Mada.

Surakhmad, W. 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik.


Tarsito.Bandung

Stanton, William. 1997. Fundamental of Marketing. Mc Graw- Hill Book. Tokyo.

Swastha, B. 1984. Azas - azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.

Tjahjadi, N. 1994. Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta.

Tomek, W.G dan Kenneth L. Robinson. 1990. Agricultural Product Prices Ed ke-
3. Cornell University Press. London.
LAMPIRAN
Lampiran I.

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) UNTUK RESPONDEN


PETANI CENGKEH
1. Identitas Petani
a. Nomer Sampel :
b. Nama Responden :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :
f. Pekerjaan Lain :
g. Jumlah Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan
Pria Wanita
1.
2.
3.
4.
5.
6.

2. Hasil Cengkeh dan Penjualan


No. Luas Lahan Hasil Cengkeh (Kg) Harga Satuan (Rp/kg) Nilai Total
(Ha) Basah Kering Basah Kering Penjualan
(Rp/panen)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3. Saluran Pemasaran Petani Sampel


No. Macam Cengkeh Dijual ke Cara Menjual
(Nama Pedagang)
1. a. Cengkeh Basah
b. Cengkeh Kering
2.
4. Biaya – Biaya yang Dikeluarkan Petani
No. Jenis Biaya Nilai (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

5. Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran cengkeh


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
6. Solusi yang dilakukan petani untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) UNTUK PEDAGANG SAMPEL

1. Identitas Pedagang
a. Nomer Sampel :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :
f. Jumlah Anggota Keluarga
Nama Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pendidikan
Pria Wanita

2. Pembelian Cengkeh dari Petani


No. Macam Cengkeh Harga Beli (Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg)

1. a. Cengkeh Basah
b. Cengkeh Kering

3. Saluran Pemasaran Pedagang


No. Macam Cengkeh Dijual ke Cara Menjual
(Nama pedagang)
1. a. Cengkeh Basah
b. Cengkeh Kering
4. Biaya yang Dikeluarkan oleh Pedagang
No Jenis Biaya Nilai (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

5. Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga


No Jenis Pekerjaan
Pria Wanita Hari Upah Pria Wanita Hari Upah
Lampiran 2.Data Petani Responden dan Luas Lahan Petani Cengkeh
Anggota Keluarga
No Nama Luas Lahan (Ha) Umur (Tahuh) Pendidikan Pekerjaan Jumlah Umur Pendidikan
L P 0-14 15-64 >65 TK SD SLTP SLTA PT BS TS
1. Suroto 1,1 44 SLTP Buruh 3 3 3 3 - 1 1 2 1 - 1 -
2. Muklasudin 0,4 46 SLTP Petani 3 2 1 4 - 1 1 1 1 1 - -
3. Guno Wasito 1,0 66 TT SD Petani 2 2 - 3 1 - - - 2 1 - 1
4. Medi 1,3 65 TT SD Buruh 2 2 1 2 1 - 1 1 1 - - 1
5. Med Hakim 0,7 54 SD Petani 1 2 - 3 - - - 1 1 1 - -
6. Slamet Dargo 0,3 45 SLTP Buruh 2 3 2 3 - 1 1 2 1 - - -
7. Sumitro 0,6 47 SLTP Buruh 4 1 2 3 - 1 1 2 1 - - -
8. Haryanto 0,8 34 SLTA Karyawan 2 2 2 2 - 1 - - 2 - 1 -
9. Saifur 0,3 48 SLTP Perangkat 2 1 - 3 - - - 2 1 - - -
10. Amat Muhtar 1,4 41 SD Sopir 1 2 1 2 - 1 2 - - - - -
11. Kahono 0,4 52 SD Petani 3 1 - 4 - - 2 1 1 - - -
12. Pardi 0,8 55 SD Petani 3 2 1 4 - 1 1 1 1 1 - -
13. Suyatno 0,7 48 SLTP Buruh 2 3 1 4 - 1 - 2 1 1 - -
14. Jumadi 0,5 50 SLTA Petani 1 2 1 2 - - 2 - 1 - - -
15. Daryanto 1,5 45 SLTP Buruh 3 2 2 3 - 1 - 2 1 - 1 -
16. Poniman 1,8 65 TT SD Petani 2 2 1 2 1 - - - 2 - 1 1
17. Amat Khozai 3,0 59 SD Petani 3 2 - 5 - - 1 2 1 1 -
18. Sarmanto 1,9 48 SLTA Petani 1 3 1 3 - - 1 1 1 - 1 -
19. Tri Hasanudin 1,8 38 S1 PNS 1 2 1 2 - 1 - - 1 1 - -
20. Sutikno 2,0 40 S1 Guru 3 1 1 3 - 1 - 2 1 - -
21. Pairin 1,8 35 SLTA Buruh 2 1 1 2 - - - 1 1 - 1 -
22. Suharto 2,5 46 SLTA Perangkat 1 3 1 3 - - 1 1 2 - - -
23. Samsudin 1,7 42 SLTA Karyawan 2 2 - 4 - - - 1 2 1 - -
24. Wahid Supandi 2,4 55 SD Buruh 3 1 1 3 - - 2 1 1 - 1 -
25. A. Khoyi Mishar 1,6 58 SD Buruh 2 2 1 3 - 1 1 - 2 - - -
26. Susanto 1,7 47 SLTP Petani 1 2 - 3 - - 1 1 - 1 - -
27. Mustofa Anwar 2,7 37 SLTA Petani 2 2 2 2 - - 1 1 1 - 1 -
28. Rochim 2,1 49 SLTP Buruh 1 3 1 3 - - 2 - 1 1 - -
29. Mustakim 3,1 50 SD Buruh 2 2 2 2 - - 1 1 1 - 1 -
-
30. Purwanto 2,3 57 SD Buruh 2 3 1 4 - 2 1 1 - - -
31. H. Sabiis 1,8 60 SD Tukang 2 1 - 3 - - 1 1 1 - - -
32. Mujahidin 2,8 58 SD Petani 2 2 - 4 - - 2 1 1 - - -
33. Dedi Siswanto 2,4 57 SD Petani 2 1 1 2 - - - 1 1 - 1 -
Jumlah 51,2 1641 - - 68 65 32 98 3 11 29 31 38 11 10 3
Rata-rata 1,552
Lampiran 3. Rincian Biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel dan Pendapatan Petani Sampel pada Pola Pemasaran I
Jenis Biaya yang Dikeluarkan oleh Petani Total Biaya Pendapatan dari Pendapatan dari
No Nama Peralatan (Tangga) Tenaga Kerja Pemetikan Pengeluaran Penjualan Cengkeh Penjualan
. Jumlah Harga Total (Rp) Jumlah HKO Upar Total (Rp) (Rp/panen) Basah Cengkeh Kering
(buah) (Rp) (orang) (Rp/hr) (Rp/panen) (Rp/panen)

1. Suroto 2 15.000,00 30.000,00 3 15 30.000,00 1.350.000,00 1.380.000,00 2.460.000,00 2.600.000,00


2. Muklasudin 1 14.000,00 14.000,00 2 6 30.000,00 360.000,00 374.000,00 1.800.000,00 -
3. Guno Wasito 2 15.000,00 30.000,00 3 12 30.000,00 1.080.000,00 1.110.000,00 - 5.000.000,00
4. Medi 2 15.000,00 30.000,00 3 13 30.000,00 1.170.000,00 1.200.000,00 440.000,00 5.850.000,00
5. Med Hakim 1 14.000,00 14.000,00 2 8 30.000,00 480.000,00 494.000,00 - 3.870.000,00
6. Slamet Dargo 1 14.000,00 14.000,00 2 6 30.000,00 360.000,00 374.000,00 1.880.000,00 -
7. Sumitro 1 15.000,00 15.000,00 2 7 30.000,00 420.000,00 435.000,00 900.000,00 2.048.000,00
8. Haryanto 2 14.000,00 28.000,00 3 9 30.000,00 810.000,00 838.000,00 - 4.550.000,00
9. Saifur 1 14.000,00 14.000,00 2 7 30.000,00 420.000,00 434.000,00 - 1.280.000,00
10. Amat Muhtar 2 15.000,00 30.000,00 3 16 30.000,00 1.440.000,00 1.470.000,00 900.000,00 5.200.000,00
11. Kahono 1 15.000,00 15.000,00 2 10 30.000,00 600.000,00 615.000,00 1.750.000,00 -
12. Pardi 2 15.000,00 30.000,00 3 8 30.000,00 720.000,00 750.000,00 - 5.040.000,00
13. Suyatno 1 15.000,00 15.000,00 3 9 30.000,00 810.000,00 825.000,00 - 3.250.000,00
14. Jumadi 1 15.000,00 15.000,00 2 7 30.000,00 420.000,00 435.000,00 1.500.000,00 1.270.000,00
15. Daryanto 2 15.000,00 30.000,00 3 18 30.000,00 1.620.000,00 1.650.000,00 500.000,00 7.800.000,00
Jumlah 22 324.000,00 38 151 12.060.000,00 12.384.000,00 12.130.000,00 64.357.000,00
Rata – rata 14.272,27 21.600,00 79.867,55 804.000,00 825.600,00 1.347.777,78 4.290.466,67
Lampiran 4. Biaya – biaya yang Dikeluarkan Petani Sampel pada Pola Pemasaran II
Jenis Biaya yang Dikeluarkan oleh Petani Total Biaya Pendapatan dari Pendapatan dari
No Nama Peralatan (Tangga) Tenaga Kerja Pemetikan Pengeluaran Penjualan Penjualan
Jumlah Harga Total (Rp) Jumlah HKO Upar Total (Rp) (Rp/panen) Cengkeh Basah Cengkeh Kering
(buah) (Rp) (orang) (Rp/hr)

1. Poniman 2 14.000,00 28.000,00 3 20 30.000,00 1.800.000,00 1.828.000,00 - 9.100.000,00


2. Amat Khozai 3 14.000,00 42.000,00 3 30 30.000,00 2.700.000,00 2.742.000,00 - 26.035.000,00
3. Sarmanto 2 15.000,00 30.000,00 3 22 30.000,00 1.980.000,00 2.010.000,00 - 11.700.000,00
4. Tri Hasanudin 2 15.000,00 30.000,00 3 19 30.000,00 1.710.000,00 1.740.000,00 - 9.750.000,00
5. Sutikno 2 14.000,00 28.000,00 3 20 30.000,00 1.800.000,00 1.828.000,00 - 14.300.000,00
6. Pairin 2 14.000,00 28.000,00 3 18 30.000,00 1.620.000,00 1.648.000,00 - 8.320.000,00
7. Suharto 3 15.000,00 45.000,00 3 25 30.000,00 2.250.000,00 2.295.000,00 - 16.900.000,00
8. Samsudin 2 15.000,00 30.000,00 3 19 30.000,00 1.710.000,00 1.740.000,00 1.380.000 5.200.000,00
9. Wahid Supandi 3 15.000,00 45.000,00 3 22 30.000,00 1.980.000,00 2.025.000,00 4.800.000 3.900.000,00
10. A. Khoyi Mishar 2 14.000,00 28.000,00 3 20 30.000,00 1.800.000,00 1.828.000,00 - 8.820.000,00
11. Susanto 2 15.000,00 30.000,00 3 20 30.000,00 1.800.000,00 1.830.000,00 - 9.750.000,00
12. Mustofa Anwar 3 14.000,00 42.000,00 3 23 30.000,00 2.070.000,00 2.112.000,00 2.450.000 19.500.000,00
13. Rochim 2 14.000,00 28.000,00 3 18 30.000,00 1.620.000,00 1.648.000,00 - 10.400.000,00
14. Mustakim 3 14.000,00 42.000,00 3 31 30.000,00 2.790.000,00 2.832.000,00 - 15.240.000,00
15. Purwanto 2 15.000,00 30.000,00 3 25 30.000,00 2.250.000,00 2.280.000,00 2.400.000 5.200.000,00
16. H. Sabiis 2 15.000,00 30.000,00 3 20 30.000,00 1.800.000,00 1.830.000,00 5.000.000 3.900.000,00
17. Mujahidin 3 15.000,00 45.000,00 3 28 30.000,00 2.520.000,00 2.565.000,00 6.900.000 3.250.000,00
18. Dedi Siswanto 3 15.000,00 45.000,00 3 23 30.000,00 2.070.000,00 2.115.000,00 - 11.700.000,00
Jumlah 43 626.000,00 54 403 36.270.000,00 36.896.000,00 22.930.000,00 192.965.000,00
Rata – rata 14.558,14 34.777,78 90.000,00 2.015.000,00 2.049.777,78 3.821.666,67 10.720.000,00
Lampiran 5. Perhitungan Pembelian Cengkeh Basah Pedagang Pengumpul pada Saluran Pemasaran Pola I
Luas Hasil Produksi (Kg) Harga Satuan (Rp/kg) Nilai Produksi
No Nama Lahan (Rp/panen)
(ha) Basah Basah

1. Suroto 1,1 60 41.000,00 2.460.000,00


2. Muklasudin 0,4 40 45.000,00 1.800.000,00
3. Guno Wasito 1,0 - - -
4. Medi 1,3 10 44.000,00 440.000,00
5. Med Hakim 0,7 - - -
6. Slamet Dargo 0,3 40 47.000,00 1.880.000,00
7. Sumitro 0,6 20 45.000,00 900.000,00
8. Haryanto 0,8 - - -
9. Saifur 0,3 - - -
10. Amat Muhtar 1,4 20 45.000,00 900.000,00
11. Kahono 0,4 35 50.000,00 1.750.000,00
12. Pardi 0,8 - - -
13. Suyatno 0,7 - - -
14. Jumadi 0,5 30 50.000,00 1.500.000,00
15. Daryanto 1,5 10 50.000,00 500.000,00
Jumlah 11,8 265 12.130.000,00
Rata – rata 0,79 29,44 45.773,59 1.347.777,78
Lampiran 6. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I
Pembelian Cengkeh Basah
No Nama Petani dari Petani Total Penjualan (Rp) Besarnya Jadi Total Penjualan Cengkeh Kering
Jml (Kg) Harga Total Penyusutan (%) Cengkeh dari Pembelian Cengkeh Basah
(Rp/Kg) Pembelian Kering (Kg) (Rp)
(Rp)

1. Suroto 60 41.000,00 2.460.000,00 60×139.000,00 = 8.340.000,00 33,33% 20 60 × 128.727,76 = 7.723.665,60

2. Muklasudin 40 45.000,00 1.800.000,00 40 × 139.000,00 = 5.560.000,00 35,00% 14 40 × 128.727,76 = 5.149.110,40


3. Guno Wasito - - - - - -
4. Medi 10 44.000,00 440.000,00 10× 139.000,00 = 1.390.000,00 40,00% 4 10 ×128.727,76 = 1.287.277,60
5. Med Hakim - - - - - -
6. Slamet Dargo 40 47.000,00 1.880.000,00 40 × 139.000,00 = 5.560.000,00 35,00% 14 40 × 128.727,76 = 5.149.110,40
7. Sumitro 20 45.000,00 900.000,00 20 × 139.000,00 =2.780.000,00 35,00% 7 20 × 128.727,76 = 2.574.555,20
8. Haryanto - - - - - -
9. Saifur - - - - - -
10. Amat Muhtar 20 45.000,00 900.000,00 20 × 139.000,00 = 2.780.000,00 35,00% 7 20 × 128.727,76 = 2.574.555,20
11. Kahono 35 50.000,00 1.750.000,00 35 × 139.000,00 = 4.865.000,00 34,29% 12 35 × 128.727,76 = 4.505.471,60
12. Pardi - - - - - - -
13. Suyatno - - - - - - -
14. Jumadi 30 50.000,00 1.500.000,00 30 × 139.000,00 = 4.170.000,00 33,33% 10 30 × 128,727,76 = 3.861.832,80
15. Daryanto 10 50.000,00 500.000,00 10 × 139.000,00 = 1.390.000,00 40,00% 4 10 ×128.727,76 = 1.287.277,60
Jumlah 265 12.130.000,00 36.835.000,00 92 34.112.856,40
Rata – rata 29,44 45.773,59 1.347.777,78 4.092.777,78 10,22 3.790.317,38
Lampiran 7. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola I
No Nama Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul
Tenaga Kerja Pengeringan Karung Penyusutan Total Biaya Pemasaran
Org HKO Upah Total (Rp) Jml Harga Total (Rp/kg) Jumla Total (Rp) (Rp/kg)
(Rp/hr) (buah) (Rp) (Rp) h Penyusutan
(Kg) (Rp)
1. Marni 2 3 35.000,00 210.000,00 5 1.500,00 7.500,00 84.033,48 265 22.268.872,70 22.486.372,70 84.854,24
Jumlah
Rata – rata 792,45 28,30 84.033,48 84.854,24

Keterangan :

Jumlah cengkeh basah = 265 kg


Jadi cengkeh kering = 92 kg
Jumlah penyusutan = 173 kg
Biaya penyusutan diperoleh dari :

Penyusutan cengkeh = × 100 % = 65,28 %

Jadi biaya penyusutan pedagang pengumpul sebesar 65,28 %

Sehingga :

Penyusutan total = 65,28 % × Rp. 34.112.856,40

= Rp. 22.268.872,70

. . . ,
Penyusutan per kg = = Rp. 84.033,48
M = Volume Penjualan Pedagang Pengumpul – Volume Pembelian Pedagang pengumpul
M = Rp. 36.835.000,00 – Rp. 12.130.000,00
M = Rp. 24.705.000,00
M = + Biaya Tataniaga
M = + Rp. 22.486.372,70
24.705.000,00 = π + 22.486.372,70
π Total = Rp. 24.705.000,00 – Rp. 22.486.372,70
π Total =.Rp. 2.218.627,30
. . . ,
π per kg =

= Rp. 8.372,18
Lampiran 8. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I
Luas Hasil Produksi Harga Satuan Nilai Produksi
No Nama Lahan (Kg) (Rp/kg) (Rp/panen)
(ha)

1. Suroto 1,1 20 130.000,00 2.600.000,00


2. Muklasudin 0,4 - - -
3. Guno Wasito 1,0 40 125.000,00 5.000.000,00
4. Medi 1,3 45 130.000,00 5.850.000,00
5. Med Hakim 0,7 30 129.000,00 3.870.000,00
6. Slamet Dargo 0,3 - - -
7. Sumitro 0,6 16 128.000,00 2.048.000,00
8. Haryanto 0,8 35 130.000,00 4.550.000,00
9. Saifur 0,3 10 128.000,00 1.280.000,00
10. Amat Muhtar 1,4 40 130.000,00 5.200.000,00
11. Kahono 0,4 - - -
12. Pardi 0,8 40 126.000,00 5.040.000,00
13. Suyatno 0,7 25 130.000,00 3.250.000,00
14. Jumadi 0,5 10 127.000,00 1.270.000,00
15. Daryanto 1,5 60 130.000,00 7.800.000,00
Jumlah 11,8 371 47.758.000,00
Rata – rata 0,79 30,92 128.727,76 3.979.833,33
Lampiran 9. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I
Jml Cengkeh
Pembelian dari Petani Hasil Total Pembelian dari Hasil Penjualan Kepada Pedagang Besar
No Nama Petani Nama pengeringan Pengeringan Cengkeh Basah
Jml (Kg) Harga (Rp/kg) Total Pembelian Jml (Kg) Harga (Rp/kg) Total Penjualan
Pedagang cengkeh (Rp)
(Rp/panen) (Rp)
basah (Kg)

1. Suroto Marni 20 130.000,00 2.600.000,00 20 20 × 128.727,76 = 2.574.555,20 40 139.000,00 5.560.000,00


2. Muklasudin Marni - - - 14 14 × 128.727,76 = 1.802.188,64 14 139.000,00 1.946.000,00
3. Guno Wasito Marni 40 125.000,00 5.000.000,00 - - 40 139.000,00 5.560.000,00
4. Medi Marni 45 130.000,00 5.850.000,00 4 4 × 128.727,76 = 514.911,04 49 139.000,00 6.811.000,00
5. Med Hakim Marni 30 129.000,00 3.870.000,00 - - 30 139.000,00 4.170.000,00
6. Slamet Dargo Marni - - - 14 14 × 128.727,76 = 1.802.188,64 14 139.000,00 1.946.000,00
7. Sumitro Marni 16 128.000,00 2.048.000,00 7 7 × 128.727,76 = 901.094,32 23 139.000,00 3.197.000,00
8. Haryanto Marni 35 130.000,00 4.550.000,00 - - 35 139.000,00 4.865.000,00
9. Saifur Marni 10 128.000,00 1.280.000,00 - - 10 139.000,00 1.390.000,00
10. Amat Muhtar Marni 40 130.000,00 5.200.000,00 7 7 × 128.727,76 = 901.094,32 47 139.000,00 6.533.000,00
11. Kahono Marni - - - 12 12 × 128.727,76 = 1.544.733,12 12 139.000,00 1.668.000,00
12. Pardi Marni 40 126.000,00 5.040.000,00 - - 40 139.000,00 5.560.000,00
13. Suyatno Marni 25 130.000,00 3.250.000,00 - - 25 139.000,00 3.475.000,00
14. Jumadi Marni 10 127.000,00 1.270.000,00 10 10 × 128.727,76 = 1.287.277,60 20 139.000,00 2.780.000,00
15. Daryanto Marni 60 130.000,00 7.800.000,00 4 4 × 128.727,76 = 514.911,04 64 139.000,00 8.896.000,00
Jumlah - 371 47.758.000,00 92 11.842.953,90 463 64.357.000,00
Rata – rata - 30,92 128.727.76 3.979.833,33 10,22 1.315.883,77 38,58 139.000,00 4.290.466,67
Lampiran 10. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola I
No Nama Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul
Tenaga Kerja Bongkar Muat Transportasi Karung Total Biaya Pemasaran
Org Upah Total (Rp) (Rp) Jml Harga (Rp) Total (Rp) (Rp) (Rp/kg)
(Rp/hr) (buah)
1. Marni 2 25.000,00 50.000,00 50.000,00 9 1.500,00 13.500,00 113.500,00 245,14
Jumlah
Rata – rata 107,99 107,99 29,16 245,14

Lampiran 11. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Pola Pemasaran I
Total Biaya Pemasaran Penjualan Kepada Pedagang Besar Keuntungan
Total
Nama (Rp) (Rp/Kg)
Pembelian Jml Harga Total Penjualan
No Pedagang (Rp) (Rp) (Rp/kg)
(kg) (Rp/kg) (Rp)
Pengumpul
1. Marni 59.600.953,90 113.500,00 245,14 463 139.000,00 64.357.000,00 4.642.546,10 10.027,10

Keterangan :

M = Volume Penjualan Pedagang Pengumpul – Volume Pembelian Pedagang Pengumpul

M = Rp. 64.357.000,00 – Rp. 59.600.953,90

M = Rp. 4.756.046,10

M= + Biaya Tataniaga

M= + Rp. 113.500,00
Rp. 4.756.046,10 = + 113.500

Total = Rp. 4.756.046,10 – Rp. 113.500,00

Total = Rp. 4.642.546,10

Total = Rp. 4.642.546,10


. . . ,
per kg =

= Rp. 10.027,10
Lampiran 12. Perhitungan Biaya dan Keuntungan yang Dikeluarkan Pedagang Besar pada Pola Pemasaran I
Pembelian dari Pdg.
Biaya Pemasaran
Pengumpul Total Biaya Penjualan ke Perwakilan Keuntungan
Pemasaran Pabrik
Tingkat Total
No. Nama Transportasi
Pendidikan Pembelian Tenaga Kerja Bongkar Muat
Jumlah Harga (Rp) (Rp) (Rp/kg) Harga (Rp) Total (Rp) (Rp/Kg)
(kg) (Rp/kg) Upah Total
Org Penjualan
(Rp/hr) (Rp)
(Rp)

1.
Rohman SLTA 463 139.000,00 64.357.000,00 2 30.000 60.000,00 600.000,00 660.000,0 1.425,49 170.000,00 78.710.000,00 13.693.000,00 29.574,51
Jaelani 0

Rata – rata 139.000,00 129,59 1.295,90 1.425,49 170.000 29.574,51

Keterangan :
M = Volume Penjualan Pedagang Besar – Volume Pembelian Pedagang Besar
M = Rp.78.710.000,00 – Rp. 64.357.000,00
M = Rp. 14.353.000,00
M = π + Biaya Tataniaga
M = π + Rp. 60.000,00 +Rp. 600.000,00
M = Rp. 660.000,00
Rp. 14.353.000,00 = π + Rp. 660.000,00
π Total = Rp. 14.353.000,00 – Rp. 660.000,00
π Total = Rp. 13.693.000,00
. . . ,
π per kg =
= Rp. 29.574,51
Lampiran 13. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Basah Saluran Pemasaran Pola II

No Nama Luas Lahan Hasil Produksi Harga Satuan Total Produksi


(ha) (Kg) (Rp/kg) (Rp/panen)

1. Poniman 1,8 - - -
2. Amat Khozai 3,0 - - -
3. Sarmanto 1,9 - - -
4. Tri Hasanudin 1,8 - - -
5. Sutikno 2,0 - - -
6. Pairin 1,8 - - -
7. Suharto 2,5 - - -
8. Samsudin 1,7 30 46.000 1.380.000
9. Wahid Supandi 2,4 100 48.000 4.800.000
10. A. Khoyi Mishar 1,6 - - -
11. Susanto 1,7 - - -
12. Mustofa Anwar 2,7 50 49.000 2.450.000
13. Rochim 2,1 - - -
14. Mustakim 3,1 - - -
15. Purwanto 2,3 50 48.000 2.400.000
16. H. Sabiis 1,8 100 50.000 5.000.000
17. Mujahidin 2,8 150 46.000 6.900.000
18. Dedi Siswanto 2,4 - - -
Jumlah 39,4 480 22.930.000
Rata – rata 2,19 80 47.770,83 3.821.666,67
Lampiran 14. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Saluran Pemasaran Pola II
Pembelian Cengkeh Basah dari Petani
No Nama Petani Total Besarnya Jadi Total Penjualan Cengkeh Kering
Jml (Kg) Harga Total Penjualan (Rp) Penyusutan Cengkeh dari Pembelian Cengkeh Basah
(Rp/Kg) Pembelian (Rp) (%) Kering (Kg) (Rp)

1. Poniman - - - - - - -
2. Amat Khozai - - - - - - -
3. Sarmanto - - - - - - -
4. Tri Hasanudin - - - - - - -
5. Sutikno - - - - - - -
6. Pairin - - - - - - -
7. Suharto - - - - - - -
8. Samsudin 30 46.000,00 1.380.000,00 30 × 165.000 = 4.950.000,00 33,33% 10 30 × 129.073,58 = 3.872.207,40
9. Wahid Supandi 100 48.000,00 4.800.000,00 100 × 165.000 = 16.500.000,00 35,00% 35 100 × 129.073,58 =12.907.358,00
10. A. Khoyi Mishar - - - - - - -
11. Susanto - - - - - - -
12. Mustofa Anwar 50 49.000,00 2.450.000,00 50 × 165.000 = 8.250.000,00 35,00% 17,5 50 × 129.073,58 = 6.453.679,00
13. Rochim - - - - - - -
14. Mustakim - - - - - - -
15. Purwanto 50 48.000,00 2.400.000,00 50 × 165.000 = 8.250.000,00 35,00% 17,5 50 × 129.073,58 = 6.453.679,00
16. H. Sabiis 100 50.000,00 5.000.000,00 100 × 165.000 = 16.500.000,00 35,00% 35 100 × 129.073,58 = 12.907.358,00
17. Mujahidin 150 46.000,00 6.900.000,00 150 × 165.000 = 24.750.000,00 33,33% 50 150 × 129.073,58 = 19.361.037,00
18. Dedi Siswanto - - - - - -
Jumlah 480 22.930.000,00 79.200.000,00 165,00 61.955.318,40
Rata – rata 80 47.770,83 3.821.666,67 13.200.000,00 27,50 10.325.886,40
Lampiran 15. Perhitungan Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Basah pada Pola Pemasaran II
No Nama Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul
Tenaga Kerja Pengeringan Karung Penyusutan Total Biaya Pemasaran
Org HKO Upah Total (Rp) Jml Harga Total (Rp/kg) Jumlah Total Penyusutan (Rp) (Rp/kg)
(Rp/hr) (buah) (Rp) (Rp) (kg) (Rp)
1. Maryana 4 7 35.000,00 980.000,00 10 1.500,00 15.000,00 84.710,99 480 40.661.275,50 41.656.275,50 86.783,91
Jumlah
Rata – rata 2.041,67 31,25 84.710,99 86.783,91

Keterangan :
Jumlah cengkeh basah = 480 kg
Jadi cengkeh kering = 165 kg
Jumlah penyusutan = 315 kg
Biaya penyusutan diperoleh dari :

Penyusutan cengkeh = × 100 % = 65,23 %

Jadi biaya penyusutan pedagang pengumpul sebesar 65,23 %


Sehingga :
Penyusutan total = 65,23 % × Rp. 61.955.318,40
= Rp. 40.661.275,50
. . . ,
Penyusutan per kg = = Rp. 84.710,99
M = Volume Penjualan Pedagang Pengumpul – Volume Pembelian Pedagang pengumpul
M = Rp. 79.200.000,00 – Rp. 22.930.000,00
M = Rp. 56.270.000,00
M = + Biaya Tataniaga
M = + Rp. 56.270.000,00
Rp. 53.700.118,40 = π + 41.656.275,50
π Total = Rp. 56.270.000,00 – Rp. 41.656.275,50
π Total = Rp. 14.613.724,50
. . . ,
π per kg =

= Rp. 30.445,26
Lampiran 16. Perhitungan Hasil Produksi Petani Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II
Luas
No Nama Lahan Hasil Produksi Harga Satuan Total Produksi
(ha) (Kg) (Rp/kg) (Rp/panen)

1. Poniman 1,8 70 130.000,00 9.100.000,00


2. Amat Khozai 3,0 205 127.000,00 26.035.000,00
3. Sarmanto 1,9 90 13.0000,00 11.700.000,00
4. Tri Hasanudin 1,8 75 130.000,00 9.750.000,00
5. Sutikno 2,0 110 130.000,00 14.300.000,00
6. Pairin 1,8 65 128.000,00 8.320.000,00
7. Suharto 2,5 130 130.000,00 16.900.000,00
8. Samsudin 1,7 40 130.000,00 5.200.000,00
9. Wahid Supandi 2,4 30 130.000,00 3.900.000,00
10. A. Khoyi Mishar 1,6 70 126.000,00 8.820.000,00
11. Susanto 1,7 75 130.000,00 9.750.000,00
12. Mustofa Anwar 2,7 150 130.000,00 19.500.000,00
13. Rochim 2,1 80 130.000,00 10.400.000,00
14. Mustakim 3,1 120 127.000,00 15.240.000,00
15. Purwanto 2,3 40 130.000,00 5.200.000,00
16. H. Sabiis 1,8 30 130.000,00 3.900.000,00
17. Mujahidin 2,8 25 130.000,00 3.250.000,00
18. Dedi Siswanto 2,4 90 130.000,00 11.700.000,00
Jumlah 39,4 1.495 192.965.000,00
Rata – rata 2,19 83,06 129.073,58 10.720.277,78
Lampiran 17. Perhitungan Total Pembelian Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Saluran Pemasaran Pola II
Pembelian dari Petani Hasil
No Nama Petani Nama Total Pembelian Pengeringan Total Pembelian Cengkeh yang Total Jumlah
Pedagang Jml Harga (Rp/panen) Cengkeh basah Dikeringkan(Rp) Cengkeh yang Dijual
(Kg) (Rp/Kg) (Kg) Ke Perwakilan Pabrik
(Kg)

1. Poniman Maryana 70 130.000,00 9.100.000,00 - - 70


2. Amat Khozai Maryana 205 127.000,00 26.035.000,00 - - 205
3. Sarmanto Maryana 90 130.000,00 11.700.000,00 - - 90
4. Tri Hasanudin Maryana 75 130.000,00 9.750.000,00 - - 75
5. Sutikno Maryana 110 130.000,00 14.300.000,00 - - 110
6. Pairin Maryana 65 128.000,00 8.320.000,00 - - 65
7. Suharto Maryana 130 130.000,00 16.900.000,00 - - 130
8. Samsudin Maryana 40 130.000,00 5.200.000,00 10 10 × 129.073,58 = 1.290.073,80 50
9. Wahid Supandi Maryana 30 130.000,00 3.900.000,00 35 35 × 129.073,58 = 4.517.575,30 65
10. A. Khoyi Mishar Maryana 70 126.000,00 8.820.000,00 - - 70
11. Susanto Maryana 75 130.000,00 9.750.000,00 - - 75
12. Mustofa Anwar Maryana 150 130.000,00 19.500.000,00 17,5 17,5 × 129.073,58 =2.258.787,65 167,5
13. Rochim Maryana 80 130.000,00 10.400.000,00 - - 80
14. Mustakim Maryana 120 127.000,00 15.240.000,00 - - 120
15. Purwanto Maryana 40 130.000,00 5.200.000,00 17,5 17,5 × 129.073,58 = 2.258.787,65 57,5
16. H. Sabiis Maryana 30 130.000,00 3.900.000,00 35 35 × 129.073,58 = 4.517.575,30 65
17. Mujahidin Maryana 25 130.000,00 3.250.000,00 50 50 × 129.073,58 = 6.453.679,00 75
18. Dedi Siswanto Maryana 90 130.000,00 11.700.000,00 - - 90
Jumlah - 1.495 192.965.000,00 165 21.297.140,70 1.660
Rata – rata - 83,06 129.073,58 10.720.277,78 27,5 3.549.523,45 92,22

Keterangan :
Harga jual Rp/kg cengkeh kering ke Perwakilan Pabrik = Rp. 165.000,00
Lampiran 18. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Pola Pemaaran II

No Nama Biaya yang Dikeluarkan Oleh Pedagang Pengumpul


Tenaga Kerja Bongkar Muat Transportasi Karung Total Biaya Pemasaran
Org Upah Total (Rp) (Rp) Jml (buah) Harga (Rp) Total (Rp) (Rp) (Rp/kg)
(Rp/hr)
1. Maryana 6 40.000,00 240.000,00 800.000,00 30 1.500,00 45.000,00 1.085.000,00 653,61
Jumlah
Rata – rata 144,58 481,93 27,10 653,61

Lampiran 19. Perhitungan Keuntungan Pedagang Pengumpul Untuk Cengkeh Kering pada Pola Pemasaran II
Total Biaya Pemasaran Penjualan Kepada Perwakilan Pabrik Keuntungan

Nama Total Pembelian (Rp) (Rp/Kg)


(Rp) Jml Total Penjualan
No Pedagang (Rp) (Rp/kg) Harga (Rp/kg)
(kg) (Rp)
Pengumpul
1. Maryana 214.262.140,70 1.085.000,00 653,61 1.660 165.000,00 273.900.000,00 58.552.859,30 35.272.81

Keterangan :
M = Volume Penjualan Pedagang Pengumpul – Volume Pembelian Pedagang pengumpul
M = Rp. 273.900.000,00 – Rp. 214.262.140,70
M = Rp. 59.637.859,30
M = π + Biaya Tataniaga
M = π + Rp. 1.085.000,00
Rp. 59.637.859,30 = π + Rp. 1.085.000,00
π Total = Rp. 59.637.859,30 – Rp. 1.085.000,00
πTotal = Rp. 58.552.859,30
. . . ,
π per kg =
.
= Rp. 35.272,81
Lampiran 20. Perhitungan Total Pembelian Perwakilan Pabrik Pola Saluran Pemasaran I dan II

Nama Pembelian Dari Pedagang


No. Perwakilan Ket Total Pembelian (Rp)
Pabrik Jumlah (Kg) Harga (Rp/kg)

1 PT Sukun 463 170.000,00 Dari Pedagang Besar 78.710.000,00


2  Djarum   1.660  165.000,00 Dari Pedagang Pengumpul 273.900.000,00
TOTAL 352.610.000,00

Anda mungkin juga menyukai