Sekretaris : Mayriza,Amd.Kep
I. Pembukaan
Upaya penanggulangan masalah gangguan penggunaan Napza
dilakukan secara komprehensif melalui tiga pilar yaitu : supply reduction,
demand reduction dan harm reduction. Salah satu upaya pengurangan
permintaan adalah terapi dan rehabilitasi. Dari data yang ada di
Kementerian Kesehatan menunjukkan masih rendahnya jumlah pecandu
yang mencari pertolongan medis. Faktor penyebab rendahnya pencarian
pertolongan medis antara lain adalah terkait budaya, adanya stigma dan
diskriminasi yang dihadapi oleh para pecandu Narkotika. Pandangan
masyarakat bahwa perilaku ketergantungan Narkotika adalah amoral,
membentuk anggapan bahwa untuk dapat pulih yang diperlukan adalah
hanya dengan meningkatkan iman dan taqwa para pecandu.
Kriminalisasi atas penggunaan Narkotika juga semakin mempertegas
pandangan ini, sehingga di mata masyarakat, para pecandu perlu
‘dihindari’ dan ‘disingkirkan’. Pandangan serupa tidak saja dimiliki oleh
masyarakat, melainkan juga para petugas kesehatan. Pemahaman
bahwa adiksi Napza adalah suatu penyakit otak belum sepenuhnya
dipahami dan diterima oleh petugas kesehatan. Akibatnya, sikap yang
terbentuk dalam menghadapi pasien pecandu cenderung negatif. Stigma
dan diskriminasi sudah barang tentu menghambat pecandu Narkotika
untuk mencari pertolongan
II. Pembahasan Tentang IPWL
Beberapa regulasi terkait wajib lapor pecandu narkotika sebagai amanat
dari UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika telah disusun oleh
Pemerintah antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011
tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 50 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Wajib lapor dan Rehabilitasi Medis Pecandu, Penyalahguna
dan Korban Penyalahgunaan Narkotika.
1. Defenisi
Wajib Lapor adalah kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh
Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur atau keluarganya, atau
dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur kepada Institusi
Penerima Wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
2. Tujuan
Pengaturan Wajib Lapor Pecandu Narkotika bertujuan untuk :
a. Memenuhi hak Pecandu Narkotika dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial
b. Mengikutsertakan orang tua, wali, keluarga dan masyarakat dalam
meningkatkan tanggung jawab terhadap Pecandu narkotika yang
ada di bawah pengawasan dan bimbingannya.
c. Memberikan bahan informasi bagi Pemerintah dalam menetapkan
kebijakan di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan serta peredaran gelap Narkotika.
3. Penyelenggaraan Wajib Lapor
Wajib Lapor Pecandu Narkotika dilakukan di Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL) yang harus memeuhi persyaratan :
a. Ketenagaan yang memiliki keahlian dan kewenangan di bidang
ketergantungan Narkotika diantaranya :
Pengetahuan dasar ketergantungan narkotika
Keterampilan melakukan asesment ketergantungan
narkotika
Keterampilan melakukan konseling dasar ketergantungan
narkotika
Pengetahuan penatalaksanaan terapi rehabilitasi
berdasarkan jenis narkotika yang digunakan.
b. Sarana yang sesuai dengan standard rehabilitasi medis dan sosial
yang masing-masing ditetapkan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan dan di
bidang sosial.
4. Pembiayaan
Berdasarkan PP No. 25 tahun 2011, pembiayaan wajib lapor bagi
yang tidak mampu ditanggung oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah melalui APBN dan APBD
5. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi
IPWL wajib melaporkan mengenai informasi Pecandu Narkotika
kepada Kementerian terkait melalui tata cara pelaporan sesuia
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya
Kementerian terkait memberikan informasi ke BNN yang
menyelenggarakan sistem informasi pecandu narkotika. Informasi
yang dilaporkan dalam bentuk rekapitulasi data.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Wajib Lapor dilaksanakan oleh
Kementerian terkait dan BNN yang meliputi :
a. Penerapan prosedur Wajib Lapor
b. Cakupan proses Wajib Lapor
c. Tantangan dan hambatan proses Wajib Lapor