Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengidap gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder
sebagian besar adalah anak-anak terutama pada anak laki-laki (dengan
perbandingan 3 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan), namun
demikian gangguan ADHD terdapat juga pada usia remaja dan orang dewasa.
Biasanya pada anak-anak yang mengidap ADHD tidak akan hilang sampai ia
menjelang dewasa, sekitar 60% anak-anak ADHD akan membawa simtom
ADHD sampai ia dewasa. Diagnosa ADHD pada orang dewasa dilakukan
dengan hati-hati, hal ini disebabkan adanya gejala-gejala serupa dengan
depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan atau kesulitan dalam belajar
(learning disability).
Gangguan ADHD merupakan permasalahan yang kompleks bagi mereka
yang terlibat di dalamnya, individu yang terlibat secara langsung dengan
ADHD akan menemui pelbagai kesulitan dengan gejala yang ditunjukkan oleh
ADHD. Bila tanpa dijaga dan dibimbing dengan baik, beresiko kecelakaan,
terlibat dalam penyalahgunaan obat, gagal di sekolah, munculnya perilaku anti
sosial dan tindakan kejahatan. Sementara bila orang-orang sekitarnya
mendukung dengan metode yang tepat dapat mengurangi resiko seperti
tersebut diatas atau bahkan dapat menumbuhkan kreativitas.
ADHD berhubungan erat dengan kecemasan, gangguan berbicara atau
mendengar, kesulitan belajar, gangguan obsessive-compulsive (OCD), dan
permasalahan perilaku seperti conduct disorder atau oppositional defiant
disorder (ODD).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

1
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh, baik bio,
psiko, sosial.
b. Mahasiswa mampu menemukan masalah keperawatan yang sering
dialami oleh penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD).
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan anak yang
mengalami retardasi mental.
d. Mahasiswa mampu merumuskan tujuan keperawatan untuk mengatasi
masalah anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD).
e. Mahasiswa mampu merumuskan rencana perawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang dialami anak dengan Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
f. Mahasiswa mampu melakukan penyusunan rencana evaluasi atas
tindakan yang akan dilakukan pada anak yang menderita Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 7
tahun dan dikarakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan, tidak
perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah
singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak /aktif) dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5%
anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut
untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
keterampilan akademik dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan
berbagai keluhan, perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang
duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan dan suka membuat keributan
(Klikdokter, 2008)

2.1.2 Etiologi
Penyebab kemunculan ADHD tidak diketahui dengan pasti, hal
terpenting untuk dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan pada anak
agar ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orangtua juga

3
selayaknya mencari informasi secara tepat mengenai pelbagai informasi
mengenai ADHD, terapi, cara pengasuhan dan jenis obat-obatan yang
mendukung dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai
fungsional lobus frontal pada anak-anak ADHD, kerusakan fungsi lobus
frontal diyakini sebagai salah satu penyebab simtom ADHD muncul,
sementara fungsi bagian otak tersebut adalah sebagai kontrol perencanaan,
pemecahan masalah, mengerti perilaku orang lain dan mengatur impuls
adalah hal-hal yang tidak dimiliki oleh penderita ADHD.
Beberapa kemungkinan faktor penyebab kemunculan ADHD;
1) Genetik
Penyebab terbanyak dalam kasus ADHD adalah faktor genetika, sama
halnya dengan beberapa jenis gangguan lainnya yang serupa. Menurut para
ahli, penderita ADHD ditemukan kadar dopamine yang rendah dalam otak.
Untuk saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai
jenis gen-gen yang terlibat dalam memproduksi kimia dopamine dalam otak
seperti studi yang dilakukan oleh ADHD Molecular Genetics Network.
2) Cedera kepala
Cedera kepala diperkirakan dapat memunculkan ADHD. Cedera
kepala dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan berlebihan (menjadi
racun) atau luka pada masa sebelum atau sesudah melahirkan. Para ahli
memperkirakan kerusakan (luka) pada bagian lobus frontal ini dapat
menjadi salah faktor kemunculan ADHD
3) Makanan
Jenis makanan adiktif dan gula dapat memberikan perilaku tertentu
pada anak-anak, para ahli meyakini bahwa jenis makanan adiktif dan gula
(termasuk pelbagai manisan) dapat memperburuk kondisi ADHD dalam
perilaku abnormal.
Pada tahun 1982 para ahli telah membahas isu ini, dalam temuan
mereka disebutkan bahwa sekitar 5% anak ADHD menunjukkan penurunan
perilaku abnormal setelah melakukan diet gula, akan tetapi beberapa

4
penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara
ADHD dan gula.
Terpenting dalam beberapa penelitian tersebut para ahli
menyimpulkan secara bersama kekurangan asam lemak omega-3
berhubungan erat dengan simtom ADHD. Omega-3 merupakan lemak yang
sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan fungsi otak, kekurangan lemak
ini memberikan kontribusi munculnya pelbagai penyimpangan seperti
ADHD.
Suplemen minyak ikan dapat mengurangi simtom-simtom ADHD
yang muncul, beberapa anak menunjukkan kemajuan disekolah dengan
meminum suplemen tersebut.
4) Lingkungan
Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa
penelitian menunjukkan anak yang mengidap ADHD berhubungan erat
dengan ibu yang merokok selama masa kehamilan, di duga nikotin dapat
mengakibatkan hypoxia (kekurangan oksigen) pada janin yang pada
akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak dan
menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya
yang dipenuhi dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa
sesudah melahirkan mempunyai hubungan erat dengan kemunculan ADHD
pada anaknya.
Penelitian (2006) yang dilakukan oleh Environmental Health
Perspectives menemukan bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau
sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu yang merokok selama
kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih parah 2,5
kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan.
Faktor lainnya yang diduga berasal dari lingkungan yang dapat
memunculkan ADHD pada anak adalah cat, beberapa jenis cat yang berbau
menyengat atau cat dinding pada rumah yang sudah berumur. Saluran pipa
yang berkarat juga mengandung toksik karat yang berbahaya.

5
2.1.3 Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Bagian Otak


Bagian dari otak tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian
emosi, mengatur konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan
perilaku hiperaktif dan impulse antara lain :
1) Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi,
membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.
2) Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif
dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
3) Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan
menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur
yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal.
Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan
tersebut.
4) Sistem aktivasi reticular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk
dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada pada
bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas dan
kemampuan bagian otak itu sendiri.

6
2.1.4 Patofisiologi
ADHD atau kelainan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas. Gangguan yang paling sering
dijumpai adalah kurang konsentrasi dan perilaku hiperaktif-impulsif.
Meskipun begitu, beberapa anak menunjukkan satu pola predominan, yaitu
hiperaktif-impulsif atau kurang konsentrasi.
Meskipun gejala kedua gangguan ini sudah ada sebelum usia 7 tahun,
diagnosis umumnya belum ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah, saat
perilaku tersebut mengganggu fungsi akademik dan sosial anak. Pada saat
anak itu memasuki masa remaja, gejala yang dapat diobservasi menjadi
kurang jelas. Keresahan dan kegugupan mengganti aktivitas berlebihan yang
ada pada masa kanak-kanak. Remaja dengan gangguan ini sulit menuruti
dan mengikuti aturan dan harapan mengenai perilaku yang biasanya
dijumpai di kalangan pendidikan dan pekerjaan. Konflik dengan atasan juga
dijumpai. Gejala dapat berlangsung terus sampai masa dewasa. Individu
demikian dapat digambarkan sebagai seseorang yang “maju terus”, selalu
sibuk dan tidak dapat “duduk diam”.
Anak dengan gangguan ini dapat menunjukkan kurangnya koordinasi
sensorimotorik; kecerobohan, atau masalah dengan orientasi ruang/tempat.
Kesulitan dijumpai di sekolah dan di rumah. Suka mengacau, ledakan
kemarahan dan aktivitas motorik tanpa tujuan sering menjengkelkan sesame
kelompok sebaya dan anggota keluarga. Akibatnya, masalah sekunder
seperti pertentangan, gangguan alam perasaan dan kecemasan, serta masalah
komunikasi sering kali terjadi. Proses pembelajaran dapat terhambat karena
ketidakmampuan yang kronis untuk menyelesaikan tugas-tugas
pendidikannya.
Meskipun tidak ada faktor etiologi tunggal yang menimbulkan
gangguan perilaku yang kompleks ini, riwayat medis menunjukkan insidens
gangguan ini lebih tinggi pada anak-anak yang dianiaya atau ditelantarkan,
terpajan obat prenatal, berat badan lahir rendah, keracunan timah, ensefalitis
(radang otak) dan retardasi mental.

7
PATHWAY

Gangguan proses pikir

Hambatan Interaksi
Sosial

2.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain.

8
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain.
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas
atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya
berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

2.1.6 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan


2.1.6.1 Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat
dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah.
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di
kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan
perilaku pro sosial dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program
terapi.

9
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri.
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral.
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak
dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinya.

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat


dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder
(ADHD) antara lain :
a. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
 Hentikan perilaku yang tidak aman.
 Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima
dan yang tidak dapat diterima.
 Berikan pengawasan yang ketat.
b. Meningkatkan performa peran dengan cara :
 Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.
 Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas
dari distraksi untuk menyelesaikan tugas).
c. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
 Dapatkan perhatian penuh anak.
 Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
 Izinkan beristirahat.
d. Mengatur rutinitas sehari-hari
 Tetapkan jadual sehari-hari
 Minimalkan perubahan
e. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua.
f. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD.

10
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat
sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-
gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi
ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang
dianggap tepat untuk anak ADHD :
a. Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% -
70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan
malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang
dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga
tidak mudah diubah menjadi gula, seperti gandum utuh, kacang-
kacangan, dll.
b. Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD
karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi
yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll.
Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet,
susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c. Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung
gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim dan cokelat. Setiap
sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan
usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar
gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi.
Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil
sehingga dapat memperparah keadaan anak ADHD.
d. Makan banyak sayuran dan buah.
e. Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan
meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik
untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang
dianggap air.
f. Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur
dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine,
tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine.

11
Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi
untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g. Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium,
tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan
flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat
tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.
h. Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari
amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
i. Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang
mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada
anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.

2.1.6.2 Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan
dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus,
modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling.
Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet
khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu
(Delphie, 2006).
Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam
menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan
ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa
anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum
setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya.
Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan
pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika
pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan
mengakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan
membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran
ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD
yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif

12
atau menjadi ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi,
2007).
Ada banyak cara menangani ADHD tanpa obat dan tidak ada
salahnya mencoba penanganan tanpa obat lebih dahulu, atau
memutuskan tidak menggunakan obat sama sekali. Tetapi sebelum
mengambil keputusan mengenai cara penanganan, pastikan anda sudah
mengetahui baik buruknya secara nyata, bukan hanya dari ëmendengarí
saja. Pada umumnya obat yang digunakan dalam penanganan ADHD
sangat aman dan bermanfaat. Minta pendapat seorang dokter atau ahli
farmasi mengenai obat itu. Namun harus diingat pula bahwa semua obat
ada efek sampingnya, tetapi kalau digunakan dengan benar, efek
samping itu tidak berbahaya (Permadi, 2007).
Menurut Permadi (2007) pengobatan ADHD sama dengan kacamata
bagi penderita rabun dan bisa menolong sipenderita memusatkan
perhatian. Tidak perlu malu karena minum obat untuk ADHD. Obat itu
tidak membuat penderita ADHD merasa bodoh. Bicarakan
kekhawatiran anda mengenai pengobatan pada dokter dan tanyakan si
anak mengenai kekawatiran mereka.
Jenis Jenis Pengobatan :
1. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk
ADHD. Dalam kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan
garam dari amphtamine), DextroStat (dextroamphetamine sulfate),
dan Ritalin (methylphenidate HCL). Stimulan bereaksi cepat dan
efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena bisa memberikan
energi bagi mental untuk memusatkan perhatian pada apa yang
sedang dikerjakan. Pengobatan ada yang diberikan dalam dosis dobel
dalam sehari.
2. TCA (Tri-Cyclic Antidepressants) merupakan jenis anti depresi.
TCA sangat efektif untuk mengatasi suasana hati yang berubah-ubah
dan diminum hanya satu kali dalam sehari. Namun TCA bekerja
lebih lambat dan lebih berisiko dalam penggunaannya. Jika
pengobatan dengan stimulan tidak menolong TCA boleh dicoba.

13
3. Wellbutrin (buproprion) merupakan jenis antidepresan yang telah
dipergunakan dalam pengobatan ADHD meskipun belum mendapat
persetujuan dari FDA. Obat ini bukan TCA, tetapi mempunyai
kegunaan dan efek samping yang sama.
4. Catapres (clonidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan
penyakit darah tinggi. Obat ini dipergunakan dalam pengobatan
ADHD, terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan impulsif,
meskipun juga belum mendapat persetujuan FDA. Obat ini
berbentuk kecil atau pil. Anak-anak yang diberi Catapres akan
menjadi ngantuk.

2.2 Asuhan Keperawatan Secara Teori


2.2.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan
umur atau usia anak antara lain :
A. Neonatus (0-28 hari)
 Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis?
 Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
 Bagaimana kemampuan menghisap?
 Kapan mulai mengangkat kepala?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan)?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel)?
 Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang)?

B. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)


1. Bayi usia 1-4 bulan.
 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,

14
dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika
disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke
miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi dan berusaha untuk
merangkak)?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memasukkan dalam mulut, memegang benda
tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun hanya
sebentar)?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan atau bereaksi dengan mengoceh)?
 Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah
manusia, walaupun tidur dalam sehari lebih sedikit dari waktu
terjaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu
yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
apabila ada orang asing)?
2. Bayi Umur 4-8 bulan
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri ,
sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban
pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke

15
depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan
dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah
mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan
obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
 Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan
bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
 Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

3. Bayi Umur 8-12 bulan


 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri)?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu
jari, membenturkannya dan mampu menaruh benda atau kubus ke
tempatnya)?
 Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?

16
 Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain,
main-main bola atau lainnya dengan orang)?

C. Masa Toddler
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melangkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bola dan
mulai melompat)?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh pembendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?
 Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi serta mencoba memakai baju)?
D. Masa Pra-Sekolah (Preschool)
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkak dan berjalan dengan
bantuan)?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari

17
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
 Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,
orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat)?
 Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain
dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)?

E. Masa Sekolah (School Age)


 Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
 Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah?
 Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah)?
 Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
 Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di
sekolah?
 Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah?
 Bagaimana keterampilan membaca dan menulis anak?
 Bagaimana kemampuan anak dalam belajar di sekolah?

F. Masa Remaja (Adolescence)


 Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri?

18
 Bagaimana kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
 Bagaimana kematangan identitas seksual?
 Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja?
 Bagaimana kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.

2.2.3 Perencanaan
1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
Tujuan :
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
Kriteria hasil:
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak
perlu melakukan agresi.
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang
sebenarnya.
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
Intervensi :
 Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada
dan kecurigaan.
Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran
memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan
yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.
 Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

19
 Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau
dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan
efek –efek samping yang merugikan.
Rasional : Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam,
klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari
efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak
dengan terapi.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.


Tujuan :
Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jam setiap malam.
Kriteria hasil:
1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu
tidur.
2. Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat.
3. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6
sampai 7 jam tanpa terbangun.

Intervensi :
 Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu
tidur.
Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat
diberikan.
 Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan
dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu.
Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu
pola tidur anak sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya.
 Duduk dengan anak sampai dia tertidur
Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa
aman.

20
 Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal
ini.
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu
siklus rutin dari istirahat dan aktivitas.

2.2.4 Implementasi
1. Mengamati perilaku anak secara sering.
2. Menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
3. Memberikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesan dokter atau
dapatkan pesan jika diperlukan.
4. Memantau kefektifan obat-obatan dan efek –efek samping yang
merugikan.
5. Mengamati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu
tidur.
6. Mengkaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung
berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu.
7. Duduk dengan anak sampai dia tertidur.
8. Membuat jam-jam tidur yang rutin.

2.2.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan ADHD antara lain :
1. Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu
melakukan agresi.
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang
sebenarnya.
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
4. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri.

21
5. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan
ketidakseimbangan dan keperluan untuk mempertahankan ego
melalui rasionalisasi dan kemuliaan.
6. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain.
7. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok
tanpa bersikap defensif.
9. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi
terapeutik.
10. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan,
satu hubungan antar pribadi dengan pasien lainnya.
11. Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas
kelompok.
12. Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk
membentuk hubungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain
pada masa lalu.
13. Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa
terpaksa untuk memanipulasi orang lain.
14. Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial.
15. Anak mampu mengungkapkan kemampuan–kemampuan koping
alternatif, dapat diterima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup dari
yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respon terhadap
rasa frustasi.
16. Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri.
17. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa
memperlihatkan rasa takut yang ekstrem terhadap kegiatan.
18. Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi
tanda ketika ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk
menghentikan perkembangan dari kondisi tersebut.
19. Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat
dikendalikan.

22
20. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu
tidur.
21. Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat.
22. Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama
6 sampai 7 jam tanpa terbangun.

23

Anda mungkin juga menyukai