Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN PENILITIAN

4.1 Geologi

4.1.1 Geomorfologi

Pembahasan geomorfologi daerah penelitian disesuaikan dengan

kebutuhan, yang didasarkan pada peta dasar skala 1: 50.000 dengan

tujuan untuk memberikan gambaran geologi umum wilayah prospek

pengendapan batubara. Pembagian didasarkan atas kriteria genetik,

bentuk, struktur, asosiasi batuan serta proses yang dominan.

Pembahasan satuan geomorfologi merupakan satu kesatuan

dengan kondisi sungai terutama mengenai klasifikasi sungai, jenis pola

aliran, tipe genetik sungai, stadia erosi, dan stadia sungai di daerah

penelitian yang pada akhirnya dijadikan acuan dalarn penentuan stadia

daerah penelitian.

Dalam menganalisis kondisi geomorfologi suatu daerah penelitian,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi

pembentukan suatu bentang alam. Faktor tersebut adalah proses

geomorfologi, setiap daerah dan jenis batuan penyusun daerah tersebut,

serta struktur geologi (Thornbury, 1954).

Pembagian satuan geomorfologi berarti mengelompokkan

kesamaan aspek pada suatu lahan. Pengelompokkan bentangalam

menjadi satuan-satuan geomorfologi daerah penelitian dilakukan melalui

IV-1 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


dua pendekatan yaitu pendekatan bentuk, parametris dan genetis.

Pendekatan bentuk meliputi bentuk khas dan tekstur permukaan,

parametris meliputi aspek relief dan beda tinggi. Sedangkan tinjauan

genetis meliputi asosiasi batuan, proses erosi, proses pelapukan dan

pengaruh struktur geologi terhadap pembentukan bentang alam.

Berdasarkan uraian di atas, dan dengan rnemperhatikan gejala

geomorfologi yang terdapat di daerah penelitian, maka pembagian satuan

bentangalam daerah penelitian terdiri atas :

 Satuan Geomorfologi Pedataran

 Satuan Geomorfologi Perbukitan rendah

 Satuan Geomorfologi Perbukitan sedang

 Satuan Geomorfologi Perbukitan tinggi

Penjelasan mengenai satuan geomorfologi tersebut akan diuraikan

sebagai berikut :

4.1.1.1Satuan Geomorfologi Pedataran

Satuan bentangalam ini dijumpai di sepanjang Sungai utama yang

mengalir di sepanjang lokasi peneliitian. Sungai utama yang mengalir

yaitu Sungai Balangan, Sungai Mantoyan. Satuan batuan yang terbentuk

di satuan geomorfologi pedataran yaitu soil, batupasir, batulempung. Pada

daerah penelitian satuan geomorfologi pedataran terletak di lokasi PT.

Bintang Rejeki Pratama, PT. Surya Buana Energi dan sebelah timur lokasi

PT. Sigma Cemerlang Sinergi. .

IV-2 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.1.2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Rendah

Satuan bentangalam ini di jumpai hampir semua lokasi IUP

penelitian. Pada lokasi PT. Bintang Rejeki Pratama dapat dijumpai di

bagian tengah lokasi. Pada lokasi PT. Surya Banua Energi terletak di

bagian timur. Pada lokasi PT. Sigma Cemerlang Sinergi terletak di bagian

tengah lokasi izin pertambangan. Pada lokasi PT. Bara Aditama Sejahtera

terletak di bagian utara. Sedangkan di lokasi PT. Rajawali Putra Angkasa

hanya sedikit di sebelah utara lokasi izin pertambangan. Sedang Satuan

bentangalam ini memiliki ketinggian 50 m – 100 m dengan sudut lereng ( 5

– 12) derajat. Satuan perbukitan rendah ini dibentuk oleh batupasir,

batulempung. Struktur geologi yang mengontrol daerah ini berupa

pelipatan.

Foto 4.1 Geomorfologi pedataran dan perbukitan rendah sebelah utara dari
lokasi penelitian PT. RPA

IV-3 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.1.3 Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedang

Satuan bentangalam ini dibentuk oleh batupasir, batulempung,

breksi, andesit, kerakal. Struktur geologi yang mengontrol daerah

perbukitan sedang berupa pelipatan. Satuan bentangalam ini memiliki

ketinggian 100 – 200 m dengan sudut lereng 12 – 25 derajat.

Satuan bentangalam ini dijumpai di lokasi PT. Sigma Cemerlang

Sinergi sebelah utara dan selatan. Pada lokasi Bima Aditama Sejahtera

hampir semua lokasi merupakan perbukitan sedang. Sedang di lokasi PT

Rajawali Putra Angkasa perbukitan sedang terletak di bagian utara dan

tengah lokasi izin pertambangan.

Foto 4.2 Geomorfologi perbukitan sedang sebelah barat dan barat laut dari
lokasi penelitian PT. RPA

IV-4 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.1.3 Satuan Geomorfologi Perbukitan Tinggi

Satuan bentangalam perbukitan tinggi yang terletak di lokasi

penelitian terbentuk karena proses tektonika pengangkatan dan intrusi.

Hal ini dapat diketahui dengan ditemukan batugamping dan batuan beku.

Satuan bentangalam ini memiliki ketinggian > 200 m dengan sudut lereng

> 25 derajat.

Satuan perbukitan tinggi ini terletak di selatan lokasi penelitian PT.

Sigma Cemerlang Sinergi, sebelah timurlaut lokasi PT. Bima Aditama

Sejahtera dan sebelah selatan lokasi PT. Rajawali Putra Angkasa.

Foto 4.3 Geomorfologi perbukitan tinggi di sebelah selatan lokasi PT. RPA

IV-5 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.2 Stratigrafi

Pengelompokan dan penamaan satuan batuan di wilayah

Santandung didasarkan pada kriteria litostratigrafi tidak resmi, yang

bersendikan ciri litologi yang dapat diamati di lapangan, mcliputi jenis

batuan, keseragaman gejala litologi, dan urutan satuan batuan yang

menerus, serta dapat terpetakan pada sekala 1 : 50.000 (Sandi Stratigrafi

Indonesia 1996).

Uraian tiap-tiap satuan batuan meliputi uraian tentang letak dan

luas penyebaran, ciri litologi batuan, hubungan stratigrafi dengan satuan

lainnya, korelasi dengan satuan resmi, umur serta lingkungan

pengendapan, ketebalan.

Satuan batuan yang di jumpai di daerah penelitian adalah :

• Satuan batupasir

• Satuan batulempung

• Satuan batugamping

• Satuan batuan beku

4.1.2.1. Satuan batupasir

Satuan ini terdiri dari batupasir, batupasir gampingan, Satuan

batupasir memiliki karakteristik berbutir halus sampai kerakal, Satuan

batupasir ini beberapa tempat bersisipan dengan batulempung, limonit,

mudah hancur. Beberapa tempat batupasir bersisipan dengan batu

IV-6 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


gamping. Beberapa tempat batupasir bersisipan dengan serpih. Batupasir

ini merupakan batuan pembentuk formasi Warukin.

Penyebaran satuan ini menempati sekitar 1,9 % atau sekitar 2 Km2

dari luas sebaran batuan di daerah ini. Di jumpai pada satuan

bentangalam pedataran, perbukitan rendah sampai sedang dengan

penyebaran di bagian barat dari daerah penalitian.

4.1.2.2. Satuan batulempung

Satuan ini terdiri dari batulempung berwarna abu – abu keputihan

struktur sediment berlapisan parallel laminasi. Beberapa tempat terdapat

sisipan breksi yang berbutir halus sampai kerakal. Beberapa tempat

bersisipan dengan batupasir. Batulempung bersisipan dengan serpih dan

batubara..Batulempung ini merupakan bagian dari penyusun formasi

warukin.

Penyebaran satuan ini menempati sekitar 1,9 % atau sekitar 2 Km 2

dari luas sebaran batuan di daerah ini. Di jumpai pada satuan

bentangalam pedataran, perbukitan rendah sampai sedang dengan

penyebaran di bagian barat dari daerah penalitian

IV-7 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.2.3 Satuan Batugamping

Satuan ini terdiri dari batugamping konglomeratan. Batugamping

berwarna putih abu-abu, keras, mengandung foraminifera, kadang –

kadang bersisipan dengan batulempung, napal, batupasir. Batugamping

ini terbentuk karena pada saat proses sedimentasi terjadi pengangkatan

yang mengakibatan batuan gamping muncul ke permukaan.

Penyebaran satuan ini menempati sekitar 1,9 % atau sekitar 2 Km 2

dari luas sebaran batuan di daerah ini. Di jumpai pada satuan

bentangalam perbukitan sedang dengan penyebaran di bagian selatan

IUP PT Sigma Cemerlang Sinergi dan timur laut di lokasi PT. Surya Banua

Energi

Foto 4.4 Batugamping yang terletak di selatan lokasi PT.


Sigma Cemerlang Sinergi

IV-8 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.2.3 Satuan Batuan beku

Satuan batuan beku yang terdapat di daerah penelitian merupakan

batuan intrusi. Berwarna kehijauan, mengandung mineral seperti

plagiokas, piroksen. Satuan batuan beku menerobos satuan batuan yang

umurnya lebih muda.

Satuan batuan beku yang terdapat di daerah penelitian terletak di

baratdaya lokasi IUP PT. Rajawali Putra Angkasa.

Penyebaran satuan ini menempati sekitar 1,9 % atau sekitar 2 Km 2

dari luas sebaran batuan di daerah ini. Di jumpai pada satuan

bentangalam perbukitan tinggi dengan penyebaran di bagian baratdaya

dari lokasi IUP PT. Rajawali Putra Angkasa

Foto 4.5 Satuan batuan beku yang terletak di baratdaya


lokasi PT. Rajawali Putra Angkasa

IV-9 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.3 Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian yaitu

terbentuknya pelipatan antiklin dan sinklin. Struktur geologi yang terjadi

dapat di ketahui dari data – data lapangan singkapan. Pelipatan yang

terjadi berarah dari baratlaut ke tenggara.

4.1.4 Penyebaran Batubara

Berdasarkan pengamatan singkapan dibuat peta penyebaran

lapisan batubara. Adapun dasar-dasar yang dipakai untuk korelasi

singkapan adalah:

a. Litologi Batuan Pengapitnya

b. Sifat-sifat Fisik Batubara

c. Bentuk Morfologi

d. Ketebalan lapisan Batubara

e. Kualitas Batubara

Batuan yang luas penyebarannya dapat dipakai sebagai salah satu dasar

untuk korelasi. Pola penyebaran batubara yang terdapat di lokasi

penelitian berdasarkan temuan singkapan batubara dan kelurusan arah

singkapan di bagi menjadi 2 blok yaitu :

 Blok Utara yang berarah barat laut ke tenggara

 Blok Selatan yang berarah baratdaya ke timurlaut

IV-10 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Berdasarkan ciri litologinya satuan ini dapat dikorelasikan dengan

Formasi Latimodjong (Kls) yang terdiri dan batusabak, fillit, wake, kuarsit,

batugamping, batulanau dengan sisipan konglomerat dan rijang. Formasi

ini berumur Kapur ( Simandjuntak dkk, 1991). Hubungan stratigrafi dengan

satuan yang lebih muda yaitu satuan granit berupa kontak tektonik dan

dengan satuan lava basal adalah kontak intrusi. Ketebalan satuan dihitung

dari penampang geologi, diperkirakan tidak kurang dari 500 m.

4.1.2.2 Satuan Batugamping Kristalin

IV-11 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Satuan ini terdiri dari batugamping, dengan luas penyebaran

10.57 Km2 atau sekitar 10,56 % dari luas sebaran batuan pada daerah

Santandung dan sekitamya. Di jumpai pada satuan perbukitan di bagian

barat lokasi penelitian, setempat membentuk morfologi karst di bagian

utara daerah Bolong di sekitar S. Lamasi.

Kenampakan megaskopis dari batugamping dalam keadaan segar

berwarna putih-abu abu hingga kecoklatan, tekstur klastik, ukuran butir

pasir sedang hingga kasar, banyak mcngandung sisa-sisa organisme,

komposisi mineral karbonat (kalsit), batuan ini sepenuhnya telah

mengalami proses diagenesis (telogenesis), sehingga tekstur dan struktur

batuan asalnya tidak jelas. Namun demikian masih dijumpai fosil koral

yang telah terekristalisasi. Ciri tersebut menunjukkan bahwa batugarnping

kristalin tersebut batuan asalnya adalah batugamping terumbu, setempat

di jumpai pula adanya endapan travertine yang merupakan endapan

ubahan dari batugamping yang terkristalisasi. Pada daerah penelitian

batuan ini banyak di jumpai di sekitar Sungai Mauso, kontak tidak selaras

dengan filit dan batusabak. Hadir dalam bentuk spot-spot di sekitar

singkapan filit dan batusabak.

Berdasarkan ciri litolog-inya satuan ini dapat dikorelasikan dengan

Formasi Latimodjong (Kls) yang terdiri dari batusabak, fillit, wake, kuarsit,

batugamping, batulanau dengan sisipan konglomerat dan rijang. Formasi

ini berumur Kapur ( Simandjuntak dkk, 1991). Hubungan stratigrafi dengan

satuan yang lebih muda yaitu satuan lava basal berupa kontak tektonik

IV-12 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


dan dengan satuan filit adalah kontak tektonik. Ketebalan satuan dihitung

dari penampang geologi, diperkirakan tidak kurang dari 500 m.

Foto 4.5 Singkapan batugamping yang merupakan anggota dari satuan


batusabak, di jumpai di sekitar Sungai Mauso (Atas),
kenampakan morfologi karst yang tersusun oleh batugamping
kristalin yang di jumpai di utara daerah Bolong (Bawah).

4.1.2.3 Satuan Lava Basal

Satuan lava basal terdiri atas lava basal, basal, basal leusit, tufa

dan breksi, luas sebaran dari satuan ini yaitu 84.52 Km 2 atau sekitar

84.5% dari total sebaran batuan di daerah Santandung dan sekitarnya.

Penyebaran satuan ini menempati bagian utara dari daerah penelitian, di

sakitar daerah Andulan, Salu Makawa, Mabombong, Bokona, di bagian

selatan di sekitar Kalibapasang, dan di sekitar puncak bukit di bagian

selatan daerah penelitian di sekitar daerah Bua, di sekitar Salu Lempan

IV-13 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


singkapan batuan ini kontak dengan filit yang merupakan batuan "hosted”

keberadaan bijih besi pada daerah ini.

Berdasarkan ciri litologi dan struktur lavanya, satuan batuan ini

dapat di sebandingkan dengan Batuan gunungapi Lamasi (Tplv) berupa

perselingan lava, breksi dan tufa, dengan lava dan breksi diperkirakan

berumur Paleogen. Batuan gunungapi ini merupakan hasil kegiatan

gunungapi bawah laut. Tebal satuan diperkirakan mencapai 500 m. satuan

ini menindih secara tidak selaras Formasi Latimojong terutama filit,

sedangkan dengan satuan yang ldbih muda yaitu satuan granodiorit

berupa kontak intrusi.

Foto 4.6 Singkapan lava basal yang di jumpai di daerah penelitian,


umumnya terkekarkan intensif dan terisi olch vein-ven silika,
singkapan tufa yang di jumpai di daerah penclitian yang
merupakan angguta dari satuan lava basal (kanan bawah)

IV-14 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.1.2.4 Satuan Granodiorit

Satuan terdiri atas granodiorit, luas sebaran batuan ini di daerah

Santandung dan sekitarnya yaitu 1.04 Km2 atau sekitar 1.03% dari luas

total penyebaran satuan batuan di daerah ini, merupakan satuan batuan

yang paling sedikit di jumpai di daerah ini. Penyebaran satuan ini

menempati bagian selatan dari daerah Santandung di jumpai di sekitar

Buntu Parembonan, Buntu Matande serta di sekitar Salu Makomun, pada

morfologi perbukitan Granodiorit, putih berbintik hitam; pejal dan

bertekstur porfiritik dan sedikit fanerik; berhablur penuh; hipidiomorf;

butiran berukuran sedang.

Susunan mineral berupa fenokris plagioklas dari jenis Oligoklas,

Ortoklas, kuarsa dan hornblende, serta ,massa dasar epidot, serisit,

magnetit, kuarsa dan mineral lempung. Batuan ini umumnya terdapat

dalam keadaan segar. Setempat telah terkekarkan dan menunjukkan

kekar tiang.

Berdasarkan ciri litologinya satuan ini dapat dikorelasikan dengan

Granit Kambuno (Tpkg) yang terdiri dari granit dan granodiorit. Batuan ini

di perkirakan berumur Pliosen (Simandjuntak dkk, 1991). Hubungan

stratigrafi dengan satuan yang lebih muda yaitu satuan aluvial berupa

kontak tidak selaras sedangkan dengan satuan yang lebih tua yaitu

satuan lava basal berupa kontak kontak.

IV-15 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Foto 4.7 Singkapan granodiorit yang di jumpai di sekitar Salu Makomun
umumnya terkekarkan intensif, setempat di jumpai pelapukan
berupa spheroidal weathering (pelapukan kulit bawang)

4.1.2.5 Satuan Aluvial

Satuan aluvial terdiri atas komponen lumpur, lempung, pasir, kerikil,

dan kerakal, luas satuan ini adalah 1,9 Km2 atau sekitar 1.8 % dari total

satuan batuan di daerah ini. Penyebaran satuan ini meliputi daerah

dataran banjir di sekitar sungai utama dari daerah penelitian, terutama di

sekitar aliran Salu Makawa dan Salu Lamasi yang merupakan sungai

utama yang mengalir di daerah penelitian Satuan ini terdiri dari material

hasil endapan fluviatil (sungai) dengan ukuran material pasir hingga

kerakal. Banyaknya sungai-sungai besar yang bermuara di Teluk Bone

menyebabkan tingginya akumulasi sedimen di daerah ini.

IV-16 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Foto 4.8. Endapan aluvial Salu Lamasi (a) berukuran pasir-kerakal,
didominasi oleh batuan beku dan batuan sedimen membentuk
channel bar (b) bunk erosion pada tepi Salu Makawa, dengan
endapan berukuran pasir halus - kerakal

IV-17 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Gambar 4.1 Kolom korelasi stratigrafi regional dengan stratigrafi wilayah

pemetaan

Struktur Daerah Santandung Struktur geologi diwilayah penelitian

rnemperlihatkan ciri kompleks batuan yang heterogen, yang terbentuk dan

tersingkap ke permukaan akibat proses struktur yang bekerja di daerah

ini. Daerah penelitian rnemperlihatkan struktur geologi yang cukup rumit.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh pergerakan tektonik yang telah

berulangkali terjadi di daerah ini. Berdasarkan indikasi jenis struktur dan

umur batuan yang dilalui zona struktur tersebut, maka dapat disusun

mekanisme struktur di wilayah ini.

• Fase 1 : Ditinjau dari jenis batuan yang telah terbreksikan dan

termilonitisasi yang melibatkan satuan filit, satuan lava basal, satuan

granodicrit, maka ditafsirkan bahwa periode pertama kejadian struktur

geologi di daerah ini adalah sistern Sesar Mendatar Sinistral Sungai

Lamasi (trunscurrent fault). Arah gaya relatif timurlaut – baratdaya

membawa satuan filit ke arah baratdaya yakni kelompok batuan malihan

dari Formasi Latimodjong.

• Fase 2 : Satelah terdorongnya satuan batuan malihan ke arah Baratdaya

dan sistem Sesar Mendatar Sungai Lamasi terus bekerja rnengakibatkan

pengsesaran lanjutan (sesar imbas) ke atas busur rnagmatik pada daerah

ini. Yang menyababkan adanya batuan vulkanik serta intrusi batuan asam

di daerah ini.

IV-18 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


4.2 Permineralan

Sejumlah singkapan batuan yang menunjukkan adanya

mineralisasi bijih besi. Mineral yang paling dominan adalah magnetit

(1:2304) kemudian hematite (Fe2O;) dan pirit ((FeS;). Setempat juga

ditemukan adanya mineral logam sulfida.

Magnetit

Ditemukan dalam bentuk singkapan dan bongkah-bongkah 80-150 cm.

Pada daerah survei sampel-sampel yang mengandung magnetit terdapat

dalam bentuk vein magnetit dan di wall rock batuan retas basal yang

kontak dengan filit.

Berwarna hitam, tidak menunjukkan bentuk butiran, hasil tes dengan

magnetic pen menunjukkan tingkat kandungan besi yang tinggi high

magnetit.

Hematit

Mineralisasi hematit ditemukan pada singkapan bagian atas dari

penyebaran magnetit, ditafsirkan sebagai mineral pengganti (replacement)

mineral magnetit. Berwarna hitam hingga kemerahan, lapuk sedang,

berbutir, ketebalan 30 - 50 cm, hasil tes dengan mugnitic pen

menunjukkan tingkat kemagnetan rendah (low magnetic).

IV-19 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Foto 4.9 Kenarnpakan singkapan bijih besi magnetit yang di jumpai
disekitar Sungai Mauso, diameter singkapan 1 - 1.5 m, high
magnetite

Pirit

Mineral pirit merupakan salah satu mineral sulfida yang menjadi indikator

keterdapatan adanya mineralisasi hidrotermal. Mineral ini mudah dikenal

dengan ciri-ciri warna kuning, bentuk prismatik namun kadang-kadang

framboidal. Mineral pirit umumnya hadir sebagai massa yang tersebar

halus, membentuk agregat/kluster, kristal tunggal, dan sebagai material

pengisi rekahan tipis (veinlet). Pada daerah survei sampel- sampel yang

mengandung pirit terdapat di wall rock dan rock hosted pada basal dabn

filit, dan bersama kuarsa pada vein-vein zona mineralisasi.

IV-20 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


Foto 4.10 Float - float hematite yang di jumpai di sekitar Sungai Mauso
(A dan B), kontak antara hematite dan magnetite (C), singkapan
besi hematite (D)

Berdasarkan data lapangan yang dikumpulkan selama melakukan

survey dijumpai adanya retas dan aplit basal pada filit, alterasi klorit dan

silisifikasi. Dari kumpulan mineral tersebut, dapat ditafsirkan bahwa bijih

besi di daerah ini terbentuk melalui proses hidrotermal melalui proses

metasomatisme kontak antara batuan lava basal dengan filit, sehingga

memungkinkan terbentuk bijih besi secara primer, kemungkinan

berhubungan pula dengan keberadaan struktur sesar geser yang

membatasi kedua satuan batuan tersebut.

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi primer

berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi.

Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini

merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme,

yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak

magmatik ini, terjadilah proses mineralisasi pada bagian kontak magma

dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair

(fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan

IV-21 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan

kontak metamorfosa.

Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga

menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik

yang banyak mengandung bijih.

4.3 Estimasi Sumberdaya / Cadangan

Estimasi sumberdaya pada wilayah penyelidikan didasarkan atas

data singkapan dengan menganggap suatu bidang datar. Salah satu

metode yang umum dari perhitungan volume melalui penghitungan luas

antara garis permukaan pada setiap profil melintang (cross section). Luas

dari sebaran bijih besi kemudian dikalikan dengan tebal rata-rata. Tebal

rata-reata adalah 1 meter. Volume tersebut merupakan pendekatan untuk

volume yang sebenarnya, dengan mengasumsikan bahwa profil (section)

tersebut sejajar (parallel).

Dengan mempertimbangkan kondisi geologi wilayah penyelidikan

serta tahapan eksplorasi yang dicapai maka tingkat keyakinan geologi

yang dipilih adalah kategori sumberdaya bijih tereka (infered ore). Hasil

perhitungan sumberdaya tereka untuk bijih besi yaitu 4.407.189 ton,

dengan kadar rata- rata bijih besi (Fe total) yaitu berkisar 26.06 %

hingga 58.92%.

IV-22 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara


IV-23 Laporan Eksplorasi PT. Adimitra Baratama Nusantara

Anda mungkin juga menyukai