Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan minyak yang mengandung komponen-komponen

volatil yang terdapat dalam tanaman maupun hewan. Karakteristik minyak atsiri

ditentukan berdasarkan karakteristik sumber bahannya. Sehingga setiap jenis

minyak atsiri memiliki sifat khas tersendiri tergantung dari persenyawaan kimia

yang menyusunnya. Sifat-sifat khas dan mutu minyak atsiri dapat berubah mulai

dari selama proses ekstraksi, pemurnian, penyimpanan, dan pemasaran. Untuk itu

dibutuhkan pengujian mutu minyak atsiri dengan cara menganalisa sifat fisiko-

kimia minyak tersebut.

Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang dituangkan

di dalam standar mutu. Melalui analisis sifat fisik, dapat diketahui keaslian

minyak atsiri tersebut, sedangkan melalui analisis sifat kimia, dapat diketahui

secara umum komponen kimia yang terdapat di dalamnya. Komponen kimia

minyak atsiri akan menentukan nilai (harga) dan kegunaan minyak atsiri tersebut.

Adapun faktor-faktor yang menentukan mutu minyak atsiri yaitu jenis

tanaman dan umur panen, perlakuan bahan sebelum ekstraksi, sistem, jenis

peralatan dan kondisi proses ekstraksi minyak, perlakuan terhadap minyak atsiri

setelah ekstraksi serta pengemasan dan penyimpanan.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum pengujian mutu minyak atsiri ini adalah untuk :

1. Mendeteksi adanya pemalsuan minyak

2. Mengevaluasi mutu dan kemurnian minyak

3. Mengidentifikasi jenis dan kegunaan minyak


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan dalam Alkohol

Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan

konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang

dibutuhkan untukmelarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapat

diketahui. Umumnya, minyak atsiri yang mengandung persenyawaan oxygenated

terpene lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Pencampuran bahan

minyak atsiri dengan bahan-bahan lain dapat mempengaruhi kelarutan. Sebagai

contoh, pencampuran minyak sereh wangi dengan petroleum akan menurunkan

nilai kelarutan minyak tersebut dalam alkohol 80% dan kahirnya bahan

pencampur tersebut terpisah dari minyak atsiri. Hal ini disebabkan adanya

polimerisasi selama penyimpanan. Senyawa polimer yang terbentuk akan

menurunkan daya larutnya dalam alkohol. Proses polimerisasi mudah terjadi

terutama dalam minyak yang mengandung sejumlah besar terpen yang; yang

disebabkan oleh pengaruh cahaya, sinar, dan air dalam minyak (Ketaren, 1985).

2.2 Minyak Pala


Buah pala mengandung zat-zat minyak terbang (myristin, pinen, kamfer,

dipenten, safnol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliserida (asam miristat, asam

oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati, gula, vitamin A, B1 dan C. Biji pala

mengandung minyak terbang, memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit.

Sebanyak 8-17% minyak terbang yang dikeluarkan merupakan bahan terpenting

pada fuli (achmad dan Rasyidah, 2000).

Minyak pala diperoleh dengan melakukan penyulingan terhadap biji dan

fuli pala. Biji yangbiasa digunakan dalam penyulingan bijipala adalah biji muda
karena memiliki kandungan minyak pala yang lebih tinggi. Minyak pala berwarna

kuning pucat sampai tak berwarna, mudah menguap, dan mempunyai bau khas

pala (Nurdjanah et al., 1990).

Minyak pala merupaka cairan jernih (hampir tak berwarna) sampai kuning

muda. Sifat-sifat kimia dari biji pala ternyata tidak berbeda dengan minyak dari

fuli pala. Minyak pala jika dibiarkan di udara terbuka akan berubah menjadi

kental karena peristiwa polimerisasi dan berbau terpentin atau berbau campuran

yang tidak menyenangkan (Lutony dan Rahmawati, 2002).


III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini di laksanakan pukul 13.30 – 15.00 WIB, pada

tanggal 2 November 2018 di Labolatorium pengolahan Politeknik Negeri

Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalahtabung reaksi,

wadah es dan pipet. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sereh

wangi dan air.

Anda mungkin juga menyukai