Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN GINGIVITIS DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi linger (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari apparatus
pendukung gigi, periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang
merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya
makanan dalam sistem pencernaan. Jaringan rongga mulut terpapar terhadap
sejumlah besar stimulus, temperatur, dan konsistensi makanan dan minuman,
komposisi kimiawi, asam dan basa sangat bervariasi. Gingiva yang sehat
berwarna merah muda, tepinya seperti pisau sesuai dengan kontur gigi geligi
(Manson dan Eley 1993).

B. Gingivitis
Gingivitis ialah inflamasi pada gingiva di mana tidak terjadinya
kehilangan perlekatan. Pemeriksaan klinis gingivitis mendapati gambaran
kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi,
perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva
(pseudopockets / poket semu). Sebagian besar tipe gingivitis disebabkan oleh
plak meskipun faktor sekunder dapat berpengaruh terhadap manifestasi klinis
(Fedi, Vernino, dan Gray 2005).
Gingivitis atau peradangan pada gingiva, menyebabkan perdarahan
disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal. Gingivitis
sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah timbulnya gigi dengan salah satu
gejalanya ialah gingiva tampak merah. Peradangan pada gusi dapat terjadi pada
satu atau dua gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena rangsangan kecil
seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan, perdarahan pada
gingiva dapat terjadi kapan saja (Ubertalli 2008).
Gingivitis merupakansuatu inflamasi pada gingiva yang biasanya
disebabkan oleh akumulasi plak. Secara klinis gingivitis seringkali ditandai
dengan adanya perubahan warna, perubahan bentuk, dan perubahan konsistensi
(kekenyalan), perubahan tekstur, dan perdarahan pada gusi. Gingivitis sering
dijumpai pada masyarakat, karena dapat menyerang semua umur dan jenis
kelamin (Retnoningrum 2006).

C. Pregnancy Gingivitis
Kehamilan merupakan proses alamiah yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada wanita yang mencakup perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan-perubahan saat kehamilan dapat memengaruhi kesehatan sistem
didalam tubuh dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada beberapa bagian
tubuh termasuk rongga mulut. Salah satu perubahan yang terjadi pada masa
kehamilan yaitu terjadinya perubahan hormonal yang menyebabkan terjadinya
respon plak berlebih dan mengakibatkan terjadinya pregnancy gingivitis (Yoto,
H. dkk. 2013).
Wanita yang menderita gingivitis menjadi lebih parah apabila wanita
tersebut dalam keadaan hamil atau disebut pregnancy gingivitis atau radang gusi
selama kehamilan (Retnoningrum 2006). Istilah pregnancy gingivitis dibuat
untuk menggambarkan keadaan klinis peradangan gingiva yang terjadi pada
kebanyakan ibu hamil (Hartati, Rusmini, dan Waluyo 2011).
Pregnancy gingivitis ditemukan pada 80 - 100% ibu hamil, terjadi pada
trimester dua dan tiga masa kehamilan, meningkat pada bulan kedelapan dan
menurun setelah bulan kesembilan (Yoto, H. dkk. 2013). Barber dan Graber
(1974); Pin borg(1994); Scully dan Cawson (1995) memaparkan bahwa
perubahan gingiva mulai terlihat sejak bulan kedua dari kehamilan. Keadaan ini
ditandai dengan gingiva yang membengkak, merah dan mudah berdarah, sering
terjadi pada regio molar, terbanyak pada regio anterior dan interproximal (Susanti
2003).
Fedi, Vernino, dan Gray (2005) menyebutkan pregnancy gingivitis
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon seks wanita yang meningkat dan
vaskularisasi gingiva sehingga terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan
meningkatkan retensi cairan di jaringan sehingga memberikan respon yang
berlebihan terhadap faktor iritasi lokal. Faktor iritasi lokal dapat berupa
rangsangan lunak, yaitu plak, bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa
rangsang keras seperti kalkulus, tepi restorasi yang tidak baik, gigi palsu dan
permukaan akar yang kasar. Kehamilan bukanlah menjadi penyebab langsung
dari pregnancy gingivitis, tetapi juga tergantung pada tingkat kebiasaan
kebersihan mulut pasien.
Secara klinis, pregnancy gingivitis ditandai dengan warna merah pada tepi
gingiva dan papilla interdental. Pada waktu yang sama, gingiva membesar,
disertai pembengkakan yang terutama menyerang papilla interdental. Gingiva
memperlihatkan kecenderungan yang meningkat terhadap pendarahan terutama
pada saat menyikat gigi. Kadang-kadang penderita mengalami sedikit rasa sakit
(Hasibuan 2004).

D. Hubungan Pregnancy Gingivitis pada Ibu Hamil terhadap Berat Badan Bayi
Baru Lahir
Peningkataan aliran darah pada jaringan gingiva, dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan respon inflamasi yang berlabihan terhadap terjadinya
penumpukan plak. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya pregnancy
gingivitis dan biasa terjadi pada trimester 2 dan 3 pada masa kehamilan,
meningkat pada bulan ke 8 dan menurun setelah melalui bulan ke 9. Keadaan ini
ditandai dengan keadaan gingivayang membengkak, merah dan mudah berdarah.
Keadaan ini sering terjadi pada region molar, terbanyak pada region anterior dan
interproximal (Susanti 2003).
Menurut Santosodkk. (2009) di dalam rongga mulut terdapat beberapa
barier untuk mencegah penetrasi bakteri dari plak gigi ke jaringan: 1) barier fisis
pada permukaan epitel mukosa; 2) peptida pada epitel mukosa mulut; 3) barier
elektrik dimana terdapat beda muatan pada dinding sel antara pejamu dan
mikroba; 4) barier imunologik dari sel-sel pembentuk antibodi; 5) sistem
retikuloendotelial (barier fagosit). Saat keadaan normal, sistem barier ini akan
bekerja bersama-sama untuk mencegah dan mengurangi penetrasi bakteri.
Penurunan daya tahan tubuh secara sistemik atau gangguan mikrobial
lokal, misalnya kebersihan mulut buruk, maka bakteri dan produknya yang
merupakan antigen dan faktor virulen (lipopoli-sakarida=LPS) mengadakan
interaksi dengan epitel saku gusi, dengan mekanisme invasi, eksotoksin,
endotoksin dan enzim. Tubuh mengadakan respons imunologis dengan aktivasi
sel B, sel T dan polimorfonuklear-leukosit (PMN). Sel epitel yang teraktivasi
akan melepaskan mediator inflamasi IL-1, IL-8, prostaglandin E2 (PGE2),
matriksmetaloproteinase (MMP) dan tumornecrotic factor (TNF), yang
merupakan respons paling awal terhadap stimuli bakteri dan menyebabkan
gangguan metabolisme jaringan ikat dan tulang yang tampak sebagai tanda klinis
awal radang jaringan gingiva atau gingivitis (Santosodkk. 2009).
Proses inflamasi dapat menjalar ke jaringan di bawahnya, terjadi
peningkatan permeabilitas vaskular dan pembebasan agen aktivasi leukosit
spesifik sehingga menyebabkan peningkatan kerusakan komponen plasma dalam
cairan saku gusi dan terjadi ekstravasasi leukosit. Sel endotel mikro-sirkulasi
teraktivasi, pembuluh mengalami inflamasi, vasodilatasi dan aliran darah menjadi
lambat dengan adanya LPS atau IL-1 dan TNF. Hubungan sel endotel terbuka
dan cairan kaya protein keluar, tertimbun pada matriks ekstraselular. Peningkatan
leukosit, monosit dan aktivasi makrofag menghasilkan mediator respons imun
dan respons radang jaringan penyangga gigi, serta substansi kemotaktik, dan
selanjutnya proses radang ini akan menyebar secara sistemik ke seluruh tubuh
(Santosodkk. 2009).
Proses penyebaran infeksi pada ibu hamil dengan peningkatan mediator
proinflamasi pada sirkulasi secara imunologik dapat melewati barier plasenta,
menyebabkan meningkatnya kadar IL-1β, TNF-α, IL-6, PGE2 dalam cairan
amnion pada darah tali pusat dan cairan krevikular gingiva sebagai mediator
inflamasi, yang dapat menyebabkan perubahan besar pada bentuk plasenta,
terutama pada daerah yang berfungsi krisis dalam pertukaran zat gizi antara ibu
dan janin, yang pada akhirnya merusak pertumbuhan janin dan kelangsungan
hidup janin sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) (Sumidarti, A. 2007).
Susanti (2003) menyebutkan adanya hubungan antara kelahiran prematur,
bayi dengan berat badan yang rendah pregnancy gingivitis. Adanya bakteri dalam
jumlah banyak dapat masuk ke dalam aliran darah melalui rongga mulut,
khususnya gingiva. Jika hal ini terjadi, bakteri dapat masuk ke dalam uterus dan
meningkatkan kadar prostaglandin (PGE2) sebelum bulan kesembilan masa
kehamilan. PGE2 adalah suatu protein yang bertanggung jawab pada proses
kelahiran bayi. Jika hal ini terjadi, dapat merangsang terjadinya kelahiran
premature dan keadaan ini tentu saja dapat menyebabkan rendahnya berat badan
bayi yang dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA

Manson JD, Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodonti. Hipokrates: Jakarta.
Fedi, P.F. dkk. 2008. The PeriodonticnSyllabus. 5th ed. Lippincott Williams & Wilkins:
Philadelphia.
Ubertalli, J.T. 2008. Gingivitis, Available at (online):
http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch095c.htm (21 Agust 2010).
Retnoningrum, Dwi. 2006. Gingivitis pada Ibu Hamil sebagai Faktor Resiko Terjadinya
Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RS. Dr. Kariadi Semarang. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Yoto, H. dkk. 2013. Gambaran Gingivitis pada Ibu Hamil di Puskesmas Tuminting
Kecamatan Tuminting Kota Menado. Studi Kedokteran Gigi Fakultas
KedokteranUniversitas Sam Ratulangi : Sulawesi Utara.

Anda mungkin juga menyukai