Anda di halaman 1dari 110

H. Sukardi, S.S.T, M.Pd.

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


(Buku Ajar)

DITERBITKAN OLEH:
FORUM ILMIAH KESEHATAN

September 2013

ISBN: 978-602-98851-7-0
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(Buku Ajar)

Edisi II, Cetakan II, 2013

Penulis:
H. Sukardi, S.S.T, M.Pd.
(Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya)
Editor:
Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes

Penerbit:
Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)
Jl. Ki Hajar Dewantara II/6 Magetan, Jawa Timur

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


ii Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
ISBN: 978-602-98851-7-0

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


(Buku Ajar)

Edisi II, Cetakan II, 2013

Penulis:
H. Sukardi, S.S.T, M.Pd.
(Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya)
Editor:
Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes

Hak cipta berada pada tangan penulis


Hak penerbitan berada pada tangan Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)
Isi di luar tanggung jawab penerbit.
Dilarang mereproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penulis

Penerbit:
Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)
Jl. Ki Hajar Dewantara II/6 Magetan, Jawa Timur

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


iii Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
KATA PENGANTAR EDISI I, CETAKAN I

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tinggi Program Diploma dan
Sarjana wajib memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta mata kuliah
Statistik, dan/atau matematika.

Matakuliah Imu Sosial Budaya Dasar merupakan matakuliah yang bermuatan kepribadian
dan berkebudayaan, maka Program Studi D-III Kebidanan juga menyelenggarakan matakuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai wujud matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB).

Materi mata kuliah ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam mendapatkan materi agar
memperlancar proses pembelajaran, serta mempermudah pemahaman dari pada isi materi Ilmu
Sosial Budaya Dasar.

Kurikulum inti Pendidikan D-III Kebidanan merupakan cirri dari kompetensi utama yang
berlaku secara nasional dan disepakati bersama antara penyelenggara pendidikan kebidanan,
organisasi profesi dan masyarakat pengguna dengan beban dalam bentuk satuan kredit
semester. Dengan demikian, maka ditetapkan bahwa Kurikulum Pendidikan D-III Kebidanan
tahun 2010 sejumlah 96 SKS.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini tentu masih terdapat
kekurangan di semua sisi yang dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dari penulis.
Karena itu kepada para pembaca yang budiman dimohon dapatnya memberi kritik yang
konstruktif dalam upaya memperbaiki isi buku ini. Selanjutnya kami menyampaikan terima kasih

Magetan, Juni 2013

Penulis

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


iv Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
KATA PENGANTAR EDISI II, CETAKAN II

Jarak antara edisi pertama dan edisi kedua ini sangat singkat yaitu masih dalam tahun yang
sama yaitu tahun 2013, sehingga dengan memperhatikan perkembangan pendidikan di tanah
air kita, sesungguhnya isi kata pengantar pada edisi pertama masih relevan.

Pada edisi kedua ini, telah dilakukan banyak perubahan khususnya dari segi tata penulisan
dan penggunaan ejaan, sedangkan dalam hal isi hampir tidak mengalami perubahan yang
berarti. Meskipun demikian, penulis yakin bahwa dengan perbaikan tata bahasa ini, maka
materi yang ada di dalam buku ini akan lebih mudah untuk dimengerti. Terimakasih atas
perhatian para pembaca terhadap buku ini, tidak lupa kritik yang membangun pasti tetap
diharapkan untuk modal perbaikan buku ini.

Magetan, September 2013

Penulis

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


v Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
DESKRIPSI MATA KULIAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MATA KULIAH : Ilmu Sosial Budaya Dasar


KODE MATA KULIAH : BD 501
BEBAN STUDI : 3 SKS ( T : 2; P : 1 )
PENEMPATAN : Semester I (satu )

Diskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang konsep Ilmu-Ilmu Sosial Sosial Dasar dan Budaya Dasar
dalam memahami Sosial Budaya Dasar Masyarakat Indonesia yang majemuk dan kompleks,
serta pengaruh soSial budaya dalam pelayanan kebidanan (antenatal, intranatal, postnatal, bayi
baru lahir dan anak) dan cara-cara pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan di
masyarakat. Selain itu mata kuliah ini membekali peserta didik mengenai human behavior,
learning, perception, motivation, social behavior, language dan cultural awareness.

Kompetensi Mata Kuliah


Menerapkan prinsip social budaya dalam praktek kebidanan

Kompetensi Dasar Mata Kuliah


Pada akhir perkuliahan diharapkan peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi perkembangan nilai-nilai budaya terhadap individu, keluarga dan
masyarakat
2. Menjelaskan berbagai aspek kehidupan, perkembangan dan masalah-masalah
masyarakat perkotaan dan pedesaan
3. Menerapkan aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku sehat dalam kaitannya
dengan status kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak pra sekolah dan keluarga.
4. Menjelaskan cara pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan.
5. Menjelaskan konsep motivasi, perilaku sosial dan cultural awareness

Materi Perkuliahan

1. Pengantar dan konsep Ilmu Sosial dan Budaya Dasar


2. Manusia sebagai makluk budaya
3. Manusia sebagai individu dan makluk sosial
4. Manusia dan peradaban
5. Manusia dan keragaman dan kesetaraan.
6. Manusia, nilai, moral, dan hukum.
7. Manusia, sains, teknologi dan seni.
8. Manusia dan lingkungan.
9. Pandangan dan nilai masyarakat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
10. Konsep Kebudayaan dan perkembangan Sosial Budaya masyarakat.
11. Masyarakat pedesaan dan perkotaan.
12. Aspek-aspek sosial, budaya yang berkaitan dengan praktek perkawinan, kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
13. Cara-cara pendekatan sosial, budaya dalam praktek kebidanan.
14. Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan reproduksi.

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


vi Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
Buku Sumber
1. Kepmendiknas RI No. 044/DIKTI/ KEP/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tunggi.
2. Munandar Sulaeman (1993) Ilmu Sosial Budaya Dasar, PT Eresco, Bandung.
3. Nursib (1988) Studi Sosial Bandung, UPI, Bandung.
4. Koentjaraningrat (1985) Ilmu Sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Gramedia, Jakarta.
5. Koentjaraningrat (1993) Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Bina Aksara, Jakarta.
6. Koentjaraningrat (2003) Pengantar Antropologi I, Bina Aksara, Jakarta.
7. Satjipto Rahardjo, Sistem Sosial dan Budaya Indonesia dalam Perubahan Nilai-Nilai di
Indonesia (ed) Nuedien HK
8. Symonds, A and Hunt, SC (2005) The Social Meaning of Midwifery, Macmillan Press LTD,
London.
9. Symonds, A and Hunt, SC (1996) The Midwife and Society. Perspective, Policies and
Practice, Macmillan Press LTD, London.
10. Hepsimstall, T. (1997) Mayes Midwifery: A Textbook for midwifes; Sociology and Practice,
Macmillan Press LTD, London.
11. Nasikun (2000) Sistem Sosial Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
12. Soejono Soekanto (2006) Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta
13. GM Foster & Barbara G Naderson (1986) Medical Antropology
14. http://bidan–intan.blogspot.com/2009/12/aspek-sosial-budaya-dalam-praktek-
kebidanan.html
15. http://id.wikipedia.org/wiki/Banjar_(Bali)
16. http://tourdebali.com/84/banjar-organisasi-tradisional-masyarakat-bali/

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


vii Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
DAFTAR ISI
Judul luar (i)
Judul dalam pertama (ii)
Judul dalam kedua (iii)
Kata pengantar Edisi I Cetakan I (iv)
Kata pengantar Edisi II Cetakan II (v)
Deskripsi mata kuliah (vi)

Materi 1
1.1 Pengantar ilmu sosial budaya dasar (1)
1.2 Ilmu sosial budaya dasar sebagai MBB dan pendidikan umum (1)
1.3 Hakekat dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar (3)
1.4 Ilmu sosial budaya dasar sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya (4)
1.5 Kesimpulan (4)

Materi 2
2.1 Manusia sebagai makhluk budaya (6)
2.2 Hakekat manusia dan makhluk budaya (6)
2.3 Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan (7)
2.4 Etika dan estetika berbudaya (7)
2.5 Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar manusia (8)
2.6 Problematika kebudayaan (8)
2.7 Kesimpulan (9)

Materi 3
3.1 Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (10)
3.2 Fungsi dan peranan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (13)
3.3 Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial (16)

Materi 4
4.1 Hakekat peradaban (19)
4.2 Manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab (20)
4.3 Evolusi budaya dan perwujudan peradaban dalam kehidupan sosial budaya (20)
4.4 Dinamika peradaban global (22)
4.5 Problematika peradaban global pada kehidupan manusia (23)

Materi 5
5.1 Hakekat manusia dan keanekaragaman budaya (26)
5.2 Kemajemukan dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa (27)
5.3 Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya (28)
5.4 Problematika kesetaraan dan keragaman serta solusinya (29)
5.5 Kesimpulan (29)

Materi 6
6.1 Hakekat, fungsi, dan perwujudan nilai, moral, dan hukum dalam kehidupan manusia,
masyarakat dan negara (30)
6.2 Keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai wujud masyarakat yang bermoral dan
mentaati hukum (33)
6.3 Problematika nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat dan negara (34)

Materi 7
7.1 Hakekat dan makna sains, teknologi dan seni bagi manusia (36)
7.2 Dampak penyalahgunaan IPTEK pada kehidupan (38)

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


viii Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
7.3 Problematika pemanfaatan IPTEK di Indonesia (38)

Materi 8
8.1 Hakekat dan makna lingkungan bagi manusia (40)
8.2 Kualitas lingkungan dan penduduk terhadap kesejahteraan manusia (40)
8.3 Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat (42)
8.4 Isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya bangsa (43)

Materi 9
9.1 Hakekat masyarakat sebagai wadah pergaulan hidup (44)
9.2 Pembagian kerja dalam masyarakat (44)
9.3 Kebudayaan sebagai pengikat kehidupan bermasyarakat (45)
9.4 Kesimpulan (46)

Materi 10
10.1 Perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia (47)
10.2 Peraturan perundang-undangan (48)
10.3 Mengapa kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah berkelanjutan? (49)
10.4 Filsafat Indonesia (52)
10.5 Konsep waktu, perubahan dan kelompok sosial (55)

Materi 11
11.1 Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan (58)
11.2 Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan (59)
11.3 Hubungan desa dan kota (60)

Materi 12
12.1 Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan adat perkawinan (62)
12.2 Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan adat kehamilan (67)
12.3 Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan adat persalinan (77)
12.4 Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan adat bayi baru lahir (80)
12.5 Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan adat nifas (90)

Materi 13
13.1 Pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan melalui pesantren (94)
13.2 Pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan melalui kesenian tradisional (96)
13.3 Pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan melalui sistem banjar dan
paguyuban (100)

Ilmu Sosial Budaya Dasar (Buku Ajar)


ix Buku yang asli ditandatangani oleh penulis dengan tinta merah pada halaman iii
MATERI 1 ---------------------------------------------------------------

1.1 Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar

1.1.1 Latar Belakang

Sistem pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu proses dehumanisasi. Ditandai
oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu.
Maka sistem pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada satu aspek tertentu
saja, sedangkan aspek-aspek lainnya diabaikan.
Pendidikan seperti ini menghasilkan para lulusan dengan pola pikir, pola hidup bersifat
materialistis dan perilaku mekanistik. Mereka menjadi suatu generasi yang miskin akan nilai-
nilai kemanusiaan yang hakiki. Sangat mengkhawatirkan generasi depan. Mereka masuk ke
dalam persaingan global dengan menghalalkan segala cara demi mencapai kesuksesan
material semata.
Gambaran kecenderungan dunia pendidikan tinggi dewasa ini sangat mementingkan
pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat
universal nyaris terabaikan. Maka anak didik perlu dibekali suatu kemampuan untuk
memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai universal.
Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum
pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara
terintegrasi. Untuk ditingkat perguruan tinggi disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yaitu
sekelompok mata kuliah yang memberikan landasan dalam pengembangan dunia spesialisnya
masing-masing.
MKDU diubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang studi ini merupakan salah
satu bentuk pembelajaran mahasiswa perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan
utama pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui proses pembelajaran
secara terintegrasi dengan menggunakan pendekatan multi atau interdisipliner. Dalam konsep
di Amerika disebut General Education.

1.1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat diangkat beberapa masalah yang
akan dijadikan pokok pembahasan yaitu :
 Apa pengertian dari ISBD ?
 Apa sajakah hakekat dan ruang lingkup ISBD ?
 Mengapa ISBD merupakan MBB dan pendidikan umum ?
 Mengapa ISBD menjadi alternatif pemecahan masalah ?

1.1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan analisis rumusan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
 Mengetahui pengertian ISBD
 Mengetahui hakekat dan ruang lingkup ISBD
 ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum
 Mengetahui alasan ISBD dijadikan alternatif pemecahan masalah

1.2 Ilmu Sosial Budaya Dasar Sebagai MBB dan Pendidikan Umum
1.2.1 Pengertian Ilmu Budaya Dasar

Ilmu budaya dasar (IBD) adalah suatu ilmu yang diberikan sebagai pelengkap pembentukan
sarjana paripurna, yang mampu memecahkan persoalan yang timbul dalam lingkungan
masyarakat yang merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa.

1 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


1.2.2 Tujuan IBD

IBD bertujuan mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan


pemikitan dan kemampuan kritikal terhadap masalah budaya. Suatu ilmu pengetahuan
mengenai aspek-aspek yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
berbudaya (homohumanus) dan masalah-masalah yang menyertainya, sering disebut sebagai
humanities yang merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia dan
kebudayaan.
Materi ilmu budaya dari bahan pengetahuan humaniora seperti filsafat, teleologia, ilmu
hukum, sejarah, bahasa, kesusastraan dan seni. Humaniora mengajarkan bahan ajaran yang
mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia lebih manusiawi. Humaniora
adalah seperangkat sikap, perilaku, moral manusia terhadap sesamanya. Sedangkan
humanities adalah pengetahuan tentang kebudayaan.

1.2.3 Pengertian Ilmu Sosial Dasar(ISD)

Ilmu sosial dasar (ISD) adalah suatu program pembelajaran baru yang dikembangkan di
perguruan tinggi. Pengembangan ISD ini sejalan dengan realisasi perkembangan ide dan
pembaruan sistem pendidikan yang bersifat dinamis dan inovatif. ISD ini dipergunakan dalam
pendekatan sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah sosial
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. “Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S. al Hujurat 13).
Realita masalah bersama yang merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi melalui
pendekatan suatu disiplin ilmu atau pendekatan interdisiplin.
Keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat, yang mengakibatkan
kerjasama atau pertentangan.

1.2.4 Tujuan ISD

ISD bertujuan memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial untuk menumbuhkan kepekaan
sosial. Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial mengalami perkembangan sehingga timbul
faham studi sosial (social studies). Kalau di Indonesia lazim disebut IPS. Faham studi sosial
dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran, bukan disiplin ilmu yang mandiri.
Studi sosial/IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah (elementary and secondary school). IPS
adalah fusi dari sejumlah mata pelajaran sosial. Maka ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari
IPS, tetapi tidak berarti seluruh ilmu-ilmu sosial menjadi bahan IPS. Tingkat usia, jenjang
pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik menentukan materi-materi ilmu-ilmu
sosial mana yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS. Ilmu sosial dinamakan demikian
karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang
dipelajarinya. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang
diterima oleh bagian terbesar masyarakat. Sedangkan yang menjadi objek ilmu ini adalah
masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah.
Ilmu-ilmu sosial baru pada tahapan analisis dinamika, artinya baru sampai pada analisis-
analisis tentang masyarakat manusia dalam keadaan bergerak. Jadi untuk melihat perbedaan
antara social science dengan natural science dilihat dari objek formalnya, artinya objek social
science adalah manusia sedangkan untuk membedakan antar ilmu-ilmu sosial adalah focus of
interest (pusat perhatian), misalnya ilmu ekonomi yang menjadi pusat pembelajaran adalah
usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiilnya dari bahan-bahan yang terbatas
ketersediannya. Ilmu politik pusat perhatiannya mengenai kekuasaan manusia dan seterusnya.

ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan
konsep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial,

2 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta
berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

1.3 Hakekat dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar

1.3.1 Hakekat dan Ruang Lingkup MBB-ISBD

Program studi General Education di Amerika telah dikolaborasi oleh para ahli pendidikan di
Indonesia menjadi sebuah studi atau mata kuliah MKDU (istilah terdahulu). Kelompok mata
kuliah pertama memuat mata kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewiraan Nasional, kelompok kedua memuat mata kuliah ISBD, IBD dan IAD. Kedua kelompok
tersebut kini menjadi MPK dan MBB.
Kelompok mata kuliah di atas berusaha membekali mahasiswa berupa kemampuan dasar
tentang pemahaman, pemaknaan dan pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai
pribadi, sebagai warga negara Indonesia, anggota keluarga, warga masyarakat dan sebagai
bagian dari alam ciptaan Tuhan. Tujuannya adalah memberikan landasan berfikir, bersikap dan
bertindak agar lulusan perguruan tinggi bisa menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang
utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, terampil, mandiri, memiliki jati diri, serta memiliki rasa
tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah
kurikulum inti yang memuat nilai-nilai dasar.

1.3.2 Visi, Misi, dan Tujuan MBB-ISBD

1.3.2.1 Visi ISBD

Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam
memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan
moral dalam kehidupan bermasyarakat.

1.3.2.2 Misi ISBD

Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan
arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung
jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

1.3.2.3 Tujuan ISBD

1) Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman


dan kesederajatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan
masyarakat.
2) Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan
manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
3) Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk sosial
yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahliannya.

1.3.3 ISBD Sebagai MBB Dan Pendidikan Umum

ISBD adalah mata kuliah umum. ISBD merupakan singkatan dari Ilmu Sosial Budaya Dasar,
mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang menjadi dasar dari semua mata kuliah,
yang bertugas sebagai kontrol semua bidang studi. Sebagai contoh, seorang mahasiswa
belajar tentang ilmu jaringan sehingga banyak ilmu yang didapat. Ilmu tersebut dapat
digunakan untuk kebaikan atau bahkan kejahatan. Untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan, di sinilah ISBD berperan untuk mengontrol. ISBD mengajarkan ilmu tentang
berperilaku bermasyarakat, berlaku baik dalam segala hal, sebagai pembentuk kepribadian.

3 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Sehingga alangkah baiknya dikuasai terlebih dahulu Ilmu Sosial Budaya Dasar sebelum
menguasai mata kuliah yang lainnya. Untuk apa menjadi seorang sarjana, menjadi orang yang
kaya dan sukses tetapi tidak memiliki moral yang baik.
Di dalam kurikulum, ISBD masuk dalam kelompok Mata Kuliah Berkehidupan dan
Bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajian yang diperlukan untuk dapat memahami
kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. ISBD
sebagai Program Pendidikan Umum, dan Lulusan perguruan tinggi harus memiliki 3
kemampuan:
1) Kemampuan akademik, yaitu kemampuan berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun
tulisan, menguasai peralatan analisis, berfikir logis, kritis, sistematik dan analitik, mampu
merumuskan dan memecahkan masalah.
2) Kemampuan profesional, yaitu kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang
bersangkutan
3) Kemampuan personal, yaitu kemampuan kepribadian, dengan pengetahuan mampu
menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia,
memhami nilai-nilai keagamaan, mempunyai kepekaan terhadap berbagai masalah.

ISBD salah satu mata kuliah sebagai program Pendidikan umum untuk mengembangkan
kemampuan personal tersebut.

1.3.4 Kompetensi ISBD

Kompetensi yang akan dicapai dengan mempelajari ISBD adalah:

1) Menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman, kesederajatan, dan kebermartabatan


manusia sbg individu dan makhluk sosial dlm berkehidupan ber-masyarakat
2) Memahami dan menghormati estetika, etika dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman
bagi keteraturan dan kesejahteraan hidup dlm menata hidup kebersamaan dalam
masyarakat.

1.4 ISBD Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial Budaya

ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan
konsep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial,
kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta
berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

1.5 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil antara lain: ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada mahasiswa,
sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan
mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan
budaya secara arif. ISBD diperlukan agar mahasiswa menguasai kemampuan berpikir rasional,
berwawasan luas, berjiwa besar sebagai manusia intelektual beradab dan bermartabat yang
bertanggung jawab terhadap: 1) terwujudnya estetika, etika dan moral atau nilai-nilai budaya
bagi keteraturan, kebersamaan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat, 2) terpeliharanya
sumber daya alam dan lingkungannya. ISBD berperan untuk mengontrol, serta mengajarkan
ilmu tentang berperilaku bermasyarakat, berlaku baik dalam segala hal, sebagai pembentuk
kepribadian. Dengan diajarkannya ISBD, diharapkan memberikan landasan berfikir, bersikap
dan bertindak agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang
utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, trampil, mandiri, memiliki jati diri, serta memiliki rasa
tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan.
Tujuan adanya mata kuliah ISBD adalah:
1) Agar kita peka, tanggap, persepsi terhadap masalah–masalah di sekitar.
2) Agar kita dapat menghindar dari kefanatikan disiplin ilmu.

4 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


3) Dapat membantu mempermudah berinteraksi sosial.
ISBD memiliki objek-objek yang hendak dipelajari. Adapun objek-objek ISBD meliputi
manusia dan masalahnya. Setiap manusia memiliki masalah dan yang membedakannya adalah
volume dan jenis masalahnya. Manusia dapat dikatakan dewasa jika mampu menyikapi
masalah-masalahnya.
Manusia memiliki masalah sosial, dan masalah sosial merupakan suatu kondisi di mana
terganggunya sebagian besar kehidupan masyarakat dan perlu dicari jalan pemecahannya.
Manusia memiliki masalah karena adanya perkembangan budaya. Budaya berasal dari kata
budi dan daya. Budi adalah akal, moral, sopan, tata krama. Sedangkan daya adalah unsur
perbuatan jasmani/ kekuatan/ kemampuan untuk cipta, rasa, karya, karsa. Jadi perkembangan
budaya adalah perkembangan akal, moral, kesopanan, tata krama dalam perbuatan jasmani
agar mampu menciptakan, merasakan, membuat karya yang mampu digunakan oleh manusia
itu sendiri.
Budaya dibagi menjadi dua yaitu:
1) Fisik, yaitu semua budaya yang berbentuk benda.
2) Non fisik, yaitu berupa aturan, norma, adat-istiadat, serta sistem sosial. Proses terjadinya
aturan, norma, adat-istiadat atas dasar kesepakatan masyarakat setempat dan tidak bersifat
universal. Akal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sistem sosial adalah
seperangkat aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang kadang berbenturan
juga dengan budaya. Benturan budaya itu adalah friksi budaya (karena memaksakan
budaya/ norma kita dengan budaya/ norma orang lain.
Selain itu ISBD juga mempelajari mengenai sanksi. Intinya sanksi itu bersifat menyakitkan.
Sanksi terbagi menjadi: 1) sanksi moral, yaitu hati nurani yang dibayangi rasa bersalah dan
berdosa, 2) sanksi sosial, yaitu sanksi dikucilkan masyarakat, dan 3) sanksi hukum/ fisik, yaitu
apabila melakukan pelanggaran aturan, norma, adat maka akan diproses di pengadilan dan
dipenjara (KUHAP).

5 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 2 ----------------------------------------------------------------

2.1 Manusia Sebagai Makhluk Budaya

2.1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia
sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang
Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain itu manusia juga
diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan
yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban.
Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar
norma-norma tersebut berjalan, haruslah manusia dididik dengan berkesinambungan dari
“dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil dari pendidikan yakni kebudayaan dapat
diimplementasikan di masyarakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya
kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap
kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa
kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.
Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

2.1.2 Identifikasi Masalah

Dalam tulisan ini diidentifikasi beberapa pertanyaan yang dijadikan bahan dalam
penyusunan dan penyelesaian pembahasan, yaitu:
1) Kebutuhan apa saja yang menjadi dasar manusia sebagai makhluk budaya?
2) Apa yang menjadi kaitan antara manusia sebagai makhluk budaya dengan kemanusiaan itu
sendiri?
3) Apa yang dimaksud dengan etika dan estetika?
4) Apa yang dimaksud dengan memanusiakan manusia?
5) Apa saja masalah dalam kebudayaan?

2.1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari tulisan ini antara lain:


1) Mengetahui kebutuhan dasar manusia
2) Mengetahui kaitan antara manusia sebagai makhluk budaya dengan kemanusiaan
3) Mengetahui etika dan estetika
4) Mengetahui maksud dari memanusiakan manusia
5) Mengetahui masalah-masalah kebudayaan dan solusinya

2.2 Hakekat Manusia dan Makhluk Budaya

Kita mengenal empat macam makhluk yaitu: 1) alam, 2) tumbuhan, 3) binatang, dan 4)
manusia. Perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia mempunyai akal
budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami. Budi sendiri berasal
dari Bahasa Sansekerta Budh yang artinya akal, tabiat, perangai, dan akhlak. Menurut Sutan
Takdir Alisyahbana, budi yang mnyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan
bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek

6 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


dan kejadian. Manusia dengan akal budinya mampu memperbarui dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut A. Maslow, kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan primer, dasar dan vital,
menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari manusia seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, kesembuhan, seks dan lain-lain.
2) Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety dan security needs), mencakup bebas
dari rasa takut, perlakuan tidak adil, terlindung dari ancaman penyakit, dan sebagainya.
3) Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan kan dicintai, diakui sebagai anggota
kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, interaksi, dan lain-lain.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), mencakup kebutuhan dihargai kemampuan,
kedudukan, jabatan, status, pangkat, dan lain-lain.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), yaitu kebutuhan untuk memaksimalkan
penggunaan potensi-potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi, dan
sebaginya.

2.3 Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan

Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “Buddhayah” yang merupakan bentuk jamak
dari “Buddhi” yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Secara
umum budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
JJ. Hoeningman membagi kebudyaan dalam 3 wujud yaitu:
1) Gagasan, yaitu kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan, nilai, norma, peraturan
yang sifatnya abstrak.
2) Aktivitas (tindakan), yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Sering disebut sebagai sistem sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu, sifatnya konkret dapat diamati.
3) Artefak (karya), yaitu wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan
dilihat.

Ada 7 unsur kebudayaan bersifat universal yaitu:


1) Sistem peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
2) Sistem mata pencaharian
3) Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
4) Bahasa
5) Kesenian
6) Sistem pengetahuan
7) Sistem religi

2.4 Etika dan Estetika Berbudaya

Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia mencari
hakekat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang mempunyai dua kajian
utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika berhubungan dengan
keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia
selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-
persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan estetika jauh melangkah
ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut
sebagaimana mestinya.
Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:
1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2) Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3) Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).

7 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya, oleh
karena itu bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-kode etik
yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosisalnya, yang tentu saja karena manusia
adalah makhluk sosial.
Etika berasal dari Bahasa Yuniani, “ethos”. Ada 3 jenis makna etika menurut Bertens, yaitu:
1) Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
2) Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3) Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk (filsafat moral)
Kebudyaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia beretika, akan
menghasilkan budaya yang beretika. Etika berbudaya mengandung tuntutan bahwa budaya
yang diciptakan harus mengandung niali-nilai etik yang bersifat universal. Meskipun demikian,
suatu budaya yang dihasilkan memenuhi nilai-nilai etik atau tidak, bergantung dari faham atau
ideologi yang diyakini oleh masyarakat. Estetika dapat dikatakan sebagi teori tentang
keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan nilai indah-jelek.
Keindahan memiliki makna sebagai berikut:
1) Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan
2) Secara sempit, yaitu indah dalam lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
3) Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik sesorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui indera.
Estetika berifat subyektif, sehingga tidak bisa dipaksakan. Tetapi yang penting adalah
menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh orang lain.

2.5 Memanusiakan Manusia Melalui Pemahaman Konsep-Konsep Dasar


Manusia

Hakekat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat martabatnya dapat
dijelaskan sebagai berikut. Hakekat manusia berdasarkan Pancasila disebut hakekat kodrat
monopluralis, yang terdiri atas:
1) Monodualis susunan kodrat manusia mencakup:
 Aspek keragaan, meliputi wujud materi anorganis benda mati, vegetatif, dan animali
 Aspek kejiwaan, meliputi: cipta, rasa dan karsa.
2) Monodualis sifat kodrat manusia yg terdiri atas:
 segi individu
 segi sosial
3) Monodualis kedudukan kodrat
Manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus
menunjukkan keterbatasan sebagai makhluk Tuhan.

Manusia tidak hanya sekedar “homo”, tetapi harus ditingkatkan menjadi “human” dengan
cara memiliki prinsip, nilai dan rasa kemanusiaan yang melekat pada dirinya. Memanusiakan
manusia berarti perilaku manusia untuk menghargai dan menghormati harkat dan derajat
manusia dengan cara tidak menindas sesama, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan
perilaku buruk lainnya.

2.6 Problematika Kebudayaan

Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia


sebagai pemilik kebudayaan. Dinamika Kebudayaan bisa berupa:
1) Pewarisan kebudayaan, yaitu proses pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian
kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan dapat melalui:
 Enkulturasi (pembudayaan), yaitu proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan
sikap individu dengan sistem norma
 Adaptasi dan peraturan hidup dalam kebudayaan
 Sosialisasi (proses pemasyarakatan), yaitu individu menyesuaikan diri dengan individu
lain dalam masyarakat.

8 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Ada beberapa masalah dalam pewarisan kebudayaan antara lain:
 Sesuai/tidaknya budaya warisan dengan dinamika masyarakat saat sekarang.
 Penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya.
 Munculnya budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya warisan.
2) Perubahan kebudayaan, yaitu perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
keadaan di mana fungsinya tidak sesuai bagi kehidupan. Contoh: pembangunan,
modernisasi, dan sebagainya.
Masalah yang dapat muncul antara lain:
 Perubahan bersifat regress (kemunduran)
 Perubahan melalui revolusi
3) Penyebaran Kebudayaan (difusi), yaitu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari
suatu kelompok ke kelompok lain.
Arnold J. Toynbee, dalam penyebaran budaya menjelaskan dalil tentang radiasi Budaya
sebagai berikut:
 Aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual.
 Kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya, makin tinggi
aspek budaya, makin sulit diterima.
 Jika satu unsur budaya masuk, maka akan menarik unsur budaya lain.
 Unsur budaya yg masuk bisa berbahaya bagi masyarakat yang menerima budaya
tersebut.
Dalam difusi dapat terjadi masalah hilangnya nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat
masuknya budaya asing. Selain difusi kontak antar kebudayaan bisa berupa:
 Asimilasi, yakni peleburan antar kebudayaan yang bertemu, berlangsung lama dan
intensif.
 Akulturasi, yaitu kontak antar kebudayaan namun masing-masing masih menunjukkan
unsur-unsur budayanya.

2.7 Kesimpulan

Kebutuhan manusia mencakup kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan


rasa aman dan perlindungan (safety dan security needs), kebutuhan sosial (social needs),
kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), kebutuhan akan aktualisasi diri (self
actualization).
Hakekat manusia berdasarkan Pancasila disebut hakekat kodrat monopluralis, yang terdiri
atas: monodualis susunan kodrat manusia, monodualis sifat kodrat manusia, dan monodualis
kedudukan kodrat.
Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “Buddhayah” yang merupakan bentuk jamak
dari “Buddhi” diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Secara umum
budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
Etika berbudaya mengandung tuntutan bahwa budaya yang diciptakan harus mengandung
niali-nilai etik yang bersifat universal. Meskipun demikian suatu bidaya yang dihasilkan
memenuhi nilai-nilai etik atau tidak bergantung dari faham atau ideologi yang diyakini oleh
masyarakat.
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk menghargai dan menghormati
harkat dan derajat manusia dengan cara tidak menindas sesama, tidak bersifat kasar, tidak
menyakiti, dan perilaku buruk lainnya.

9 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 3 ----------------------------------------------------------------
3.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

3.1.1 Pengertian Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


Individu berasal dari kata “in” dan “devided”. Dalam Bahasa Inggris “in” dapat diartikan
“tidak”, sedangkan “devided” artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau merupakan
satu kesatuan. Dalam Bahasa Latin, individu berasal dari kata “individium”, yang artinya tak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani
dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak
menyatu lagi, maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur
jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya, sedangkan lingkungan sosial, merujuk pada
lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial
dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. Menurut Nursid
Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan
rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor
lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia merupakan makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain,
manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia jika tak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena:
1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

3.1.2 Interaksi Sosial dan Sosialisasi

3.1.2.1 Pengertian Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata “inter” dan “action”. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah

10 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


proses di mana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dala pikiran dan tindakan.
Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan
satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau
bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari
interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2) Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang
dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri
maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan
imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah
bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di
luarnya.
3) Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang
lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4) Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga
pada proses identifikasi.

3.1.2.2 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan


(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial. Keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada
akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada
dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu: 1) proses
asosiatif, yang terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi, 2)
proses disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “controvertion” dan pertentangan/
pertikaian.
Interaksi asosiatif dapat berlangsung dalam berbagai macam bentuk. Adapun bentuk-bentuk
dari interaksi asosiatif meliputi:
1) Kerjasama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, telah dikenal adanya tiga bentuk dari
kerja sama sebagai berikut:
 Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara
dua organisasi atau lebih.
 Cooperation, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
 Coalition, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang
sama.
2) Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi antara lain:
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
 Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
sedang terjadi.
 Arbiration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan
tidak sanggup untuk mencapainya sendiri

11 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam
persoalan yang ada.
 Conciliation, yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih,
bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan
mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
Seperti halnya interaksi asosiatif, interaksi disosiatif juga dapat terjadi dalam berbagai
bentuk. Ada tiga bentuk dari interaksi disosiatif yaitu:
1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
2) Kontroversi (controversion)
Kontroversi merupakan bentuk interaksi yang berbeda dengan persaingan dan
pertentangan. Kontroversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang,
perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang,
akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
3) Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman
atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi,
pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.

3.1.2.3 Sosialisasi

Sosialisasi didefinisikan sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116). Salah satu teori
peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan
dalam buku Mind, Self, and Society (1972).
Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan
anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan
generalized other. Pada tahap play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan
orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya
telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan
yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga
sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang
lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu
berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri
serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya
dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga
tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain
terhadapnya. Pada tahap berikutnya seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang
lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa
yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Pihak-pihak yang melaksanakan
sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) diidentifikasi sebagai agen sosialisasi
utama yaitu: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Bentuk-bentuk sosialisasi penting untuk dibicarakan. Sosialisasi merupakan suatu proses
yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara
mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak,
pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
Pola-pola sosialisasi juga merupakan hal penting untuk dibahas. Pada dasarrnya kita
mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada penggunaan
hukuman terhadap kesalahan. Yang kedua adalah pola partisipatori yang merupakan pola yang
di dalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.

12 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


3.1.3 Masyarakat dan Komunitas

Masyarakat merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan hubungan,


sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur
masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk lama, sudah memiliki sistem dan struktur
sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya
kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.

3.1.3.1 Masyarakat Setempat (community)

Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di satu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota-anggotanya, dibandingkan
interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya.

3.1.3.2 Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota

Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, sedangkan fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan
pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain
kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.

3.1.3.3 Masyarakat Multikultural

Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas,
keragaman, dan multikultural. Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih
dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu
berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep
multikulturalisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme
adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa
mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila
pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan
bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.

3.1.3.4 Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan


Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya kasus-kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya negara, dapat disimpulkan ada lima faktor utama yang secara gradual
bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang
akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing. Realitas keragaman
budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya,
yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita
harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, menjunjung
tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat
pengikat persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam

3.2 Fungsi dan Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk
Sosial
3.2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagai makhluk hidup yang berada di muka bumi ini, keberadaan manusia adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau
berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial

13 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,
kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses
sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti
perubahan sosial.

3.2.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Secara sosial sebenarnya manusia merupakan makhluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat.
Artinya, setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam
menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam
keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama.
Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau mempunyai
kesempatan yang sama. Akibatnya, masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan
yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya
kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak RT, dan
sebagainya), politik (aktivis partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak),
bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai
muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.

3.2.3 Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Sebagai makhluk individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap
manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama. Manusia sebagai makhluk
individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun
rohani. Manusia sebagai pribadi adalah berhakekat sosial, artinya manusia akan senantiasa
dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosisl membentuk kehidupan berkelompok
pada manusia. Dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia, kewajiban dasar
manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta mentaati norma-norma yang berlaku di
masyarakatnya. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi yaitu:
1) kesadaran akan ketidak berdayaan manusia bila seorang diri
2) kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
3) penghargaan akan hak-hak orang lain
4) ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial, hendaknya manusia memiliki
kepribadian. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa
yang dibangun oleh perasaan, pengetahuan dan dorongan.

3.2.4 Dinamika Interaksi Sosial

3.2.4.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antar individu, antar kelompok, antar manusia, maupun antara manusia dengan kelompok
manusia. Bentuk dari interaksi sosial adalah akomodasi, kerjasama, persaingan dan pertikaian.
Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut
bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan,
bahasa dahsyat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi
interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk
menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila
terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia
mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh
terhadp sistem sarafnya sebagai akibat hubungan yang di maksud.

3.2.4.2 Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Ciri-ciri dari sebuah interaksi sosial adalah:

14 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


1) Pelaku lebih dari satu orang.
2) Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial.
3) Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan pelaku.
4) Ada dimensi waktu yang akan menentukan interaksi yang sedang berlangsung.

3.2.4.3 Syarat Interaksi Sosial

Syarat untuk terjadinya interaksi sosial, yaitu adanya: 1) kontak sosial dan 2) komunikasi.
Syarat pertama yaitu adanya kontak sosial dapat dijelaskan sebagai berikut. Kontak sosial
dapat terjadi secara primer, yaitu apabila ada kontak langsung dengan berbicara, jabat tangan,
tersenyum, dan sebagainya. Selain itu dapat juga terjadi secara sekunder, yaitu jika terjadi
dengan perantara, contohnya melalui telepon, radio, televisi.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
 Kontak antar individu, contohnya siswa baru mempelajari tata tertib sekolah.
 Kontak antara individu/ manusia dengan kelompok manusia, misalnya dosen mengajar di
satu kelas.
 Kontak antar kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya rapat antar kelas.
Syarat kedua untuk terjadinya interaksi sosial yaitu adanya komunikasi dijelaskan sebagai
berikut. Komunikasi adalah proses pemberian tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik badaniah, sikap, perasaan-perasaan yang disampaikan orang
tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang memberi reaksi berupa tindakan terhadap
maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika anda melambaikan tangan dipinggir jalan atau halte
bus maka salah satu bus yang lewat pasti akan berhenti, jadi, komunikasi merupakan proses
saling memberi penafsiran terhadap tindakan atau perilaku orang lain.

3.2.4.4 Proses Berlangsungnya Interaksi Sosial

Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
1) Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap,
perbuatan, penampilan, dan gaya hidup.
2) Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu kepada individu
lain sehingga akhirnya melakukan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional
3) Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik) dengan
individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi.
4) Simpati adalah proses kejiwaan seseorang individu yang merasa tertarik dengan individu
atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya.
5) Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan
individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi melaksankannya dengan
secara kritis, rasional, dan tanggung jawab.
6) Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik
suka maupun duka.
Seperti telah dikemukakan diatas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja
sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang
sifatnya positif, yaitu mengarah pada kerjasama antar individu atau antar kelompok. Interaksi
sosial yang dimaksud adalah interaksi soial yang bersifat asosiatif. Adapula interaksi sosial
yang mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut
dengan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti
kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif
mencakup persaingan, kontroversi, dan permusuhan.
Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial dapat
beragam. Dilihat dari jenisnya, ada interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok,
dan interaksi antar kelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan
oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivsi, dan empati. Ada interaksi yang
berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, ada interaksi yang
asosiatif, interaksi disasosiatif.

15 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai makhluk sosial pastilah melakukan
interaksi sosial dalam rangka hidup bersama.

3.3 Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial

Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan
yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus saya utamakan?
Kepentingan saya selaku kepentingan individu atau kepentingan masyarakat selaku tempat
saya tinggal bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat
ini memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang. Kedua pandangan ini justru
berkembang menjadi faham atau aliran bahkan idiologi yang dipegang oleh suatu kelompok
masyarakat.

3.3.1 Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakekatnya
adalah makhluk individu yang bebas. Faham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi
yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagi individu adalah bebas,
karena itu ia memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hk-hak itu
terpenuhi, maka kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah
kumpulan dari individu-individu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagia dan sejahtera maka
msyarakat pun akan sejahtera.
Pandanga individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus
diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tinggi yang harus
diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi sentral individualisme
adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Faham individualisme
menghasilkan idiologi liberalisme. Faham ini bisa disebut juga idiologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata “liber” artinya bebas atau merdeka. Liberalisme adalah suatu
faham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada
pada posisi yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme menolak
segala pengekangan terhadap individu. Liberalisme memberi kebebasan manusia untuk
bereaktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam bidang politik, ekonomi,
dan sosilal budaya.
Beberapa prinsip yang dikembangkan idiologi liberalisme adalah sebagai berikut:
1) Penjaminan hak milik perorangan.
Menurut faham ini, kepemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik
berfungsi sosial
2) Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersngkutan.
Prinsip ini juga mengandung pengertian membiarkan setiap orang untuk melakukan setiap
aktivitas untuk kepentingan sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri-sendiri diyakini
akan membawa kemakmuran bersama.
3) Pemberian kebebasan penuh pada idividu.
Individu adalah primer, sedangkan masyarakat adalah sekunder. Bila individu mendapat
kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan mendapat kemakmuran.
4) Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan berbicara,
berpendapat, berserikat, dan perlunya jaminan hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang
ekonomi menghasilkan kapitalisme dan pasar bebas. Sedangkan liberalisme dalam bidang
sosial budaya adalah kebebasan individu untuk mengekspresikan sikap, perilaku, seni, dan
budayanya. Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan
persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut faham liberalisme, kebebasan
antari ndividu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin
keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasa agar tetap
menciptakan tertibnya penyelanggaraan hidup bersama.

3.3.2 Pandangan Sosialisme

16 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Pandangan sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Masyarakat tidak sekedar kumpulan individu. Masyarakat merupakan entitas yang besar dan
berdiri sendiri di mana individu-individu berada. Individu dianggap sebagai alat dari mesin
raksasa masyarakat. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar sudah hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok. Individu terikat pada komitmen suatu
kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak belakang
dengan pandangan individualisme.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingangan
masyarakatlah yang utama, bukan individu. Sosialisme adalah faham yang mengharapkan
terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan
individu atas hak milik.
Dalam sejarahnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas faham individualisme liberalisme.
Kebebasan individu yang diyakini dapat memaksimalkan pemenuhan kesejahteraan ternyata
banyak menimbulkan ketidakadilan antar individu itu sendiri. Individu yang memiliki kemampuan
bisa sejahtera, tetapi individu yang tidak mampu akan tetap miskin dan semakin tersisih.
Dengan demikian, dalam masyarakat timbul ketidakadilan dan kesenjangan. Kelompok
masyarakat seperti anak-anak, wanita, buruh, para pekerja hanya dieksploitasi oleh orang-
orang yang mampu, terutama yang menguasai hak milik dan alat produksi dalam suatu
masyarakat. Sosialisme muncul untuk menjamin kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh sistem leberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus
diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Masyarakat lebih penting
dari individu. Dalam sosialisme yang radikal/ ekstrim, cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi perorangan.

3.3.3 Perkembangan Pandangan Individualisme dan Sosialisme

Faham individualisme liberal dan sosialisme sama-sama tumbuh di Eropa Barat pada abad
ke-18 sampai dengan 19. Individualisme dipelopori oleh para tokoh, antara lain Jeremy Betham,
John Stuart Mill, Thomas Hobbes, John Locke, Rousseau, dan Montesqueu, sedangkan
pemikiran sosialis ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blance, dan
Proudhon. Ideologi Marxisme termasuk dalam varian sosialisme. Ajaran Marxisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883). Faham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak
belakang dalam memandang hakekat manusia. Dalam Declaration of Independence Amerika
Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakekat manusia sebagai mahkluk individu
yang bebas merdeka, tidak seorang pun berhak untuk mencapuri hal pribadinya. Manusia
adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto
komunikasi Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakekat manusia
sebagai makhluk sosilal semata. Menurut faham ini, manusia sebagai makhluk pribadi tidak
dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Lalu, bagaimana kita memposisikan diri atas kedua pandangan tersebut? Kepentingan
manakah yang harus diutamakan, kepentingan diri (privat) atau kepentingan masyarakat
(publik)? Pilihan hal tersebut sesungguhnya secara filosofi dapat kita kembalikan keoada kedua
pilihan dari ideologi tersebut di atas. Jika kita simak lebih jauh, kedua pandangan diatas
mengidap kelemahannya masing-masing. Kebebasan perseorangan yang merupakan inti dari
ajaran individualisme liberal dalam pelaksanaanya justru mengingkari ajarannya sendiri, yaitu
pesamaan. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan
tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru.
Persaingan bebas akan memunculkan kesenjangan antara kaya dengan orang miskin.
Liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan
ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk yang ekstrim (marxisme/komunisme), tidak menghargai manusia
sebagai peribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis,
mungkin terjadi kemakmuran masyarakat, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu

17 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


terjamin. Negara komunis mudah menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar
manusia maupun warga negara.
Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakekat manusia dipandang
memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Manurut pandangan filsafat Pancasila,
manusia adalah mahkluk individu sekaligus mahkluk sosial. Hal ini tidak sekedar
menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakekat
bahwa kedudukan manusia sebagai mahkluk individu sekaligus mahkluk sosial. Sekali lagi,
manusia bukanlah makhluk individu dan sosial. Tetapi manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah
individu yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
“internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme”
(Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri
bangsa Indonesia diungkapkan dalam sila kedua yang mengungkapkan penghargan manusia
sebagai makhluk sosial yang memiliki harkat dan martabat luhur, karena itu harus dihargai dan
dijunjung tinggi, konkritisasi atas hal tersebut adalah adanya jaminan atas hak asasi manusia
dan hak-hak warga negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan. Bangsa Indonesia memiliki prinsip
menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun demi
kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

18 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 4 ----------------------------------------------------------------

4.1 Hakekat Peradaban

Peradaban erat kaitannya dengan kebudayaan. Kebudayaan pada hakekatnya adalah hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta (akal)
manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat
inderanya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan karsa
manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga
menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil atau
produk manusia inilah yang menghasilkan peradaban. Peradaban berasal dari kata “adab”
yang diartikan sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia, berahklak, yang semuanya menunjuk pada
sifat tinggi dan mulia. Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah
mendapat tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang
telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai
beradab atau mencapai peradaban yang tinggi.
Istilah peradaban sering dipakai untuk hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, adat, sopan santun, serta pergaulan. Selain itu, kepandaian
menulis, organisasi bernegara, serta masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban
menunjuk pada hasil kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa setiap masyarakat atau bangsa di manapun selalu berkebudayaan, tetapi
tidak semuanya telah memiliki peradaban. Peradaban merupakan tahap tertentu dari
kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu pula, yang telah
mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang telah maju.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor kemajuan
teknologi, ilmu pengetahuan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian, suatu bangsa yang
yang memiliki kebudayaan tinggi (peradaban) dapat dinilai dari tingkat pendidikan, kemajuan
teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan, teknologi, dan ilmu pengetahuan
yang dimiliki masyarakat akan senantiasa berkembang. Oleh karena itu, peradaban masyarakat
juga akan berkembang sesuai dengan zamannya.
Kemajuan teknologi bisa dilihat dari infrastruktur bangunan, sarana yang dibuat, lembaga
yanng dibentuk, dan lain-lain. Contohnya bangsa-bangsa yang memiliki peradaban tinggi pada
masa lampau adalah yang tinggal di lembah Sungai Nil, lembah Sungai Eufrat Inggris, lembah
Sungai Indus, dan lembah Sungai Hoang Ho Cina. Ada berbagai keajaiban di dunia yang
merupakan peradaban di masanya:
1) Piramida di Mesir merupakan makam raja-raja mesir kuno.
2) Taman gantung di Babylonia.
3) Tembok raksasa dengan panjang 6.500 km di RRC.
4) Menara Pisa di Italia.
5) Menara Eiffel di Paris.
6) Candi Borobudur di Indonesia.
7) Taj Mahal di India.
8) Patung Zeus yang tingginya 14 m dan seluruhnya terbuat dari emas.
9) Kuil Artemis merupakan kuil terbesar di Yunani.
10) Mausoleum Halicarnacus, kuburan yang dibangun oleh Ratu Artemesia untuk mengenang
suaminya Raja Maulosus dari Carla.
11) Colussus, yaitu patung perunggu dewa matahari dari Rhodes.
12) Pharos, yaitu patung yang tingginya hingga 130 m dari Alexandria.
13) Gedung Parlemen Inggris di London.
14) Kabah di Mekah Saudi Arabia.
15) Colosseum di Roma Italia.
Salah satu ciri yang terpenting dari bangsa yang memiliki peradaban adalah bangsa yang
tidak hanya mempunyai cultured tapi juga lettered artinya melek huruf. Namun pengertiannya di
sini yakni, tidak hanya melek huruf tapi tarafnya yang lebih tinggi yakni bangsa yang terdidik.

19 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


4.2 Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab

Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang sifatnya fisik,
seperti barang, bangunan, dan benda-benda. Peradaban tidak hanya merujuk pada wujud
benda hasil budaya, tetapi juga wujud gagasan dan prilaku manusia. Kebudayaan merupakan
keseluruhan dari hasil budi daya manusia, baik cipta, karsa, dan rasa.
Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas, dan benda-benda. Sedangkan
peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah, dan maju. Jadi peradaban
termasuk pula di dalamnya gagasan dan perilaku manusia yang tinggi, halus, dan maju.
Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju menunjukkan bahwa
manusia memanglah merupakan mahkluk yang memiliki kecerdasan, keberadaban, dan
kemauan yang kuat. Manusia merupakan mahkluk yang beradab sehingga mampu
menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia sebagai mahkluk sosial juga mampu
menciptakan masyarakat yang beradab.
Adab artinya sopan. Manusia sebagai mahkluk yang beradab artinya pribadi manusia itu
memiliki potensi untuk berlaku sopan, berahklak, dan berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada
perilaku manusia. Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan, berahklak, dan
berbudi pekerti dalam perilaku, termasuk pula dalam gagasan-gagasannya. Manusia yang
beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsa.
Namun dalam perkembangannya, manusia bisa jatuh dalam perilaku yang tidak kebiadaban
karena tidak mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang
dimilikinya. Manusia tersebut melanggar hakekat kemanusiaannya sendiri. Manusia yanng
beradab tentunya ingin hidup di lingkungan yang beradab pula. Sehingga terbentuklah
masyarakat yang beradab.
Dewasa ini, masyarakat adab memiliki padanan istilah yang dikenal dengan masyarakat
madani atau masyarakat sipil (civil society). Konsep masyarakat adab berasal dari konsep civil
society, dari asal kata cociety civiles. Istilah masyarakat adab dikenal dengan kata lain
masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat madani. Secara etimologis, dapat
dinyatakan masyarakat madani dapat dinyatakan sebagai masyarakat yang teratur dan
beradab. Visi Indonesia 2020 juga bisa dikatalan membentuk masyarakat madani Indonesia,
yaitu suatu masyarakat yang memiliki keadaban demokratis.

4.3 Evolusi Budaya dan Perwujudan Peradaban dalam Kehidupan Sosial


Budaya

Evolusi kebudayaan berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran
manusia dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Proses evolusi untuk tiap
kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada tantangan,
lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi tantangan tadi.
Masa dalam kehidupan manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah (masa sebelum
manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan masa sejarah (masa
manusia telah mengenal tulisan). Data tentang masa prasejarah diambil dari sisa-sisa dan
bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa sejarah bermula ketika adanya catatan tertulis
untuk dijadikan bahan rujukan. Penciptaan tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner
yang genius. Bermula dari penciptaan properti dan lukisan objek, seperti kambing, lembu,
wadah, ukuran barang, dan sebagainya; diikuti dengan indikasi angka; kemudian diikuti simbol
yang mengindikasikan transaksi, nama, dan alamat yang bersangkutan; selanjutnya simbol
untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari, seperti warna, bentuk,
dan konsep.
Ada dua produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah, yaitu:
1) Penemuan roda untuk transportasi, pada mulanya roda digunakan hanya untuk mengangkat
barang berat di atas sebuah pohon. Kemudian, roda disambung dengan kereta, lalu
berkembang menjadi mobil seperti saat ini.
2) Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran seseorang
kepada orang lain. Ketika tanda-tanda diterima sebagai representasi dan bunyi-bunyi arbitrer
yang mewakili ide-ide, masa prasejarah pun beralih ke masa sejarah tertulis.

20 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Mengenai masa prasejarah ini, ada dua pendekatan yang digunakan untuk membagi zaman
prasejarah, yaitu:
1) Pendekatan berdasarkan hasil teknologi, terdiri atas zaman batu tua (palaeolitikum), zaman
batu tengah/madya (mesolitikum), dan zaman batu baru (neolitikum)
2) Pendekatan berdasarkan model sosial ekonomi atau mata pencaharian hidup yang terdiri
atas:
 Masa berburu dan mengumpulkan makanan, meliputi masa berburu sederhana (tradisi
paleolit) dan masa berburu tingkat lanjut (tradisi epipaleolitik).
 Masa bercocok tanam, meliputi tradisi neolitik dan megalitik.
 Masa kemahiran teknik atau perundagian, melliputi tradisi semi tuang besi.
Manusia berkembang dari homo menjadi human karena kebudayaan dan peradaban yang
diciptakannya.
Untuk sejarah kebudayaan di Indonesia, R. Soekmono (1973), membaginya menjadi empat
masa, yaitu:
1) Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira
abad ke-5 Masehi.
2) Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama Masehi sampai
dengan runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.
3) Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh Islam menjelang akhir kerajaan Majapahit
sampai dengan akhir abad ke-19.
4) Zaman baru/modern, yaitu sejak masuknya anasir Barat (Eropa) dan teknik modern kira-kira
tahun 1900.
Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat
tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat
tertentu tercermin pada pendukungnya, yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai
peradaban yang tinggi. Jadi, evolusi kebudayaan bisa mencapai sampai pada taraf tinggi yaitu
peradaban.
Peradaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap dan
berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut, yang dicirikan
oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengetahuan, seni,
teknologi, dan spiritualitas yang tinggi. Sebagai contoh, peradaban Mesir Kuno tercermin dari
hasil budaya yang tinggi dalam sosok bangunannya (piramid, obeliks, spinx) yang terkait
dengan ilmu bangunan, tulisan, serta gambar yang memperlihatkan tahap budaya. Contoh
lainnya, tentang peradaban Cina Kuno, yang juga menampakkan tingkat ilmu pengetahuan dan
teknologi tinggi dalam hal tulisan yang menjadi ciri budaya setempat. Peradaban kuno di
Indonesia menghasilkan berbagai bangunan seni yang bernilai tinggi, seperti Candi Borobudur,
Prambanan, dan lain-lain.
Peradaban bangsa di Indonesia dimulai sejak masa kemahiran teknik atau zaman
perundagian. Zaman perundagian terdiri dari dua masa, yaitu tradisi seni tuang perunggu dan
tradisi tuang besi. Meskipun saat itu masih zaman prasejarah (masa sebelum mengenal
tulisan), namun telah mengenal teknologi terbatas dan sederhana, yaitu pada upaya
pemenuhan peralatan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dalam kehidupannya yang sudah
mulai menetap. Di Indonesia, penggunaan logam sudah mulai dikenal beberapa abad sebelum
Masehi. Mereka menggunakan peralatan dari logam, seperti peralatan berburu, bercocok
tanam, peralatan rumah tangga, dan lain-lain, tetapi tidak semua masyarakat dapat membuat
peralatan itu. Membuat peralatan dari logam membutuhkan keahlian. Orang yang ahli membuat
peralatan logam disebut undagi, tempat pembuatannya disebut perundagian. Beberapa contoh
alat dari perunggu adalah seperti corong, nekara, bejana perunggu. Alat-alat ini ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia.
Peradaban bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang estela datangnya pengaruh
Hindu dan Budha ke Indonesia. Pengaruh tulisan dari budaya Hindu dan Budha membawa
dampak besar bagi peradaban Indonesia, yaitu memasuki masa sejarah (masa mengenal
bahasa tulis). Salah satu hasil budaya tulis di Indonesia adalah prasasti. Huruf yang dipakai
dalam prasasti yang ditemukan sejak tahun 400 M adalah Pallawa dan Bahasa Sanksekerta.
Kemampuan baca tulis masyarakat Indonesia lama-kelamaan berpengaruh dalam bidang
kesustraan, yaitu munculnya banyak kitab-kitab kuno ini dapat ditelusuri peradaban bangsa
Indonesia terutama dalam masa kerajaan. Peradaban bangsa semakin berkembang dengan
masuknya pengaruh Islam dan masuknya pengaruh Islam dan masuknya peradaban bangsa

21 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Barat Eropa, termasuk pengaruh agama Kristen Katolik. Dewasa ini, pengaruh peradaban
global semakin kuat akibat kemajuan bidang komunikasi dan informasi.

4.4 Dinamika Peradaban Global

Menurut Arnold Y. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu
diuraikan dengan teori challenge and respons. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan)
manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi dan menaklukan, dan
mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna mencukupi kebutuhan dan melestarikan
kelangsungan hidup.
Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia, agar meningkatkan
efisiensi dan produktivitas. Alvin Toffler menganalisis gejala-gejala perubahan dan
pembaharuan peradaban masyarakat akibat majunya ilmu dan teknologi. Dalam bukunya The
Third Wave (1981), ia menyatakan bahwa gelombang perubahan peradaban umat manusia
sampai saat ini telah mengalami tiga gelombang, yaitu:
1) Gelombang I, peradaban teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM sampai dengan
1500 M.
2) Gelombang II, peradaban teknologi industri berlangsung mulai 1500 M sampai dengan 1970
M.
3) Gelombang III, peradaban informasi berlangsung mulai 1970 M sampai dengan sekarang.
Setiap gelombang peradaban tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang digunakan.
Gelombang pertama (the first wave) dikenal dengan revolusi hijau. Dalam gelombang pertama
ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Gelombang kedua adalah
revolusi industri terutama di negara-negara Barat yang dimulai dengan revolusi industri di
Inggris. Gelombang ketiga merupakan revolusi informasi yang ditandai dengan kemajuan
teknologi informasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang.
Gelombang ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam bidang:
1) Komunikasi dan data prosesing.
2) Penerbangan dan angkasa luar.
3) Energi alternatif dan energi yang dapat diperbaharui.
4) Terjadinya urbanisasi, yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi.
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends (1982), menyatakan bahwa globalisasi
memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara dunia. Perubahan
itu terjadi karena interaksi yang dekat dan intensif antarnegara, terutama negara berkembang
akan terpengaruh oleh kemajuan di negara-negara maju. Perubahan-perubahan tersebut ialah:
1) Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi.
2) Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih.
3) Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia.
4) Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang.
5) Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.
6) Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri.
7) Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori.
8) Perubahan dari sistem hierarki ke jaringan kerja.
9) Perubahan dari utara ke selatan.
10) Perubahan dari suatu di antara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan.
Naisbitt dan Patricia Aburdance (1990) kembali mengemukakan lagi adanya sepuluh macam
perubahan di era global, yaitu:
1) Abad biologi.
2) Bangunan sosialisme pasar bebas.
3) Cara hidup global dan nasionalisme budaya.
4) Dawarsa kepemimpinan wanita.
5) Kebangkitan agama dan milenium baru.
6) Kebangkitan dalam kesenian.
7) Kemenangan individu.
8) Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1990-an.
9) Berkembangnya wilayah pasifik.
10) Privatisasi/swastanisasi atas negara.

22 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Berdasarkan pada pendapat-pendapat di atas dapt diketahui bahwa peradaban manusia
mengalami dinamika (perubahan dan perkembangan). Perubahan itu menuju pada kemajuan,
apalagi di era global dewasa ini. Perubahan yang terjadi demikian pesatnya.
Merujuk pada pendapat Alvin Tofler di atas, sekarang manusia berada pada era peradaban
informasi. Kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi menghasilkan globalisasi, di
samping kemajuan dalam sarana transportasi. Di era global, hubungan antarmanusia tidak
terbatas dalam satu wilayah negara saja, tetapi sudah antarnegara (transnasional). Dengan
demikian, orang bisa berkomunikasi dengan orang lain di negara lain, serta berpindah-pindah
dengan cepat dari satu negara ke negara lain.
Berdasarkan pada pendapat-pendapat di atas dapt diketahui bahwa peradaban manusia
mengalami dinamika (perubahan dan perkembangan). Perubahan itu menuju pada kemajuan,
apalagi di era global dewasa ini. Perubahan yang terjadi demikian pesatnya.

4.5 Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia

4.5.1 Pengertian dan Perkembangan Globalisasi

Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya universal. Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial atau proses sejarah atau proses ilmiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara
di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan
koeksistensi dengan menyingkirkan bata-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Globalisasi digerakkan oleh kemajuan yang pesat dalam teknologi transportasi, informasi
dan komunikasi. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya
fenomena globalisasi di dunia:
1) Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan antar
manusia di seluruh dunia.
2) Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet
menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui
pergerakkan massa semacam turisme, memungkinkan kita merasakan banyak hal dari
budaya yang berbeda.
3) Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasioanal, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
4) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, serta transmisi berita dan olahraga internasional. Saat ini kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka
ragam budaya misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
5) Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional, dan lain-lain.
Globalisasi dimunculkan oleh negara-negara maju dan banyak didominasi oleh negara maju.
Dewasa ini, negara-negara maju lebih didominasi oleh negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat karena memang kemajuan teknologi dan pengetahuan yang mereka miliki. Harus diakui
bahwa, kebudayaan dan peradaban Barat yang lebih mendominasi bagi masyarakat dunia.
Namun demikian, dunia tidak hanya didominasi satu peradaban yang besar saja. Huntington
(2001) mengidentifikasi adanya sembilan peradaban besar saat ini. Peradaban dunia meliputi:
1) Peradaban Barat atau disebut Peradaban lama yang berpusat di Eropa Barat , Amerika
Utara, dan Australia.
2) Peradaban Amerika Latin yang dipengaruhi agama Katolik, menyebar di negara-negara
Amerika Selatan.
3) Peradaban Muslim atau Islam yang berpusat di Timur Tengah dan Afrika Utara.
4) Peradaban Hindu di India.
5) Peradaban Budha di Mongolia.
6) Peradaban Jepang.
7) Peradaban Afrika.
8) Peradaban Cina.

23 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


9) Peradaban Ortodoks yang berada di wilayah bekas Yugoslavia.

4.5.2 Pengaruh Globalisasi

Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik adalah akan
semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara berkembang
yang ditandai oleh menguatnya ide kebebasan dan demokratis, termasuk di dalamnya masalah
hak asasi manusia. Di sisi lain, ada pula masuknya pengaruh ideologi lain, seperti ideologi
Islam yang berasal dari Timur Tengah. Implikasinya adalah negara semakin terbuka dalam
pertemuan berbagai ideologi dan kepentingan politik negara.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapatalisme dan pasar
bebas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional
yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas negara. Selanjutnya juga akan semakin ketatnya
persaingan dalam menghasilkan barang dan jasa dalam pasar bebas. Kapitalisme juga
menuntut adanya ekonomi pasar yang lebih bebas untuk mempertinggi asas manfaat,
kewiraswastaan, akumulasi modal, membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional. Ini
semua menuntut adanya mekanisme global baru berupa struktur kelembagaan baru yang
ditentukan oleh ekonomi raksasa.
Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai dari peradaban
lain. Hal ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa yang menjadi jati
dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya media informasi dan komunikasi, seperti
televisi, komputer, Internet sebagainya.
Globalisasi juga memberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan negara.
Menyebarnya perdagangan dan industri diseluruh dunia akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan yang dapat mengganggu keamanan bangsa. Globalisasi juga
menjadikan suatu negara amat perlu menjalin kerja sama pertahanan dengan negara lain,
seperti latihan perang bersama, perjanjian pertahanan, dan pendidikan militer antarpersonel
negara. Hal ini dikarenakan, saat ini ancaman bukan lagi bersifat kovensional tetapi juga
kompleks dan semakin canggih.

4.5.3 Efek Globalisasi bagi Indonesia

Globalisasi dapat menimbulkan efek baik yang bersifat positif maupun negatif. Aspek positif
dari globalisasi antara lain sebagai berikut:
1) Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam berinteraksi.
2) Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat manusia untuk berhubungan
dengan manusia lain.
3) Kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi meningkatkan efesiensi.
Selain aspek-aspek positif juga terdapat aspek-aspek negatif dari globalisasi antara lain
sebagai berikut:
1) Masuknya nilai budaya luar akan menghilangkan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan identitas
suatu bangsa.
2) Ekspolitasi alam dan sumber daya lain akan memuncak karena kebutuhan yang makin
besar.
3) Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai-nilai konsumerisme dan invidual yang menggeser
nilai-nilai sosial masyarakat.
4) Terjadinya Dehumanisasi, yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih banyak
menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.

4.5.4 Sikap Terhadap Globalisasi

Dalam menghadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia memberi respon atau tanggapan
yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Sebagian bangsa menyambut positif karena dianggap sebagai jalan keluar baru untuk
perbaikan nasib umat manusia.

24 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


2) Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena di anggap sebagai bentuk baru
penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat transnasional dibidang politik,
ekonomi, dan budaya.
3) Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat
perkembangan teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap kritis terhadap akibat negatif
globalisasi.

25 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 5 ----------------------------------------------------------------

5.1 Hakekat Manusia dan Keanekaragaman Budaya

Hakekat manusia dan keanekaragaman budaya manusia di dalam kehidupannya memiliki


tiga fungsi yaitu sebagai makhluk Tuhan, individu dan sosial-budaya. Sebagai makhluk sosial,
manusia akan hidup bersama dengan makhluk lain yang akan melahirkan suatu bentuk
kebudayaan, karena kebudayaan itu sendiri diperoleh manusia dari proses belajar pada
lingkungan juga hasil pengamatan langsung. Keanekaragaman budaya itu dapat diterima tiga
bentuk yaitu:
1) melalui pengalaman hidup saat menghadapi lingkungan
2) melalui pengalaman hidup sebagai makhluk sosial, dan
3) melalui komunikasi simbolis (benda, tubuh, gerak tubuh, peristiwa dan lain-lain).
Tiap kebudayaan berbeda namun pada dasarnya memiliki hakekat yang sama yaitu:
1) Terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia.
2) Sudah sejak lahirnya generasi dan tetap ada setelah pengganti mati.
3) Diperlukan manusia yang diwujudkan lewat tingkah laku.
4) Berisi aturan yang berisi kewajiban, tindakan yang diterima atau tidak, larangan dan
pantangan
Hakekat nilai budaya dalam kehidupan manusia di dalam perwujudan kebudayaan
menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu sistem.
Wujud kebudayaan adalah sebagai serangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.
Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan
itu dibagi dalam tiga wujud, yaitu:
1) Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan bersifat abstrak, tak dapat diraba,
dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
2) Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan
karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Sistem sosial ini
merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk perilaku dan
bahasa. Lebih jelasnya tampak dari perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi
dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Wujud ini hampir seluruhnya
merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat).
Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dan difoto
yang berwujud besar ataupun kecil. Substansi (isi) utama budaya merupakan wujud abstrak
dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang
memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa: 1) sistem
pengetahuan, 2) nilai, 3) pandangan hidup, 4) kepercayaan, 5) persepsi, dan 6) etos
kebudayaan. Selanjutnya, keenam substansi tersebut diuraikan sebagai berikut:
 Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami: 1) alam sekitar, 2
alam flora di daerah tempat tinggal, 3) alam fauna di daerah tempat tinggal, 4) zat-zat
bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya, 5) tubuh manusia, 6) sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia, serta 7) ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu:
 Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial
 Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal atau resmi (di
sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi).

26 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


 Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simbolik.
 Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik, yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu
dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estatika), baik (nilai moral atau etis), dan religius (nilai agama).
C. Kluchohn mengemukakan bahwa yang menentukan orentasi nilai budaya manusia di
dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu:
 Hakekat hidup manusia (MH)
 Hakekat karya manusia (MK)
 Hakekat waktu manusia (MW)
 Hakekat alam manusia (MA)
 Hakekat hubungan antarmanusia (MM)
 Pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam
menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung
konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu,
pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut olah suatu masyarakat dengan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok, atau bangsa.
 Kepercayaan
Kepercayaan mengandung arti lebih luas daripada agama dan keperayaan Tuhan Yang
Maha Esa. Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri
kepada yang Maha Tinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungan.
 Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam
kehidupan.
 Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropologi) yang berarti watak khas. Etos sering
tampak
pada gaya perilaku warga.

5.2 Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa

5.2.1 Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia

Ada beberapa hal pokok yang perlu dicermati terkait dengan kemajemukan Bangsa
Indonesia yaitu:
 Indonesia kaya akan kemajemukan dalam hal ras, agama, golongan, tingkat ekonomi dan
gender.
 Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multikultur artinya memiliki banyak budaya.
 Tercatat ada sekitar 400 suku bangsa di Indonesia.
 Kemajemukan yang kita miliki merupakan kekayaan bangsa. Majemuk sama dengan plural,
jamak, atau beragam. Hal ini selaras dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka
artinya berbeda-beda atau beragam, sedangkan Tunggal Ika adalah cita-cita persatuan dari
keberagaman. Jadi, meski berbeda, namun tetap mementingkan persatuan. Bhineka adalah
kenyataan (das sein) sedangkan Ika adalah keinginan (das sollen).
 Kemajemukan adalah karakteristik bangsa Indonesia, di samping karakteristik lain bangsa
Indonesia yaitu: jumlah penduduk yang besar, wilayah yang luas, posisi silang, kekayaan
alam dan daerah tropis, jumlah pulau yang banyak, serta persebaran pulau.
 Kesetaraan sebagai Warga Negara menjadi hal penting di Indonesia. Kesetaraan atau
kesederajatan menunjuk pada adanya persamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai
manusia. Pengakuan akan prinsip kesetaraan diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD
1945 dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945. Persamaan di negara demokrasi antara lain dalam
bidang politik, hukum, kesempatan ekonomi dan sosial. Persamaan tanpa membedakan
primordial.

27 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


5.2.2 Kesetaraan Sebagai Warga Negara Indonesia

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang.
Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu
memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang
disebut dengan hak asasi manusia.
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang
secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam
kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat
sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya
berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan
kekuasaan.
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedrajatan secara yuridis diakui dan dijamin oleh
Negara melalui UUD 1945. yaitu tertuang dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
”Segala Warga Negara Bersamaan Kedudukannya Dalam Hukum dan Pemerintahan dan Wajib
Menjunjung Hukum Dan Pemerintahan itu dengan Tidak Ada Kecualinya”. Dalam Negara
demokrasi diakui dan dijamin pelasanaan atas persamaan kedudukan warga Negara baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian secara yuridis
maupun politis segala warga Negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik,
hokum, pemerintahan, ekonomi dan sosial.

5.3 Keragaman dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya

Keragaman berasal dari kata ragam yang artinya tingkah laku, macam (jenis), lagu (musik,
langgam), warna (corak, ragi), laras (ling, tata bahasa). Sehingga keragaman berarti perihal
beragam-ragam (berjenis-jenis). Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana
terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama
dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Kesetarran adalah suatu
kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia meliputi:
1) Suku bangsa dan ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat
beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia
yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran
tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya.
2) Agama dan keyakinan.
Agama mendukung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang
dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib
yang tak dapat ditangkap dengan pancaindra.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
 Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyeluruh dan melarang.
 Berfungsi sebagai penyelamat.
 Berfungsi sebagai perdamaian.
 Berfungsi sebagai sosial control.
 Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.
 Berfungsi transformatif.
 Berfungsi kreatif.
 Berfungsi sublimatif
3) Ideologi dan Politik
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap
tingkah laku. Politik adalah usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.
4) Tata krama
Tata krama adalah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap
sesuai kaidah atau norma tertentu.

28 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


5) Kesenjangan ekonomi
Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu perhatian yang
akan terus di tingkatkan.
6) Kesenjangan sosial
Kesenjagan sosial dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya penggolongan
orang berdasarkan kasta.
Pengaruh keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya adalah:
1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering memiliki kebudayaan yang
berbeda.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer.
3) Secara relatif sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lain.
4) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain.

5.4 Problematika Kesetaraan dan Keragaman serta Solusinya

Ada beberapa problematika kebudayaan yang bisa terjadi antara lain:


1) Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
2) Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang
hambatan budaya ini dapat terjadi antara masyarakat dengan pelaksana pembangunan.
3) Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
4) Masyarakat yang tersaing dan kurang komunikasi dengan mayarakat luar.
5) Sikap Etnosentrisme.
6) Perkembangan IPTEK sering disalahgunakan oleh manusia.
7) Masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bisa terjadi, karena
keterbukaan dan kedewasaan sikap yang dikesampingkan, seperti: a) disharmonisasi, b)
perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat, c) eksklusivisme, rasialis,
bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, contohnya keyakinan
bahwa secara kodrati, ras/ sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/ suku/ kelompok lain.
Ada beberapa cara penyelesaian dalam problematika untuk memperkecil masalah yang
mengakibatkan pengaruh negatif di atas antara lain:
1) Semangat religius.
2) Semangat nasionalisme.
3) Semangat pluralisme.
4) Semangat hurmanisme.
5) Dialog antar umat beragama.
6) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar
agama, media masa, dan harmonisasi dua kelompok.

5.5 Kesimpulan
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman, dan
beragam dalam kesatuan. Segala suatu bentuk kesenjangan didekatkan, segala keragaman
dipandang sebagai kekayaan. Bangsa milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan
dalam pola pikir masyarakat untuk menuju Indonesia Raya Merdeka.

29 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 6 ----------------------------------------------------------------

6.1 Hakekat, Fungsi, dan Perwujudan Nilai, Moral, dan Hukum dalam
Kehidupan Manusia, Masyarakat dan Negara

Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan bagaimana cara manusia
mencari hakekat sesuatu, salah satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang
mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika
berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan kondisi baik dan salah,
namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk
bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan
estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji mengenai
persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya.
Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:
1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2) Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3) Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).
Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya, oleh
karena itu bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-kode etik
yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosisalnya, yang tentu saja karena manusia
adalah makhluk sosial.
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan suatu batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring
dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, hal ini sering juga disebut dengan
peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau
suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada
dasarnya, sesungguhnya norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung dengan tertib sebagaimana yang diharapkan.

6.1.1 Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia sebagai
makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat
tergantung pada subjek yang menilainya. Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif: Pertama,
apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita mendambakannya
karena objek itu memiliki nilai. Kedua, apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan
nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut
memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001,
hlm. 19-24).

6.1.2 Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada, sama
seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia, sedangkan kualitas
sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau,
dan sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan
nilai lebih terhadap sesuatu yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.
Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya, kualitas primer harus ada
dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas sekunder merupakan bagian eksistensi objek
tetapi kehadirannya tergantung subjek penilai. Nilai bukan kualitas primer maupun sekunder
sebab nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek. Nilai bukan sebuah keniscayaan
bagi esensi objek. Nilai bukan benda atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki

30 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik semua objek, nilai tidaklah independen yakni
tidak memiliki kesubstantifan.

6.1.3 Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan


sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan
hierarki, yaitu:
1) Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti
baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
2) Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan, objek
yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara
pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan
hal lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri atas nilai
kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Selain itu masih banyak lagi klasifikasi
lainnya dari para pakar, namun adapula pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada
masa dekade Penataran P4), yakni nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir adalah nilai
praktis.

6.1.4 Pengertian Nilai

Nilai sosial adalah nilai yang tertanam dalam kehidupan bermasyarakat, di antaranya:
kesetiakawanan, kepedulian terhadap sesama, menyukai kerjasama, aktif bermusyawarah,
aktif bergotongroyong, cepat tanggap terhadap apa yang menimpa tetangga, dan seterusnya.
Sayangnya, saat ini nilai sosial di masyarakat Indonesia sebagian banyaknya mengalami
penurunan drastis antara tetangga mulai berjarak, kebersamaan mulai menjemukan lebih
senang sendiri-sendiri pada akhirnya banyak kasus jika menengok orang meninggal karna
hanya ingin dapatkan bingkisan nasi bukan berniat meringankan beban atau menghiburnya,
rumah pun dipagari dengan setinggi-tingginya bermaksud tidak menyelinap secara diam-diam
(ada kecurigaan sosial yang tidak jelas alasannya), bekerja bakti pun terkadang harus diiming-
iming dengan upah yang akan didapatkannya sehingga segala sesuatu itu sekarang ditentukan
oleh nominal uang, mungkin tidaklah aneh semua itu terjadi disebabkan susahnya mencari
uang akhirnya beberapa jalan yang sekiranya tidak pantas pun sering dilakukan oleh
masyarakat sekarang.
Walaupun begitu banyaknya pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang
telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan
selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar pada
dasarnya upaya memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang
tertarik pada bagian bagian yang “relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain.
Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada pengertian
nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value is Object of Sosial Interest, karena ia
melihat nilai dari sudut kepentingannya.

6.1.5 Makna Nilai bagi Manusia

Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia karena
dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia
yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu
harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.

6.1.6 Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta terputusnya komunikasi


yang harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga
dalam pembinaan nilai moral anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk
memperjelas nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi si
anak.

31 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


6.1.7 Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral

Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang dimilikinya,
pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga,
sebaliknya akan berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi
diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para
orang tua yang memiliki anak yang masih di bawah umur.

6.1.8 Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan
dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka: memberi tahu apa yang
harus mereka lakukan, kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan,
seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya. Itulah sebabnya
seorang figur otoritas (bisa juga seorang public figure) sangat berpengaruh dalam
perkembangan nilai moral.

6.1.9 Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-anak. Oleh


karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan
hidup yang terfokus sehingga memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak
dipenuhi oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar
bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.

6.1.10 Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih
berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila
melihat eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada
pendekatan lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.

6.1.11 Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama kuatnya maka akan
mempengaruhi disonansi kognitif yang sama, misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya
dengan tuntutan aturan keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu
yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu tersebut.

6.1.12 Manusia dan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia, masyarakat,
dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban
dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antarn manusia dalam
masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi
akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)
dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu
hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada
masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat
sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.

32 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order)
yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari
dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan).

6.1.13 Hubungan Hukum dan Moral

Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh
karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan perundang-undangan
yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda,
sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada
undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan
moral.
K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara hukum dan moral,
pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (hukum lebih dibukukan daripada
moral), kedua, meski hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum
membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin
seseorang, ketiga, sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang
berkaitan dengan moralitas, keempat, hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan
akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma moral
yang melebihi para individu dan masyarakat.

6.2 Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan Sebagai Wujud Masyarakat


Yang Bermoral dan Mentaati Hukum
Dalam upaya memanusiakan manusia (homohumanus = manusia yang bersikap manusia,
berbudaya dan halus), manusia harus memahami dan menghayati konsep keadilan,
penderitaan, cinta kasih, tanggung jawab, pengabdian, pandangan hidup, keindahan dan
kegelisahan.
Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Pengakuan atas hak
hidup individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa merugikan pihak lain, karena orang
lain punya hak hidup seperti kita. Jadi kita harus memberi kesempatan pada orang lain untuk
mempertahankan hidupnya. Prinsipnya keadilan terletak apada keseimbangan atau
keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang
menuntut hak dan lupa pada kewajiban merupakan pemerasan. Sedangkan tindakan yang
hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada mudah diperbudak atau
dipengaruhi orang lain.

6.2.1 Pengertian Keadilan

Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah
orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Menurut Socrates,
keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan pada pemerintah, sehab
pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut
mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus
memperoleh benda atau hasil yang sama. Kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti
ketidakadilan.
Keadilan dan ketidakadilan tidak dapat dipisahkan dalarn kehidupan manusia karena dalam
hidupnya manusia menghadapi keadilan/ ketidakadilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan
ketidakadilan menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi
ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.

33 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Jadi keadilan bila disimpulkan adalah: 1) kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap
warga negara, 2) kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga negara, 3) hak
dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata.

6.2.2 Ciri-Ciri Keadilan

Ciri-ciri keadilan adalah: 1) tidak memihak, 2) sama hak, 3) sah menurut hukum, 4) layak
dan wajar, 5) benar secara moral. Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah:1) kehancuran:
diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan negara, 2) kezaliman yaitu keadaan yang
tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang lain, sewenang-wenang merampas hak
orang lain demi keserakahan dan kepuasan nafsu.

6.2.3 Macam-Macam Keadilan

Macam-macam Keadilan dapat diuraikan sebagai berikut:


1) Keadilan legal (keadilan moral)
Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar
yang paling cocok baginya (the man behind the gun). Rasa keadilan akan terwujud bila
setiap individu melakukan fungsinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, keadilan
tidak akan terjadi bila ada intervensi pada pihak lain dalam melaksanakan tugas
kemasyarakatan dan hal ini dapat memicu pertentangan, konflik dan ketidakserasian.
2) Keadilan distributif
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal yang tidak
sama diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama (justice is done when
equals are treated equally). Contoh: gaji pegawai lulusan SMU dan sarjana harus
dibedakan.

6.2.4 Fungsi Hukum

Fungsi hukum dalam perkembangan masyarakat sebagai berikut:


1) Sebagai pengatur tata tertib hubungan masyarkat.
Sebagai pengatur tata tertib, hukum memberi petunjuk kepada kehidupan bermasyarakat,
mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang harus diperbuat dan mana yang tidak
boleh diperbuat. Dengan demikian, segala sesuatunya dapat berjalan tertib dan teratur. Di
samping itu, karena hukum mempunyai sifat memaksa, yang melanggar peraturan akan
dikenai sanksi hukuman.
2) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadaan sosial lahir dan batin.
Hal itu dikarenakan hukum mempunyai:
 Ciri memerintah dan melarang.
 Mempunyai sifat memaksa.
 Mempunyai daya yang mengikat fisik dan psikologis.
Dengan demikian, hukum dapat memberi keadilan yaitu menentukan siapa yang salah dan
siapa yang benar serta memaksa agar peraturan itu ditaati sehingga terwujud keadilan
sosial lahir dan batin.
3) Sebagai fungsi kritis.
Yang dimaksud dengan fungsi kritis hukum ialah daya kerja hukum yang dapat melakukan
pengawasan tidak hanya terbatas pada aparatur pengawas saja tetapi juga termasuk
aparatur penegak hukum.
4) Sebagai penggerak pembangunan, daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat
dipergunakan atau didayagunakan untuk menggerakan pembangunan.

6.3 Problematika Nilai, Moral, dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia terhadap nilai
dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar dalam menjalin
kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah baik
buruknya sepanjang nilai itu dalam arti positif berarti perubahan bermoral, begitu juga

34 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang
bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah yaitu
untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk
mencapai ketenangan atau ketentraman. Suatu contoh adalah masalah perkawinan. Semua
orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah
mawaddah warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi
dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan tidak
terwujud sebagaimana yang kita dambakan. Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui
oleh negara apabila dilakukan di hadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat
di Kantor Urusan Agama (KUA) untuk penduduk Islam, namun kenyataannya masih banyak
istilah kawin sirri (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan “kawin
kontrak”. Problema yang demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan
bijaksana baik oleh kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat
perkawinan yang demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.
Karena dengan perkawinan sirri dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini, dengan
begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas dari tanggung
jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang ada
dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan
yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau
tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka
perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal ini
di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu misalnya “hukum
adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat masing-masing. Manusia sebagai
makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang dikatakan ketertiban atau
keamanan, dan ketenangan atau ketenteraman maka harus patuh lepada hukum yanng berlaku
dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

35 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 7 ----------------------------------------------------------------

7.1 Hakekat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni bagi Manusia

Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah berhasil menciptakan berbagai macam
kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan tersebut meliputi tujuh unsur
kebudayaan saja. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang
selalu ada pada setiap kebudayaan masyarakat yang ada dibelahan dunia. Menurut Kluchkhon
sebagaimana dikutip Koentjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut
meliputi: 1) peralatan hidup (teknologi), 2) sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), 3) sistem
kemasyarakatan (organisasi sosial), 4) sistem bahasa, 5) kesenian (seni), 6) sistem
pengetahuan (ilmu pengetehuan/sains), serta 7) sistem kepercayaan (religi).
Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti ada
apabila kita meneliti atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat. Karena ada pada setiap
kehidupan masyarakat manusia di dunia ini, maka ketujuh unsur pokok dari kebudayaan yang
ada di dunia itu sering dikatakan sebagai unsur-unsur budaya yang bersifat universal, atau
unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni) atau sering
disingkat IPTEK, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan universal tersebut.
Maka dapat dipastikan IPTEK akan kita jumpai pada setiap kehidupan masyarakat di manapun
berada, baik yang telah maju, sedang berkembang, sampai masyarakat yang masih sangat
rendah tingkat perdabannya. Bahkan pada kehidupan masyarakat purba atau pada zaman
prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebut telah ada, termasuk
IPTEK, meskipun tentunya pada tingkatan yang sangat sederhanan atau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya
universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau
teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupun tulang yang digunakan
untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara sederhana
atau berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem
kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian
hidup manusia purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan
telapak tangan serta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang
ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pada zaman purba, ternyata juga telah dikenal
adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan sandaran pengetahuan pada
perbintangan.
Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tapi pasti IPTEK terus berkembang
semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia.
Bahkan, kini IPTEK yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio filsafat, sekarang
pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu
ataupun teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-
sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebih
mudah, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan
produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara
manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi
lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana
berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu
kehidupannya. Dengan demikian, IPTEK bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia
untuk menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah IPTEK (ilmu,
pengetahuan, teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena
masing-masing ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda.
Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap
orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atau

36 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan
manusia karena dua hal, pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut; kedua, manusia
mempunyai kamampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan
menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir menurut suatu proses berpikir dalam
menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot keilmiahannya
sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat acak serta
terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat diorganisasikan dan disusun
menjadi bidang-bidang ilmu filsafat, humaniora, serta ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh
setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu memiliki
kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
1) Berisi pengetahuan (knowledge).
2) Tersusun secara sistematis.
3) Menggunakan penalaran.
4) Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.
Dalam kajian filsafat, suatu pengetahuan dapat dikatakan (dikategorikan) sebagai suatu ilmu
apabila memenuhi tiga kriteria sebagai berikut:
1) Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki objek
studi/kajian yang jelas, artinya dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, serta dapat
diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam,
yaitu objek material serta objek formal.
2) Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan telah
memiliki metode kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang
studi, yaitu dedukasi, induksi, serta eduksi.
3) Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai
guna atau kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat menunjukkan adanya nilai
teoretis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan yang logis,
sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak
menunjukkan adanya kerancuan, kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di
antara satu sama lain.
Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula teknologi), tidak bisa bebas
dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang kebenarannya bersifat tidak
mutlak. Sedangkan berbicara masalah teknologi, di mana istilah teknologi sendiri sebenarnya
sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab produk-produk
teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memilliki karakteristik objektif dan
netral, namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan
juga sentuhan-sentuhan estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars yang
berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam
membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam,
yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi
manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani
manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi
yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di
dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak
berakar (science without technology has no fruit, technology without science has no root). Sains
hanya mampu mengajarkan fakta dan non fakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan
apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah
mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem
yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan
dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi

37 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi
sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.

7.2 Dampak Penyalahgunaan IPTEK pada Kehidupan

Semestinya, semakin tinggi penguasaan tinggi penguasaan terhadap IPTEK, harusnya


manusia semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien
dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya kebanyakan manusia justru semakin merasa
dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks sekarang ini.
Dampak langsung dari kemajuan IPTEK adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktifitas.
Memang IPTEK diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan
memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan.
Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat
mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak sadar bahwa ternyata
dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan materialistik.
Perkembangan IPTEK yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan
yang berpengaruh yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang
berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen sebagai
berikut:
1) Perubahan di bidang intelektual;masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau
kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru,
setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.
2) Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
3) Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4) Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.
Adanya sisi positif dan negatif dari IPTEK maka sering dikatakan bahwa kemajuan IPTEK
bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, IPTEK secara positif telah mendatangkan
rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada
pihak yang menyatakan bahwa IPTEK menjadi ”tulang punggung kesejahteraan”. Namun di sisi
lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan IPTEK itu juga
telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah
lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu udara
global. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan IPTEK, yakni yang sesuai dengan asas-
asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini
akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.

7.3 Problematika Pemanfaatan IPTEK di Indonesia

Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan IPTEK dapat
diidentifikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009):
1) Rendahnya kemampuan IPTEK nasional dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini
ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran UNDP tahun 2001
menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari
72 negara.
2) Rendahnya kontribusi IPTEK nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh
kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya kandungan teknologi
dalam kegiatan ekspor.
3) Belum optimalnya mekanisme intermediasi IPTEK yang menjembatani interaksi antara
kapasitas penyedia IPTEK dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat dilihat dari
belum tertatanya infrastruktur IPTEK, antara lain institusi yang menngolah dan
menerjemahkan hasil pengembangan IPTEK menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai
untuk difungsikan dalam sistem produksi.
4) Lemahnya sinergi kebijakan IPTEK, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan
hasil yang signifikan.

38 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


5) Masih terbatasnya sumber daya IPTEK, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang IPTEK. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001
adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6) Belum berkembangnya budaya IPTEK di kalangan masyarakat. Budaya bangsa secara
umum masih belum mencerminkan nilai-nilai IPTEK yang mempunyai penalaran objektif,
rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang
lebih suka menciptakan daripada sekedar memakai, lebih suka membuat dari sekadar
membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi
yang ada.
7) Belum optimalnya peran IPTEK dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup.
Kemajuan IPTEK berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut
antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem manajemen dan teknologi
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8) Masih lemahnya peran IPTEK dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam.
Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah yang rawan
bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa
pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan IPTEK nasional belum
optimal dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan
bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor,
gempa bumi, dan tsunami.

39 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 8 ----------------------------------------------------------------

8.1 Hakekat dan Makna Lingkungan bagi Manusia

Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya,
manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha
menyesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan
hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban (istilah Toynbee)
sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung
kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang
membatasinya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki
karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan
makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih
kompleks dan riil (Elly M. Setiadi, 2006). Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya. Mennurut Pasal 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan
memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan
berkembang, di atas bumi sebagai lingkungan.
2) Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
3) Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yanng mendiaminya.
4) Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5) Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan
kebahagiaan hidup.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni. Peringatan ini
dimaksudkan untuk menggugah kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan hidup
yang cenderung semakin rusak. Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan pada
tahun 1972 sebagai rangkaian kegiatan lingkungan dari dua tahun sebelumnya ketika seorang
senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh
ulah manusia. Selanjutnya, ia mengambil prakarsa bersama LSM untuk mencurahkan satu hari
bagi usaha penyelamatan bumi dari kerusakan. Dari Konferensi PBB mengenai lingkungan
hidup yang diselanggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, Swedia, tanggal 5 Juni
tersebut di tetapkan sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Warga atau masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Kesempatan berperan serta itu dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
2) Menumbuhkankembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
3) Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
4) Memberikan saran dan pendapat.
5) Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

8.2 Kualitas Lingkungan dan Penduduk Terhadap Kesejahteraan Manusia

8.2.1 Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan

Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa ada hubungan yang erat antara lingkungan dengan
manusia. Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar

40 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


manusia dapat hidup sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang hidup.
Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan kesejahteraan dalam hidup manusia.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan
membangun manusia seutuhnya.
2) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3) Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
4) Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang
dan yang akan datang.
5) Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Hakekat pengelolaan lingkungan hidup oleh mansusia adalah bagaimana manusia
melakukan berbagai upaya agar kualitas manusia meningkat sementara kualitas lingkungan
juga semakin baik. Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi
manusia, yaitu meningkatkan kesejahteraan.
Undang-Undang No. 23 1997 tentang Pengelolaaan Lingkungan Hidup yang mengatur hak,
kewajiban, dan peran warga negara perihal pengelolaan ini. Hak, kewajiban, dan peran itu
sebagai berikut:
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2) Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
rangka pengelolaan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah
dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
4) Setiap yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang
benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
5) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

8.2.2 Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan

Di negara, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal
dasar atau set pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi
juga merupakan pelaku pembangunan. Mereka adalah subjek dan objek dari pembangunan
negara. Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh penduduk negara dan ditujukan untuk
kebutuhan dan kesejahteraan penduduk yang bersangkutan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi:
1) Aspek kualitas penduduk, mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
2) Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran,
perataan, dan pertimbangan penduduk ditiap wilayah negara.
Pertumbuhan penduduk akan selalu berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Penduduk
dengan segala aktivitasnya akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Demikian pula
makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan makin meningkatnya dampak
terhadap lingkungan hidup. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Lingkungan hidup bisa
berdampak positif dan negatif bagi kesejahteraan penduduk.
Perubahan positif akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan, misalnya dengan
pembangunan jalan-jalan raya yang bisa menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya
terisolir. Pembuatan saluran air, taman kota, penghijauan, penanaman turus jalan, pembuat
bendungan, dan lain-lain adalah contoh-contoh kegiatan yang menjadikan lingkungan memberi
dampak positif bagi manusia. Perubahan yang positif dari lingkungan tersebut tentu saja dapat
memberikan keuntungan dan sumber kesejahteraan bagi penduduk.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak
negatif, yaitu kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya
meniadakan daya dukung lingkungan itu sendiri, tetapi juga memberi resiko bagi kehidupan

41 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


manusia. Kerusakan lingkungan hidup merupakan problematika besar yang dialami umat
manusia sekarang ini. Bahkan, isu tentang lingkungan hidup merupakan satu dari tiga isu global
dewasa ini, yaitu isu tentang HAM, demokrasi, dan lingkungan.
Beberapa problema lingkungan hidup dewasa ini antara lain:
1) Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
2) Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan kebakaran
hutan.
3) Erosi dan banjir.
4) Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
5) Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
6) Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti gatal-gatal, batuk, infeksi
saluran pernapasan, diare, dan tifus.
Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar bagi kelangsungan hidup manusia itu
sendiri. Lingkungan sangat berkaitan dengan masalah ketahanan hidup (survival) manusia.
Ketahanan hidup mati bergantung pada hubungan yang saling menopang dari lingkungan yang
terdiri atas berbagai sistem yang menunjang keehidupan itu ataupun yang saling menyainginya.
Bagi manusia, problema lingkungan pada dasarnya timbul kalau terjadinya ketidakseimbangan
antar manusia dengan sumber-sumber yang ada dalam lingkungan. Pemanfaatan yang
berlebihan oleh manusia menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang sehingga
keseimbangan tidak terjadi lagi. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan pada hakekatnya
adalah menciptakan keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan itu sendiri.

8.3 Problematika Lingkungan Sosial Budaya yang Dihadapi Masyarakat

Lingkungan sosial merupakan wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan dan


interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta
terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan
ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan). Manusia hidup berkaitan dengan
lingkungan, baik fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan sosial.

8.3.1 Interaksi dalam Lingkungan Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
timbal balik antara perorangan, antara kelompok manusia dalam bentuk akomodasi, kerja
sama, persaingan, dan pertikaian.
Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial
merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer
(face to face) dan dapat berbentuk sekunder (melalui media perantara, koran, radio, TV, dan
lain-lain). Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lain. Tanpa
komunikasi tidak mungkin terjadi interaksi sosial. Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan, atau
simbol lainnya.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), akomodasi
(accomodation), persaingan (competition), dan pertikaian (conflict). Kerja sama sebagai segala
bentuk usaha guna mencapai tujuan bersama. Akomodasi sebagai keadaan menunjukan
kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi sosial. Akomodasi sebagai proses
menunjukan pada usaha manusia untuk meredakan pertentangan, yaitu usaha mencapai
kestabilan. Persaingan merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial
bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan dalam kehidupan melalui cara-cara menarik
perhatian publik. Pertikaian merupakan interaksi sosian di mana seseorang atau kelompok
sosial berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan menantang lawannya dengan ancaman
atau kekerasan.

8.3.2 Pranata dalam Lingkungan Sosial

Pranata sosial (dalam bahasa Inggris Istilahnya institution) menunjuk pada sistem pola-pola
resmi yang dianut suatu warga masyarakat dalam berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996).
Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap

42 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


guna memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Sistem norma khusus
dimaksudkan sebagai sistem aturan-atuaran, artinya perilaku itu didasarkan pada aturan-aturan
yang telah ditetapkan.

8.3.3 Problematika dalam Kehidupan Sosial

Problema sosial merupakan persoalan kareba menyangkut tata kelakuan yang abnormal,
amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak. Problema sosial menyangkut nilai-
nilai sosial dan moral yang menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan
mungkin untuk dihilangkan.
Problema sosial yang terjadi dan dihadapi masyarakat banyak ragamnya. Sesuai dengan
faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Soerjono Soekanto, 1982):
1) Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran.
2) Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit.
3) Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan disorganisasi.
4) Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti perceraian, kejahatan, kenakalan anak,
konflik ras, dan konflik agama.

8.4 Isu-Isu Penting tentang Persoalan Lintas Budaya dan Bangsa

Ada beberapa isu penting tentang lingkungan yang menjadi masalah kita bersama yaitu: 1)
kekurangan pangan, 2) kekurangan sumber air bersih, 3) polusi atau pencemaran, dan 4)
perubahan iklim.
Selain itu ada juga isu-isu tentang kemanusiaan di antaranya: 1) kemiskinan, 2) konflik atau
perang, dan 3) wabah penyakit.

43 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 9 ----------------------------------------------------------------

9.1 Hakekat Masyarakat Sebagai Wadah Pergaulan Hidup

Telah kita maklumi bahwa penduduk adalah sekumpulan manusia yang duduk atau
menempati wilayah tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk.
Dalam hidup bermasyarakat, satu sama lain saling membutuhkan. Manusia sebagai anggota
masyarakat mempunyai berbagai aktivitas dan berinteraksi satu dengan yang lain serta masing-
masing memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam suatu daerah/ wilayah tertentu kebutuhan penduduk diharapkan dapat terpenuhi dari
hasil daerah tersebut, lebih-lebih pada daerah agraris di Indonesia, penduduk suatu wilayahnya
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari wilayah tersebut dengan bekerja mengolah tanah
yang tersedia. Suatu wilayah/ daerah yang penduduknya terus bertambah, akhirnya jumlah
tenaga kerja juga bertambah. Dengan luas tanah yang terbatas (tidak dapat bertambah), maka
pertambahan produksi bahan pangan tidak dapat mengimbangi jumlah tenaga kerja yang terus
bertambah. Kondisi yang demikian dinamakan terdapatnya tekanan penduduk di daerah
tersebut.
Kita mengenal adanya dua jenis tekanan penduduk yaitu:
1) Tekanan penduduk yang absolut (mutlak), yang digambarkan sebagai kesukaran
mendapatkan suatu keperluan akan pangan, sandang dan papan bagi kehidupan manusia.
Menurut Wagner, absolute over-population ini timbul apabila dalam sauatu daerah tertentu
dalam waktu twerbatas, bahan kebutuhan hidup tidak dapat mencukupi lagi kehidupan
penduduk daerah tersebut dengan layak. Tekanan penduduk yang absolut itu dapat
diketahui dengan mengukur jumlah keperluan hidup yang dipergunakan perkapita. Makin
rendah jumlah yang tersedia, maka makin tinggi tekanan penduduk absolutnya.
2) Tekanan penduduk yang relatif (nisbi), yang dapat dinyatakan sebagai suatu tingkat tekanan
yang dirasakan orang setelah kekurangan dalam memenuhi syarat kehidupannya, dan
membandingkan dengan apa yang telah dinikmati oleh orang lain atau golongan lain.
Menurut Wagner, relative over-population timbul apabila dalam suatu daerah tertentu dalam
waktu terbatas, penduduk terutama buruh tidak akan mudah memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan tingkat perekonomian yang ada dan tingkat hidup yang layak.

9.2 Pembagian Kerja dalam Masyarakat

Mata pencaharian, kegiatan ekonomi, merupakan suatu aktiviyas manusia guna


mempertahankan hidupnya dan memperoleh hidup yang layak. Corak dan macam aktivitas
berbeda sesuai dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan. Sistem mata pencaharian
hidup dari suatu masyarakat makin lama makin bertambah banyak macamnya dan mengalami
perubahan dari zaman ke zaman. Perbedaan dalam sistem mata pencaharian hidup ini
disebabkan adanya perbedaan sifat, bakat dan kemampuan serta tingkat kebudayaan
setempat.
Menurut Koentjaraningrat urutan sistem mata pencaharian hidup adalah sebagai berikut:
1) Berburu dan meramu
2) Perikanan
3) Bercocok tanam di ladang
4) Bercocok tanam menetap
Sedangkan menurut Jones dan Darkenwald adalah urutan sistem mata pencaharian adalah
sebagai berikut:
1) Pengumpulan
2) Perburuan
3) Perikanan
4) Peternakan dan pertanian (farming)
5) Kehutanan
6) Kerajinan dan perusahaan rumah tangga (manufacturing)
7) Industri, pertanbangan dan pengangkutan
8) Perdagangan

44 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Selain dari itu, aktivitas dari kelompok manusia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
1) Kebutuhan sosial
2) Kebutuhan ekonomis dan politis
3) Keadaan tingkat kebudayaan pendudu
4) Keadaan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya

9.3 Kebudayaan Sebagai Pengikat Kehidupan Bermasyarakat

Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta “buddhayah” yang merupakan bentuk
jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi, akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Di samping kebudayaan, ada kata
kultur yang berasal dari bahasa inggris “culture”. Kultur berasal dari kata Latin yaitu “colere”
yang diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. E.B.
Taylor memberikan definisi mengenai kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan sosial, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selain kebudayaan ada kata peradaban (civilization). Para ahli sosiologi membedakan
kebudayaan dan peradaban. Peradaban dipakai untuk technical skill (keteramplan teknik)
seperti kemampuan membangun bendungan, pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-
kapal laut, pesawat terbang dan sebaginya.

9.3.1 Individu

Kata “individu” berasal dari kata latin, yaitu “individuum”, artinya “yang tak terbagi”. Jadi
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Arti lain dari individu adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau
manusia perorangan. Di sini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia, sebagaimana ia hidup di
tengah-tengah individu lain dalam masyarakat.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan, dapat kita uraikan, bahwa
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah
laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada
seseorang sampai pada ia adalah dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi
diri.
Manusia sebagai individu memiliki tugas pada dirinya sendiri yaitu:
1. Menuntut ilmu pengetahuan, merekayasa teknologi serta memanfaatkannya untuk
kemakmuran dan kesejahteraan. Kesadaran tersebut mendorongnya untuk terus belajar.
Proses belajar berarti proses perubahan sikap dan perilaku dengan mendapatkan
pengalaman dan pelatihan.
2. Menghiasi diri dan budi pekerti dengan baik serta akhlak yang terpuji, setiap tindakan dan
perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat selalu bercermin pada keindahan dan keelokan
budi pekerti maka akan tercipata kesejukan dalam kehidupan bermasyarakat,

9.3.2 Keluarga

Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga adalah
berkembang biak, mensosialisasi, mendidik anak, menolong, melindungi, atau merawat orang-
orang tua (jompo). Bentuk keluarga terdiri atas seorang suami, seorang istri, dan anak-anak
yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama (keluarga inti). Secara resmi keluarga
terbentuk dari hasil perkawinan.
Secara umum ada beberapa fungsi keluarga meliputi:
1) Pengaturan seksual

45 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Dapat dibayangkan apabila tidak ada keluarga maka akan terjadi seks bebas yang
diakibatkan tidak adanya pengaturan seksual. Oleh karena itu, di sinilah fungsi keluarga
agar pengaturan seksual dapat dikontrol dan tidak ada lagi kelahiran di luar nikah.
2) Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk membentuk keturunan, walaupan banyak yang berpandangan
bahwa banyak anak akan menambah beban hidup, dan ada pula yang mengharapkan
banyak anak untuk jaminan bagi orang tua di masa depan.
3) Sosialisasi
Sebelum bersosialisasi dalam masyarakat ada baiknya kita bersosialisasi terlebih dahulu
dalam keluarga agar terbentuklah kepribadian, sikap, perilaku, dan tanggapan emosinya,
sehingga ketika kita bermasyarakat dapat diterima dengan baik.
4) Kontrol sosial
Keluarga yang berfungsi dalam sosialisai, yaitu bagi individu pada saat ia tumbuh menjadi
dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan untuk mengarahkan
aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan
kepribadiannya.

9.3.3 Masyarakat

Dalam Bahasa Inggris masyarakat disebut juga “society”, asal katanya “socius” yang berarti
kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari Bahasa Arab, yaitu “syirk”, artinya bergaul.
Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur lain dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Tugas manusia sebagai anggota masyarakat antara lain:
1) Saling menolong dan bantu membantu dalam kebajikan
2) Ikut meringankan beban kesengsaraan orang lain
3) Menjaga dan memelihara keamanan, ketenteraman dan ketertiban lingkungan dan
masyarakat
4) Menghindari perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta
ketergantungan yang saling menguntungkan.

9.4 Kesimpulan

Dari seluruh uraian mengenai relasi individu dengan enam macam lingkungan sosial mulai
dari keluarga sampai nasional, dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa individu mempunyai
makna langsung apabila konteks situasional adalah keluarga atau lembaga sosial, sedangkan
individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih besar, seperti masyarakat, posisi dan
peranannya semakin abstrak.

46 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 10 ---------------------------------------------------------------

10.1 Perkembangan Sosial dan Kebudayaan Masyarakat Indonesia

10.1.1 Peran Manusia dalam Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban

Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap


lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia
membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan
hidup mereka pada kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di
Taman Firdaus. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan
mengolah sumberdaya secara aktif sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia
mengembangkan kebiasaan yang melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka.
Karena kemampuannya beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri
sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya
memenuhi dunia.
Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif
itu telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan
menuju peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan
kebudayaan dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan
setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.

10.1.2 Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia

Dinamika sosial dan kebudayaan, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun
luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya
dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju.
Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah
mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan
yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang memicu perubahan sosial,
yaitu:
1) Kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan
berbagai penemuan dan rekayasa setempat.
2) Kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar
budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta
perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan
kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor
apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra
terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu
dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial
terutama dalam masyarakat majemuk dengan multikultur seperti Indonesia.

10.1.3 Perkembangan Sosial dan Kebudayaan Dewasa Ini

Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat
sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedangkan tuntutan reformasi itu
berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk
mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu
menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah
mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu
seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan
kebudayaan dewasa ini.

47 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


10.1.3.1 Penerapan Teknologi Maju

Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang
lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial di samping
keterampilan dan keahlian tenaga kerja dengan sikap mental yang mendukungnya. Penerapan
teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive
capital investment). Modal yang besar itu harus dikelola secara profesional agar dapat
mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin. Karena itu juga memerlukan tenaga
kerja yang berketerampilan dan profesional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan
(achievement orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap
sektor kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di
kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka
yang mempunyai berbagai keunggulan sosial, politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar
sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur
dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial,
yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi
konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.

10.1.3.2 Keterbatasan Lingkungan (environment scarcity)

Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitatif dan ekspansif
dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin
berat yang mahal harganya dan biaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk
menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan hutan secara besar-
besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja
terus menerus dan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dilempar ke pasar.
Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang
pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan
mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di eksplotasi secara besar-besaran.
Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas lingkungan
geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam yang
diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern,
kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan
lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat.
Ketimpangan sosial budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya
juga menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang
befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk pedesaan yang harus mampu
memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang sering dilupakan orang adalah
lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olah kehilangan pedoman dalam
melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam
menata kehidupan penduduk sehari-hari. Seolah-olah telah terjadi kelumpuhan sosial seperti
kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa
alasan hukum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak. Kelumpuhan
sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut dengan
pertikaian yang disertai kekerasan ataupun amuk.

10.2 Peraturan Peundang-Undangan

Sejumlah peraturan dan perundang-undangan diterbitkan pemerintah untuk melindungi hak


dan kewajiban segenap warganegara, seperti UU Perkawinan monogamous, pengakuan HAM
dan pengakuan kesetaraan gender serta pengukuhan “personal, individual ownership” atas
kekayaan keluarga mulai berlaku dan mempengaruhi sikap mental penduduk dengan segala
akibatnya.
Kekuatan perubahan yang sangat kuat, akan tetapi tidak disadari oleh kebanyakan orang
adalah pendidikan. Walaupun pendidikan di manapun merupakan lembaga ssosial yang
terutama berfungsi untuk mempersiapkan anggotanya menjadi warga yang terampil dan

48 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


bertanggung jawab dengan penanaman dan pengukuhan norma sosial dan nilai-nilai budaya
yang berlaku, namun akibat sampingannya adalah membuka cakrawala dan keinginan tahu
peserta didik. Oleh karena itulah pendidikan dapat menjadi kekuatan perubahan sosial yang
amat besar karena menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan
pembaharuan (innovation).
Di samping kreativitas inovatif yang membekali peserta didik, keberhasilan pendidikan
menghantar seseorang untuk meniti jenjang kerja membuka peluang bagi mobilitas sosial yang
bersangkutan. Pada gilirannya mobilitas sosial untuk mempengaruhi pola-pola interaksi sosial
atau struktur sosial yang berlaku. Prinsip senioritas tidak terbatas pada usia, melainkan juga
senioritas pendidikan dan jabatan yang diberlakukan dalam menata hubungan sosial dalam
masyarakat.
Dengan demikian pendidikan sekolah sebagai unsur kekuatan perubahan yang
diperkenalkan dari luar, pada gilirannya menjadi kekuatan perubahan dari dalam masyarakat
yang amat potensial. Bahkan dalam masyarakat majemuk Indonesia dengan multikulturnya,
pendidikan mempunyai fungsi ganda sebagai sarana integrasi bangsa yang menanamkan
saling pengertian dan penghormatan terhadap sesama warganegara tanpa membedakan asal-
usul dan latar belakang sosial-budaya, kesukubangsaan, keagamaan, kedaerahan dan rasial.
Pendidikan sekolah juga dapat berfungsi sebagai peredam potensi konflik dalam masyarakat
majemuk dengan multi kulurnya, apabila diselenggarakan dengan benar dan secara
berkesinambungan.
Di samping pendidikan, penegakan hukum diperlukan untuk menjamin keadilan sosial dan
demokratisasi kehidupan berbangsa dalam era reformasi yang memicu perlembangan sosial-
budaya dewasa ini. Kebanyakan orang tidak menyadari dampak sosial reformasi, walaupun
mereka dengan lantangnya menuntut penataan kembali kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Sesungguhnya reformasi mengandung muatan perubahan sosial budaya yang
harus diantisipasi dengan kesiapan masyarakat untuk menerima pembaharuan yang seringkali
menimbulkan ketidakpastian dalam prosesnya.
Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial budaya di
Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan
masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala
awalnya dewasa ini. Lebih berbahaya lagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan
keagamaan, seperti penantian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang
mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai “biang” kekacauan.
Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan
mulai dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah
perbaikan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

10.3 Mengapa Kemiskinan di Indonesia Masih Menjadi Masalah


Berkelanjutan?

10.3.1 Program Pengentasan Kemiskinan

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan
selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan
karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi
masalah yang berkepanjangan. Pada umumnya, partai-partai peserta Pemilihan Umum
(Pemilu) juga mencantumkan program pengentasan kemiskinan sebagai program utama dalam
platform mereka.
Pada masa Orde Baru, walaupun mengalami pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, yaitu rata-
rata sebesar 7,5 persen selama tahun 1970-1996, penduduk miskin di Indonesia tetap tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia tahun
1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak
belakang dengan pandangan banyak ekonom yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

49 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi
penduduk miskin.
Perhatian pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan pada pemerintahan reformasi
terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997.
Meskipun demikian, berdasarkan penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia
sampai tahun 2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang
lebih besar, yaitu 37,4 juta orang. Bahkan, berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga
prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari separuh jumlah
keluarga di Indonesia. Angka-angka ini mengindikasikan bahwa program-program
penanggulangan kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia.

10.3.2 Penyebab Kegagalan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, yaitu:
1) Program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya
penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk
rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti
ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah
untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan. Program-program
bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk
moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya
lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan
sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik
apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan
sekolah menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya-biaya pengobatan di pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas).
2) Kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga
program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang
penyebabnya berbeda-beda secara lokal. Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang
digunakan untuk program-program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data
makro hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS dan data mikro hasil
pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN. Kedua data ini pada
dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan
asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak.
Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat
keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup
banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya,
maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa angka-angka
kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan lokal, dan bahkan bisa
membingungkan pemimpin lokal (pemerintah kabupaten/kota). Sebagai contoh adalah kasus
yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur merasa
kesulitan dalam menyalurkan beras untuk orang miskin karena adanya dua angka
kemiskinan yang sangat berbeda antara BPS dan BKKBN pada waktu itu. Di satu pihak
angka kemiskinan Sumba Timur yang dihasilkan BPS pada tahun 1999 adalah 27 persen,
sementara angka kemiskinan (keluarga prasejahtera dan sejahtera I) yang dihasilkan
BKKBN pada tahun yang sama mencapai 84 persen. Kedua angka ini cukup menyulitkan
pemerintah dalam menyalurkan bantuan-bantuan karena data yang digunakan untuk target
sasaran rumah tangga adalah data BKKBN, sementara alokasi bantuan didasarkan pada
angka BPS.
Secara konseptual, data makro yang dihitung BPS selama ini dengan pendekatan
kebutuhan dasar (basic needs approach) pada dasarnya (walaupun belum sempurna) dapat
digunakan untuk memantau perkembangan serta perbandingan penduduk miskin antar
daerah. Namun, data makro tersebut mempunyai keterbatasan karena hanya bersifat

50 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


indikator dampak yang dapat digunakan untuk target sasaran geografis, tetapi tidak dapat
digunakan untuk target sasaran individu rumah tangga atau keluarga miskin.
Untuk target sasaran rumah tangga miskin, diperlukan data mikro yang dapat menjelaskan
penyebab kemiskinan secara lokal, bukan secara agregat seperti melalui model-model
ekonometrik. Untuk data mikro, beberapa lembaga pemerintah telah berusaha
mengumpulkan data keluarga atau rumah tangga miskin secara lengkap, antara lain data
keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN dan data rumah tangga miskin oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, dan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Meski demikian, indikator-indikator yang dihasilkan masih terbatas
pada identifikasi rumah tangga. Di samping itu, indikator-indikator tersebut selain tidak bisa
menjelaskan penyebab kemiskinan, juga masih bersifat sentralistik dan seragam-tidak
dikembangkan dari kondisi akar rumput dan belum tentu mewakili keutuhan sistem sosial
yang spesifik-lokal.

10.3.3 Strategi ke depan untuk Pengentasan Kemiskinan

Berkaitan dengan penerapan otonomi daerah sejak tahun 2001, data dan informasi
kemiskinan yang ada sekarang perlu dicermati lebih lanjut, terutama terhadap manfaatnya
untuk perencanaan lokal. Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari
satu dimensi saja (pendekatan ekonomi), tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan
menyeluruh (sistemik) terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal.
Data dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran sangat diperlukan untuk
memastikan keberhasilan
pelaksanaan serta pencapaian tujuan atau sasaran dari kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, baik di tingkat nasional, tingkat kabupaten/kota, maupun di tingkat
komunitas. Masalah utama yang muncul sehubungan dengan data mikro sekarang ini adalah,
selain data tersebut belum tentu relevan untuk kondisi daerah atau komunitas, data tersebut
juga hanya dapat digunakan sebagai indikator dampak dan belum mencakup indikator-indikator
yang dapat menjelaskan akar penyebab kemiskinan di suatu daerah atau komunitas.
Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan adanya indikator-indikator yang realistis
yang dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan dan program yang perlu dilaksanakan
untuk penanggulangan kemiskinan. Indikator tersebut harus sensitif terhadap fenomena-
fenomena kemiskinan atau kesejahteraan individu, keluarga, unit-unit sosial yang lebih besar,
dan wilayah.
Kajian secara ilmiah terhadap berbagai fenomena yang berkaitan dengan kemiskinan, seperti
faktor penyebab proses terjadinya kemiskinan atau pemiskinan dan indikator-indikator dalam
pemahaman gejala kemiskinan serta akibat-akibat dari kemiskinan itu sendiri, perlu dilakukan.
Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota dengan dibantu para peneliti perlu
mengembangkan sendiri sistem pemantauan kemiskinan di daerahnya, khususnya dalam era
otonomi daerah sekarang. Para peneliti tersebut tidak hanya dibatasi pada disiplin ilmu
ekonomi, tetapi juga disiplin ilmu sosiologi, ilmu antropologi, dan lainnya.

10.3.4 UKuran Kemiskinan

Ukuran-ukuran kemiskinan yang dirancang di pusat belum sepenuhnya memadai dalam


upaya pengentasan kemiskinan secara operasional di daerah. Sebaliknya, informasi-informasi
yang dihasilkan dari pusat tersebut dapat menjadikan kebijakan salah arah karena data
tersebut tidak dapat mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya yang terjadi di tingkat daerah
yang lebih kecil. Oleh karena itu, di samping data kemiskinan makro yang diperlukan dalam
sistem statistik nasional, perlu juga diperoleh data kemiskinan mikro yang spesifik daerah.
Namun, sistem statistik yang dikumpulkan secara lokal tersebut perlu diintegrasikan dengan
sistem statistik nasional sehingga keterbandingan antarwilayah, khususnya keterbandingan
antarkabupaten dan provinsi dapat tetap terjaga.
Dalam membangun suatu sistem pengelolaan informasi yang berguna untuk kebijakan
pembangunan kesejahteraan daerah, perlu adanya komitmen dari pemerintah daerah dalam
penyediaan dana secara berkelanjutan. Dengan adanya dana daerah untuk pengelolaan data
dan informasi kemiskinan, pemerintah daerah diharapkan dapat mengurangi pemborosan dana
dalam pembangunan sebagai akibat dari kebijakan yang salah arah, dan sebaliknya membantu

51 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


mempercepat proses pembangunan melalui kebijakan dan program yang lebih tepat dalam
pembangunan. Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan data dan informasi statistik
tersebut bahkan bisa jauh lebih besar dari biaya yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan
pengumpulan data tersebut. Selain itu, perlu adanya koordinasi dan kerja sama antara pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholder), baik lokal maupun nasional atau internasional, agar
penyaluran dana dan bantuan yang diberikan ke masyarakat miskin tepat sasaran dan tidak
tumpang tindih.
Ketersediaan informasi tidak selalu akan membantu dalam pengambilan keputusan apabila
pengambil keputusan tersebut kurang memahami makna atau arti dari informasi itu. Hal ini
dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan teknis dari pemimpin daerah dalam hal
penggunaan informasi untuk manajemen. Sebagai wujud dari pemanfaatan informasi untuk
proses pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pembangunan di daerah, diusulkan
agar dilakukan pemberdayaan pemerintah daerah, instansi terkait, perguruan tinggi dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pemanfaatan informasi untuk kebijakan program.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pengambil keputusan, baik pemerintah daerah, dinas-dinas
pemerintahan terkait, perguruan tinggi, dan para LSM, dapat menggali informasi yang tepat
serta menggunakannya secara tepat untuk membuat kebijakan dan melaksanakan program
pembangunan yang sesuai.
Pemerintah daerah perlu membangun sistem pengelolaan informasi yang menghasilkan
segala bentuk informasi untuk keperluan pembuatan kebijakan dan pelaksanaan program
pembangunan yang sesuai. Perlu pembentukan tim teknis yang dapat menyarankan dan
melihat pengembangan sistem pengelolaan informasi yang spesifik daerah. Pembentukan tim
teknis ini diharapkan mencakup pemerintah daerah dan instansi terkait, pihak perguruan tinggi,
dan peneliti lokal maupun nasional, agar secara kontinu dapat dikembangkan sistem
pengelolaan informasi yang spesifik daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu disadari
bahwa walaupun kebutuhan sistem pengumpulan data yang didesain, diadministrasikan,
dianalisis, dan didanai pusat masih penting dan perlu dipertahankan, sudah saatnya
dikembangkan pula mekanisme pengumpulan data untuk kebutuhan komunitas dan kabupaten.
Mekanisme pengumpulan data ini harus berbiaya rendah, berkelanjutan, dapat dipercaya,
dan mampu secara cepat merefleksikan keberagaman pola pertumbuhan ekonomi dan
pergerakan sosial budaya di antara komunitas pedesaan dan kota, serta kompromi ekologi
yang meningkat.

10.4 Filsafat Indonesia

Filsafat Indonesia adalah filsafat yang diproduksi oleh semua orang yang menetap di
wilayah yang dinamakan belakangan sebagai Indonesia, yang menggunakan bahasa-bahasa di
Indonesia sebagai mediumnya, dan yang isinya kurang-lebih memiliki segi distingtif bila
dibandingkan dengan filsafat sejagat lainnya. Sebagai suatu tradisi pemikiran abstrak, menurut
studi Mochtar Lubis, Filsafat Indonesia sudah dimulai oleh genius lokal Nusantara di era
neolitikum, sekitar tahun 3500–2500 SM (Mochtar Lubis, Indonesia: Land under The Rainbow,
1990, h.7). Tetapi, sebagai nama kajian akademis (di antara kajian-kajian akademis yang lain,
seperti kajian 'Filsafat Timur' atau 'Filsafat Barat'), Filsafat Indonesia merupakan kajian
akademis baru yang berkembang pada dasawarsa 1960-an, lewat tulisan rintisan M.Nasroen,
Guru Besar Luar Biasa pada Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia, yang berjudul Falsafah
Indonesia (1967).
Filsafat Indonesia disusun menurut kronologi sebagai berikut:
 Sebagai hasil dari falsafah itu dalam alam kenyataan, adalah kebudayaan. Dalam alam
kenyataan terdapat bermatjam-matjam kebudayaan dan tiap-tiap kebudayaan ini tentu
mempunyai atau berdasarkan falsafah sendiri-sendiri pula --M.Nasroen, Falsafah Indonesia
1967.
 Pantja Sila ini adalah pantjaran dari Pandangan Hidup Indonesia dan pasti mengandung
unsur-unsur dari Pandangan Hidup Indonesia itu didalamnja --M. Nasroen, Falsafah
Indonesia 1967.
 Saja jakin, bahwa sebelum bangsa Indonesia memeluk agama, Tuhan telah mengilhami
nenek mojang Indonesia membatja, jaitu mengemukakan ketentuan-ketentuan jang terdapat
pada alam itu. Nenek mojang Indonesia dengan ketentuan-ketentuan itu mentjiptakan adat

52 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


itu dan adat itulah jang mengandung falsafah Indonesia asli didalamnja--M. Nasroen,
Falsafah Indonesia 1967.
 Untuk mengetahui dan menjelidiki falsafah asli Indonesia haruslah mengetahui dan
menjelidiki adat dan pantun Indonesia--M. Nasroen, Falsafah Indonesia 1967.
 Kehidupan desa-desa kita diarahkan dan dipengaruhi oleh nenek-moyang sebagai filosof,
melalui adat, pandangan dan sikap hidup yang diwariskannya dari angkatan ke angkatan.--
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.
 Bahasa Indonesia tepat sekali memakai perkataan budi sebagai dasar daripada budidaya
atau kebudayaan. Hal ini tidak terdapat dalam bahasa Inggris; di sana tidak ada
perhubungan antara mind dengan culture atau civilization, sehingga dilihat dari suatu
jurusan ilmu kebudayaan, yang dalam Bahasa Inggris sering disebut ilmu sosial, pada
hakekatnya kacau. Dalam bahasa Jerman ada suatu kesadaran, bahwa pengertian Geist
yang sama dengan mind atau budi itu, rapat berhubungan dengan pengertian kultur; die
Geisteswissenschaften boleh disamakan dengan die Kulturwissenschaften--Sutan Takdir
Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari jurusan Nilai-Nilai
1977.
 Bagi Bangsa Indonesia pandangan hidu itu dapat dipelajari dari khazanah adat, istiadat,
kebiasaan-kebiasaan di dalam pelbagai kebudayaan daerah--R. Parmono, Menggali Unsur-
Unsur Filsafat Indonesia 1985.
 Hasil real dari pemikiran filsafat itu adalah kebudayaan. Oleh karena itu usaha untuk
mempelajari filsafat Indonesia dapat ditempuh melalui kebudayaan daerah --R. Parmono,
Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia 1985.
 Bangsa Jawa menambahkan tokoh-tokoh dari kebudayaannya sendiri kepada tokoh-tokoh
Mahabharata dalam bentuk Semar, Gareng, Petruk, Bagong --Sutan Takdir Alisjahbana,
Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada pemberian gelar
Doctor Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
 Tiba di sini, tibalah kita pada soal local genius, yaitu keistimewaan bakat dan pembawaan
kebudayaan-kebudayaan Asia Tenggara atau Bumantara, yaitu kuatnya tenaga kekreatifan
estetik yang sejalan dengan kecakapan menerima dan mensintesis konsep dan pemikiran
dari kebudayaan lain dalam suatu integrasi struktur dan penjelmaan bentuk baru yang
seimbang dan agung --Sutan Takdir Alisjahbana, Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di
Masa Depan, Ceramah pada pemberian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Sains
Malaya.
 Siapa yang pernah melihat tari Ramayana Thailand, Jawa atau Bali dan pernah juga melihat
tari Ramayana India, akan sadar bahwa ketiga kebudayaan yang pertama itu telah membuat
seni tari dan drama yang besar dari cerita suci India Ramayana yang indahnya jauh
mengatasi tari dan drama Ramayana India --Sutan Takdir Alisjahbana, Kesatuan Asia
Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada pemberian gelar Doctor Honoris
Causa di Universitas Sains Malaya.
 Shiwa memberikan tarinya kepada Indonesia dan meninggalkan abunya di India --Sutan
Takdir Alisjahbana, Kesatuan Asia Tenggara dan Tugasnya di Masa Depan, Ceramah pada
pemberian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Sains Malaya.
 Agama Islam dan Nasrani yang jadi lapis terakhir di atas kepercayaan-kepercayaan lama
dan nilai-nilai akar budaya kita, oleh daya sinkretisme manusia Indonesia, semuanya
diterima dalam dirinya tanpa menimbulkan banyak konflik dalam jiwa dan diri kita --Mochtar
Lubis, Situasi dan Akar Budaya Kita, Pidato Kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM)
1986.
 Sambil kita mendoa minta rakhmat dan minta perlindungan Allah, kita juga pergi ke kuburan
nenek moyang kita untuk minta tolong dan bantuan. Kita cari tuyul supaya menolong kita
cepat kaya, atau minta bantuan ke Gunung Kawi untuk hal yang sama --Mochtar Lubis,
Situasi dan Akar Budaya Kita, Pidato Kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) 1986.
 Pada akhirnya kita harus menjadi diri kita sendiri. Sebab yang lain itu tak mungkin
menerimanya sebagai bagian dari diri mereka. Engkau bukan bagian dari diri kami. Engkau
berbeda dengan kami. Barangkali Engkau memang hidup seperti kami hidup, tetapi jelas
bahwa engkau tidak tumbuh dari akar kami. Engkau beda. Engkau bukan kami. Lantas, ke
mana kita akan menggabung? Pulang ke ibu. Pulang pada nilai-nilai Jawa, Batak, Sunda,

53 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Bugis, karena ibunda kita memang ada di sana. Setiap Malin Kundang itu akan menjadi batu
--Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, kata Bung Karno. Tetapi siapakah dia itu? Kita
lebih mengenal pikiran-pikiran Gramsci daripada Tan Malaka, pemikiran Fromm daripada Ki
Hadjar Dewantoro--Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Berpikirlah dari bawah, dari kenyataan budaya kita yang konkrit ini. Jangan terlalu banyak
membaca buku dan menyimak berita berbahasa Inggris. Bacalah rakyat. Kita hidup di bumi
kontekstual bernama kepulauan Nusantara --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia
2003.
 Tetapi, kalau kita ditakdirkan untuk lahir dan tinggal di suatu lokal di planet ini, mungkinkah
kita menghindar dari tata nilai yang dilahirkan oleh masyarakat lokal itu? --Jakob Sumardjo,
Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Kita lupa bahwa budaya pendidikan negara-negara maju ini bertolak dari kebudayaan
mereka sendiri. Apa yang mereka ajarkan adalah pencapaian-pencapaian budaya nenek
moyang mereka. Pendidikan negara-negara maju ini, dilihat secara budaya, merupakan
garis lurus perjalanan cara berpikir, cara berbuat dan semua produk kegiatan itu. Sementara
kita mempunyai garis sejarah budaya yang berbeda --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma
Indonesia 2003.
 Masyarakat Indonesia itu memiliki sejarah cara berpikir mereka sendiri, mempunyai sistem
pengetahuan mereka sendiri, mempunyai warisan-warisan nilai-nilai sendiri, mempunyai
organisasi sosialnya sendiri --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Bagi masyarakat Indonesia, filsafat bukan sekadar pengetahuan rasional, tetapi harus
dibuktikan dapat dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Filsafat sebagai wacana kurang
dilakukan, tetapi filsafat sebagai 'pegangan hidup' sejak dulu dipraktikkan. Inilah sebabnya,
untuk mengetahui 'filsafat' orang Indonesia, kita perlu membacanya dalam berkas-berkas
hasil tindakannya. Filsafat masyarakat Indonesia adalah praktik hidupnya sehari-hari.
Filsafat Indonesia tidak berwujud diskusi-diskusi verbal yang abstrak rasional seperti biasa
kita baca dalam sejarah Barat (Eropa-Amerika) --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma
Indonesia 2003.
 Orang Papua menjalankan filsafat Papua, orang Jawa menjalankan filsafat Jawanya, orang
Sunda, orang Minang, orang Bugis, orang Melayu, orang Dayak, masing-masing
menjalankan filsafatnya. Bahwa mereka memang demikian, terlihat dari caranya
membangun rumah adat mereka yang berbeda-beda, dalam menganyam ragam hias
pakaian mereka, dalam melukiskan simbol-simbol mereka, dalam jargon-jargon hidup
kesukuan mereka, semuanya berbeda-beda --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia
2003.
 Mengapa sikap politik Bung Karno berbeda dengan Bung Syahrir, Bung Hatta dan Tan
Malaka? Tidak adakah pola pikir pra modern dibelakangnya? Mengapa Habibie berbeda
dengan Gus Dur? Mengapa sikap Sri Sultan Hamengku Buwono IX semacam itu dalam
sejarah RI? Semua itu dapat dijelaskan dari pola pikir struktural masyarakat lokal yang
membesarkan mereka --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Lantas nenek moyang kita dulu itu kerjanya apa? Mencangkul melulu? Yang jelas, bangsa
apa pun, memiliki tradisi pemikiran mereka sendiri. Orang Aborigin saja punya --Jakob
Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Meskipun pada usia sepuluh tahun saya dibawa ke desanya Foucault, tetap saja Klaten
saya bawa-bawa. Dan orang sana juga tahu (meskipun bahasa Perancis saya cas cis cus)
saya tetap orang udik pedalaman Jawa --Jakob Sumardjo, Mencari Sukma Indonesia 2003.
 Saya bisa menikmati musik Jazz atau komposisi Mozart atau Beethoven, tetapi apabila saya
mendengarnya saya tidak pernah merasa melihat diri saya sendiri dan berada di rumah
sendiri. Saya bisa berjingkrak-jingkrak mendengarkan musik rock atau reggae, tetapi tetap
merasa tidak di rumah sendiri. Ini berlainan dengan apabila saya mendengar lagu
keroncong, gending-gending Jawa dan Madura, degung dan kecapi Sunda, atau gamelan
Bali. Di sana saya merasa di rumah dan melihat diri sendiri. Suatu jenis musik bisa
dikatakan sebagai hasil kebudayaan bangsa, apabila ia lahir dan tumbuh, serta dicipta oleh
seniman yang hidup di negeri tempat bangsa itu besar dan tumbuh. Unsur-unsurnya
mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan lain di luarnya, tetapi ia bukan hasil tiruan dan
jiplakan, bukan karena di-xerox. Tumbuhnya pula bukan disebabkan oleh adanya industri

54 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


hiburan, melainkan disebabkan oleh kreativitas dan keperluan masyarakat pendukungnya itu
sendiri.

10.5 Konsep Waktu, Perubahan, dan Kelompok Sosial

10.5.1 Individu dan Kelompok Sosial

Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
manusia lain. Sebagai akbat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia)
kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-
kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat
dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan
tertentu.
Macam-macam kelompok sosial meliputi:
1) klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial;
2) kelompok sosial dipandang dari sudut individu;
3) in group dan out group;
4) primary group dan secondary group;
5) gemeinschalf dan geselfchaft.
Primary group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal
antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan yang
dimaksud pengertian secondary group adalah kebalikan dari primary group. Secondary group
sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri atas banyak orang antara siapa
hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu
langgeng.
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa gemeinschalf adalah bentuk kehidupan bersama di
mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan
tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Contoh bentuk
gemeinschalf dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga. Sedangkan
geselfchaft adalah kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat
dalam mesin. Contoh bentuk geselfchaft ini terdapat bentuk utama hubungan perjanjian
berdasarkan ikatan timbal balik. Seperti ikatan antara pedagang, organisasai dalam suatu
pabrik, industri dan lain-lain.
Di samping itu ada kelompok sosial juga terdapat sistem sosial dalam bentuk piramida yaitu:
1) lapisan sosial atas (upper);
2) lapisan sosial menengah (midle);
3) lapisan sosial rendah (lower).

10.5.2 Kelembagaan Sosial (social institution)

Beberapa pendapat para ahli sosiologi tentang pengertian kelembagaan (social institution).
Soerjono Soekanto (1982:191) mendefinisikan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah
“sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal norma-
norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri-ciri dari lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1984:165) adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku
masyarakat. Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui proses disebut sebagai lembaga institusional,
atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai
kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda. Norma-norma tersebut dapat
dibedakan seperti berikut: cara (ussage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat
istiadat (custom).

55 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Lembaga kemasyarakatan di samping seperti yang dijelaskan tersebut di atas, juga memiliki
ciri-ciri dan tipe-tipe berdasarkan pelembagaannya, sistem nilai, penyebarannya dan
bagaimana penerimaan di masyarakat.
Dalam lembaga kemasyarakatan juga terdapat social control (sistem pengendalian sosial)
yang dilakukan bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-
perubahan dalam masyarakat, baik yang bersifat preventif maupun represif.

10.5.3 Konsep Waktu dan Sejarah Lokal

Sejarah bertugas untuk membuka kegelapan masa lampau manusia, memaparkan


kehidupan manusia, dalam berbagai aspek kehidupan. dan mengikuti perkembangannya dari
masa yang paling tua hingga kini dan untuk dijadikan pedoman di masa kini dan masa yang
akan datang. Konsep waktu dalam sejarah mempunyai arti kelangsungan (continuity) dan
satuan atau jangka berlangsungnya perjalanan waktu (duration). Kelangsungan waktu atas
kesadaran manusia, terhadap waktu dibagi menjadi tiga, dimensi yaitu: waktu yang lalu, waktu
sekarang, dan waktu yang akan datang di dalam satu kontinuitas.
Dimensi waktu dalam sejarah adalah, penting sekali, karena, peristiwa yang menyangkut
masyarakat manusia terjadi atau berlangsung dalam dimensi ruang dan waktu. Akan tetapi
karena, tak dapat ditentukan kapan waktu berawal dan dan kapan waktu berakhir, maka
terbatasnya konsep tentang kelangsungan waktu itu lalu dibatasi dengan awal dan akhir atas
dasar kesadaran manusia yang disebut periode atau kurun waktu atau babakan waktu.
Babakan waktu juga dinamai penzaman, seralisasi, periodesasi dan masa. Sejarah lokal
merupakan sejarah yang terjadi di satu tempat saja. Pengajaran sejarah lokal sangat penting
guna menumbuhkan rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri.

10.5.4 Pembelajaran Konsep Perubahan

Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada satu
masyarakat pun yang benar-benar statis, cepat atau lambat semua masyarakat akan
mengalami perubahan. Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan.
Perubahan sosial adalah perubahan lembaga-lembaga, kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan sejenisnya bahkan perubahan-perubahan dalam
bentuk dan aliran-aliran organisasi sosial.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama, yaitu kedua-duanya
bersangkut paut dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara-cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perubahan itu ada yang berjalan
lambat ada juga yang berjalan cepat. Di samping itu ada perubahan yang kecil pengaruhnya
dan ada yang besar, serta ada perubahan yang dikehendaki dan ada pula, perubahan yang
tidak dikehendaki dan tidak direncanakan. Sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang berasal dari luar masyarakat. Di samping itu
ada juga sejumlah faktor yang mendorong jalanya perubahan dan ada juga sejumlah faktor
yang menghalangi terjadinya perubahan.

10.5.5 Pembelajaran Konsep Kebudayaan

Kebudayaan disebut superorganis karena walaupun kebudayaan adalah hasil ciptaan


manusia tetapi budaya menguasai manusia. Kebudayaan hanya dinilai oleh masyarakat
manusia yang tidak diturunkan secara biologis tetapi melalui proses belajar, yang didukung,
diteruskan melalui masyarakat. Kebudayaan juga merupakan pernyataan atau perwujudan
kehendak, perasaan, dan pikiran manusia.
Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal, yang artinya unsur-unsur kebudayaan ini
dimiliki oleh semua budaya-budaya manusia yang ada di muka bumi ini, dari masyarakat
sederhana sampai masyarakat modern. Unsur-unsur kebudayaan universal itu meliputi sistem
bahasa, sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau sistem teknologi, sistem mata
pencaharian hidup atau sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem

56 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


pengetahuan, sistem, religi, dan sistem kesenian. Unsur kebudayaan universal itu mempunyai
tiga wujud yang menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan itu dapat berupa sistem budaya,
sistem sosial dan kebudayaan fisik. Kebudayaan dari waktu ke waktu selalu berubah karena
adanya adanya faktor-faktor dari dalam masyarakat yang meliputi discovery, invention, inovasi,
dan enkulturasi serta faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang meliputi difusi,
akulturasi dan asimilasi.

57 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 11 ---------------------------------------------------------------

11.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

11.1.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah
keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam
hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi
oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.

11.1.2 Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang
biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu,
sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa.
Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi
dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat
pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa,
yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di manapun
ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai
masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang
sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain:
1) Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas
wilayahnya.
2) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3) Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4) Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat,
dan sebagainya
Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang
perbedaan pendapat atau faham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di
dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Gejala-gejala
sosial yang sering diistilahkan dengan: konflik, kontroversi, dan kompetisi.

11.1.3 Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
1) Kehidupan keagamaan kurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Yang penting di sini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota-kota
kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan faham
politik, perbedaan agama dan sebagainya .
3) Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan
bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada
faktor pribadi.
4) Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata
5) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota dari pada warga desa

58 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


6) Interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada
faktor pribadi
7) Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu
8) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

11.2 Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Berikut ini dijelaskan tentang perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan yang ditinjau
dariberbagai aspek yaitu:
1) Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam
Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnya di
daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan
dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya
“bebas” dari realitas alam.
2) Pekerjaan atau mata pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian di dearah pedesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga
yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari
kegiatan usaha.
3) Ukuran komunitas
Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
4) Kepadatan penduduk
Penduduk desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk kota, kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn
klasifikasi dari kota itu sendiri.
5) Homogenitas dan Heterogenitas
Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-
istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang
dengan macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen
6) Diferensiasi Sosial
Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di dalam
diferensiasi Sosial.
7) Pelapisan Sosial
Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu
kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara
kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat. Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial
yang tak resmi antara masyarakat desa dan kota:
 pada masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak sistem pelapisannya
dibandingkan dengan di desa.
 pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak
terlalu besar dan sebaliknya.
 masyarakat perdesaan cenderung pada kelas tengah.
 ketentuan kasta dan contoh perilaku.
8) Mobilitas sosial
Mobilitas berkaitan dengan perpindahan yang disebabkan oleh pendidikan kota kota
heterogen, terkonsentrasinya kelembagaan-kelembagaan.
 banyak penduduk yang pindah kamar atau rumah
 waktu yang tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per satuan
 bepergian setiap hari di dalam atau di luar
 waktu luang di kota lebih sedikit dibandingkan di daerah perdesaan
9) Interaksi sosial
 masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya
 dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif
10) Pengawasan Sosial.

59 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Di kota pengawasan lebih bersifat formal, pribadi dan peraturan lbh menyangkut masalah
pelanggaran
11) Pola Kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di daerah perdesaan cenderung banyak ditentukan oleh
kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan kota
12) Standar Kehidupan
Di kota tersedia dan ada kesanggupan dalam menyediakan kebutuhan tersebut, di desa
tidak demikian
13) Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial pada masyarakat pedesaan dan perkotaan banyak ditentukan oleh
masing-masing faktor yang berbeda
14) Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan sistem nilai di desa dengan di kota berbeda dan dapat diamati dalam kebiasaan,
cara dan norma yang berlaku

11.3 Hubungan Desa dan Kota


Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali
satu sama lain. Bahkan terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena saling
membutuhkan. Kota tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-
bahan pangan, desa juga merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota
misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan dan
lain-lain. Sebaliknya, kota juga menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang
desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak
tanah, obat-obatan untuk memeliahara kesehatan dan alat transportasi.
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial, ekonomi,
kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen-komponen yang
membentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan
oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1) Wisma: untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
2) Karya: untuk penyediaan lapangan kerja.
3) Marga: untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
4) Suka: untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
5) Penyempurnaan: untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua, maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan:
1) Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota. Untuk itu maka
pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya.
2) Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan
dengan cepat dan tepat, agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
3) Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak, maka
kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru
4) Dalam rangka pemekaran kota, harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat
bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya.
Oleh karena itu maka kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat
dilihat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional. Rumusan
pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota
sebagai berikut:
1) Menekan angka kelahiran
2) Mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota
3) Membendung urbanisasi
4) Mendirikan kota satelit dimana pembukaan usaha relatif rendah
5) Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada di sekitar
kota besar
6) Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.
Kota secara internal pada hakekatnya merupakan satu organisme, yakni kesatuan integral
dari tiga komponen, meliputi “penduduk, kegiatan usaha dan wadah” ruang fisiknya. Ketiganya

60 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


saling berkait, pengaruh-mempengaruhi, oleh karenanya suatu pengembangan yang tidak
seimbang antara ketiganya, akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara lain
semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain, suatu perkembangan
kota harus mengarah pada penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan perkembangan
sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota.

61 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 12 ---------------------------------------------------------------

12.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Adat Perkawinan

12.1.1 Latar Belakang

Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan dengan harapkan mampu hidup


berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun,
manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain.
Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan
jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Masing-masing daerah
mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, penulis akan
mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa.

12.1.2 Rumusan Masalah

Terkaitan dengan topik pembahasan ini, dirumuskan masalah yaitu:


1) Apa pengertian pernikahan?
2) Bagaimana tata cara pernikahan Adat Jawa?

12.1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan topik pembahasan ini adalah untuk mengetahui tata cara pernikahan
adat Jawa secara lengkap.

12.1.4 Manfaat

Manfaat penulisan topik pembahasan ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang pentingnya tata cara pernikahan adat jawa.

12.1.5 Prosesi Pernikahan dari segi Sosial dan Budaya

Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk
menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna
membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Tata Upacara Pernikahan Adat
Jawa yaitu:

12.1.5.1 Babak I (Tahap Pembicaraan)

Babak I yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak
calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari
penentuan (gethok dina). Pada tahap ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari
dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita bersama calon
pengantin pria. Di rumah itu, para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya
sekilas. Pertemuan sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan
makanan ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh keluarga calon pengantin wanita yang
terdiri dari orangtua calon pengantin wanita dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.

12.1.5.2 Babak II (Tahap Kesaksian)

Babak II ini merupakan peneguhan pembicaran yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu
warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan kiri tempat tinggalnya. Acara-acara pada Babak
II meliputi:
1) Srah-srahan
Srah-srahan adalah menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan
pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Benda-benda tersebut adalah: 1) cincin emas, 2)

62 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


seperangkat busana putri, 3) perhiasan yangterbuat dari emas, intan, 4) makanan
tradisional, 5) buah-buahan, dan 6) daun sirih.
2) Peningsetan
Pinengset merupakan lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua
kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3) Peningset ini merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin wanita sudah diikat secara
tidak resmi oleh calon pengantin pria. Peningset biasanya berupa kalpika (cincin), sejumlah
uang, dan oleh-oleh berupa makanan khas daerah. Peningset ini bisa dibarengi dengan
acara pasok tukon, yaitu pemberian barang-barang berupa pisang sanggan (pisang jenis
raja setangkep), seperangkat busana bagi calon pengantin wanita, dan upakarti atau
bantuan bila upacara pernikahan akan segera dilangsungkan seperti beras, gula, sayur-
mayur, bumbon, dan sejumlah uang. Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka
ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari pernikahan
disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan perhitungan Jawa) kedua calon
pengantin. Hal ini dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.
4) Asok tukon
Asok tukon hakekatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu
meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
5) Gethok dina
Gethok dina adalah menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari
hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan
Jawa.

12.1.5.3 Babak III (Tahap Siaga)

Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk
membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara:
1) Sedhahan
Sedhahan yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2) Kumbakarna
Kumbakarna adalah pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
 Pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga,
handai taulan, dan kenalan.
 Adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
 Mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
 Pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan
undangan.
3) Jenggolan atau Jonggolan
Jenggolan adalah saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon
pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan artinya memberi tanda
di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab.

12.1.5.4 Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)

Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada
beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1) Pasang tarub
Bila tanggal dan hari pernikahan sudah di setujui, maka di lakukan langkah selanjutnya yaitu
pemasangan tarub menjelang hari pernikahan yang digunakan sebagai tanda resmi bahwa
akan ada hajatan mantu di rumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti,
dan terbuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah di anyam dan di beri kerangka dari
bambu, dan ijuk atau welat sebagai talinya. Adapun ciri khas tarub adalah dominasi hiasan
daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe
berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem. Agar
pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa penyajian nasi
tumpeng lengkap.

63 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan
tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan
kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa
harapan agar keluarga baru ini nantinya cukup harta dan keturunan.
Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor yang bermaksud untuk mengusir
segala pengaruh jahat yang akan memasuki tempat upacara, begitu pula janur yang
merupakan simbol keagungan.
2) Kembar Mayang
Kembar mayang berasal dari kata “kembar” artinya sama dan “mayang” artinya bunga
pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan
keselamatan. Barang-barang untuk kembar mayang adalah :
 Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan.
 Bambu apus untuk penusuk (sujen),
 Janur kuning, ± 4 pelepah.
 Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun
girang dan daun andong.
 Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
 Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
 Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah.
3) Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya
berupa:
 Janur
Harapannya agar pengantin memperoleh nur /cahaya terang dari Yang Maha Kuasa.
 Daun kluwih
Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari
yang diperhitungkan.
 Daun beringin dan ranting-rantingnya
Artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu
terlaksana.
 Daun dadap serep
Artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun.
 Seuntai padi (pari sewuli)
Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan
tangannya,
 Cengkir gadhing
Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan
cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
 Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja)
Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
 Tebu wulung watangan (batang tebu hitam)
Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami
atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
 Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas)
Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan.
Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
 Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor)
Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
4) Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh
sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga.
Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut:
 calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
 calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
 calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk.

64 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


 yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka,
kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil
berkata “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon”

Upacara Siraman
(http://klikunic1.blogspot.com/2012/02/ini-dia-foto-foto-pernikahan-denada.html)

5) Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang
dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting
(kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan
resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.
6) Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi
kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam
acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam
akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap
melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodaren
(bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti
bidadari. Midadareni juga merupakan upacara yang mengandung harapan untuk membuat
suasana calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua calon penganten diharapkan
seperti widadari-widadara, di belakang hari bisa lestari, dan hidup rukun dan sejahtera.
Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti
Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.

12.1.5.5 Babak V (Tahap puncak acara)

Upacara Ijab Qobul


(Sumber: http://syifarahwedding.blogspot.com/2012/06/
keagungan-pernikahan-budaya-jawa-iii.html)

65 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Tahap-tahap acara pada Babak V diuraikan sebagai berikut:
1) Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin
bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah
pihak serta beberapa tamu undangan. Pelaksanaan ini dilakukan oleh petugas dari catatan
sipil atau petugas agama.Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau
giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa
menikahkan atau ngentasake anak.
2) Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut:
 Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menatukan cipta, rasa dan
karsa untuk bersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatannya.
 Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing
pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
 Ngidak endhog
Ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin
dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor,
kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk
menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara seksual, bahwa
kedua pengantin sudah pecah pamornya.
 Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan
bersih dari segala perbuatan yang kotor.

Upacara Panggih
(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-ImXOlNU97Zc/UZEEcVtvIqI/
AAAAAAAAACI/qsA5mLTL2NA/s1600/art_36908.jpg)

 Minum air degan


Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
 Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina melaksanakan
kewajiban.dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
 Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya.
 Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya
pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
 Timbangan

66 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki
pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara bapak dan ibu
pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
 Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh
beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab
memberi nafkah kepada keluarganya.
 Dulangan
 Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku
memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna
tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng
yang bermakna:
 tumpeng tunggarana: agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
 tumpeng puput: berani mandiri.
 tumpeng bedhah negara: bersatunya pria dan wanita.
 tumpeng sangga langit: berbakti kepada orang tua.
 tumpeng kidang soka: menjadi besar dari kecil.
 tumpeng pangapit: suka duka adalah wewenang Tuhan YME.
 tumpeng manggada: segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
 tumpeng pangruwat: berbaktilah kepada mertua.
 tumpeng kesawa: nasihat agar rajin bekerja.
3) Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin
perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak
dan ibu pengantin putra.
4) Kirab
Kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untu
menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan
memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan kepada kedua
pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan
membina keluarga dengan baik.
5) Jenang Sumsuman
Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan
kata lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan
baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat walafiat.
Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam hari, yaitu malam berikutnya
setelah acara perkawinan.
6) Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga
pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama. Ngunduh
manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada
acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap
seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak keluarga
pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar setelah acara
perkawinan.

12.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Adat Kehamilan

12.2.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam
tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau
triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan
kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin

67 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


(sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau
gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga
periode (trimester) sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin, yaitu
trimester I, trimester II, dan trimester III. Trimester I membawa risiko tertinggi keguguran
(kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada trimester II perkembangan janin dapat
dimonitor dan didiagnosa. Trimester III menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat
tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Selain menyangkut individu, perlakuan pada masa kehamilan juga berkaitan erat dengan
adat dan budaya masyarakat sekitar. Biasanya mereka mengadakan serangkaian upacara
untuk ibu maupun calon bayi agar mendapat berkah dan keselamatan dari Kanjeng Gusti,
upacara ini juga bertujuan agar janin dalam kandungan kelak dapat tumbuh dewasa dan
menjadi orang yang sesuai dengan keinginan atau harapan orang tuanya.

12.2.2 Tujuan

Tujuan dari topik pembahasan ini adalah sebagai berikut:


1) Untuk mengetahui pengertian masing-masing dari kehamilan trimester I, II dan III.
2) Agar mengerti perubahan-perubahan yang tampak pada ibu hamil.
3) Mengetahui proses pertumbuhan janin.
4) Untuk mengetahui macam-macam data yang diperoleh dari pendataan ibu hamil.
5) Agar mengerti masalah apa yang timbul pada ibu hamil dan bagaimana cara mengatasinya.
6) Mengetahui anjuran-anjuran untuk ibu hamil.
7) Untuk mengetahui tanda kehamilan yang ditinjau dari sosial budaya sekitar.
8) Untuk mengetahui pantangan dan kepercayaan yang dapat berpengaruh terhadap proses
kehamilan.

12.2.3 Pengertian

Berikut disampaikan pengertian-pengertian penting terkait dengan proses kehamilan yaitu:


1) Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan Trimester I adalah masa yang terhitung semenjak hari pertama siklus menstruasi
terakhir hingga minggu kehamilan ke-13. Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang
cepat. Pada masa ini risiko keguguran juga termasuk tinggi.
2) Pengertian Kehamilan Trimester II
Yang dimaksud dengan kehamilan trimester kedua adalah masa kehamilan sejak minggu ke
14 sampai dengan minggu ke 27.
3) Pengertian Kehamilan Trimester III
Kehamilan Trimester III adalah masa kehamilan sejak minggu ke 28 sampai dengan minggu
ke 40.Merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang
tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin berkembang.

12.2.4 Adat Budaya terkait dengan Kehamilan

Ada beberapa adat yang dilakukan dalam masa kehamilan antara lain: telon-telon,
tingkeban, dan procotan, secara lengkap akan diuraikan sebagai berikut.

12.2.4.1 Telon-telon

1) Pengertian telon-telon
Upacara adat telon-telon (telonan) dilakukan pada kehamilan Trimester I. Upacara Telon-
telon yaitu upacara atau ritual adat yang dilakukan ketika usia kandungan telah mencapai 3
bulan, yang bertujuan untuk mendoakan si jabang bayi agar diberikan keselamatan dan
kesehatan oleh Allah SWT sampai usia kandungan ibu mencapai 7 bulan. Namun, dahulu di
masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan
belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil.
Upacara mengandung tiga bulan dan lima bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada
tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil. Namun sekarang

68 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjak empat
bulan.
2) Uborampen upacara telonan
Uborampen atau perlengkapan untuk upacara telonan terdiri atas:
 Nasi sayur yaitu tumpeng yang tepinya dikelilingi sayuran menurut musim panennya
dengan jumlah ganjil.
 Jenang merah yaitu beras yang direbus dengan gula kelapa
 Jenang putih yaitu beras yang direbus dengan santan
 Jenang merah putih yaitu jenang merah yang atasnya terdapat jenang putih
 Jenang baro-baro yaitu bekatul yang direbus, kemudian dicampur irisan gula jawa dan
kelapa yang diparut.
 Pipis kenthel yaitu tepung beras diberi garam dan santan, gula jawa diiris, dibungkus dan
dikukus.
 Jajan pasar dan kembang boreh yaitu segala macam kue yang dijual di pasar.

12.2.4.2 Tingkeban

1) Pengertian tingkeban
Upacara tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa. Upacara ini disebut
juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia
kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa
pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim
ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang
setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu
diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.
2) Uborampen upacara tingkeban
Hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara
Tingkepan antara lain:
 Tujuh macam bubur, termasuk bubur procot.
 Tumpeng kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat (tumpeng
dengan urab-urab tanpa cabe, telur ayam rebus dan lauk yang dihias).
 Jajan pasar, syaratnya harus beli di pasar (kue, buah, makanan kecil).
 Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak,
bermakna anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
 Dawet, supaya menyegarkan.
 Keleman semacam umbi-umbian, sebanyak tujuh macam.
 Sajen Medikingan, dibuat untuk kelahiran setelah kelahiran anak pertama dan
seterusnya, macamnya adalah:
 Nasi kuning berbentuk kerucut
 Enten-enten, yaitu kelapa yang telah diparut dicampur dengan gula kelapa dimasak
sampai kering.
 Nasi loyang, nasi kuning yang direndam dalam air, kemudian dikukus kembali dan
diberi kelapa yang telah diparut.
 Bubur procot yaitu tepung beras, santan secukupnya, gula kelapa dimasak secara
utuh, dimasukkan ke dalam periuk untuk dimasak bersama-sama
3) Tatacara upacara tingkeban
Tatacara upacara tingkeban adalah sebagai berikut:
 Siraman
Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak 7 orang, termasuk ayah dan ibu wanita hamil,
serta suami dari calon ibu, atau si calon ayah tersebut. Sebaiknya sesepuh yang
melakukan siraman ini orang yang sudah memiliki cucu. Makna dari upacara ini adalah
pembersihan diri, baik jiwa maupun raga dari calon ibu, supaya nanti proses melahirkan
menjadi lancar, dan anak yang akan dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan rohani.
 Tingkeban
Pada bagian ini, calon ibu memakai jarit sampai sebatas dada tanpa pakaian serta
rambut digerai. Calon ayah memakai kain jarit di atas dada tanpa busana. Keduanya
duduk meluruskan kaki atau selonjor di atas kain batik yang digelar rangkap tujuh. Calon

69 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


ayah berada di kanan calon ibu. Makna dari upacara ini adalah agar terlindung dari
marabahaya dan segala kotoran, juga mengandung makna ayah bertanggungjawab
melindungi ibu.
 Upacara memasukkan telur ayam dan cengkir gading
Calon ayah memasukan telur ayam mentah ke dalam sarung/kain yang di kenakan oleh
calon ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading di
teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai calon ibu sambil di terima di bawah
oleh calon nenek dan kelapa gading tersebut di gendong oleh calon nenek dan di
letakkan sementara di kamar. Hal ini merupakan simbol harapan semoga bayi akan lahir
dengan mudah tanpa ada halangan, selain itu ada kepercayaan jika telur pecah kelak
bayinya perempuan, jika telur tidak pecah maka bayinya laki-laki.
 Berganti baju atau nyamping sebanyak tujuh kali
Calon Ibu mengenakan kain putih sebagai dasar pakaian pertama, kain tersebut
melambangkan bahwa bayi yang akan di lahirkan adalah suci dan mendapat berkah dari
Tuhan YME. Calon ibu berganti baju 6 kali dengan di iringi pertanyaan “sudah pantas
belum?”, dan di jawab oleh ibu ibu yang hadir “belum pantas” sampai yang terakhir ke
tujuh kali dijawab “pantas”. Sebagai informasi, kain yang di pakai pada upacara berganti
busana memiliki beberapa pilihan motif yang semua nya dapat dimaknai secara baik:
 Wahyu Temurun
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu mendekatkan diri
pada Allah SWT dan selalu mendapat perlindungan-Nya.
 Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir akan selalu mendapatkan cinta dan kasih oleh
sesama dan memiliki sifat belas kasih.
 Sido Mukti
Maknanya agar bayi yang akan lahir memiliki sifat berwibawa dan di segani oleh
sekelilingnya
 Truntum
Maknanya agar keluhuran budi kedua orang tua menurun pada sang bayi
 Sido Luhur
Maknanya agar bayi yang akan lahir akan memiliki sifat berbudi pekerti luhur dan
sopan santun
 Semen Romo
Maknanya agar bayi yang dilahirkan memiliki rasa cinta kasih kepada sesama
layaknya cinta kasih Rama dan Sinta kepada rakyatnya.
 Sido Dadi
Maknanya agar bayi yang dilahirkan kelak akan selalu sukses dalam hidupnya
 Babon Angrem
Maknanya berisi harapan agar calon ibu dapat melahirkan secara normal dan lancar.
 Sido Drajat
Maknanya agar bayi yang dilahirkan mendapat derajat yang baik dalam hidupnya

Batik Wahyu Temurun


(Sumber: http://pareanom.com/batik-tulis-solo-motif-wahyu-tumurun-bledak/)

70 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Batik Sidoasih
(Sumber: http://batikindonesia.com/batik/kain-batik-cap-jogja-motif-sidoasih)

Batik Sidomukti
(Sumber: http://batikindonesia.com/batik/kain-batik-cap-jogja-motif-sidomukti)

Batik Truntum
(Sumber: http://batikindonesia.com/batik/kain-batik-cap-jogja-motif-truntum)

Batik Sidoluhur
(Sumber: http://batikindonesia.com/batik/kain-batik-cap-jogja-motif-sido-luhur)

71 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Batik Semen Rowo
(Sumber: http://batik-pattern.blogspot.com/2012/06/
batik-pattern-semen-romo-sawat-gurdo.html)

Batik Sidodadi
(Sumber: http://rayuansibudayatradisi.blogspot.com/2011/11/
upacara-tingkeban-nujuh-bulanan.html)

Batik Babon Angrem


(Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/12/12/06/
melnjo-keren-batik-tancep-gunung-kidul-tembus-eropa)

Batik Sido Drajat


(Sumber: http://tjokrosuharto.com/en/batik-kombinasi-jogja/
630-bbp-006-wiyar-yogya-kombinasi-petilan-sidodrajat.html)

72 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


 Setelah selesai mengenakan kain dan kebaya sebanyak 7 kali, dilaksanakan pemutusan
benang lawe atau janur yang di lingkarkan di perut calon ibu, di lakukan oleh calon ayah
dengan maksud agar bayi yang di kandung akan lahir dengan mudah.
 Upacara Angrem
Setelah upacara ganti busana calon ibu duduk di atas tumpukan baju dan kain yang tadi
habis di gunakan. Hal ini memiliki simbol bahwa calon ibu akan selalu menjaga
kehamilan dan anak yang di kandungnya dengan hati hati dan penuh kasih sayang.
Calon ayah menyuapi calon ibu dengan nasi tumpeng dan bubur merah putih sebagai
simbol kasih sayang seorang suami dan calon ayah.

 Upacara mecah kelapa


Kelapa gading yang tadi dibawa ke kamar, kembali digendong oleh calon nenek untuk
dibawa keluar dan diletakkan dalam posisi terbalik untuk di pecah. Kelapa gading
berjumlah 2 dan masing masing digambari tokoh Wayang Kamajaya dan Kamaratih.
Calon ayah memilih salah satu dari kedua kelapa tersebut. Apabila calon ayah memilih
Kamajaya maka bayi akan lahir laki laki, sedangkan jika memilih Kamaratih akan lahir
perempuan (hal ini hanya pengharapan saja, belum merupakan suatu kesungguhan)

 Dodol Rujak
Pada upacara ini, calon ibu membuat rujak di dampingi oleh calon ayah, para tamu yang
hadir membeli nya dengan menggunakan kereweng sebagai mata uang. Makna dari
upacara ini agar kelak anak yang di lahirkan mendapat banyak rejeki dan dapat
menghidupi keluarga nya.

73 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


4) Kronologi Upacara Tingkeban
 Waktu Pelaksanaan:
Antara pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 calon ibu mandi dan cuci rambut yang
bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih. Kira-kira pukul 15.00-16.00,
upacara tingkeban dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam-jam itulah bidadari
turun mandi. Undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul 14.30 WIB
 Hari Pelaksanaan:
Biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal jawa, menurut
kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan menjadi anak
yang cerdas.
 Pelaksana yang menyirami/memandikan:
Para ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara
dipimpin oleh ibu yang sudah berpengalaman.
 Perlengkapan yang diperlukan:
Satu meja yang ditutup dengan kain putih bersih, di atasnya ditutup lagi dengan bangun
tolak, kain sindur, kain lurik, yuyu sekandang, mayang mekak atau letrek, daun dadap
srep, daun kluwih, daun alang-alang. Bahan bahan tersebut untuk lambaran waktu
siraman.
 Perlengkapan lainnya:
 Bokor di isi air tujuh mata air, dan kembang setaman untuk siraman.
 Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (Ciduk)
 Boreh untuk mengosok badan penganti sabun.
 Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir.
 Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman
 Dua setengah meter kain mori dipergunakan setelah selesai siraman.
 Sebutir telur ayam kampung dibungkus plastik
 Dua cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi
Wara Sembodro.
 Busana Nyamping aneka ragam, dua meter lawe atau janur kuning
 Baju dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen yang
diatur rapi.
 Selamatan/ sesaji tingkeban
 Tumpeng robyong dengan kuluban, telur ayam rebus, ikan asin yang digoreng.
 Peyon atau pleret adonan kue/nogosari diberi warna-warni dibungkus plastik,
kemudian dikukus.
 Satu pasang ayam bekakah (ingkung panggang)
 Ketupat lepet (ketupat dibelah diisi bumbu)
 Bermacam-buah-buahan
 Jajan pasar dan pala pendem (Ubi-ubian)
 Arang-arang kembang satu gelas ketan hitam goring sangan
 Bubur putih satu piring
 Bubur merah satu piring
 Bubur Sengkala satu piring
 Bubur procot/ ketan procot, ketan dikaru santan, setelah masak dibungkus dengan
daun/janur kuning yang memanjang tidak boleh dipotong atau dibiting.
 Nasi kuning ditaburi telur dadar, ikan teri goring, ayam,rempah
 Dawet ayu (cendol, santan dengan gula jawa)

74 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


 Rujak manis terdiri dari tujuh macam buah.
 Perlengkapan selamatan tingkeban di atas, dibacakan doa untuk keselamatan seluruh
keluarga. Kemudian dinikmati bersama tamu undangan dengan minum dawet ayu,
sebagai penutup.

12.2.4.3 Procotan

Procotan adalah selamatan kecil menyambut ibu hamil 9 bulan. Karena pada adat Jawa,
biasa disebut “wis tekan lek’e”. Procot diharapkan bayi dalam kandungan tidak lebih dari usia 9
bulan 10 hari sudah lahir. Adapun tatacara procotan secara singkat:
1) Pihak keluarga yang akan mengadakan procotan harus menyiapkan bubur procot yaitu
bubur sumsum yang diberi pisang raja wuwuhan (matang di pohon).
2) Lalu setelah matang dicidhuk dan diletakkan pada takir daun pisang
3) Setiap takir diberi pisang menelentang (seperti bayi lahir)
4) Dibagi kepada tetangga dan handai taulan disertai doa yang sebelumnya diadakan
semacam kenduri di rumah pihak keluarga sekaligus berdoa untuk acara procotan agar bayi
lahir dengan lancar dan selamat
5) Ibu hamil minum beberapa tetes minyak kelapa, ada yang membuat dari santan direbus
tanak hingga minyak bening, ada juga yang membuat dengan menyangrai kelapa tanpa
diperas hingga keluar minyak

12.2.5 Pantangan dan Kepercayaan Berkaitan dengan Kehamilan

1) Tradisi pra kehamilan/ sebelum hamil


 Mintalah bedak (talk) sisa pakai dari yang dioleskan ke jabang bayi, dan oleskan ke perut
wanita yang belum diberi keturunan, mitosnya agar cepat mendapat keturunan.
Fakta: sebenarnya ini hanya sebatas sugesti saja agar wanita yang belum hamil tidak
merasa terlalu cemas dan masih memiliki harapan untuk memiliki anak.
 Agar segera hamil, sepasang suami istri disarankan untuk mengambil pancingan, yaitu
mengambil bayi atau balita tetangga untuk diasuh seolah anaknya sendiri.
Fakta: Secara psikologis, saat menunggu kehamilan adalah saat dimana komunikasi
suami istri sangat intensif, konsentrasi ikhtiar sangat difokuskan dan doa dikhusyukkan.
Kehadiran anak pancingan justru dapat memecah konsentrasi tersebut dan membatasi
kebebasan hubungan antara suami istri.
Secara medis-biologis, tidak ada faktor lain yang menjadikan janin terbentuk kecuali
bertemunya sel telur sang ibu dan sel sperma sang ayah. Konsepsi hanya akan terjadi
jika sel telur yang matang bertemu dengan sel sperma yang sehat.
2) Tradisi masa kehamilan
 Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa
menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi,
penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak
disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan)
dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tetapi, yang perlu diingat,
membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
 Membawa gunting kecil/ pisau/ benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin
terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si ibu.
 Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu
janin.
Fakta: secara psikologis, ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada
malam hari tidak dianjurkan bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut
malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO 2).
 Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali
pusat.

75 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan
bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat
menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif.
 Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi
mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar
tidak membenci seseorang berlebihan.
 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet/ kembar siam tidak
dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini
hanyalah sebuah mitos.
 “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil
ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya
dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan yang
tidak bermanfaat.
 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan
atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan
mudah mengeluarkan air liur.
 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan
gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat
melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan
semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas
mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk
kesehatan.
 Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak pada kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat,
jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi
mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak
pada kulitnya.
 Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau
amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena
aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena
kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
 Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini
menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit
keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik
dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu
banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman.
Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
 Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang
kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus
menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
3) Tradisi pasca kehamilan/perlakuan terhadap anak yang baru lahir:
 Dipakaikan gurita agar tidak kembung.
Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan.
Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ seperti
rongga dada dan perut serta organ lain akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan
gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru
bisa berkembang.
 Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari.
Fakta: Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa
berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. Larangan ini mungkin

76 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu
mengguntingi kuku-kukunya.
 Pusar ditindih koin agar tidak bodong
Fakta: Secara ilmiah memang ada betulnya. Koin itu hanya alat untuk menekan, karena
jendela rongga perut ke pusar belum menutup sempurna, jadi menonjol (bodong).
 Hidung ditarik agar mancung
Fakta: Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung-tidaknya hidung. Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk
tulang hidung yang sifatnya bawaan.
 Dengan mengoleskan air embun di lutut bayi setiap pagi maka ia akan cepat bisa
berjalan.
Fakta: Secara medis biologis, bayi bisa berjalan bila tulang dan otot-otot betis dan
pahanya telah tumbuh kuat. Kekuatan ini ditentukan oleh faktor genetika dan nutrisi.
Faktor nutrisi yang terpenting adalah kalsium, energi dan protein. Air embun jelas tidak
mengandung unsur tersebut.

12.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Adat Persalinan

12.3.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses wajar yang akan dilalui oleh wanita hamil. Dalam proses ini
terdapat tindakan medis dari bidan atau tenaga medis lain untuk menolong persalinan.
Pertolongan persalinan ada yang sederhana sampai modern, walau demikian aspek budaya
tidak terlupakan di tengah-tengah masyarakat yang menghadapi persalinan. Kadang-kadang
terdapat berbagai tindakan yang dilakukan untuk membantu persalinan ibu hamil yang berasal
dari keluarga, misalnya agar anaknya cepat lahir suaminya memberikan air daun fatima kepada
ibu bersalin. Hal tersebut jika ditinjau dari segi medis memang tidak disarankan dan belum
diteliti, tetapi tindakan tersebut sering dipandang sebagai suatu budaya yang lazim ditemui
dalam sosial masyarakat ketika ada persalinan.
Terdapat empat kala persalinan yaitu, Kala I yaitu saat pembukaan mulut rahim sampai
mencapai kira-kira 10 cm, Kala II yaitu saat pengeluaran janin, Kala III yaitu setelah keluar janin
sampai keluar plasenta, dan Kala IV yaitu mulai keluar plasenta sampai 1-2 jam sesudahnya. Di
setiap kala persalinan biasanya masyarakat memiliki adat-adat tertentu yang biasa dilakukan
dan hal itu telah menjadi kepercayaan mereka dari dulu bahkan aspek medis tidak mampu
merubah tradisi tersebut.
Dalam topik ini disajikan tulisan mengenai kebudayaan yang berlaku di masyarakat karena
sebagai anggota masyarakat sudah seharusnya mengetahui tentang kebudayaan dari
lingkungan tempat kita berada, dan sebagai bidan atau tenaga medis sudah seharusnya
mengetahui adat di tempat bekerja, agar mampu menentukan sikap dalam suatu masyarakat
sehingga kita bisa diterima. Sebagai bidan tidak boleh menolak mentah-mentah kebudayaan
dan menerima semua kebudayaan sehingga mampu menimbang mana yang baik dan tidak.
12.3.2 Rumusan Masalah

Selanjutnya terkait dengan topik ini, dirumuskan masalah antara lain:


1) Bagaimanakah aspek kebudayaan persalinan pada kala I, II, III, IV di masyarakat?
2) Bagaimanakah dampaknya bagi profesi bidan?
12.3.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan topik ini adalah:
1) Memaparkan aspek kebudayaan persalinan kala I, II, III, IV.
2) Membandingkan tiap aspek kebudayaan dari tiap daerah yang berbeda.

12.3.4 Manfaat
Diharapkan pembahasan topik ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, agar
mereka mengetahui tentang berbagai kebudayaan pada waktu persalinan kala I, II, III, dan IV.

77 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


12.3.5 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir.
Proses ini terbagi menjadi empat kala yaitu:
1) Kala I yaitu saat pembukaan mulut rahim sampai mencapai kira-kira 10 cm.
Untuk Kala I ibu yg baru pertama kali melahirkan berbeda dengan ibu yang pernah
melahirkan. Untuk seorang primigravida, Kala I berlangsung kira-kira selama 13-14 jam
sejak mengalami kontraksi. Bagi multigravida Kala I berlangsung selama 6-7 jam saja.
2) Kala II yaitu saat pengeluaran janin
3) Kala III yaitu setelah keluar janin sampai keluar plasenta
4) Kala IV yaitu mulai keluar plasenta sampai 1-2 jam sesudahnya

12.3.6 Kebudayaan Selama Persalinan di Beberapa Daerah di Jawa

Berikut ini diuraikan beberapa contoh kebudayaan selama persalinan yang dilakukan di
beberapa daerah yang berbeda di Jawa.

12.3.6.1 Kebudayaan Selama Persalinan di Daerah Ngawi

1) Kala I
Didaerah Ngawi, dukun bayi bekerja sama dengan bidan. Sewaktu menunggu persalinan
bukan hanya keluarga dan suami saja yang menunggu, tetapi di sini dukun bayi yang
memberikan motivasi serta memijat perut si ibu. Sedangkan bidan belum ada di samping ibu
yang akan bersalin, tetapi tempat bersalin ibu sudah berada dirumah bidan
2) Kala II
Saat pembukaan sudah lengkap, dukun yang menunggui ibu yang kan melahirkan, akan
melapor kepada bidan. Pada waktu melahirkan dukun bayi tetap berada di samping ibu.
3) Kala III
Saat plasent sudah terlepas, suami membersihkan plasenta dari darah yang menempel.
Plasenta lalu dikubur didepan rumah, diberi lampu, dan diberi pengaman dari bambu agar
binatang tidak dapat merusak plasenta tersebut. Ada juga plasenta yang dihanyutkan
disungai, tujuannya agar si bayi mempunyai pengalaman yang jauh atau luas.
4) Kala IV
Setelah melahirkan, ibu memakai stagen atau gurita agar perut tak kendur, minum jamu
kunir asam agar darahnya lancar, serta memakai kebaya atau jarik agar mudah beraktifitas.

12.3.6.2 Kebudayaan Selama Persalinan di Daerah Magetan

1) Kala I
Suami menunggu di samping istri sambil memberi motivasi, memberikan air minum seperti
minuman dari daun fatima, serta menanyakan tentang persalinan kepada pak kyai, dan
memintakan minuman air dari pak kyai .
2) Kala II
Suami tetap berada didekat istri, memberi semangat saat istri mengejan agar kesakitannya
berkurang lalu membaca doa-doa untuk menenangkan istrinya.
3) Kala III
Ketika plasenta sudah terlepas, bidan mengurusi dan mencucikan plasenta
4) Kala IV
Saat masa nifas, ibu dianjurkan makan makanan seperti tempe, nasi, atau tahu, tidak boleh
makan daging ayam atau daging lainnya serta telur. Selama nifas, posisi duduk ibu adalah
selonjor, diganjal batu, juga diharuskan memakai stagen agar dapat menyangga perut ibu.

12.3.6.3 Kebudayaan Selama Persalinan di Daerah Ponorogo

1) Kala I
Bidan memberi pengarahan dan juga tuntunan apabila pasien merintih (misal: istigfar),
membelai-belai agar memberi perasaan bahwa kita berada di sampingnya. Keluarga
memberi air minum kepada ibu yang bersalin dari orang yang dianggap pintar.

78 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


2) Kala II
Pada saat kelahiran, apabila bayi sulit keluar ibu diberi air remasan daun randu dan juga
jalan lahir (vagina) diolesi dengan air randu tersebut.
3) Kala III
Plasenta atau ari-ari dipotong lalu dicuci tiga kali, diberi beberapa ramuan seperti: beras,
jarum, benang, kemiri, kembang boreh, buku yang ditulisi hari, tanggal, bulan dan tahun
lahirnya si bayi, diberi juga bawang merah dan bawang putih, kencur, jahe, kunir, dan uang
logam yang disebut tebusan bumi.
Selanjutnya plasenta dimasukkan ke dalam kendil, lalu ditanam dan disiram dengan
kembang parem. Semuanya itu agar bayi tidak rewel. Tapi jika ari-ari sulit keluar, biasanya
rambut ibu yang panjang ujungnya digulung dan dimasukkan dimulut agar ibu tersedak dan
ari-ri keluar.
4) Kala Keempat :
Setelah ibu melahirkan, dukun bayi membenarkan (memijat perut ibu perlahan) dan dengan
kain menekan vagina ke atas agar posisi rahim kembali seperti semula.

12.3.6.4 Kebudayaan Selama Persalinan di Daerah Pacitan

1) Kala I
Ibu diberi airminum yang terbuat dari rendaman kayu Wotrok atau diberi air minum yang
terbuat dari rendaman ari-ari kucing. Jalan lahir atau vagina diolesi dengan minyak kelapa,
dan minyak kelapa diminum juga. Suami berada di dekat istri dengan posisi menyangga
pundak istri (menyundang), ubun-ubun ditiup-tiup oleh suami. Agar kelahiran menjadi cepat
mulut si ibu di masukkan pucuk rambut si ibu hingga ibu muntah (rambut ibu yang panjang).
Ibu juga diberi telur ayam Jawa yang sudah direbus.
2) Kala II
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dengan gunting. Selanjutnya bayi dan ibu dipijat oleh
dukun bayi.
3) Kala III
Plasenta dicuci bersih kemudian di”bumbu” dengan kunyit, spirtus, garam lalu ditempatkan
dibaskom.
4) Kala IV
Ibu memakai bengkung.

12.3.7 Pandangan Bidan tentang Budaya Masyarakat Selama Persalinan

Sebagai bidan, dalam melihat kebudayaan masyarakat tempat kita bekerja harus mampu
memaklumi masyarakat tersebut. Karena sebenarnya persalinan kala I sampai kala IV bagi
orang awam kurang difahami atau bahkan tidak dimengerti. Mereka baru tahu setelah bidan
menjelaskannya. Kebudayaan dalam suatu masyarakat pastinya akan dianggap baik oleh
masyarakat setempat, tetapi bidan harus mampu menimbang dampak positif dan negatif dari
suatu kebudayaan terhadap proses persalinan.
Kebudayaan-kebudayaan selama persalinan yang dibahas di atas tampaknya masih wajar.
Selama tidak mengganggu kerja bidan dalam menolong persalinan maka tidak menjadi
masalah, apalagi jika justru kebudayaan tersebut ada yang membantu kerja bidan misalnya
kesediaan seorang suami menunggu istrinya ketika persalinan dengan memberi motivasi. Jelas
itu akan mempermudah kerja bidan.

12.3.8 Kesimpulan

Dari daerah yang dibahas tentang kebudayaan selama persalinan kala I, II, III, dan IV di
atas, ada beberapa persamaan dan perbedaan. Walaupun berbeda, namun semua itu
dianggap baik oleh setiap masyarakat yang melaksanakan kebudayaan tersebut. Dalam
memandang suatu kebudayaan di masyarakat, seorang bidan harus mampu melihat dampak
baik buruknya jika hal itu dilakukan. Prinsipnya, boleh saja kebudayaan tersebut dilakukan
asalkan tidak mengganggu kerja bidan dan keadaan pasien.

79 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


12.3.9 Saran

Dengan mengetahui keadaan budaya di suatu masyarakat, diharapkan seorang tenaga


medis terutama bidan dapat menerapkan ilmu dengan baik baik dan mampu
mengkomunikasikan segala tindakan yang berkaitan dengan persalinan kepada masyarakat
sesuai dengan kebudayaan mereka jadi tidak ada salah faham dalam komuninkasi.

12.4 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Adat Bayi Baru Lahir

12.4.1 Latar Belakang

Pada umumnya, budaya memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat.


Bahkan budaya terkadang atau sering dijadikan patokan masyarakat dalam melakukan
tindakan. Namun dalam seluk beluk budaya tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan jika
dilihat dari berbagai segi.
Oleh karena dalam kebudayaan terkandung nilai yang luhur, maka tetap dipertahankan
sampai sekarang. Salah satu budaya yang masih dipertahankan adalah budaya atau ritual yang
dilakukan pada bayi baru lahir. Prosesi tersebut dimulai dari pemotongan tali pusar sampai
dengan tujuh hari kelahiran bayi, yakni aqiqah.
Tradisi tersebut masih dilaksankan karena mengandung nilai agama dan moral. Masyarakat
masih percaya jika kebudayaan tersebut tidak dilakukan akan mendatangkan mala petaka.

12.4.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditampilkan dalam pembahasan topik ini adalah:


1) Ritual apa yang dilaksanakan pada bayi baru lahir?
2) Keuntungan dan kerugian apa yang didapat dari ritual tersebut?
3) Mengapa masyarakat masih mempertahankan ritula tersebut sampai sekaranag?

12.4.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan topik ini adalah:
1) Untuk mengetahui kebudayaan masyarakat pada bayi baru lahir.
2) Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang didapat masyarakat dari ritual tersebut.
3) Untuk mengetahui penyebab ritual tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.

12.4.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat dipetik dari pembahasan topik ini adalah:
1) Untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan.
2) Untuk meresapi nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan.

12.4.5 Beberapa Kebudayaan yang Dilakukan pada Bayi Baru Lahir

Berikut ini disampaikan mengenai contoh-contoh kebudayaan yang dilakukan oleh


masyarakat berkaitan dengan bayi baru lahir yaitu:

12.4.5.1 Adat Memotong Tali Pusar

Setelah bayi lahir bersama plasenta, kemudian plasenta dipotong 3 cm dari perut bayi
menggunakan welat (sayatan bambu) yang dilumuri dengan kunyit. Antara plecenta yang akan
dipotong, diikat dulu menggunakan benang. Bibir bayi diolesi darah yang berasal dari placenta.
Keuntungan dari budaya tersebut adalah:
1) Pemakaian kunyit dimaksudkan sebagai pengganti antiseptik jaman dahulu
2) Placenta yang akan dipotong diikat terlebih dahulu menggunakan benang agar darah tidak
memancar
3) Bibir diolesi darah yang berasal dari placenta agar kelak bibirnya berwarna merah
Kerugian dari budaya tersebut adalah:

80 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


1) Pemakaian kunyit terkadang bisa menimbulkan infeksi, misal pada pencucian/penumbukan
yang tidak bersih
2) Pengikatan plasenta dengan benang kurang efektif
3) Darah yang berasal dari plasenta adalah darah kotor yang mengandung banyak
mokroorganisme

12.4.5.2 Babaran

Babaran, mbabar dapat diartikan: sudah selesai, sudah menghasilkan dalam wujud yang
sempurna. Babaran juga menggambarkan selesainya proses karya batik tradisional. Istilah
babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ubarampe yang dibutuhkan
untuk selamatan kelahiran adalah Brokohan. Ada bermacam-macam ubarampe Brokohan.
Pada jaman ini Brokohan basanya terdiri dari: beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan
sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi
lahir, brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu: 1) kelapa, dapat utuh atau
cuwilan, 2) gula merah atau gula Jawa, 3) dawet, dan 4) telor bebek.

Ubarampe Brokohan Babaran


(Sumber: http://tumpeng-cantik.blogspot.com/2011/10/filosofi-tumpeng.html)

Makna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:


1) Kelapa
Daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu
sperma, benihnya laki-laki, bapak.
2) Gula Jawa
Gula Jawa berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel
telur, benihnya wanita, ibu.
3) Dawet
Dawet terdiri atas tiga bahan yaitu:
 Santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak.
 Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu.
 Cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan.
4) Telor bebek.
Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor ayam, yaitu:
 Telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-
uwung, kuasa dari atas.
 Biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan tidak dari endog lemu atau
bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian, telor bebek kalau dierami dapat
menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam telor bebek.
Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu
ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi
dalam proses babaran. Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut
mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada bapak dan ibu
untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.

81 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya ibu (gula Jawa) yang
kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan (dawet), Tuhan telah meniupkan roh kehidupan
(telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan). Jika pun dalam
perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak
macam, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat difahami sebagai ungkapan rasa
syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun keempat
ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk
disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.empat.

12.4.5.3 Bancakan Weton

Bancakan weton dilakukan tepat pada hari weton kita. Dalam tradisi Jawa, seseorang harus
dibuatkan bancakan weton minimal sekali selama seumur hidup. Namun akan lebih baik
dilakukan paling tidak setahun sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering mengalami
kesialan (sebel-sial), ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk, biasanya dilakukan
bancakan weton selama 7 kali berturut-turut, artinya sekali bancakan setiap 35 hari, selama 7
bulan berturut-turut.

Ubarampe Bancakan Weton


(Sumber: http://sabdalangit.wordpress.com/2009/11/04/tata-cara-bancakan-weton/)

Manfaat dan tujuan bancakan weton adalah untuk “ngopahi sing momong”, karena
masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong)
atau “pengasuh dan pembimbing” secara metafisik. Pamomong bertugas selalu membimbing
dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah, agar supaya lakune selalu pener, dan
pas. Pamomong sebisanya selalu menjaga agar kita bisa terhindar dari perilaku yang keliru,
tidak tepat, ceroboh, merugikan. Antara pamomong dengan yang diemong seringkali terjadi
kekuatan tarik-menarik. Pamomong menggerakkan ke arah kareping rahsa, atau mengajak
kepada hal-hal baik dan positif, sementara yang diemong cenderung menuruti rahsaning
karep, ingin melakukan hal-hal semaunya sendiri, menuruti keinginan negatif, dengan
mengabaikan kaidah-kaidah hidup dan melawan tatanan yang akan mencelakai diri pribadi,
bahkan merusak ketenangan dan ketentraman masyarakat. Antara pamomong dengan yang
diemong terjadi tarik menarik. Dalam rangka tarik-menarik ini, pamomong tidak selalu
memenangkan “pertarungan” alias kalah dengan yang diemong.
Dalam situasi demikian yang diemong lebih condong untuk selalu mengikuti rahsaning karep
(nafsu). Bahkan tidak jarang apabila seseorang kelakuannya sudah tak terkendali atau
mengalami disorder, sing momong biasanya sudah enggan untuk memberikan bimbingan dan
asuhan. Termasuk juga bila yang diemong mengidap penyakit jiwa. Dalam beberapa
kesempatan ada seseorang yang pernah nayuh si pamomong seseorang yang sudah
mengalami disorder misalnya kelakuannya liar dan bejat, sering mencelakai orang lain, ternyata
pamomong akhirnya meninggalkan yang diemong karena sudah enggan memberikan
bimbingan dan asuhan kepada seseorang tersebut. Pamomong sudah tidak lagi mampu

82 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


mengarahkan dan membimbingnya. Apapun yang dilakukan untuk mengarahkan kepada
segala kebaikan, sudah sia-sia saja.

12.4.5.4 Mengubur Ari-Ari

Tradisi beberapa kelompok masyarakat di tanah air, memposisikan ari-ari bayi (plasenta)
seperti “saudara kembar” dari bayi yang telah dilahirkan. Karenanya beberapa kelompok
masyarakat tersebut memperlakukan ari-ari tersebut dengan ritual tertentu sesuai dengan adat
istiadat setempat, apakah mitos di balik fenomena demikian?
Lahirnya anggapan bahwa ari-ari diposisikan sebagai saudara kembar dari bayi karena
setiap proses kelahiran akan selalu dibarengi dengan ari-ari. Secara biologis maka masa
kehamilan dalam perut ibu maka ari-ari memang “mendampingi” sang janin, hal ini ari-ari
mengembang beragam fungsi yaitu sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin,
penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh.
Apabila salah satu fungsi vital tersebut terganggu, maka janin akan mengalami masalah dan
akan membuat pertumbuhan biologisnya juga berpeluang mengalami gangguan. Beragam
kelainan dari pertumbuhan ari-ari baik bawaan ataupun akibat pengaruh lingkungan maka tidak
berlebihan apabila ari-ari disebut “saudara kembar” sang janin.
Ketika proses persalinan berlangsung maka ari-ari juga dikeluarkan sehingga setelah
dipotong pada ujung pusar dan pada ujung yang lainnya. Gumpalan daging yang kaya protein
dengan berat sekitar 0,5 sampai dengan 1 kg. Ari-ari ini tidak terbantahkan sebagai potongan
dari tubuh manusia karenanya diperlukan pengetahuan cukup untuk memperlakukannya.
Dalam ajaran Islam tidak ditemukan sandaran teks yang mengatur tentang hal ini secara
eksplisit. Namun Islam mensyaratkan untuk memperlakukan ari-ari bayi yang baru lahir tersebut
dengan cara yang beradab. Akan lebih baik apabila ari-ari tersebut dikuburkan, untuk
tempatnya bisa dimasukkan kedalam gerabah (kendil) dari tanah agar tidak berceceran.

Ari-Ari Dimasukkan dalam Kendil


(Sumber: http://www.mesammesem.com/serverupload/uploadsberita/6933/ariari3.jpg)

Beberapa mitos terkait ari-ari juga ada pada masyarakat kita terkait hal ini, misalnya adat
Jawa menanamnya yang terlebih dahulu diberikan beberapa macam bumbu dapur (garam,
kunir, ketumbar) dibungkus kain putih, lalu diatas gundukan tempat ditanamnya ari-ari diberi
penerangan selama 40 atau terkadang 35 hari (dalam bahasa jawa: Selapan) dengan tujuan
agar tidak dimakan harimau dan agar aman, dll). Dibungkus kain putih karena menghormati
organ manusia untuk diperlakukan seperti dikafani, diberikan bumbu dapur garam, kunir,
ketumbar agar mempunyai tujuan tertentu. Setelah itu ditutup dan dikubur.Untuk bayi laki-laki
letak penguburan ari-ari di sebelah kanan pintu rumah, sedangkan untuk bayi perempuan di
sebelah kiri.
Keterangan :
 Garam: fungsinya untuk mempercepat pengeringan ari-ari
 Alat tulis: fungsinya agar kelak menjadi anak yang pintar
 Sisir dan bedak: fungsinya agar sang bayi bisa merawat diri
 Jarum jahit: fungsinya agar sang bayi bisa menjahit (untuk bayi perempuan) dan agar kelak
pemikiranya bisa setajam jarum.
 Yasin dan Al-Qur’an: fungsinya agar menjadi anak yang sholeh/sholehah

83 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Mengubur Ari-Ari
(Sumber: http://primbondonit.blogspot.com/2011/08/upacara-menanam-ari-ari.html

Adat Bali juga terdapat upacara Garbha Homa, dalam konsep agama Hindu menegaskan
bahwa: ari-ari seharusnya dirawat karena sang bayi telah terikat janji. Dalam Manawa Dharma
Sastra 11.27 tersurat tentang upacara Garbha Homa, menceritakan bahwa bayi dalam
kandungan di emban oleh Bhatara Çiwa merupakan pengejewantahan dari konsep Hindu yang
mengatakan bahwa Tuhan melindungi semua ciptaanNya.
Adat Batak juga percaya kalau ari-ari memang saudara kembar dari bayi. Ari-ari dimasukkan
ke dalam bakul anyaman dari daun pandan atau dimasukkan ke dalam gerabah dari tanah liat.
Yang beda dengan adat Jawa adalah: di masyarakat Batak tidak menambahkan aneka barang
sebagai simbol pengharapan.
Adat Palembang, pada umumnya ari-ari dikubur setelah dibersihkan dan diberi aneka
barang sebagai lambang pengharapan dari orangtua dari si bayi. “Kalau anak perempuan
biasanya ada bumbu dapur, maksudnya biar pandai masak. Sedangkan anak laki-laki biasanya
disertai alat tulis dengan harapan agar kelak menjadi anak pandai.
Suku Bone di Sulawesi Selatan percaya bahwa ari-ari harus dikuburkan di bawah pohon
kelapa karena diharapkan bayi bisa tumbuh memiliki martabat tinggi sekaligus memberi banyak
manfaat untuk masyarakat. Masyarakat Palembang lebih suka menanamnya di masjid dengan
harapan agar si anak nanti rajin ke masjid.

12.4.5.5 Kopohan

Dalam adat Jawa (kejawen),adat kopohan adalah suatu ritual di mana pada ibu nifas atau
ibu yang baru melahirkan, baju yang dikenakan pada saat melahirkan harus segera disucikan.
Disucikan dalam ritual ini maksudnya mencuci bersih kotoran dan darah paska melahirkan pada
sungai atau sumur dengan air mengalir. Yang membersihkannya pun harus sang suami, hal ini
dimaksudkan agar kotoran yang melekat pada sang istri cepat hilang dibawa arus air.

12.4.5.6 Selamatan Sepasaran

Sepasaran Bayi
(Sumber: http://penaummunahl.blogspot.com/2012/02/pahami-arti-tangisan-bayi.html)

84 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Selamatan asal kata dari “selamat”. Sepasaran asal kata dari ”sepasar” yaitu 5 malam 6
hari. Jadi selamatan sepasaran yaitu mengenang bayi dan wujud rasa syukur kepada Tuhan
karena bayi telah berumur 5 malam 6 hari. Pada selamatan ini dilakukan pemberian nama.
Biasanya tetangga bersilaturahmi untuk memberi ucapan selamat dan membawa ember. Isi
ember seperti beras, kelapa, telur, tempe dan sayuran. Pihak keluarga mengundang keluarga
terdekat dan tetangga.
Makanan yang dihidangkan antara lain:
 Nasi tumpeng
 Telur rebus
 Pelas
 Kulupan (keleman)
 Trancaman + sambel kelapa
Jika saat selamatan sepasaran tetangga banyak yang datang maka kelak rejeki sang bayi
akan banyak dan lancar. Dan sebaliknya, jika tetangga yang datang sedikit maka kelak rejeki
sang bayi akan sedikit dan agak sulit. Namun semua itu hanya mitos. Karena rejeki tiap bayi
sudah ada yang mengatur. Sehingga berusaha dan berserah diri saja kepada Allah SWT.
Sebagai tanda terima kasih, pihak keluarga memberi mbah dukun tumpeng 2, 1 besar 1
kecil dan pisang 1 tangkep serta 1 ayam hidup (urip-urip).
Tujuan adanya selamatan sepasaran:
 Supaya jalan hidup sang bayi mudah dan rejeki lancar serta selalu dalam lindungan-Nya.
 Mendapat keberkahan sehingga kelak Sang bayi berguna baik bagi nusa, bangsa dan
agama.
 Menjadikan anak sholeh dan solehah.

12.4.5.7 Adat Pupak Pusar

Tradisi Jawa yang lain pada kelahiran bayi, adalah Pupak Puser, sebagian lain masyarakat
menyebut Puput Puser, yang artinya lepasnya tali pusar pada bayi yang baru lahir. Setiap bayi
lamanya pupak pusar berbeda-beda, paling cepat 3 hari sampai hingga 14 hari setelah hari
kelahiran. Mengenai lamanya waktu, memiliki mitos jika kurang dari satu minggu maka kalau
besar nanti anaknya tidak bisa awet kalau memiliki/menggunakan sesuatu.
Pupak pusar dilaksanakan pada saat potongan ari-ari yang masih tertinggal menjadi kering.
Pupak pusar biasanya dilaksanakan 5-7 hari setelah kelahiran bayi. Acara yang biasa dilakukan
adalah orang tua membuat bubur merah dan putih. Bubur terbuat dari beras ketan yang
dimasak. Untuk membuat bubur merah bubur ketan di tambah gula merah,sehingga di sebut
bubur merah.
Biasanya orang Jawa yang masih mengikuti adat Jawa daerah setempat, untuk memberikan
sebuah nama pada bayi harus menunggu pupak pusar (putusnya tali pusat bayi dengan
sendirinya). Dalam tradisi, apabila puser belum lepas, belum boleh diberi sebuah nama. Karena
menurut nenek moyang terdahulu, nantinya anak bisa sakit-sakitan karena tidak kuat menahan
beratnya nama tersebut, makanya orang dahulu apabila anaknya sakit-sakitan, namanya sering
diganti, katanya “kabotan jeneng”. Menurut orang bijak, nama adalah harapan dan doa yang
baik. Makanya harus dipikir, dicari, dan dipilih, supaya menjadi nama yang indah dan yang
terpenting artinya baik.
Di setiap keluarga yang baru saja mendapatkan tambahan satu anggota keluarga baru, yaitu
kelahiran seorang bayi, maka di depan rumah selalu di beri kurungan dan di malam hari
kurungan tersebut diberi penerangan lampu. Di bawah kurungan, telah ditanam ari-ari
(plasenta) bayi. Bagi masyarakat Jawa ari-ari diyakini sebagai saudara kandung, makanya
harus diperlakukan dengan cara tertentu, agar tidak menjadi pembawa sial bagi si jabang bayi.
Dalam falsafah terdapat Jawa banyak istilah-istilah, yaitu:
1) Dulur Papat Limo Pancer, kira-kira artinya: empat saudara yang kelima adalah pusatnya.
2) Dulur papat tersebut adalah: marmati, kawah, ari-ari dan getih (rahsah):
 Marmati, artinya samar mati atau rasa khawatir meninggal.
 Kawah atau air ketuban.
 Ari-ari atau plasenta.
 Getih (rahsa) atau darah, dan
Dari keempat saudara tadi, semua berpusat di pusar sang bayi.

85 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


12.4.5.8 Aqiqah

Pada hari ketujuh dari kelahiran anak perlu dilaksanakan aqiqah (pemotongan kambing),
pemberian nama dan juga pencukuran rambut. Ada sebagian masyrakat Jawa yang
melaksanakan aqiqah berdasarkan adat yaitu pada hari ke-empatpuluh. Saya tidak akan
membahas masalah adat jawa, saya hanya akan memberi sedikit gambaran seputar aqiqah,
pemberian nama dan pencukuran rambut sesuai dengan syariat islam yang dibawa oleh
Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Menurut orang bijak, nama adalah harapan dan doa yang baik. Maka harus dipikir, dicari,
dan dipilih, supaya menjadi nama yang indah dan yang terpenting artinya baik. Dari hadits
riwayat Abu Dawud dari Adu Ad-Darda, Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada Hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan
nama-nama ayah kalian. Maka bagus-baguskanlah nama kalian."
Kita dianjurkan untuk memberi nama anak dengan nama-nama yang bagus. Dimakruhkan
memberi nama anak menyerupai nama-nama orang kafir. Yang mana apabila nama anak kita
disebut orang akan bertanya, apakah agama anak ini?
Aqiqah menurut bahasa artinya memotong. Dinamakan aqiqah (yang dipotong), karena
dipotongnya leher binatang dengan penyembelihan. Sedangkan menurut istilah agama ialah
sembelihan yang disembelih sehubungan dengan kelahiran seorang anak, baik laki laki
ataupun perempuan pada hari ketujuh sejak kelahirannya dengan tujuan semata mata mencari
ridha Allah swt.
“Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang di antara kami mempunyai anak, ia
menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka setelah Allah
mendatangkan islam, kami menyembelih kambing, mencukur atau menggundul kepala si bayi
dan melumurinya dengan minyak wangi.” [HR. Abu Daud juz 3 hal 107].
Juga di hadist lain yang berisikan tentang sejarah aqiqah yang diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban “Dari Aisyah ia berkata ‘Dahulu orang orang pada masa jahiliyah apabila mereka
beraqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah, lalu ketika
mencukur rambut si bayi mereka melumurkan pada kepalanya’. Maka Nabi saw bersabda,
‘Gantilah darah itu dengan minyak wangi.’” [HR Ibnu Hibban juz 12 hal 124].
Ada sebagian masyarakat jawa yang melaksanakan aqiqah berdasarkan adat yaitu pada
hari ke-empatpuluh. Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dari Salman bin Ammar Adh-Dhabi,
Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Bersama (kelahiran) seorang anak terdapat hak untuk diaqiqahi. Maka tumpahkanlah darah
(hewan) untuknya dan hilangkanlah kotoran darinya."
Kemudian dalam hadits berikutnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Al-hasan, dari
samurah bahwa Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Setiap anak (yang lahir) tergadai (terikat) dengan aqiqahnya. Maka disembelih (hewan)
untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur (rambutnya) dan diberi nama."
Dari hadits di atas disunnahkan pelaksanaan aqiqah adalah hari ketujuh dari kelahiran si
bayi. Dalam redaksi hadits diatas terdapat kata tergadai, adapun maksud dari kata tergadai
disini menurut Al-Baihaqi dari Salman bin Syarahbil dari Yahya bin Hamzah, ia berkata "Aku
bertanya kepada Atha` Al Khurasani, tentang maksud setiap anak tergadai (terikat) dengan
aqiqahnya".
Ia pun menjawab, "Maksudnya, syafa'at anaknya akan terhalang baginya." Implikasi dari
redaksi hadits ini sangat berat. Tapi Jumhur ulama dan mayoritas sahabat Nabi, golongan
tabi'in dan ulama-ulama pada generasi seterusnya mengatakan bahwa aqiqah hukumnya
adalah Sunnah.
Adapun jumlah dari hewan untuk aqiqah adalah dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan
satu ekor kambing untuk anak perempuan sebagaimana tersebut dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi:
"Untuk anak laki-laki disembelih dua ekor kambing dan untuk anak perempuan disembelih satu
ekor kambing. Tidak jadi masalah apakah kambing itu jantan atau betina."

86 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Penyembihan Kambing Aqiqah
(Sumber: http://norlizaabdghani.blogspot.com/2010/02/sembelih-kambing-untuk-majlis-
aqiqah.html)

Aqiqah: Pencukuran Rambut


(Sumber: http://telaahislam.blogspot.com/2013/06/seputar-syariat-aqiqah.html)

Tujuan, hikmah dan manfaat dari aqiqah adalah :


1. Aqiqah merupakan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang ditujukan (pahalanya)
untuk bayi yang baru lahir ke alam dunia.
2. Aqiqah merupakan alat untuk melepas gadaian (ikatan) pada si bayi yang baru dilahirkan.
Sebab seorang anak dalam keadaan tergadai (terikat) dengan aqiqahnya. Menurut Imam
Ahmad, maksud tergadai di sini adalah tertahannya syafaat sang anak untuk kedua
orangtuanya.
3. Aqiqah merupakan fidyah (tebusan) untuk menebus si anak, sebagaimana Allah
Subhanahuwa Ta'ala menebus Isma'il yang akan disembelih dengan seekor kambing yang
sangat besar. Nabi mengatakan bahwa hewan yang disembelih untuk seorang bayi
seyogyanya bertujuan untuk ibadah, seperti kurban dan hadyu (binatang yang disembelih
oleh jamaah haji).
Sebagaimana hadits diatas yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa bersama aqiqah kita
disunnahkan mencukur rambut bayi. Rambut yang telah dicukur ini ditimbang beratnya untuk
kemudian dinilai dengan 'perak' (bukan emas) sesuai berat timbangan tersebut dan uangnya
disedekahkan. Hal ini banyak diriwayatkan dan ditulis dalam kitab antara lain kitab Al-
Muwaththa:
Dari Rabi'ah bin Abu Abdirrahman, dari Muhammad bin Ali bin Husain, ia berkata, "Fatimah binti
Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam menimbang beratnya rambut Hasan dan Husain,
kemudian ia menyedekahkan perak seberat rambut mereka".
Dan riwayat-riwayat dari Malik, Yahya bin Bukair, Abdurrazzaq dan lainnya yang selafal dengan
di atas.
Tujuan aqiqah yaitu untuk memperkuat jasmani dan rohani, sedangkan penyembelihan
kambing adalah untuk sedekah sang bayi agar kelak menjadi anak yang berbakti dan sholeh
kepada orang tua. Tujuan pencukuran rambut adalah pelaksanaan perintah Rasulullah SAW
untuk menghilangkan kotoran. Dengan hal tersebut, kita membuang rambut yang jelek atau
lemah dengan rambut yang kuat dan lebih bermanfaat bagi kepala serta lebih meringankan

87 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


bagi sang bayi, yaitu berguna untuk membuka lubang pori-pori yang ada di kepala supaya
gelombang panas bisa keluar melaluinya dengan mudah, dimana hal tersebut sangat
bermanfaat untuk menguatkan indera penglihatan, penciuman dan pendengaran sang bayi.

12.4.5.9 Bancakan Selapanan Bayi

Bancakan selapan bayi merupakan bancakan weton pertama yakni untuk bayi usia 35 hari.
Dalam tradisi Jawa dikenal acara SELAPANAN atau selamatan bayi pada usia yang ke 35
(selapan) hari. Pada hari ke 35 bayi ulang weton yang pertama. Adapun selamatan
menggunakan ubo rampe atau syarat-syarat perlengkapannya yang terdiri sebagai berikut:

Salah Satu dari Perlengkapan Selapanan


(Sumber: http://sabdalangit.wordpress.com/category/javanese-tradition/bancakan-selapanan-
bayi/)

1) Tumpeng weton
2) Sayur 7 macam bebas memilih apa saja namun harus ada kangkung dan kacang
panjangnya. Semua sayur direbus, dan boleh dipotong-potong kecuali kangkung dan
kacang panjang
3) Telor ayam direbus sebanyak 7 atau 11 atau 17 butir. Dikupas kulitnya, lalu disajikan utuh
atau dibelah dua atau empat tidak masalah
4) Cabai, bawang merah
5) Bumbu gudangan/urap tidak pedas, bahannya: kelapa agak muda (kemelas) diparut
disertai bumbu-bumbu: sereh, daun jeruk purut, tumbar, salam, laos, gula jawa, garam,
bawang merah (agak banyak), bawang putih (sedikit).
6) Kalo/saringan santan dari bambu
7) Buah-buahan sebanyak 7 macam, harus dengan pisang raja
8) Bubur 7 rupa, bahan dasar bubur putih atau gurih (santan dan garam) dan bubur merah
atau bubur manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya)
9) Kembang setaman (mawar putih dan merah, kanthil, melati, kenanga).

12.4.5.10 Adat Sedulur Papat Kalima Pancer

Menurut ilmu kejawen (Jawa) sebelum manusia lahir ketika masih janin bayi di temani 4
saudara. Dalam adat dan ajaran Jawa dikenal istilah “sedulur papat kelima pancer”. Pancer
adalah diri kita. Setiap manusia mempunyai empat saudara ketika masih berupa janin. Mereka
menjaga pertumbuhan manusia didalam kandungan ibu. Anak pertama yaitu ketuban atau
kawah, ketika ibu melahirkan yang pertama keluar adalah ketuban karena itu dianggap sebagai
saudara tua.
Setelah itu saudara kandung yang lebih muda yaitu ari-ari, tembuni atau pembungkus janin
dalam rahim. Ari-ari memayungi tindakan sang janin dalam perut ibu yang mengantarkan
sampai ke tujuan yaitu ikut keluar bersama sang bayi. Berikutnya darah inipun saudara sang
janin, tanpa adanya darah janin bukan saja tak bisa tumbuh tapi juga akan mengalami
keguguran. Saudara berikutnya yaitu pusar ia sebagai sarana yang menghantarkan zat
makanan dari sang ibu kepada janin.

88 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Umumnya orang menganggap bahwa ketuban, ari-ari, darah dan tali pusar adalah wahana
atau alat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dalam perut. Begitu bayi dilahirkan semua
itu akan dianggap tidak berfungsi lagi dan tak ada sangkut pautnya dalam kehidupan, dan yang
demikian ini merupakan pandangan materialistik, padahal begitu besar maknanya dan
pengertiannya bila dilihat dari sudut metafisik.
Saudara kita itulah yang menjaga kita dalam kehidupan ini yang kembali ke anasir bumi, air,
udara dan api hanyalah ke empat jasadnya. Namun dari segi spiritualnya masih menyertai
kehidupan kita. Coba kita bandingkan dengan kenyataan Rasulullah SAW bahwa tatkala kita
lahir ada teman kita yg diistilahkan dia sebagai Qorin dan tatkala ditanya oleh para sahabat
Rasul "Fa anta ya Rasulullah? (apakah engkau juga lahir diikuti Qorin wahai-Rosulullah..?"
maka dijawab: "Na`am fa aslama bihi" (benar, tapi telah ku aslama kan/ ku islamkan dia) dan
tidak menyeruku melainkan kepada kebaikan semata.
Menurut ilmu kejawean lagi, qorin jika tidak di aslama kan maka dia akan membawa sifat
maksiat karena jika suatu saat nanti seorang insan mau bertobat maka si qorin tadi sudah ke
enakan dialam maksiat dan akan menggoda kita untuk balik lagi berbuat maksiat
bagaimanakah cara mengislamkan qorin? terpaksa di simpan. Sementara qorin yg sudah di
aslamakan (seperti cara anda di atas/ atau cara-cara yg dihayati pihak kejawen) maka jika kita
tenggelam atau terjerumus di jurang maksiat datanglah si qorin itu dengan sekuat
kemampuannya untuk ikut mengangkat dan menyadarkan kita kembali ke jalan Allah.
Qorin yg telah aslama tak rela pancernya (diri kita) kemaksiatan. Itulah sebab lagi Rasul
kemudian menyatakan: "... tapi telah Ku aslama kan dia (qorin) dan dia (qorin) tidak
"menyeruku" melainkan hanyalah yg baik2 saja.."
Ayat Al Qur`an tentang Qarin: ”Wa qaala qariinuhuu haazaa maa ladayya ‘atiid” (QS
QAAF[50]: 23) Artinya:”Dan yang menyertai dia berkata: "Inilah (catatan amalnya) yang tersedia
pada sisiku.”
“Qaala qariinuhuu Rabbanaa maa atgaituhuu wa laakin kaana fii dholaalim ba’id” (Q.S. QAAF
[50]: 27) Artinya: “Yang menyertai dia berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak
menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh".
Disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari-ari (plasenta/ tembuni)
dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.
Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi
Ari-Ari, dan Rahsa? Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati)! Umumnya bila seorang ibu
mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir
terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari-ari, dan Rahsa. Oleh karena itu
Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat
melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya,
dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak)
Kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan ahirnya si bayi, setelah itu
barulah keluar Ari-ari (placenta/ tembuni). Karena Ari-ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut
sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada wanita yang
melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya
Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom.
Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat
yang di simpan dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara
Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’. Sebab itu dalam petuah
selalu orang-orang tua berpesan simpan tali pusar, jika bayi kita demam rendamkan tali pusar
dan kemudian di beri minum. Kemungkinan inilah sejarah di sebalik tali pusar bayi.
Keempat nafsu yang digambarkan oleh ke empat hewan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Amarah
Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu akan selalu merasa ingin
menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh
karena itu, sabar adalah alat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
2) Supiyah/ keindahan
Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang bersifat keindahan misalnya wanita
(asmara). Maka dari itu manusia yang terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan
bisa membakar dunia.
3) Aluamah/ Serakah

89 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu
tersebut tidak dikendalikan manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.
4) Mutmainah/ Keutamaan
Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu
saja tetap tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus,
namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi kekurangan, jelas
itu bukan hal yang baik.
Maka dari itu, saudara empat harus diawasi dan diatur agar jangan sampai ngelantur.
Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat saudaranya yang lain, yaitu harus
selalu menang atas mereka sehingga bisa mengatasinya. Kalau Manusia bisa dikalahkan oleh
saudara empat ini, berarti hancurlah dunianya. Sebagai pusat, manusia harus bisa menjadi
pengawas dan menjadi patokan. Benar tidaknya silakan anda yang menilai.

12.5 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Adat Nifas

12.5.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan jaman yang terjadi dapat mempengaruhi sosial budaya dalam
masyarakat. Sebagian besar masyarakat menganggap adat istiadat tidaklah penting. Namun
demikian masih ada juga sebagian kecil komunitas masyarakat yang tetap berpegang teguh
pada adat istiadat yang biasanya turun temurun dari keluarganya.
Mereka belum menyadari bahwa adat istiadat tersebut justru memperlambat masa
pemulihan paska persalinan. Karena sebagian adat istiadat tersebut justru berlawanan
manfaatnya bila dilihat dari segi medis. Manfaat yang berlawanan inilah yang dikhawatirkan
akan menimbulkan dampak atau efek negatif baik bagi ibu maupun bayi. Adat istiadat tersebut
tidak sepenuhnya dapat dihilangkan tetapi diminimalkan, agar ibu nifas dan bayi terhindar dari
dampak negatif adat istiadat yang tidak sesuai dengan segi medis.
Dengan demikian perlu adanya bimbingan atau penyuluhan yang benar kepada para ibu
nifas dan keluarga mengenai pemulihan paska persalinan atau partus dari tenaga medis.
Keberhasilan pemahaman tersebut dapat dicapai dengan adanya kerjasama dari semua pihak
baik ibu nifas, keluarga maupun dari tenaga medis misalnya bidan. Untuk itu pembelajaran ini
sangat penting demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan ibu dan anak.

12.5.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


1) Apa pengertian masa nifas ?
2) Adat istiadat apa saja yang biasanya dilakukan masyarakat pada saat masa nifas?
3) Bagaimana pandangan dari segi medis mengenai adat istiadat masa nifas?

12.5.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan topik ini adalah:


1) Untuk mengetahui pengertian masa nifas.
2) Untuk mengetahui adat istiadat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat dalam menjalani
masa nifas.
3) Untuk mengetahui pandangan dari segi medis mengenai adat istiadat masa nifas.

12.5.4 Manfaat

Manfaat pembahasan topik ini adalah memberikan informasi mengenai aspek sosial budaya
pada masa nifas, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

12.5.5 Berbagai Budaya yang Dilakukan Selama Masa Nifas

Budaya jawa adalah budaya yang indah, salah satu dari banyak kekayaan budaya di
Indonesia. Banyak sekali nilai-nilai positif dalam budaya Jawa namun terkadang budaya dan
tradisi Jawa tidak mendukung bahkan cenderung merugikan kesehatan. Termasuk di dalamnya

90 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


atura-aturan bagi ibu nifas. Setelah masa persalinan usai, seorang ibu harus menjalani
serangkaian prosesi sebagai berikut:

12.5.5.1 Wuwung

Wuwung adalah mandi dan keramas disertai pemercikan air pada mata. Prosesi ini
dilakukan setiap pagi, mulai pukul 3.00 sampai pukul 6.00, agar darah putih tidak naik ke tubuh
bagian atas. Menurut pandangan adat darah putih yang naik akan menyebabkan mata
mengeluarkan lendir dan belek sehingga ibu nifas yang tidak melaksanakan wuwung dipandang
tidak bisa menjaga kebersihan.
Ditinjau dari segi medis, prosesi wuwung tidak membawa manfaat. Bahkan akan
menimbulkan iritasi pada mata dan hipotermia jika dilakakukan setiap hari. Secara tidak
langsung masyarakat adat zaman dahulu hanya ingin mengisyaratkan agar ibu tetap terjaga
dan menjaga anaknya melalui prosesi ini.

12.5.5.2 Memakai Stagen

Setagen adalah sejenis kain yang lebarnya sekitar 15-20 cm dengan panjang sekitar 3-4m.
Kain ini digunakan untuk menopang perut yang kendur pasca melahirkan. Pada dasarnya tidak
ada ukuran khusus seberapa panjang seorang ibu nifas harus memekai setagen. Ukurannya
adalah cukup kencang untuk menopang perut atau belum. Cara pemakaiannya adalah dengan
mengikatkan kain setagen di tiang kemudian ibu berputar sambil melilitkan setagen ke daerah
perut sampai panggul.

Memakai Stagen
(Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/17/18358/
stagen_dan_gurita_tak_jamin_perut_langsing/#.UjPcE9I9NEI)

Menurut adat istiadat orang jawa zaman dulu ibu nifas harus memakai setagen hal ini
bertujuan agar uterus atau endometrium tidak melorot atau agar ibu nifas tetap langsing akan
tetapi jika setagen terlalu kencang dan sering dipakai maka akan timbul iritasi dan nyeri pada
perut.
Ditinjau dari segi medis, memakai setagen bermanfaat akan tetapi setagen yang dipakai
cukup yang pendek agar perut tidak terlalu tertekan atau dapat pula menggunakan korset
mengingat fungsi setagen hanya untuk menopang. Jadi, pemakaiannya pun tidak perlu sampai
melilit karena akan menekan organ dalam dan aliran darah menjadi tidak lancar.

12.5.5.3 Senden

Duduk bersandar atau senden adalah kegiatan duduk yang dilakukan oleh ibu nifas dengan
menyandarkan badan pada sebilah papan yang dilapisi bantal. Posisi kaki harus lurus dan
telapak kaki ditempelkan pada papan. Tujuannya agar posisi kaki tertahan dan tetap lurus.
Duduk bersandar dengan kaki lurus ini diyakini dapat mencegah varises. Selain itu, kegiatan ini

91 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


diyakini oleh masyarakat adat jawa dapat mempercepat menyembuhan luka vagina paska
persalinan. Ada pula beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ‘pancatan’ kaki ibu harus
diberi bawang merah dan cabai agar ibu tidak diganggu makhluk halus.
Ditinjau dari segi medis, duduk bersandar ini justru menghambat penyembuhan luka pada
vagina pasca melahirkan apalagi jika luka tersebut berupa luka jahitan. Apabila ibu tidak banyak
bergerak maka peredaran darah tidak lancar sehingga metabolisme dalam tubuh terhambat.
Hal ini menyebabkan pemulihan kondisi semakin lambat.

12.5.5.4 Aturan Makanan

Bagi ibu dalam masa nifas atau menyusui, diwajibkan untuk menghindari makan makanan
yang pedas atau berlemak. Ini dipercaya untuk menghindari supaya dubur anak tidak menjadi
merah dan air susu ibu tidak terasa pedas sehingga membahayakan si buah hati. Ibu juga tidak
diperbolehkan makan daging dan telur. Makanan yang boleh dimakan oleh ibu tersebut adalah
hanya nasi putih, krupuk dan makan sayur daun katuk yang berkhasiat untuk melancancarkan
ASI serta bau badan ibu tetap segar.

Daun Katuk
(Sumber: http://thibbalummah.files.wordpress.com/2013/03/daun-katuk1.jpg)

Ditinjau dari segi medis, hal ini bisa berdampak positif maupun negatif pada asupan nutrisi
ibu sebagai berikut:
1) Dampak positif
Makan sayur daun katuk baik untuk memperlancar produksi ASI ibu, karena daun katuk
mengandung prolaktik yang baik untuk ASI yang berdampak langsung pada gizi bayi yang
memerlukan nutrisi ASI eksklusif yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2) Dampak negatif
Hanya dengan makan nasi dan krupuk secara otomatis ibu akan kekurangan asupan gizi
yang cukup, seperti protein, vitamin dan zat besi yang baik bagi penyembuhan dan
kesehatan ibu. Gizi-gizi tersebut dapat terpenuhi dari makan makanan yang kaya akan
protein seperti telur, daging dan ikan laut. Vitamin dapat diperoleh dengan makan sayur dan
buah-buahan, zat besi dapat diperoleh dari konsumsi bayam atau vitamin yang kaya akan
zat besi yang dianjurkan oleh dokter kandungan.

12.5.5.5 Adat-Adat yang Lain

1) Dilarang keluar dari pekarangan rumah


Ibu setelah melahirkan dilarang keluar malam atau kaluar dari pekarangan rumah.
Alasannya ibu bisa mengalami ‘kesambet’ atau bayi ‘sawanen’, yaitu digaggu oleh roh jahat
sehingga terkadang ibu bisa pinsan. Padahal sebenarnya ibu nifas memiliki energi yang
rendah sehingga tidak boleh bejalan terlalu jauh. Energi yang lemah itulah yang
menyebabkan ibu pingsan.
2) Adat keluar rumah

92 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Bila ibu keluar dari rumah harus membawa benda tajam seperti peniti, cermin, alat potong
kuku, gunting kecil dan lain sebagainya. Tujuannya yaitu agar sang bayi tidak diganggu oleh
makhluk halus.
3) Memberikan arang di bawah tempat tidur
Hal ini dimaksudkan agar bayi tidak diganggu oleh makhluk ghoib dan tidak rewel. Ditinjau
dari segi medis pemberian arang tersebut justru akan mencemari udara dan mengganggu
pernafasan bayi.

12.5.6 Kesimpulan

Dari materi di atas dapat disimpulkan bahwa aspek sosial budaya pada masa nifas meliputi:
1. Wuwung adalah mandi dan keramas disertai pemercikan air pada mata.
2. Setagen adalah sejenis kain yang lebarnya sekitar 15-20 cm dengan panjang sekitar 3-4
meter
3. Duduk bersandar(bersenden) untuk mempercepat penyembuhan jalan lahir.
4. Aturan Makanan
Bagi ibu dalam masa nifas atau menyusui diwajibkan untuk menghindari makan makanan
yang pedas atau berlemak. Ini dipercaya untuk menghindari supaya dubur anak tidak
menjadi merah dan air susu ibu tidak terasa pedas sehingga membahayakan si buah hati.
5. Plasenta dikuburkan segera setelah dibersihkan, jika bayi laki-laki plasenta dikuburkan
disebelah kanan pintu sedangkan jika bayi perempuan di sebelah kiri pintu.
6. Puputan adalah syukuran yang diadakan setelah pusar lepas (9 hari setelah melahirkan).
Biasanya pada prosesi ini dilakukan sedikit pemotongan pada ujung rambut bayi.
7. Adat-adat yang lain yaitu adat keluar rumah, serta memberikan arang di bawah tempat tidur

12.5.7 Saran

Diharapkan topik pembahasan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya
bagi mahasiswi bidan.

93 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


MATERI 13 -------------------------------------------------------------

13.1 Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Pesantren

13.1.1 Kebidanan dan Sosial Budaya dalam Pesantren

13.1.1.1 Kebidanan

Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan dan berkaitan dengan segala
sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan di mana dalam memberikan
pelayanannya meyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis dan
bukan merupakan penyakit, walaupun pada beberapa kasus mungkin berkomplikasi sejak awal
karena kondisi tertentu atau komplikasi yang bisa timbul kemudian. Fungsi kebidanan adalah
untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya, bermitra dengan perempuan,
menghormati martabat dan memberdayakan segala potensi yang ada padanya, termasuk
proses penjaminan kesehatan ibu dan bayinya serta untuk menghindari kasus gizi buruk bagi
bayi.
Praktek kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada
perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya, masa
antara dalam lingkup praktek kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses
reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.
Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan
menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya, spiritual,
psikologi dan fisik dari pengalamanreproduksinya. Praktek kebidanan bertujuan menurunkan/
menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan,
kesehatan, medis dan sosial untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
ibudan janin/ bayinya.

13.1.1.2 Sosial Budaya dalam Pesantren

Sosial budaya mencakup pola kehidupan masyarakat sesuai dengan hasil pemikiran atau
adat istiadat masyarakat tertentu. Nah ketika masalah sosial budaya ditelaah dalam kehidupan
pesantren, maka yang terlihat tentulah berbeda dengan pola kehidupan masyarakat luar.
Karena pondok pesantren (biasanya juga disebut pondok saja) merupakan sekolah Islam
berasrama (Islamic boarding school). Para santri (pelajar pesantren) belajar pada sekolah ini
sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kiai/ kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok
pesantren, kyai menujuk seorang santri senior untuk mengatur adik kelasnya, mereka biasanya
disebut Lurah Pondok. Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentase ajarannya
lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Bahkan ada pula
pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja, umumnya disebut Pesantren Salaf.
Jadi kehidupan dalam pesantren memiliki sistem tersendiri yang berbeda dengan kehidupan
luar namun tidak bertentangan dengan sistem kehidupan yang dianut oleh bangsa kita. Dunia
pesantren merupakan representrasi miniatur kehidupan riil dimasyarakat. Tapi, pesantren
bukan benar-benar gambaran nyata masyarakat secara umum, sebab unsur-unsur sosialnya
kurang beragam dibanding unsur-unsur sosial masyarakat yang lebih besar.
Di pesantren, unsur-unsur sosial pokoknya tak lebih dari kiai sebagai figur sentral, guru-guru
atau asatizah sebagai pembantu kiai, dan para santri. Kalaupun ada anasir sosial lain di luar
anasir pokok, seperti tukang masak, tukang kebun, dan para pekerja lainnya, perannya tak
lebih sebagai pelengkap miniatur masyarakat pokok saja. Artinya, pesantren dapat disebut
miniatur masyarakat yang memang kurang lengkap. Sebagian menyebut istilah sub-kultur dari
kultur masyarakat yang lebih besar untuk pesantren.
Fasilitas-fasilitas kehidupan masyarakat pesantren juga terbatas. Yang paling pokok tentulah
masjid, bangungan sekolah atau madrasah, pemondokan atau asrama, dan fasilitas-fasilitas
penunjang lainnya. Di pesantren tentu tidak dijumpai sarana-sarana hiburan, seperti taman,
mal, cafe, bioskop, dan fasilitas-fasilitas penunjang kenikmatan hidup lainnya. Tetapi justru

94 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


karena ketidaklengkapan unsur-unsur sosial dan fasilitas penunjang kenikmatan hidup itulah
pesantren dapat membangun dunia idealnya sendiri. Di pesantren dengan sistem asrama yang
kurang menyatu dengan masyarakat, nuansa dunia ideal atau baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur itu terasa sangat kuat.

13.1.2 Praktek Kebidanan dengan Pendekatan Sosial Budaya dalam Pesantren

Berdasarkan Propenas 2000-2004, dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas


pembangunan nasional yang keempat, yaitu: membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan
kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya, dilaksanakan pembangunan bidang
agama, bidang pendidikan, serta bidang sosial budaya.
Tujuan pembangunan nasional bidang sosial budaya adalah terwujudnya kesejahteraan
rakyat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat
serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar rakyat. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut, selama ini telah dilaksanakan berbagai kebijakan dan program
pembangunan sosial budaya, yang meliputi: bidang kesehatan; pendidikan; kesejahteraan
sosial, termasuk kependudukan dan keluarga berencana; kebudayaan; dan peranan
perempuan; serta pemuda dan olah raga.
Namun demikian, masih banyak permasalahan yang menjadi perhatian utama
pembangunan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial budaya antara lain adalah:
1) Masih rendahnya kondisi atau derajat kesehatan danstatus gizi masyarakat yang masih
memprihatinkan
2) Masih tingginya tingkat kemiskinan, pengangguran dantingkat pendidikan masyarakat;
3) Banyaknya permasalahan keterlantaran, kecacatan,ketunaan sosial, serta koban bencana
alam
4) Masih rentannya/lemahnya ketahanan budaya
5) Masih terdapat permasalahan keadilan yang menekankanaspek regional (antarwilayah,
antardesa-kota, antarpusat-daerah); permasalahanras (suku-agama, dan antar-golongan)
serta ketidak adilan antar golonganekonomi kuat dan lemah; serta permasalahan keadilan
pada aspek gender.
Poin pertama di atas merupakan pokok permasalahan yang akan kita kaji. Dalam hal ini,
adalah kajian tentang praktek kebidanan melalui pesantren sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah dalam bidang kesehatan. Saat ini pesantren diharapkan dapat berperan
aktif dalam upaya memberdayakan masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat, karena
pondok pesantren dianggap mampu menjadi penggerak masyarakat baik di bidang agama,
sosial, maupun ekonomi.
Berikut ini adalah contoh gambaran tentang upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melaui pesantren, yang diwujudkan dengan dukungan pemerintah (dalam hal ini
menteri kesehatan) terhadap peningkatan upaya kesehatan di pesantren, yang dinamai sebagai
Program As-Syifa’. Terkait dengan hal ini, pernah ditekankan oleh Menteri Kesehatan Siti
Fadilah Supari dalam peresmian program pemberdayaan kesehatan pesantren sekaligus
penyerahan bantuan berupa 200 unit Pos Kesehatan Pesantren (poskestren) ke pondok
pesantren di Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut lebih lanjut ditekankan tiga hal, yaitu:
1) Kegiatan promotif atau peningkatan kesehatan,
2) Preventif atau pencegahan
3) Kesiagaan menghadapi bencana.
Untuk kegiatan promotif, bakal diarahkan dalam hal penyuluhan dan pelatihan bermaterikan
kesehatan masyarakat, gizi, perilaku hidup sehat, penyehatan lingkungan serta pencegahan
penyakit menular. Sedangkan untuk upaya preventif, berupa pemeriksaan kesehatan bagi
warga pondok pesantren dan dukungan terhadap imunisasi. Pada perkembangannya nanti,
poliklinik pesantren tersebut akan terus bermitra dengan puskesmas setempat. Keduanya
bahkan bisa saling mendukung satu sama lain. Melalui poskestren, maka puskesmas dapat
memfasilitasi warganya dalam memecahkan permasalahan kesehatan sesuai kondisi setempat.
Puskesmas pun bisa meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana. Selama ini, keterbatasan
dana puskesmas kadang menganggu luasnya cakupan pelayanan.
Demikian pula sebaliknya. puskesmas turut membantu membina kader pesantren dalam
mengelola poskestren. Selain itu, juga membantu menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
penyuluhan, menganalisis kegiatan poskestren, menerima rujukan dan pengadaan alat

95 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


kesehatan yang dibutuhkan. Program ini bakal dijadikan sebagai program nasional, dan
dimulai dari Jawa Timur. Karena belum pernah dilaksanakan sebelumnya, maka program yang
dinamakan Asy-Syifa’ tersebut terus dievaluasi perkembangannya. Kala itu Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Bambang Giatno, menyatakan bahwa penyediaan tenaga
dokter dan paramedis poskestren, saat ini masih di back-up dari puskesmas wilayah kerja
setempat. Untuk penambahan jumlah, pihaknya akan melihat kebutuhan ke depan dengan
mengangkat tenaga petugas tidak tetap (PTT). Tetapi pada dasarnya ini dikembangkan guna
pemberdayaan. Maka dari itu, kegiatan poskestren setidaknya dilaksanakan oleh tiga persen
dari jumlah santri di ponpes bersangkutan. Terkait dana operasional, untuk stimulan tahap
awal, poskestren masih menerima dukungan dari pemerintah. Selanjutnya, diharapkan
poskestran dapat dibiayai dari iuran pengunjung, sumbangan, dan dana sosial keagamaan.
Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Kesehatan) telah menganggarkan sekitar Rp
25 miliar untuk program ini.
Ketua Ikatan Asosiasi Pondok Pesantren, KH Mas Mansyur mengatakan bahwa selama ini
setiap pondok pesantren sebenarnya telah memiliki poliklinik dan balai kesehatan. Meski
demikian, fasilitas itu masih harus terus dikembangkan antara lain dengan bantuan dan
dukungan instansi terkait agar pelayanan dan promosi kesehatan ke masyarakat dapat lebih
optimal. Kesehatan telah menjadi fokus perhatian kita di kalangan pondok pesantren karena hal
itu memang merupakan tuntunan agama. Tapi, hendaknya kita jangan hanya bicara simbolis
melainkan harus melakukan upaya nyata.
Melihat kenyataaan atau fakta di atas maka dapat dikatakan bahwa praktek kebidanan
melalui lingkungan sosial budaya pesantren sangatlah ideal dan dapat direalisasikan di seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki pesantren. Garis kordinasi atau kerjasama dengan pihak
puskesmas ataupun rumah sakit sudah dipaparkan oleh menteri kesehatan.
Ketika pesantren mengaktifkan praktek kebidanan dan kesehatan pada umumnya maka ini
berarti pesantren tidak hanya menjadi wadah yang menyampaikan pesan agama tetapi juga
pesantren telah menyampaikan pesan kesehatan dan ini sesuai dengan nilai-nilai agama Islam,
di mana agama menekankan kepada kita untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, karena
merupakan bagian dari iman.
Jadi dengan adanya peraktek kebidanan dan kesehatan lainya dalam pesantren maka
diharapkan hal ini dapat meningkatkan kondisi atau derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat yang masih memprihatinkan menuju pencapaian kesejahteraan sosial.

13.1.3 Kesimpulan

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Slogan yang begitu terkenal itu menjadi pemicu bagi
umat untuk senantiasa menjaga kebersihan, rohani maupun jasmani. Barang siapa yang dalam
keseharian mampu menjalankan pola hidup sehat baik di lingkungan maupun pribadi, maka hal
itu akan berdampak pada peningkatan kualitas imannya. Dan itu menjadi sebuah langkah
efektif ketika diterapkan dalam pondok pesantren sebagai salah “miniatur masyarakat”,
meskipun kehidupan sosial budaya dalam pesantren berbeda dengan kebanyakan kehidupan
sosial budaya masyarakat yang ada di luar pesantren.

13.2 Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Kesenian


Tradisional

13.2.1 Pendahuluan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan,
lulus dengan persyaratan yang telah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan. Praktik bidan adalah serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik, dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang ditawarkan atau
dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah,
nyaman, sehingga memberi kepuasan (sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik).

96 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan
yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggungjawabkan dan diberikan dalam waktu
yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam
memproduksi jasa pelayanan kesehatan (pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk
masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenagaan, mesin, bahan, fasilitas,
modal, energi dan waktu.
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan
yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada
pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan
yang profesional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya
berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan, seperti memiliki berbagai
pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan
pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonomi dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan
budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi
yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau
benar adanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat:
1) Promotif
Dalam hal ini, bidan berupaya menyebarluaskan informasi melalui berbagai media. Metode
penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa
serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di setiap daerah,
bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar
informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa
upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya
tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan
dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik
dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan terkini.
2) Preventif
Dalam hal ini bidan berupaya melakukan upaya pencegahan semisal imunisasi,
penimbangan balita di Posyandu dan sebagainya. Kadang-kadang ada sekelompok
masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang dari 35 hari (Jawa: selapan) tidak
boleh dibawa keluar rumah.
3) Kuratif
Dalam hal ini bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat,
tetapi bidan dapat melakukan upaya kuratif sesuai wewenangnya sebagaimana telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
4) Rehabilitatif
Dalam hal ini bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang
memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.
Seorang bidan juga harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan
usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas,
peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan
kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.

13.2.2 Kesenian Tradisional Sebagai Jalur Pendekatan Upaya Kesehatan

97 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


13.2.2.1 Pengertian Seni

Pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata ”Ars” (Latin) atau ”Art” (Inggris) yang
artinya kemahiran. Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni berasal dari
Bahasa Belanda yang artinya ”genius” atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam bahasa
Indonesia berasal dari kata Sansekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun
dalam bahasa tradisional Jawa, seni mempunyai arti ”Rawit”, pekerjaan yang rumit-rumit/ kecil.
Di bawah ini terdapat beberapa pengertian tentang seni baik pendapat dari para ahli budaya,
maupun arti kesenian secara umum.
Menurut Drs. Popo Iskandar, seni adalah suatu hasil dari ungkapan emosi yang ingin
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat/
berkelompok. Sedangkan menurut Ahdian Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang
merefleksikan suatu realitas dalam suatu karya seni yang bentuk dan isinya, mempunyai
kemampuan untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya. Menurut
beliau, kesenian merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus. Setelah manusia
merasa cukup atau dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia tersebut perlu dan
akan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia semata-mata
tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga memenuhi pandangan indah serta suara
merdu, semua kebutuhan manusia tersebut dapat dipenuhi melalui kesenian.
Secara umum, kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan guna
melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh seseorang
tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi.
Salah satu dari jenis kesenian adalah kesenian tradisional, yakni kesenian yang dipegang
teguh pada norma dan adat kebiasaan, yang ada secara turun menurun atau kesenian baru,
hasil dari pengembangan kebudayaannya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan
secara naluriah, memerlukan perantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik secara
aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Maksud dari
menyatakan rasa seni secara aktif adalah seseorang jika memiliki suatu rasa seni, harus
dikembangkan atau diapresikan kepada orang lain agar bermanfaat bagi orang lain. Agar rasa
seni tersebut dapat disalurkan atau diberikan kepada orang lain supaya rasa seni yang dimiliki
dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu pendekatan terhadap
kesenian seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya
kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah seseorang dalam pembabaran ide
yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera
kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap
bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang
bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta
ide yang melatar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari
kata yunani berarti merasa sama. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati
berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

13.2.2.2 Apresiasi Seni

Apresiasi seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan
untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti orang
tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut mampu
menghargai karya seni tersebut. Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah:
1) Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai
dengan lingkungan yang membinanya.
2) Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni,
perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil
dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan
penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.

98 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


13.2.2.3 Peranan Seni

Seni memliki beberapa peranan, di antaranya:


1) Seni sebagai kebutuhan
Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan bagi
manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi
dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap
untuk penyempurnaan pekerjaannya.
2) Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
 Sebagai ungkapan gagasan
Seni sebagai gagasan berarti seni dapat digunakan untuk mengungkapkan buah pikiran
dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
 Alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, seni berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan
masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat
juga berupa pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksefahaman biasanya
diungkapkan dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
3) Kesenian sebagai pembentuk peradaban manusia
Kesenian dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi
beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis. Seni menjadikan manusia
berbudi luhur. Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya
membentuk sikap budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif merupakan alat-alat
yamg mampu menimbulkan suasana magis dan misterius dalam pemujaan serta kehidupan
pada waktu itu. Juga karya-karya kesenian klasik yang puitik heroik maupun karya-karya
modern, kesemuanya memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia.
Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik
kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh manusia untuk
melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni mempunyai peranan dalam
kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hasrat mengungkapkan atau
menyatakan perasaan pribadi mengenai aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari tentang
kelahiran, cinta, perkawinan, iri hati, kematian dan lain-lainnya.
Di samping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai situasi
politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau tujuan bersama, menyusun
komunikasi antar individu, mempengaruhi situasi masyarakat dan lain-lainnya. Juga memenuhi
kebutuhan fisik seperti gedung, alat pengangkutan, alat penyimpanan, bahan pembungkus.
Jadi peranan seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu cara atau usaha hasil budi
manusia untuk mencapai tujuan, kebahagiaan atau kesejahteraan. Inilah kenyataan tentang
suatu gejala aktivitas manusia yang dinamakan seni.

13.2.2.4 Kesenian sebagai Media Penyuluhan Kesehatan

Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan
sebagai media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas bisa
menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya dengan kesenian wayang kulit.
Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan
dan pada akhir pertunjukan, dapat diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
pesan-pesan yang telah disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh penonton. Dapat pula kita memanfaatkan penciptaan lagu-lagu berisikan tentang
permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.

13.2.2.5 Kesenian sebagai Media Terapi Kesehatan

Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan, sebagai pelipur lara. Kita ketahui kehidupan zaman
sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk
dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam
mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi,
menciptakan lagu, seni memahat patung, dan sebagainya.

99 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


13.3 Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Sistem
Banjar dan Paguyuban

13.3.1 Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Sistem Banjar

Banjar adalah pembagian wilayah administratif di Provinsi Bali, Indonesia di bawah


Kelurahan atau Desa, setingkat dengan Rukun Warga. Banjar merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Wikipedia, 2013).
Banjar, dengan berkembangnya jaman juga mulai berubah, tepatnya bertambah fungsi.
Kalau dulu hanya untuk kepentingan di sawah, namun sekarang banjar juga mengurus masalah
administrasi dari pemerintahan. Menurut bidang geraknya, banjar dapat dibagai 4 bagian,
namun kita akan membahas 2 bagian saja, mengingat 2 jenis banjar lainnya memiliki kemiripan
dalam fungsi:
1) Banjar dinas
Banjar Dinas, ketuanya disebut kelian dinas, fungsinya lebih ke urusan administrasi. Urusan
administrasi seperti membuat KTP, Kartu Keluarga dimulai di sini. Lalu pemohon KTP, KK
dan sebagainya dipersilakan untuk mengurus kemudian di Kantor Kelurahan.
2) Banjar Adat
Banjar adat diketuai oleh kelian adat. Urusan sosial seperti saat ada kematian, upacara
perkawinan krama banjar serta upacara-upacara keagamaan diatur di sini. Kelian adat dan
kelian dinas suatu banjar tidak selalu orang yang sama. Namun, walaupun misalnya punya
dua orang kelian, dalam setiap sangkep (musyawarah, pertemuan) apapun, kedua kelian ini
biasanya diwajibkan hadir.
Berbeda dengan sistem RT/RW yang memakai angka atau nomor, sistem banjar dibedakan
atas namanya. Contoh: Banjar Tegalantang Klod, Banjar Tegallinggah, Banjar Pemedilan,
Banjar Kerandan and ribuan lagi. Umumnya nama banjar itu sangat khas berbau Bali. Jumlah
banjar di tiap kelurahan juga sangat beragam. Umumnya sekitar 5 sampai ratusan banjar,
tergantung dari seberapa luas wilayah kelurahan tersebut.
Para bidan mempunyai berbagai cara untuk pendekatan praktek kebidanan melalui sistem
banjar, di antaranya adalah:
1) Menggerakan dan membina peran serta masyarat dalam bidang kesehatan dengan
melakukan penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan setempat .
2) Pemerintah memberikan, menerapkan dan menjalankan Poskesdes (pos kesehatan desa)
yang ditujukan kepada seluruh masyarakat setempat sampai ke daerah pedalaman.
3) Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4) Membina dan memberikan bimbingan (peran bidan sebagai pendidik).
5) Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu ,anak, dan KB.

13.3.2 Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktek Kebidanan Melalui Paguyuban

Paguyuban adalah suatu kelompok atau masyarakat yang di antara para warganya diwarnai
dengan hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal serta jauh
dan pamrih-pamrih ekonomi. Ciri-ciri dari paguyuban antara lain: 1) intimate: hubungan
menyeluruh yang mesra, 2) private: hubungan bersifat pribadi, 3) exclusive: bahwa hubungan
tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk orang lain di luar kita.
Ciri-ciri umum dari paguyuban adalah: 1) adanya hubungan perasaan kasih sayang, 2)
adanya kenginan untuk meningkatkan kebersamaan, 3) hubungan kekeluargaan masih kental,
4) sifat gotong royong masih kuat.
Dikenal beberapa tipe paguyuban yaitu:
1) Paguyuban karena ikatan darah yaitu paguyuban berdasarkan keturunan, contoh: kelompok
kekeluargaan, keluarga besar.

100 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013


2) Paguyuban karena tempat yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang berdekatan tempat
tinggal, contoh arisan RT, RW, dan karang taruna.
3) Paguyuban karena jiwa pikiran yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang tidak
punya hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan tetapi mereka mempunyai
jiwa dan pikiran yang sama, contohnya adalah organisasi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-
pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan perlu mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatan peran
aktif masyarakakt agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. misalnya saja dengan
mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas

101 Ilmu Sosial Budaya Dasar 2013

Anda mungkin juga menyukai