Anda di halaman 1dari 17

CLINCAL SCIENCE SESSION

PERSENTASI BOKONG DAN PELAHIRAN

DISUSUN OLEH
PUSPITA 12100111038

PRESEPTOR
DR. H. DADAN SUSANDI, SpOG

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG
RSUD DR SLAMET GARUT
2012-2013
REFERAT LETAK SUNGSANG
BAB I
PENDAHULUAN

Presentasi bokong atau yang lebih dikenal dengan letak sungsang merupakan
kelainan presentasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya sekitar 3-4 %
dari kehamilan(2). Letak sungsang banyak terdapat pada kehamilan muda dan lebih
banyak pada primigravida. Letak sungsang merupakan salah satu penyebab terjadinya
persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan (1).
Scheer&Nubar melaporkan 16% kejadian letak sungsang pada usia kehamilan 32
minggu, menurun hingga 7% pada usia kehamilan 38 minggu dan 5% pada usia
kehamilan 40 minggu(3).Sembilan puluh tujuh persen dari bayi aterm dilahirkan
dengan kepala dahulu. Umumnya, saat parturien, fetus yang telah mempunyai
presentasi kepala akan menetap hingga lahir, bila terjadi letak sungsang, kemungkinan
untuk berputar masih mungkin namun pada beberapa penelitian, sekitar 80% akan
menetap letak sungsang.

Kematian anak pada letak sungsang kurang lebih 14% (1). Kematian perintal
meningkat 2-4 kali lipat pada letak sungsang tanpa dipengaruhi oleh cara persalinan. .
Letak sungsang mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi, karena resiko
untuk prematuritas, malformasi congenital dan asfiksia neonatal dan trauma sangat
tinggi. Letak sungsang mempunyai kesulitan dalam penanganan dan harus
diinformasikan pada tindakan prenatal, intrapartum dan neonatal.
BAB II
PERSENTASI BOKONG

2.1 Definisi
Persentasi bokong didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong
(1)
sebagai bagian yang terendah . Saat kehamilan janin dikatakan letak sungsang bila
janin tersebut mempunyai presentasi bokong atau kaki pada bagian terbawah dari
uterus dan kepala berada di fundus dari uterus.

2.2 Klasifikasi
persentasi dibagi menjadi(3) :
1. Persentasi bokong murni (frank breech), yaitu paha dalam posisi fleksi dan
tungkai bawah dalam keaadaan ekstensi di depan badan.
2. Persentasi bokong kaki (complete breech), yaitu paha fleksi di abdomen dan
tungkai bawah terletak di atas paha.
3. Letak kaki (footling breech/incomplete breech), yaitu salah satu atau kedua
kaki terletak sebagai bagian yang terendah. Variasi persentasi bokong dapat
dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Variasi persentasi bokong.3


2.3 Etiologi
Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi
presentasi kepala pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi
kepala terjadi(2).
Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang(1,2,4) :
 Oligohidramnion
 Hidramnion, karena anak mudah bergerak.
 Anomali uterus, seperti uterus bikornis
 Tumor-tumor dalam panggul
 Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa karena menghalangi turunnya
kepala ke dalam pintu atas panggul.
 Multiparitas
 Gemelli
 Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang
sesuai dengan pintu atas panggul.
 Letak sungsang pada kehamilan sebelumnya.

2.4 Diagnosis
2.4.1 Pemeriksaan Luar
Letak sungsang dapat ditemukan pada pemeriksaan prenatal oleh dokter atau
bidan saat memeriksa abdomen ibu. Kepala bayi terasa didaerah fundus uterus
dirasakan keras, bulat, dan melenting kesana kemari diantara tangan pemeriksa. Dari
anamnesis juga dapat ditemukan ibu merasakan gerakan bayi lebih sering dibawah
pelvis atau bahkan dekat rektum atau kandung kemih.
Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan
melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut
dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba
bagian yang kurang bundar dan lunak. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak
setinggi pusat(1). Gambar pemeriksaan leopold dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. pemeriksaan leopold. 3

2.4.2 Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga
tonjolan tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os
scrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus
ditengah-tengah tulang tersebut(1).
Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak.
Persentasi bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput
succedaneum besar, muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat
menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut
di sangka anus. Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan
prosesus spinosus yang disebut krista sakralis medialis (1). Akan tetapi petunjuk yang
lebih tepat bisa diperoleh berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus spinosus.3
Pada letak bokong kaki, teraba kaki di samping bokong. Perbedaan kaki dan
tangan(1) :
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan
calcaneus, sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Röntgen dan
USG. Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering
digunakan pada saat ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak
dan habitus dari bayi, adanya kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume
cairan amnion. (3) USG dilakukan pada usia 32 – 34 mg untuk mengetahui:
1. kelainan janin yang menyebabkan letak sungsang.
2. kelainan di luar janin yang menyebabkan letak sungsang.

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan antepartum
Apabila telah ditegakkan diagnosis sungsang, seorang ibu harus diobservasi
apakah terjadi versi spontan menjadi presentasi kepala. Apabila posisi sungsang tetap
bertahan diatas usia kehamilan 36 minggu maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan versi luar.

2.5.2 Penatalaksanaan selama persalinan


Keputusan untuk menentukan cara kelahiran bayi, harus dibuat secara hati-hati
sesuai dengan kondisi individu. (tabel halaman berikutnya)

2.5.3. Seksio sesaria


Indikasi untuk seksio sesaria antara lain panggul sempit, janin besar (lebih dari
3500 gr atau tali pusat menumbung.

Tabel. Kriteria persalinan pervaginam atau seksio sesaria pada letak sungsang
Persalinan Pervaginam Seksio Sesaria
- Letak sungsang bokong murni - Berat janin >3500 gr
- Umur kehamilan >=34 minggu - Ukuran pelvis yang sempit atau
Perbatasan
- Taksiran berat badan janin 2000 – - Kepala janin yang defleksi atau
3500 gr Hiperekstensi
- Kepala janin fleksi - Pecah ketuban yang lama
- Ukuran pelvis yang memadai - Bagian bawah janin yang tidak
Engaged
- Tidak ada indikasi ibu maupun anak - Primi tua
untuk seksio sesaria
- Janin yang preamatur (umur
kehamilan 25-34 minggu)
- Presentasi kaki

Selain kriteria diatas, kita juga perlu menilai skor Zatuchni-Andros yang berisi
penilaian dari 6 variabel klinis yang dibuat pada saat pasien masuk rumah sakit untuk
prediksi keberhasilan letak sungsang pervaginam
Tabel Zatuchni Score

Faktor Skor
0 1 2
Paritas 0 1 -
Umur kehamilan (minggu) 39 38 37
Taksiran berat janin >3600 3000-3600 <3000
Persalinan sungsang terdahulu Tidak pernah 1 2 atau lebih
Dilatasi (cm) 2 3 4
Station -3 -2 -1

Penggunaan skor Zatuchni-Andros


 Bila skornya 4, lakukan seksio sesarea
 Bila skor 5, persalinan pervaginam
 Bila TBBA 3500 gr, lakukan seksio sesarea

2.5.4 Persalinan pervaginam


 Persalinan pervaginam spontan
Persalinan spontan pervaginam hanya dilakukan apabila taksiran berat
badan anak pada primipara kurang dari 3500 gr dan pada multipara kurang
dari 4000 gram serta tidak ada penyulit lain. Bila syarat-syarat ini tidak
terpenuhi, maka langsung dilakukan seksio sesaria. Persalinan pervaginam
pada letak sungsang biasanya ditolong secara Bracht dan pada primigravida
selalu didahului dengan episiotomi.
Pada persalinan secara Bracht, setelah bokong anak lahir, bokong
diangkat keatas searah dengan punggung anak supaya badan anak searah
dengan paksi jalan lahir dan tidak dilakukan tarikan. Keuntungan pertolongan
secara Bracht adalah bahwa tangan sama sekali tidak masuk ke dalam jalan
lahir sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi .

Hold the baby at the hips, but do not pull

 Mekanisme Persalinan
Sebagaimana persalinan normal pada posisi kepala, kontraksi uterus
terjadi secara teratur dan bertambah kuat akan menyebabkan serviks menjadi
tipis dan membuka. Pada letak sungsang bokong bayi adalah bagian terendah
yang akan turun ke rongga pelvis dan memasuki vagina. Pada awal persalinan,
bayi secara umum berada pada posisi oblique, menghadap ke arah kanan
maupun kiri dari punggung ibu. Sebagaima ukurang bokong bayi sama dengan
kepalanya. Penurunannya pun sama sehingga keterlambatan penurunan
merupakan tanda cardinal adanya kemungkinan keadaan bahaya. Untuk
memulai proses persalinan, dibutuhkan terjadinya rotasi internal.

Selama persalinan pervaginam spontan pada posisi frank breech


persalinan dapat terjadi tanpa bantuan maupun manuver obstetri. Fetus akan
menyesuaikan dengan pelvis ibu, untuk turun sedangkan operator hanya cukup
menopang tubuh saat kelahiran.

Engagement terjadi ketika diameter bitrochanter dari fetus masuk ke


pintu dasar panggul. Ketika fetus turun ke pelvis bokong mencapai musculus
levator ani dari ibu. Pada saat ini, rotasi internal terjadi ketika panggul anterior
berotasi hingga menempel ke symphysis pubis, hingga mencapai sacrum
transversum. Diameter bitrochanter dari pelvis fetus sekarang berada pada
posisi anteroposterior dalam pelvis ibu. Bokong kemudian berada pada bagian
pintu bawah panggul, lalu berotasi dari sacrum tranversum ke sacrum anterior.
Crowning terjadi ketika diameter bitrochanter melewati simfisis pubis.
Dilanjutkan dengan bahu yang masuk ke pintu atas panggul dengan diameter
bisacromial pada posisi melintang. Pada saat penurunan terjadi, diameter
bisacromial berotasi menjadi diameter anteroposterior atau oblique, hingga
bahu anterior berada di bawah simfisis pubis. Kelahiran dari bahu anterior
dengan cara meluncur melewati simfisis pubis. Flexi tubuh keatas membuat
kelahiran bahu posterior menjadi mudah melewati perineum.
Sesudah bahu turun terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran
bisacromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul. Karena
itu punggung berputar lagi ke samping. Pada saat bahu akan lahir maka kepala
dalam keadaan fleksi masuk dalam ukuran melingkar pintu atas panggul.
Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk terdapat
di bawah symphysis dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut lahir pada
perineum : dagu, mulut, hidung, dahi dan belakang kepala.

 Ekstraksi sungsang parsial


Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir karena
rintangan baru timbul pada kelahiran bahu. Jika pusat sudah lahir dan tidak
ada kemajuan, misalnya karena his lemah atau karena rintangan bahu, kita
tidak boleh menunggu terlalu lama, karena pada saat ini, kepala mulai masuk
ke dalam rongga panggul dan tali pusat akan tertekan diantara dinding panggul
dan kepala hingga anak harus dilahirkan dalam kurun waktu  8 menit setelah
tali pusat lahir. Dalam hal ini, untuk melahirkan anak kita pergunakan
ekstraksi parsial atau manual aid . Ekstraksi disebut parsial karena sebagian
tubuh anak sudah lahir. Oleh karena itu, untuk melahirkan lengan depan
sedangkan bahu terhenti di pintu bawah panggul, dilakukan cara Muller yaitu
melahirkan lengan depan terlebih dahulu, kemudian lengan belakang.
Sedangkan apabila bahu masih tinggi, lengan dilahirkan dengan cara klasik
dengan melahirkan tangan belakang terlebih dahulu. Sedangkan untuk
melahirkan kepala anak, tangan luar melakukan tarikan ke arah bawah dan
tangan dalam memutar dagu ke belakang sampai suboksiput terdapat di bawah
simfisis. Kemudian badan anak dibawa keatas kearah perut ibu, sehingga
berturut-turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi dan akhirnya belakang kepala
pada komisura posterior.
Jika kepala anak sulit dilahirkan, dianjurkan perasat de Lee yaitu
dipasang spekulum pada dinding vagina belakang yang ditekan ke bawah
supaya hidung dan mulut anak bebas dan dapat bernafas walaupun kepala
belum lahir.
 Ekstraksi sungsang totalis
Ekstraksi sungsang totalis dilakukan apabila didapatkan keadaan gawat
janin. Pada ekstraksi jenis ini, seluruh badan bayi dilahirkan secara manual.
Ekstraksi ini dilakukan dengan cara tangan penolong dimasukkan lewat vagina
untuk memegang kedua kaki bayi lalu ditarik dengan hati-hati melalui vulva.
Episiotomi harus dilakukan kecuali bila perineum cukup elastis. Setelah kedua
tungkai bayi terlihat, kemudian dilakukan traksi untuk melahirkan badan anak.
Lalu badan anak dibawa keatas kearah perut ibu, sehingga berturut-turut
lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi dan akhirnya belakang kepala pada
komisura posterior.

2.6 Komplikasi
 Anoksia
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan
persalinan letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-
kaki dan letak kaki. Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama
kontraksi uterus yang menyebabkan deselerasi yang sedang sampai berat dari
denyut jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan anoksia atau kematian
janin.

 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalinan letak sungsang
pervaginam 13 kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka
perinatal yang pernah dilaporkan selama persalinan sungsang diantaranya
robeknya tentorium cerebelum, sefal hematom, brachial palsy, fraktur tulang
panjang dan rupturnya otot sternocleidomastoideus. Persalinan sungsang
pervaginam juga penyebab utama perlukaan terhadap kelenjar adrenal, hepar,
anus, genital, tulang belakang dan sendi panggul bayi.
 Prolaps tali pusat
Hal ini mungkin terjadi pada complete, footling maupun kneeling
breech. Hal ini disebabkan bagian terendah dari bayi tidak semua mengisi
ruangan saat pembukaan serviks. Saat cairan ketuban pecah, tali pusat akan
mudah turun dan terkompresi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
oksigen yang masuk ke janin. Kejadian prolaps ini hanya 0,5% pada posisi
frank breech, 4-6% pada complete breech dan 15-18% pada incomplete
breech.

2.7 Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada
letak kepala, mungkin ruptur perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis
bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya
seorang primigravida. Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika
kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3
kali lebih besar daripada kematian anak letak kepala.

Penyebab kematian anak pada letak sungsang :


1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul,
sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga,
bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit setelah tali pusat lahir, supaya
anak dapat lahir selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan
dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena
bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin
terjadi fraktur dari humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan,
paralisis lengan karena tekanan atau tarikan pada pleksus brachialis pada
waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau. .

2.6 Komplikasi
 Anoksia
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan
persalinan letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-
kaki dan letak kaki. Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama
kontraksi uterus yang menyebabkan deselerasi yang sedang sampai berat dari
denyut jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan anoksia atau kematian
janin. .(3)

 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalina letak sungsang
pervaginam 13 kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka
perinatal yang pernah dilaporkan selama persalinan sungsang diantaranya
robeknya tentorium cerebelum, sefal hematom, brachial palsy, fraktur tulang
panjang dan rupturnya otot sternocleidomastoideus. Persalinan sungsang
pervaginam juga penyebab utama perlukaan terhadap kelenjar adrenal, hepar,
anus, genital, tulang belakang dan sendi panggul bayi. .(3)

2.7 Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada
letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis
bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya
seorang primigravida. Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi
daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali
lebih tinggi daripada presentasi kepala.
Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian karena
prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar
daripada kematian anak letak kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan
kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada
presentasi kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul,
sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga,
bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit setelah tali pusat lahir, supaya
anak dapat lahir selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan
dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena
bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin
terjadi fraktur dari humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan,
paralisis lengan karena tekanan atau tarikan pada pleksus brachialis pada
waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau. .(1)

2.8 Versi
Versi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengubah letak bokong
menjadi letak kepala atau sebaliknya.

2.8.1 Versi Luar


Merupakan suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang
dikerjakan dari luar melalui dinding abdomen.
Indikasi dilakukannya versi luar : (4)
1. Letak lintang pada kehamilan ≥ 34 minggu
2. Letak sungsang pada kehamilan ≥ 36 minggu.
Kontraindikasi dilakukannya versi luar : (3)
1. Bokong sudah masuk pintu atas panggul
2. Oligohidroamnion
3. Plasenta previa,
4. Anomali uterus
5. Gestasi multipel
6. Ketuban pecah sebelum waktunya.
7. Riwayat operasi pada uterus sebelumnya (miomektomi atau metroplasti).
8. Suspek malformasi kongenital atau abnormalitas (IUGR)
Syarat dilakukannya versi luar :
1. Umur kehamilan memenuhi indikasi
2. Pada letak sungsang, bagian terendah bayi masih dapat dimobilisasi
3. Bunyi jantung janin baik
4. Ketuban belum pecah
5. Pada persalinan, pembukaan serviks kurang dari 3 cm
6. Pemeriksaan USG
Persiapan teknik versi luar:
- kandung kencing harus kosong dulu.
- Pasien ditidurkan terlentang.
- Bunyi jantung anak diperiksa dahulu (jika BJA buruk, versi dibatalkan)
- Kaki dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut
kendor.
Prosedur:
- Mobilisasi : bokong dibebaskan dulu.
- Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satu sama
lain, sehingga badan anak membulat dan lebih mudah diputar.
- Versi : anak diputar sehingga kepala anak berada dibawah, arah pemutaran
hendaknya kearah yang mudah, yang paling sedikit tahanannya.
- Jika ada pilihan, diputar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi dan
anak tidak menunggangi tali pusat.
- Pantau BJA selama 5 – 10 menit pasca versi, bila terjadi gawat janin, diputar
kembali ke posisi semula.
- Fiksasi : bila BJA baik, ibu berbaring sekitar 15 menit untuk kenyamanan
dan ketenangan, kemudian fiksasi dinding perut dengan gurita atau stagen.

Komplikasi dilakukannya versi luar : (3)


1. Solusio plasenta
2. Ruptura uteri
3. Emboli cairan amnion
4. Kelahiran preterm
5. Gawat janin
6. Lilitan tali pusat
7. Ketuban pecah
Versi Luar dianggap gagal bila:
- Timbul gawat janin
- Letak anak yang diharapkan tidak tercapai.
Versi Luar ulangan
- Dilakukan setiap kunjungan antenatal, maksimal 3x selama tidak ada kontra
indikasi.
- Dilakukan oleh residen kepala atau konsulen.
- Jika masih gagal, dicoba lagi saat pasien masuk dalam persalinan apabila
syarat terpenuhi.

2.8.2 Versi Dalam


Versi dalam saat ini sudah jarang dilakukan mengingat tingginya morbiditas
dan mortalitas janin dan ibu sehubungan dengan prosedur yang digunakan.
Prosedur dilakukannya versi dalam : (3)
1. Perbaiki kedaan umum ibu dengan pemasangan infus dan pengadaan
persediaan darah untuk kemungkinan dilakukannya tranfusi.
2. Dilakukan anestesi untuk relaksasi uterus.
3. Pasien diletakkan dalam posisi dorsolitotomi. Kemudian salah satu
tangan dimasukkan ke dalam lubang serviks menyusuri badan janin
sampai menemukan kedua kaki yang kemudian menariknya keluar.
Setelah itu, dilakukan ekstraksi bokong yang diikuti dengan kelahiran
badan dan kepala bayi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrawinata, et all. editor. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi


2.2003.Jakarta EGC
2. De Cherney, Alan H. Current Obstetric and Gynecologic Diagnmosis and
Treatment. 9thEdition.2003. India. The McGraw – Hill Companies Inc.
3.Cunningham, T Gary, Williams Obstetrics 22nd Edition.2005.USA.McGraw-Hill
Companies,Inc
4. Krishadi, Sofie R.et all.editor.Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin. Bagian
Pertama.2005.Bandung.Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Perjan
RSHS
5. Article by Richard Fisher MD. Breech Presentation. 2005.www.eMedicine.com
6. Moon Dragon Birthing Service. www.moondragon.com
7. WHO International. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth
A guide for doctors and midwives.2005.www.who.int
8. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Edisi 4. 2010. Jakarta: P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai