Anda di halaman 1dari 59

PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH

PSAK 109 PADA LAZNAS DOMPET DHUAFA WASPADA


SUMUT

Oleh:

Mutia Aulia Safridha


NIM 0502163157

Program Studi
AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMUT
MEDAN
2019
IKHTISAR

Penelitian ini merekomendasikan konsolidasi zakat nasional tanpa diskriminasi,


baik terhadap operator pemerintah maupun operator masyarakat sipil. Dalam
arsitektur alternatif ini, BAZ dan LAZ ke depan diperlakukan setara dan sejajar.
Dalam konteks ini, menjadi penting ke depan melakukan transformasi BAZ agar
kompatibel dengan arsitektur ini, seperti misalkan dengan memisahkan aset BAZ
dari kekayaan negara, menerapkan hard-budget constraint dengan menghapus
bantuan keuangan pemerintah, dan pegawai BAZ sepenuhnya non-PNS. Dengan
demikian, OPZ sebagai operator zakat nasional adalah BAZ dan LAZ yang
memenuhi persyaratan dan kriteria dasar. Mengikuti putusan MK No. 86/PUU-
X/2012, syarat dasar yang harus dipenuhi setiap lembaga pengelola zakat yaitu: (i)
bergerak di bidang keagamaan Islam; (ii) bersifat nirlaba; (iii) memiliki
rencana/program kerja pendayagunaan zakat; dan (iv) memiliki kemampuan untuk
melaksanakan rencana/program kerjanya.

Langkah reformasi paling mendasar untuk konsolidasi yaitu dengan memperketat


pendirian OPZ baru dan melarang pihak yang tidak berhak untuk menghimpun dan
mengelola zakat. Restriksi pendirian OPZ baru akan diterapkan baik terhadap BAZ
maupun LAZ. Pendirian OPZ baru tidak didasarkan pada batas-batas geografis
wilayah tetapi disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki OPZ dan tingkat
kepercayaan publik kepada OPZ. Restriksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa
OPZ yang akan berdiri adalah kredibel dan memiliki legitimasi tinggi.

Kata kunci: Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, Lembaga Amil Zakat


Nasional

43
DAFTAR ISI

IKHTISAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Batasan Masalah.............................................................................................5
D. Tujuan Penelitian............................................................................................5
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
F. Metode Penelitian...........................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................................11
A. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah............................................................11
B. Konsep Akuntansi Syariah...........................................................................12
C. Sistem Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.................................................16
D. PSAK 109: Standar Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah............................18
E. Laporan Keuangan Amil Zakat....................................................................32
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................40
A. Gambaran Umum LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT................40
B. Sistem dan Prosedur LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT...........46
C. Pelaksanaan Akuntansi Zakat Dan Infaq/Shodaqoh.....................................47
D. Hasil Audit Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan LAZNAS Dompet
Dhuafa Waspada SUMUT....................................................................................53
E. Laporan Keuangan Komparatif LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA 60

43
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta


menjadi unsur dari rukun Islam, sedangkan infak dan sedekah merupakan
wujud kecintaan hamba terhadap nikmat Allah SWT yang telah diberikan
kepadanya sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk
kepentingan agama dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan
dakwah Islam.
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No. 109 paragraf
5 “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
(mustahik)”.1
Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan
fundamental. Begitu mendasarnya sehingga dalam Al-Quran seringkali kata
zakat dipakai bersamaan dengan kata shalat, yang menegaskan adanya kaitan
komplementer antara ibadah shalat dan zakat. Jika shalat berdimensi vertikal
ketuhanan perintah zakat dalam Al-Quran sering disertai dengan ancaman
yang tegas.2 Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga, merupakan instrumen
utama dalam ajaran Islam, yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan
dari tangan the have kepada the have not. Ia merupakan institusi resmi yang
diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat,
sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan.3
Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat tertera dalam Al-
Quran Surah At-Taubah ayat 60:

1
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, (Jakarta: Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010)
2
Neni Nuraeni, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Quantum Media)
3
Ibid., h. 8

43
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang kafir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan)
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban
dari Allah. Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana”.4
Pengelolaan zakat di Indonesia diatur melalui undang-undang No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang yang disahkan
tanggal 25 November 2011 ini menggantikan undang-undang sebelumnya
dengan No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
Pengaturan zakat melalui Undang-Undang dimungkinkan, karena negara
menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk dan beribadat menurut
agamanya masing-masing. Penunaian zakat merupakan kewajiban bagi umat
Islam yang mampu dan merupakan pranata keagamaan yang bertujuan
meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Dengan demikian pengaturan zakat dalam bentuk Undang-
Undang akan memberikan kontribusi bagi negara dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.5
Pencatatan dan pelaporan atas penerimaan dan pengalokasian zakat
sangatlah penting. Ketentuan tentang pencatatan dan pelaporan atas
pengelolaan zakat tersebut diatur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) No. 109 Tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. PSAK No.
109 bertujuan untuk mengakur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
Lembaga zakat harus melakukan proses pencatatan laporan keuangan
yang benar dan siap diaudit oleh akuntan publik. Jika lembaga zakat belum
4
Departemen Agama RI, Alquran Tajwid dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2002), h.196.
5
Saparuddin Siregar, Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Sesuai PSAK 109 Untuk BAZNAS dan
LAZNAS, (Medan: Wal Ashri Publishing, 2013), h.19.

43
menerapkan akuntansi zakat dan infak/sedekah akibatnya, ada masalah dalam
audit laporan keuangan amil zakat tersebut. Padahal, audit merupakan salah
satu hal yang penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga pengelola zakat. Allah SWT berfirman dalam surat al baqarah 282:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya...”6
Ayat tersebut menunjukkan kewajiban bagi umat beriman untuk menulis
setiap transaksi yang dilakukan dan masih belum tuntas. Tujuan perintah surat
tersebut adalah untuk menjaga keadilan dan kebenaran. Artinya perintah
tersebut ditekankan pada kepentingan pertanggungjawaban agar pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, sehingga tidak menimbulkan
konflik dan untuk menciptakan transaksi yang adil maka diperlukan saksi.7
Salah satu lembaga pengelola zakat yang berada di SUMUT adalah
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT yang merupakan organisasi nirlaba yang
memberdayakan masyarakat miskin melalui pengelolaan dana sosial
masyarakat (zakat, infak, sedekah) serta dan lain hal yang sesuai hukum, baik
perorangan, lembaga dan perusahaan.
Dimana LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT dalam hal pelaporan
keuangan hanya menyatakan laporan keuangan dalam komponen-komponen
neraca, laporan pendapatan dan beban, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan. Perbedaan penyajian laporan keuangan PSAK 109 dan
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT:
Dalam hal PSAK 109 komponen laporan keuangan yang lengkap dari
amil terdiri dari:
No. Laporan Keuangan menurut PSAK 109
1. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
2. Laporan Perubahan Dana
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6
Departemen Agama RI, Tajwid dan Terjemahannya, h. 48.
7
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), h. 6.

43
Sedangkan komponen laporan keuangan yang disajikan oleh LAZNAS
Dompet Dhuafa SUMUT Terdiri dari:
No. Laporan Keuangan menurut LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT
1. Neraca
2. Laporan Pendapatan dan Beban
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan perbedaan tersebut terlihat bahwa laporan keuangan


LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT tidak menyajikan laporan perubahan dana
dan aset kelolaan. Laporan perubahan dana didalamnya menyajikan arus dana
masuk dan pendistribusian dana, baik dana zakat dan infak/sedekah maupun
dana kemanusiaan lainnya yang setiap saat mengalami perubahaan seiring
dengan aktifitas lembaga amil. Laporan ini mencerminkan kinerja organisasi
terutama kemampuannya menarik dana dalam jumlah dan jenis yang banyak
serta kemampuannya dalam mendistribusikan dana secara tepat sasaran,
sehingga tujuan zakat dapat terlaksana secara efektif. Selain itu laporan aset
kelolaan juga diperlukan agar dapat diketahui jumlah dana yang disalurkan
dalam bentuk aset kelolaan baik berupa rumah sakit, sekolah, mobil ambulans
dan juga pinjaman dana bergulir.
Jika LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT belum menerapkan akuntansi
zakat dan infak/sedekah sesuai dengan PSAK No. 109, maka kepercayaan
akan lembaga pengelola zakat akan menurun dan tidak mungkin kewajiban
zakat dan infak/sedekah tersebut dapat diwujudkan dengan optimal tanpa
adanya pengelolaan yang baik termasuk didalamnya pencatatan (fungsi
akuntansi) yang menjamin terlaksananya prinsip keadilan terhadap pihak-
pihak yang terlibat.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena semakin besarnya tuntutan
masyarakat terhadap akuntabilitas organisasi pengelolaan zakat yang ada,
namun disisi lain sebagian besar Lembaga Pengelolaan Zakat belum
menerapkan PSAK No. 109 dalam pengelolaan zakat. Dari sinilah penulis
akan meneliti apakan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT
menerapkan sistem pencatatan dan penulis mengambil judul “PENERAPAN

43
AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PADA LEMBAGA
NIRLABA SOSIAL DOMPET DHUAFA SUMUT” (Studi Kasus pada
Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Dhuafa SUMUT)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,


maka yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan akuntansi zakat dan infak/sedekah pada LAZNAS
Dompet Dhuafa SUMUT ?
2. Apakah laporan keuangan LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT telah
disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK No. 109 ?
C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu melebar, mengingat keterbatasan waktu,


pengetahuan dan kemampuan peneliti baik secara moril maupun materil maka
penelitian ini dibatasi pada masalah penyusunan dan penyajian Laporan
Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Dompet Dhuafa SUMUT untuk tahun
yang berakhir per 31 Desember 2011 dan 2010.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan akuntansi zakat infak/sedekah di LAZNAS


Dompet Dhuafa SUMUT

2. Untuk mengetahui apakah LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT telah


disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK No. 109

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti,

Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan bermanfaat dalam


memahami akuntansi zakat dan infak/sedekah sesuai dengan PSAK No.
109

43
2. Bagi kalangan akademis,

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan


sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis maupun civitas akademika
lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan

3. Bagi peneliti lanjutan

Sebagai referensi dan sebagai bahan perbandingan khususnya dalam


mengembangkan penelitian fokus kajian yang sama

4. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak LAZNAS


Dompet Dhuafa SUMUT dalam rangka menyusun Laporan Akuntansi
Zakat dan Infak/Sedekah

5. Bagi Muzaki

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada


Muzaki dan calon Muzaki dalam membayar zakatnya guna meninjau
kelayakan LAZNAS Dompet Dhuafa Sumatera dari sisi laporan
keuangannya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Berhubungan dengan judul yang dikemukakan, maka penelitian ini


dilakukan dengan metode penelitian lapangan. Pedekatan penelitian
yang digunakan adalah kualitatif, yakni suatu penelitian yang
menggunakan tampilan berupa kata-kata lisan atau tertulis yang
dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detilnya.8

2. Lokasi penelitian

8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 22.

43
Penelitian ini dilakukan di LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT
Jalan Setiabudi No. 115 Medan, SUMUT.

3. Objek penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Laporan


Keuangan Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah pada Dompet Dhuafa
SUMUT periode tahun 2011 dan 2010.

4. Definisi operasional

Untuk memperjelas indikator yang digunakan dalam penulisan ini


akan diberikan suatu rumusan mengenai definisi operasional, yaitu
penjelasan secara operasional dan variabel-variabel yang akan diteliti.
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT melakukan penghimpunan,
penyaluran dan pengungkapan laporan dari dana zakat dan
infak/sedekah. Dalam penelitian ini, perlakuan akuntansi untuk zakat
meliputi pencatatan penghimpunan dana zakat dan infak/sedekah.
Metode pencatatan adalah cara memperlakukan dan membukukan
setiap terjadinya penghimpunan dana zakat dan infak/sedekah. Dalam
hal ini metode pencatatan yang diterapkan oleh LAZNAS Dompet
Dhuafa SUMUT yaitu metode pencatatan cash basis yang merupakan
pengakuan dan pengukuran dana zakat dan infak/sedekah diakui
sebagai penambahan saat kas diterima oleh LAZNAS Dompet Dhuafa
SUMUT dan dinilai sebesar nilai wajar yang ada di pasaran jika dana
zakat dan infak/sedekah yang diterima dalam bentuk nonkas. Penyajian
dana zakat dan infak/sedekah dalam LAZNAS Dompet Dhuafa
SUMUT tidak disajikan dalam bentuk terpisah, baik dana zakat dan
infak/sedekah sesuai dengan laporan posisi keuangan yang ada.
Sehingga yang akan di teliti di LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT
adalah pelaporan keuangan akuntansi zakat dan infak/sedekah.

5. Sumber Data

Adapun rincian data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian

43
ini antara lain:

a) Gambaran umum atau sejarah berdirinya data tentang struktur


organisasi LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT

b) Pencatatan dari transaksi zakat dan infak/sedekah tahun 2011 dan


2010

c) Data laporan keuangan tahun 2010 dan 2011 LAZNAS Dompet


Dhuafa SUMUT

d) Data lain yang relevan yang diperlukan dalam penulisan ini

6. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data


sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia
dibuku-buku, jurnal dan sumber lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah:

a) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah yang berbentuk kata, kalimat dan gambar.


Jenis data kualitatif ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah
mengalami proses pengolahan oleh sumbernya.

b) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data


kualitatif yang disajikan dalam bentuk angka. Data ini menunjukkan
nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data ini
adalah data yang merupakan hasil pengamatan dalam suatu periode
tertentu.

7. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian dari

43
penulisan skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:

a) Penelitian Lapangan (Field Work Research)

1) Studi Dokumentasi, yaitu pemberian atau pengumpulan bukti-


bukti (dokumen) dengan cara membuat salinan, mencatat serta
mengutip data-data dari sumber langsung yaitu kepada staff
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT

2) Interview (wawancara), yaitu teknik pengumpulan data dengan


cara melakukan wawancara sehingga terjadi tanya jawab secara
lisan dengan staff atau pihak-pihak yang berhubungan dengan
objek yang di amati, dimana teknik ini dilakukan untuk
mendapatkan data atau keterangan secara langsung

b) Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah suatu penelitian


yang dilakukan dengan cara mempelajari teori dan informasi yang
erat hubungannya dengan penelitian sebagai pedoman pokok untuk
mencari data di lapangan yaitu yang berkaitan dengan metode judul
skripsi.

8. Analisis Data

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat analisis dilakukan


secara tepat agar permasalahan yang dihadapi dapat diukur dan
dipecahkan. Untuk melakukan analisis terhadap perlakuan akuntansi
zakat dan infak/sedekah pada LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT,
maka penulis menggunakan alat analisis deskriptif, yaitu metode
analisis dengan cara membandingkan PSAK No. 109 tentang akuntansi
zakat dan infak/sedekah dengan laporan keuangan pada LAZNAS
Dompet Dhuafa SUMUT

43
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah


Zakat adalah istilah Al-Qur’an yang menandakan kewajiban khusus
memberikan sebagian kekayaan individu dan harta untuk amal. Secara harfiah
zakat berasal dari akar kata dalam Bahasa Arab yang berarti “memurnikan” dan
“menumbuhkan”.
Menurut Lisanul Arab arti dasar dari kata zakat ditinjau dari sudut Bahasa
adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji, semuanya digunakan dalam Al-Qur’an
dan hadis. Zakat dalam Al-Qur’an juga disebutkan dengan kata shadaqah,

43
sehingga shadaqah itu adalah zakat dan zakat itu adalah shadaqah, berbeda nama
tetapi arti sama.9
Zakat berperan penting dalam menggerakkan ekonomi. Karena seorang
Muslim yang menyimpanan harta, berkewajiban mengeluarkan zakatnya minimal
2,5% setiap tahun. Ekonomi bergerak dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan.
Zakat memperkecil kesenjangan. Islam mengakui adanya perbedaan rezeki
sebagai akibat dari perbedaan kemampuan, keahlian, dan potensi. Zakat
merupakan satu dari banyak sarana yang dipergunakan Islam untuk menggapai
tujuan diatas.
Allah berfirman dalam surat At Taubah 103:

Artinya “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha
Mengetahui”10
Infak adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infak
ada yang wajib dan ada yang sunah. Infak wajib diantaranya zakat, kafarat dan
nadzar. Sedangkan infak sunah diantaranya adalah infak kepada fakir miskin
sesama muslim, infak bencana alam, dan infak kemanusiaan. Menurut PSAK No.
109, infak/shadaqah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya,
baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.11

B. Konsep Akuntansi Syariah


Kewajiban zakat bagi Muslim merupakan bukti nyata betapa pentingnya
peranan akuntansi dalam masyarakat, perusahaan lembaga atau perorangan. Dalam
konteks ini, akuntansi dapat memberikan sumbangan dalam proses perhitungan
9
M.A. Maman, Islamic Economics: Theory And Practive. (Cambridge: Hodder And Stroughton,
(1986).
10
Departemen Agama RI, Alquran Tajwid dan Terjemahannya, h. 203
11
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK No. 109, (Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Indonesia, 2010).
Paragraf 5

43
zakat yang tepat baik zakat mal, penghasilan, profesi, perdagangan, laba, dan
sebagainya.
Akuntansi sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam.
Artinya diserahkan pada kemampuan akal pikiran manusia untuk
mengembangkannya. Namun, karena pentingnya permasalahan ini, maka Allah
SWT bahkan memberikannya tempat dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 282. Penempatan ayat ini juga unik dan relevan dengan sifat akuntansi itu. Ia
ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai lambang komoditi ekonomi. Ia
ditempatkan dalam surat ke-2 yang dapat dianalogikan dengan double entry,
ditempatkan di ayat 282 yang menggambarkan angka keseimbangan (angka
ditenggarai angka 2) atau neraca.12

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282:

12
Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 169

43
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi

43
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Dasar hukum dalam akuntansi syariah bersumber dari Al Quran, Sunah
Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa
tertentu), dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan syariah Islam.
Kaidah-kaidah akuntansi syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dari kaidah akuntansi konvensional. Kaidah-kaidah akuntansi syariah sesuai
dengan norma-norma masyarakat Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang
berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan akuntansi tersebut.13
Gambling dan Karim menarik hipotesis karena Islam memiliki syariah yang
dipatuhi semua umatnya, wajarlah bahwa masyarakatnya memiliki lembaga
keuangan dan akuntansinya yang diserahkan melalui pembuktian sendiri sesuai
landasan agama. Mereka merumuskan tiga model antara lain Colonial Model yang
menyebutkan jika masyaraktnya Islam, mestinya pemerintahannya akan
menerapkan syariat Islam dan mestinya teori akuntansinya pun akan bersifat teori
akuntansi Islami. Mereka juga menekankan bahwa sesuai sifatnya, mestinya Islam
harus memiliki akuntansi karena pentingnya penekanan pada aspek sosial dan
perlunya penerapan sistem zakat.14
Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic
Accounting”, akuntansi Islam adalah konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu
hukum syariah yang berasal dari Tuhan bukan ciptaan manusia dan akuntansi Islam
sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief (lurus/betul) yang menuntut
agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada
13
Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 10
14
Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 143

43
pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT. Tuham memiliki
akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan
saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum
syariah lainnya.15
Menurut Triyuwono dan Grafikin, akuntansi syariah adalah:
......... Upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis
dan sarat nilai. Tujuan diciptakannya akuntansi syariah adalah terwujudnya
peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emamnsipatoris, transdental, dan
teologikal. Konsekuensi ontologis adalah bahwa akuntansi secara krtitis harus
mampu membebaskan manusia dai ikatan realitas peradaban berikut semua
jaringan kuasanya, untuk kemudian memberikan atau menciptakan realitas
alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa ilahi yang mengikat manusia
dalam hidup sehari-hari (ontologi tauhid).16
Akuntansi sebagai bagian dari konsep ekonomi Islam seharusnya dipancarkan
dan memiliki hubungan langsung dengan sistem ekonomi Islami. Ditegaskan
bahwa tujuan dalam akuntansi syariah berdasarkan pada tujuan ekonomi Islam,
yaitu pemerataan kesejahteraan bagi seluruh umat.17 Kesejahteraan seharusnya
didistribusikan kepada seluruh masyarakat dan tidak hanya diperuntukkan kepada
sesorang atau segolongan orang saja. Oleh karena itu, Islam menyediakan sarana
untuk pemerataan kesejahteraan dengan sistem zakat, infak dan sedekah dalam
sistem tanpa bunga. Kesejahteraan sosial (social welfare) dalam konsep Islam
bukanlah kebaikan hati atau charitable. Dalam Islam, walaupun harta itu kita cari
dengan usaha sendiri secara halal, tetap saja dalam harta kita tersebut terdapat hak
orang lain yang harus dikeluarkan.

C. Sistem Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah


1. Definisi Sistem Akuntansi Zakat
Al-Quran telah mengatur secara tegas bahwa Islam juga memerlukan
sistem akuntansi yang tepat untuk memberikan dasar pengenaan atas zakat

15
Ibid., h. 144
16
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 123
17
Aji Dedi Mulawarman, Akuntansi Syariah Teori, Konsep dan Laporan Keuangan, (Jakarta: E-
Publishing, 2009), h. 112

43
yang harus dibayar. Demi dimensi sosial Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60
telah menjelaskan siapa yang berhak menerima zakat.
Allah berfirman dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60 :

Artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Didalamnya termasuk fakir miskin, orang berhutang, musafir dan
kegiatan fii sabilillah. Kesemuanya ini memerlukan kegiatan akuntansi
yang bersifat accountability.
Jadi zakat dan akuntansi merupakan dua hal penting, dalam kerangka
ekonomi Islam, juga penting bagi masyarakat Islam. Sehingga dikenal
adanya akuntansi zakat. Akuntansi zakat menyangkut nilai Islam sejak
awalnya sebab zakat adalah suatu lembaga yang dimulai pada saat yang
sama dengan Islam dahulu. Jadi, akuntansi zakat lahir bersamaan dengan
kelahiran Islam.18
Menurut Husein Sahatah akuntansi zakat dianggap sebagai salah satu
cabang ilmu akuntansi yang dikhususkan untuk menentukan dan menilai
aset wajib zakat, menimbang, kadarnya (volume), dan mendistribusikan
hasilnya kepada mustahik dengan berdasarkan kepada kaidah-kaidah
syariat Islam. Hal ini dengan maksud memberikan informasi kepada
mustahik tentang cara melaksanakan zakat sekaligus menginformasikan
hasil zakat dan penentuan bagiannya kepada para mustahik. Oleh sebab itu
Husein Sahatah memaparkan bahwa:19

18
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 61
19
Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.28

43
a. Sistem akuntansi zakat harus mempunyai kerangka tertentu yang
menentukan batasan-batasan dan hubungannya dengan sistem Islam
lainnya.
b. Sistem akuntansi zakat terdiri dari beberapa unsur yang saling
terkait dan digabungkan dalam suatu ikatan code of conduct
sehingga dapat terhindar segala macam pertentangan
c. Pelaksanaan sistem akuntansi zakat di kontrol oleh sejumlah hukum
dan kaidah-kaidah permanen, dan itu dapat diintisarikan dari
sumber-sumber syariat Islam
d. Sistem zakat akan bekerja sesuai dengan langkah-langkah yang
penuh ketelitian dan terus menerus
Jika demikian, maka sistem akuntansi zakat memberikan sejumlah
keterangan dan informasi yang credible tentang berhitung, hasil zakat, dan
pembagiannya kepada para muzaki dan mustahik. Akuntansi zakat
merupakan suatu proses pengakuan (recognition) kepemilikan dan
pengukuran (measurement) nilai suatu kekayaan yang dikuasai oleh
seorang muzaki untuk tujuan penetapan nisab zakat kekayaan yang
bersangkutan dalam rangka perhitungan zakatnya.20
Sistem akuntansi zakat adalah penerapan zakat dalam suatu organisasi
bisnis yang dapat ditelusuri sebagai berikut:21
Pertama, ada transformasi dari pencapaian laba bersih ke pencapaian
zakat. Kedua, karena yang menjadi tujuan adalah zakat, maka segala bentuk
operasi perusahaan harus tunduk pada aturan main yang diterapkan dalam
syariah. Ketiga, zakat mengandung perpaduan karakter kemanusiaan yang
seimbang antara karakter egoistik dan sosial. Keempat, zakat merupakan
lambing pembebas manusia dari ketertindakan ekonomi, sosial, dan
intelektual, serta pembebasan alam dari penindasan dan eksploitasi
manusia. Kelima, zakat jembagan penghubung antara aktivitas manusia
yang duniawi dan suci.22
Transaksi zakat adalah transaksi zakat, infak dan sedekah dimana
akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dalam laporan

20
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2003) h. 107
21
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 65
22
Ibid.,

43
keuangan tersebut, untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga
zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit
akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan,
karena dalam PSAK No. 109, akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakt,
infak/sedekah.

D. PSAK 109: Standar Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 adalah
ketentuan yang mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah diberlakukan bagi entitas
yang kegiatan utamanya menerima dan menyalurkan zakat dan
infak/sedekah. Amil merupakan organisasi pengelola zakat yang
pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan
zakat dan infak/sedekah.
1. DEFINISI
a. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau
pengukuhannya diatur berdasarkan perundang-undangan yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan
infak/sedekah.
b. Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah
lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana amil
digunakan untuk pengelolaan amil.
c. Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat
d. Dana infak/sedekah adalah dana yang berasal dari penerimaan
infak/sedekah
e. Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh
pemiliknya, baik yang peruntukannya ditentukan maupun tidak
ditentukan
f. Mustahik (mustahiq) adalah orang atau entitas yang berhak
menerima zakat. Mustahik terdiri dari:
1) Fakir;
2) Miskin;
3) Riqab;
4) Orang yang terlilit utang (ghorim);
5) Mualaf;

43
6)Fisabilillah;
7)Orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8) Amil;
g. Muzaki (muzakki) adalah individu muslim yang secara syariah
wajib membayar atau menunaikan zakat
h. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
i. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai
dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahik)

2. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


a. Zakat
1) Penerimaan Zakat
a) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non kas
diterima
b) Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambah
dana zakat sebesar:
(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
(2) Nilai wajar jika dalam bentuk nonkas.
Ilustrasi Jurnal:
Diterima setoran zakat Rp. 8.000.000,-. Didalam setoran
ini hak amil Rp. 1.000.000,-
Dr. Kas ............................................ Rp. 8.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Zakat ................ Rp. 8.000.000,-
Dr. Penyaluran Dana Zakat .............. Rp. 1.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Amil ................. Rp. 1.000.000,-
c) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan
harga pasar. Harga pasar tersedia, maka dapat menggunakan
metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam
SAK yang relevan.
Ilustrasi Jurnal:
Diterima zakat pertanian berupa beras ramos sebanyak 100 kg.
Harga pasar beras ramos Rp. 10.000,-/kg. Amil tidak
mengambil haknya atas zakat ini.
Dr. Kas ...................................................... Rp. 10.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Zakat ...................... Rp. 10.000.000,-

43
d) Jika muzaki menentukan mustahik yang menerima penyaluran
zakat melaui amil, maka tidak ada baian amil atas zakat yang
diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan
penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzaki, diluar dana
zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
Ilustrasi Jurnal:
Diterima setoran zakat Rp. 10.000.000,- dari seorang muzaki.
muzaki meminta zakat tersebut disalurkan kepada mustahisk
sesuai daftar nama yang diberikannya. Muzaki memberi upah
1.000.000,-
Dr. Kas ................................................... Rp. 10.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Zakat ..................... Rp. 10.000.000,-
Dr. Penyaluran Dana Zakat .................... Rp. 1.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Amil ....................... Rp. 1.000.000,-
e) Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, maka jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang
dana zakat atau pengurang dana amil bergantung pada
penyebab kerugian tersebut.
f) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
(1) Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh
kelalaian amil
(2) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh
kelalaian amil
Ilustrasi Jurnal:
Zakat dalam bentuk beras yang diterima ternyata satu karung
berisi 10 kg (@ Rp. 10.000/kg), ternyata telah busuk. (bukan
kelalaian amil)
Dr. Penyaluran dana zakat – penurunan nilai aset
nonkas ..................................................... Rp. 100.000,-
Cr. Aset non kas - beras ................................ Rp. 100.000,-
Zakat daalam bentuk beras yang diterima ternyata hilang satu
karung berisi 10 kg. Kehilangan disebabkan petugas lalai
mengunci ruangan penyimpanan. (kelalaian amil)
Dr. Penyaluran dana amil – penurunan nilai aset non
kas .................................................. Rp. 100.000,-
Cr. Aset non kas - beras ............................... Rp. 100.000,-

43
Dibelikan 10 kg beras ramos @Rp. 10.000,- /kg untuk
mengganti 1 karung beras yang hilang.
Dr. Aset non kas ............................. Rp. 100.000,-
Cr. kas .......................................................... Rp. 100.000,-

2) Penyaluran Zakat
a) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui
sebagai pengurang dana zakat sebesar:
(1) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
(2) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset non kas
Ilustrasi Jurnal:
Disalurkan dana zakat Rp. 1.000.000,- yang diterima fakir,
maka jurnalnya sbb:
Dr. Penyaluran dana zakat kepada fakir .... Rp. 1.000.000,-
Cr. Kas ...................................................... Rp. 1.000.000,-
Disalurkan 50 kg beras zakat kepada fakir miskin (@ Rp.
10.000)
Dr. Penyaluran dana zakat ........................ Rp. 500.000,-
Cr. Aset non kas ......................................... Rp. 500.000,-
b) Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada
profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak
mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional
dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah
atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
Ilustrasi Jurnal:
Dibayarkan biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) Rp. 200.00,-
untuk kendaraan kantor amil zakat.
Dr. Penyaluran dana amil – biaya BBM ... Rp. 200.000,-
Cr. Kas .......................................................... Rp. 200.000,-
c) Penentuan jumlah atau presentasi bagian untuk masing-masing
mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,
kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang dituangkan
dalam bentuk kebijakan amil.
d) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari
porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat
dalam rangka menghimpun zakat. Peminjaman ini sifatnya
jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul)
Ilustrasi Jurnal:

43
Dibayarkan honor bulanan pegawai kantor Rp. 10.000.000,-
(dipinjam sementara dana zakat)
Dr. Penyaluran dana zakat – pinjaman sementara
amil ........................................................................ Rp.
10.000.000,-
Cr. Penerimaan dana amil ......................... Rp. 10.000.000,-
Dr. Penyaluran dana amil – honor pegawai .. Rp. 10.000.000,-
Cr. Kas ..................................................... Rp. 10.000.000,-
Apabila telah terhimpun perolehan dana amil, maka pinjaman
sementara dibayarkan dengan membuat jurnal pembalik dari
jurnal terdahulu.
Dr. Penerimaan dana
amil ................................................................... Rp.
10.000.000,-
Cr. Penyaluran dana zakat – pinjaman sementara
amil ........................................................................ Rp.
10.000.000,-
e) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambahan dana amil
f) Zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil jika sudah
diterima oleh mustahik non amil tersebut. Zakat yang
disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik non amil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian
dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil
sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan
diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang
penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang
ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahik non
amil.
Ilustrasi Jurnal:
Dilimpahkan zakat tunai Rp. 5.000.000,- dari amil zakat ke
amil zakat kecamatan, penyerahan zakat akan dilakukan 2
minggu kemudian pada suatu acara resmi.

43
Pembukuan di amil zakat kota
Dr. Piutang penyaluran zakat ..................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 5.000.000,-
Pembukuan di amil zakat kecamatan
Dr. Kas ...................................................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Hutang penyaluran zakat ...................... Rp. 5.000.000,-
Setelah zakat dibayarkan kepada mustahik, maka pembukuan
sbb:
Pembukuan di amil kota
Dr. Penyaluran dana zakat ........................ Rp. 5.000.000,-
Cr. Piutang penyaluran zakat ..................... Rp. 5.000.000,-
Pembukuan di amil kecamatan
Dr. Hutang penyaluran dana zakat ........... Rp. 5.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 5.000.000,-
g) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik non amil dengan
keharusan untuk mengembalikan kepada amil, belum diakui
sebagai penyaluran zakat
Ilustrasi Jurnal:
Diserahkan dana pinjaman bergulir kepada mustahik miskin
Rp. 1.000.000,- dengan kewajiban mengembalikan secara hari
Rp. 10.000,- (dana yang digunakan bersumber dari dana zakat)
Dr. Piutang – pemberian pinjaman bergulir .. Rp. 1.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 1.000.000,-
Ketika menerima cicilan harian
Dr. Kas ............................................................ Rp. 10.000,-
Cr. Piutang – pemberian pinjaman bergulir .... Rp. 10.000,-
h) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap
aset (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil
ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:
(1) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut
diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak
dikendalikan amil
Ilustrasi Jurnal:
Amil zakat membeli 5 buah kios (@Rp. 5.000.000,-)
dari pengelola pasar dan berdasarkan perjanjian
kerjasama meminta pengelola pasar menampung orang
miskin berjualan di kios itu tanpa membayar. Amil zakat
mensyaratkan kepada pengelola nantinya menghibahkan

43
kios itu kepada mustahik yang berhasil menekuni usaha
menempati kios dimaksud.
Jurnal pada saat pembelian dan penyerahan kepada
pengelola pasar
Saat pembelian
Dr. Aset kelolaan – 5 buah kios .... Rp. 25.000.000,-
Cr. Kas ........................................... Rp. 25.000.000,-
Saat penyaluran secara total
Dr. Penyaluran dana zakat ........... Rp. 25.000.000,-
Cr. Aset Kelolaan .......................... Rp. 25.000.000,-
(2) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut
masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang
dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur
sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan
pola pemanfaatannya.
Ilustrasi Jurnal:
Amil zakat membeli 12 kios (@ Rp. 5.000.000,-) dari
pengelola pasar dan menampung orang miskin berjualan
di kios itu tanpa membayar. Amil zakat mensyaratkan
akan menyerahkan kios kepada orang miskin setelah
setahun apabila berhasil menekuni usaha menempati
kios dimaksud.
Jurnal pada saat pembelian dan penyerahan kepada
pengelola pasar
Saat pembelian
Dr. Aset kelolaan – 5 buah kios .... Rp. 60.000.000,-
Cr. Kas ........................................... Rp. 60.000.000,-
Jurnal setiap bulan (selama 12 bulan), hingga
penyerahan kios
Dr. Penyaluran dana zakat – beban penyusutan
kelolaan ..................................................... Rp.
5.000.000,-
Cr. Akumulasi penyusutan ............... Rp. 5.000.000,-
Ketika diserahkan sepenuhnya kepada mustahik
Dr. Akumulasi penyusutan ......... Rp. 60.000.000,-
Cr. Aset kelolaan ........................... Rp. 60.000.000,-

b. Infak/Sedekah
1) Penerimaan Infak/Sedekah

43
a) Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi
infak/sedekah sebesar:
(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
(2) Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas
Ilustrasi Jurnal:
Diterima infak tunai Rp. 80.000.000,- dan amil mendapat hak
Rp. 10.000.000
Dr. Kas ................................................... Rp. 80.000.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah tidak
terikat ......................................................................... Rp.
80.000.000,-
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah tidak terikat -
amil .................................................................... Rp.
10.000.000,-
Cr. Penerimaan dana amil .......................... Rp. 10.000.000,-
b) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan
harga pasar untuk aset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak
tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai
wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.
c) Infak/Sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas.
Aset non kas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar
d) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola
oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui
sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset
tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah
terikat jika penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah
ditentukan oleh pemberi
Ilustrasi Jurnal
Diterima sebuah ambulan sebagai infak untuk dioperasikan amil
zakat. Harga perolehan tampak pada faktur Rp. 240.000.000,-
Dr. Aset Tetap non kas
ambulan .................................................................. Rp.
240.000.000,-

43
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah
terikat ......................................................................... Rp.
240.000.000,-
Diasumsikan umur ekonomis ambulan selama 4 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus, maka penyusutan
perbulan adalah Rp. 5.000.000,-
Jurnal penyusutan setiap bulan (selama 48 bulan) sbb:
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah terikat – penyusutan
ambulan ....................................................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Akumulasi penyusutan ........................... Rp. 5.000.000,-

e) Amil dapat pula menerima aset non kas yang dimaksudkan oleh
pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai
aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai, seperti
bahan makan; atau aset yang memiliki umur ekonomi panjang,
seperti mobil untuk ambulan.
Ilustrasi Jurnal
Diterima infak 500 kotak mie instan (@ Rp. 40.000,-/kotak),
untuk segera disalurkan kepada korban banjir.
Jurnal pada saat diterima
Dr. Aset non kas lancar – Mie instan ............. Rp. 2.000.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah terikat .. Rp. 2.000.000,-
Pada saat diserahkan
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah terikat ..... Rp. 2.000.000,-
Cr. Aset non kas – mie instan ....................... Rp. 2.000.000,-
f) Aset non kas lancar dinilai sebesar nilai perolehan, sedangkan
aset non kas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai
dengan SAK yang relevan.
g) Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam
jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambahan dana
infak/sedekah.
Ilustrasi Jurnal
Misalkan dana infak/sedekah Rp 100.000.000,- sementara waktu
ditempatkan dalam bentuk deposito di Bank Syariah dan
memperoleh bagi hasil pada bulan pertama

43
Rp 800.000,-, maka pendapatan bagi hasil yang diperoleh akan
menjadi penambah dana infak/sedekah dan dibukukan sbb.
Pembukuan deposito
Dr. Rekening pada Bank – Deposito …. Rp 100.000.000,-
Cr. Rekening pada Bank – Tabungan …….. Rp 100.000.000,-
Pembukuan bagi hasil yang masuk ke tabungan di bank
Dr. Rekening pada Bank – Tabungan
…................................................................ Rp 800.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah tidak
terikat ................................................................................. Rp
800.000,-

2) Penyaluran infak/sedekah
a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
(a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.
(b) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset
nonkas
Ilustrasi
Diserahkan infak/sedekah tidak terikat untuk santunan biaya
pendidikan anak yatim miskin Rp 2.000.000,-
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah tidak terikat-santunan yatim
.............................................................. Rp 2.000.000,-
Cr. Kas ……....................………………………. Rp 2.000.000,-
b) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui
sebagai penambahan dana amil
c) Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima
infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,
kewajiban, dan etika dituangkan dalam bentuk kebijakan amil
d) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan
penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil
tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan
tersebut
e) Penyaluran infak/sedekah kepada penerimaan akhir dalam skema
dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan
tidak mengurangi dana infak/sedekah.
4. PENYAJIAN

43
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara
terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

5. PENGUNGKAPAN
a. Zakat
Amil mengungkapkan hal-hal berikut terikat dengan transaksi zakat,
teteapi tidak terbatas pada:
1) Kebijakan peyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran, dan zakat dan mustahik nominal
2) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nominal, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3) Metode penentuan niai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat
berupa aset nonkas.
4) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik
5) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih
dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada,
diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana
zakat serta alasannya, dan
6) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang
meliputi:
a) Sifat hubungan
b) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
c) Persentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran
zakat selama periode.

b. Infak/sedekah
Amil menggunakan hal-hal berikut terikat dengan transaksi
infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran infak/sedekah dan penerimaan infak/sedekah
2) Kebijakan penyaluran infak/sedekah untuk amil dan nominal, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
infak/sedekah berupa aset nonkas;
4) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi
dikelola terlebih dahulu, jika ada diungkapkan jumlah dan persentase
dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta
alasannya

43
5) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud diangka (4)
diungkapkan secara terpisah;
6) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan yang
diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase
terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya;
7) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan
tidak terikat; dan
8) Berhubungan pihak-pihka berelasi antara amil dan penerimaan
infak/sedekah yang meliputi:
a) Sifat hubungan
b) Jumlah dan jenis yang disalurkan; dan
c) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total
penyaluran infak/sedekah selama periode.
Selain pengungkapkan diatas, amil mengungkapkan hal berikut.
1) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai atas
penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;
2) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infak/sedekah.

E. Laporan Keuangan Amil Zakat


Sesuai PSAK 109, Laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari:
laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset
kelolaan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
Contoh laporan keuangan badan amil zakat dapat dilihat seperti berikut ini.

Laporan Posisi Keuangan


BAZ “XXX”

Keterangan 20X2 20X1


Aset xxxx xxxx
Aset lancar xxxx xxxx
Kas dan setara kas piutang xxxx xxxx
Insturmen keuangan xxxx xxxx
Piutang xxxx xxxx
Efek xxxx xxxx
Aset tidak lancar xxxx xxxx
Aset tetap xxxx xxxx

43
Akumulasi penyusutan aset tetap (xxxx)
Jumlah aset xxxx xxxx
Liabilitas xxxx xxxx
Kewajiban jangka pendek xxxx xxxx
Biaya yang masih harus dibayar xxxx xxxx
Liabilitas jangka panjang xxxx xxxx
Imbalan kerja jangka panjang xxxx xxxx
Jumlah liabilitas xxxx xxxx
Saldo dana xxxx xxxx
Dana zakat xxxx xxxx
Dana infak/sedekah xxxx xxxx
Dana amil xxxx xxxx
Jumlah dana xxxx xxxx
Jumlah kewajiban dan saldo dana xxxx xxxx

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

Laporan Perubahan Dana


BAZ “XXX”

KETERANGAN 20X2 20X1


DANA ZAKAT

Penerimaan
Penerimaan dari Muzakki
Muzakki Entitas xxx xxx
Muzakki Individual xxx xxx
Hasil Penempatan xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx

Penyaluran
Amil
Fakir Miskin xxx xxx
Riqab xxx xxx
Gharim xxx xxx
Muallaf xxx xxx
Sabilillah xxx xxx
Ibnu Sabil xxx xxx
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan
(Misalkan Beban Penyusunan) xxx xxx
Jumlah Penyaluran Dana Zakat xxx xxx

Surplus/Defisit xxx xxx


Saldo Awal xxx xxx

43
Saldo Akhir xxx xxx
DANA INFAQ/SEDEKAH

Penerimaan

Infaq/Sedekah Terikat xxx xxx


Infaq/Sedekah Tidak Terikat xxx xxx
Hasil Pengelolaan xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx

Penyaluran
Amil xxx xxx
Infaq/Sedekah Terikat xxx xxx
Infaq/Sedekah Tidak Terikat xxx xxx
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan xxx xxx
(Misalkan Beban Penyusutan Dan xxx xxx
xxx xxx
Penyisihan)
xxx xxx
Jumlah Penyaluran
Surplus/Defisit xxx xxx
Saldo Awal xxx xxx
Saldo Akhir xxx xxx

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

Laporan Perubahan Dana (Lanjutan)


BAZ “XXX”

KETERANGAN 20X2 20X1


DANA AMIL
Penerimaan
Bagian Amil dari Dana Zakat xxx xxx
Bagian Ail dari Dana Infaq/Sedekah xxx xxx
Penerimaan xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx

Penyaluran
Beban Pegawai xxx xxx
Beban Penyusutan xxx xxx

43
Beban Umum dan Administrasi Lainnya xxx xxx
Jumlah Penggunaan xxx xxx
Surplus/Defisit xxx xxx
Saldo Awal xxx xxx
Saldo Akhir xxx xxx
Jumlah Saldo Dana Zakat, Dana
xxx xxx
Infaq/Sedekah Dan Dana Amil

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

LAPORAN ARUS KAS


BAZ “XXX”

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 20X2 20X1


Kas Masuk dari Aktifitas Operasi
Penerimaan Dana Zakat
Muzakki Entitas XXXX XXXX
Muzakki Individual XXXX XXXX
Hasil Penempatan XXXX XXXX
Jumlah Penerimaan Dana Zakat XXXX XXXX

Penerimaan Dana Infaq/Sedekah


Infaq/Sedekah Terikat Atau XXXX XXXX
XXXX XXXX
Muqayyadah
XXXX XXXX
Infaq/Sedekah Tidak Terikat Atau
Mutlaqah
Jumlah Penerimaan Infaq/Sedekah
XXXX XXXX
Penerimaan Dana Amil XXXX XXXX
Bagian Amil Dari Dana Zakat XXXX XXXX
Bagian Amil Dari Dana Infaq/Sedekah XXXX XXXX
Penerimaan Lainnya
Jumlah Penerimaan Dana Amil
Jumlah Kas Masuk Dari Aktifitas Operasi XXXX XXXX

Kas Keluar dari Aktifitas Operasi

43
Penyaluran Dana Zakat
Fakir Miskin XXXX XXXX
Riqab XXXX XXXX
Gharim XXXX XXXX
Muallaf XXXX XXXX
Sabilillah XXXX XXXX
Ibnu Sabil XXXX XXXX
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan XXXX XXXX
Jumlah Penyaluran Dana Zakat XXXX XXXX

Penyaluran Dana Infaq/Sedekah XXXX XXXX


Infaq/Sedekah Terikat Atau XXXX XXXX
XXXX XXXX
Maqayyadah
XXXX XXXX
Infaq/Sedekah Tidak Terikat Atau
Mutlaqah
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan XXXX XXXX
Jumlah Penyaluran Dana Infaq/Sedekah XXXX XXXX
Penyaluran Dana Amil XXXX XXXX
Beban Pegawai XXXX XXXX
Beban Penyusutan
Beban Umum Dan Administrasi
Lainnya
Jumlah Penggunaan Dana Amil
Jumlah Kas Keluar dari Aktivitas Operasi XXXX XXXX
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Operasi XXXX XXXX

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

LAPORAN ARUS KAS (Lanjutan)


BAZ “XXX”

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Kas Masuk dari Aktifitas Investasi
Penjualan Aktiva Tetap XXXX XXXX
Peningkatan Akumulasi Penyusutan XXXX XXX
Jumlah Kas Masuk dari Aktifitas Operasi XXXX XXXX

43
Kas Keluar dari Aktifitas Investasi
Pembelian Aktiva Tetap XXXX XXXX
Jumlah Kas Keluar dari Aktivitas Investasi XXXX XXXX
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Investasi XXXX XXXX

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN


Kas Masuk dari Aktifitas Pendanaan
Penerimaan Piutang XXXX XXXX
Jumlah Kas Masuk dari Aktifitas Penandaan XXXX XXXX
Kas Keluar dari Aktifitas Pendanaan
Pemberian Hutang XXXX XXXX
Jumlah Kas Keluar dari Aktifitas Pendanaan XXXX XXXX
Jumlah Arus Kas dari Aktifitas Pendanaan XXXX XXXX
KENAIKAN KAS XXXX XXXX
SALDO AWAL KAS XXXX XXXX
SALDO AKHIR KAS XXXX XXXX

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

LAPORAN PERUBAHAN ASSET KELOLAAN


BAZ “XXX”

Keterangan Saldo Penambahan Pengurangan Akumulasi Akumulasi Saldo


Awal Penyisihan Penyusutan Akhir
Dana
Infaq/Sedekah
Aset Kelolaan
Lancar (Missal
Piutang xxx xxx (xxx) (xxx) xxx
Bergulir)
Dana
Infaq/Sedekah
Aset Kelolaan
Tidak Lancar
(Missal Rumah xxx xxx (xxx) (xxx) xxx

43
Sakit Atau
Sekolah)

Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


1. Profil LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT

Dompet dhuafa adalah organiasi nirlaba yang berkhidmat


memberdayakan masyarakat miskin melalui pengelolaan dana sosial
masyarakat (Zakat, infak/sedekah) serta dana lain yang halal dan sesuai hukum,
baik perseorangan, lembaga maupun perusahaan.

Dompet dhuafa dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional


(LAZ) oleh Departemen Agama pada 10 Oktober 2001. Setelah dikukuhkan
sebagai lembaga amil zakat , pada tanggal 22 April 2000 Yayasan Peduli
Ummat Waspada berdiri yang diprakarsai oleh Eri Sudewo dari Dompet
Dhuafa, Hj. Rayati Syafrin dari Waspada serta tokoh masyarakat SUMUT dan
resmi menjadi perwakilan Dompet Dhuafa untuk daerah SUMUT 29 Juni 2002
Peduli Ummat Waspada Resmi menjadi Lembaga Amil Zakat Daerah SUMUT
dengan SK, Gubsu No. 451.12/4705. Sejak pertama kali berdiri pada tahun
1993 lalu, dompet dhuafa sebagai lembaga kemausiaan menghadirkan iktiar,

43
memantapkan langkah tidak hanya di Indonesia tapi merangkul saudara-
saudara kita dibelahan dunia yang membutuhkan aksi kemanusiaan. Saat ini
dompet dhuafa telah memiliki jaringan pelayanan di 21 provinsi di Indonesia
dan 4 di mancanegara (hongkong, Australia, jepang, dan amerika serikat)

Dompet Dhuafa Waspada adalah cabang dompet dhuafa untuk wilayah


SUMUT yang diresmikan pada tanggal 30 April 2013 dimana sebelumnya
menjadi perwakilan sejak tahun 2001 ( peduli umat waspada).23

2. Visi misi dan motto LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


VISI :
Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya
lokal melalui system yang berkeadilan.
MISI :
a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian
b. Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat
c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan
masyarakat global
d. Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan
e. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat melalui
ekonomi berkeadilan

MOTTO :
Gelombang ekonomi zakat, gelombang zakat bangkitkan
kesejahterahan. Kekuatan gelombang ekonomi zakat menjadi solusi nyata
menuntaskan permasalahan ekonomi dalam membangun kesejahterahan rakyat.
Mari dukung dan ikut berperan nyata memajukan ekonomi melalui zakat yang
anda tunaikan.24

3. Struktur organisasi LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


Struktur organisasi adalah gambaran yang sistematis tentang hubungan
kerja sama dari orang-orang yang mempunyai tujuan bagi suatu perusahaan
atau lembaga agar dapat berjalan dengan baik, lancer dan efisien. Oleh karena
itu pentingnya struktur organisasi yang jelas dan tegas yang menunjukkan garis

23
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT, Wawancara, Medan,
3 Juli 2014
24
Ibid.,

43
kewenangan dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian. Adapun
struktur organisasi LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT adalah
sebagai berikut :25

4. Tugas Dan Fungsi Personil LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


a. Devisi Program
SPV Program (Halimah Tusa’dyah)
Fokus Kerja :
1) Program HES (New Programe)
2) Program Ramadhan 1435 H 2014
3) Program THK (Tebar Hewan Kurban) 2014
4) Program Kerjasama Tentatif
5) Sesuai Arahan Atasan

Koordinator Bid, Pendidikan (Yoshiko Bunga Pertiwi)


Fokus kerja :
1) Program SPUW (Sekolah Peduli Ummat Waspada)
2) Program Beasiswa Prestasi Sinergi LAZ Bank. SUMUT
3) Program Beasiswa SMART El setiap tahun
4) Program Tarbiyah Masjid / Da’i
5) Sesuai arahan atasan

Koordiantor Bidang Ekonomi dan Sosial (Syahrul Amsari)


Fokus Kerja :
1) Program Kampung Mandiri (Pembiayaan) Sinergi Laz. Bank.
SUMUT
2) Program Kampung Ternak
3) Program Atb (Aksi Tanggap Bencana) Bersifat Tentatif
4) Program Sosial Kesehatan Sinergi Dengan Instansi Tertentu
5) Lamusta (Layanan Mustahik)
6) Sesuai arahan atasan

b. Devisi Fundraising
Manager Fundraising (Sulaiman)
SPV & Staf Fundraing (New Personal & Melis Syuhada)
Fokus Kerja :
1) Mengisi Setengah Halaman Pemberitaan di Harian Waspada
2) Membuat Pemberitaan Atas Kegiatan Lembaga Dari Semua Devisi
3) Mendesain Tools-Tools yang Diperlukan Untuk Funding
4) Menginput Data Valid Dan Lengkap di Layanan Sandra

25
Ibid.,

43
5) Membuat Laporan Penghimpunan yang Ditujukan Ke Keuangan
Sesuai arahan atasan

c. Devisi Keuangan
Manager Keuangan (Sri Mulyani)
Staf Akuntansi (Winda Anggraini)
Fokus Kerja :
1) Menaggung-jawapi keluar masuknya kwitansi DDW
2) Menginfokan data penyetoran yang diterima ke staf fundraising
sebelum ke keuangan
3) Mengurus berkas pemotongan gaji muzakki yang rutin setiap
bulannya
4) Membuat dompet yang akan diterbitkan ke Harian Waspada
5) Sesuai arahan atasan

Staf Operasional (M. Fauzitra)


Fokus Kerja :
1) Menjemput zakat muzakki yang meminta layanan jemput zakat
sesuai data muzakki yang disusun Devisi Fundraising
2) Menanggung-jawab kotak infak DDW yang masih ada di beberapa
toko
3) Menjalankan “Memo” baik keluhan atas kerusakan peralatan kerja,
maupun permintaan akan kelengkapan kerja. Misal, Pembelian ATK
& hal-hal lain penunjang kinerja
4) Menyediakan From LPJ Perjalanan Dinas Amil, yang
dikomunikasikan ke Manager Keuangan
5) Sesuai arahan atasan

5. Program Kerja LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


Adapun program-program yang terdapat di LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT seperti :26
1) Program pendidikan
Program sekolah menengah bebas biaya untuk siswa dhuafa
berprestasi, peningkatan kualitas tenaga pendidik, dan beasiswa untuk
mahasiswa. Murid-murid SMART Ekselensia Indonesia adalah
perwakilan dari selurh propinsi di Indonesia yang telah melalui
beberapa tahap seleksi. Penerima manfaatnya dari tahun 2010 sampai
26
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT, Wawancara, Medan,
3 Juli 2014

43
dengan tahun 2012 adalah 2.578 orang. Sekolah peduli umat Waspada
(SPUW) juga merupakan salah satu bagian dari program pendidikan di
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT, sekolah ini berada di
kecamata STM hulu Kabupaten Deli Serdang. Selain itu, memberikan
beasiswa kepada Mahasiswa/I berprestasi di Medan, SUMUT.

2) Layanan Masyarakat
Ratusan orang tiap hari dating ke Dompet Dhuafa mengeluhkan
kesulitan hidupnya seraya berharap mampu menyelesaikan
permasalahan mereka yang mendesak. Sebagai respon atas kondisi itu
dompet dhuafa membentuk Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM),
lembaga yang menjadi ujung tombak pelayanan mustahik secara
langsung. Mereka yang menghadapi persoalan ekonomi, kesehatan,
dan pendidikan harus diselesaikan sesegera mungkin menjadi prioritas
lembaga ini. Beberapa bentuk pelayanan regular yang dikembangkan
LPM antara lain : Program pelayanan mustahik (Lamustahik), layanan
komunitas berbasis swadaya dan layanan dakwah komunikasi seperti
bimbingan rohani pasien (BRP) dan Dakwah Lembaga
Permasyarakatan, charity atau kegiatan sosial yang bersifat dadakan.
3) Kebencanaan
Bencana alam bisa dating kapan saja, sebagai lembaga
kemanusiaan, LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT di tuntut
selalu siap menangani keadaan darurat di lokasi bencana. Disamer
Managemet Center (DMC) adalah unit reaksi cepat dompet dhuafa
dalam penanggulangan bencana. DMC bereaksi berdasarkan keahlian
dan informasi yang cepat.

4) Kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan kaum Dhuafa, Dompet
Dhuafa mengembangkan program kesehatan bagi kaum dhuafa, berupa
klinik kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang tersebari DKI Jakarta, Jawa
Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, SUMUT, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Maluku, Papua. LKC memberikan pelayanan Poli
Kebidanan, Poli Anak, dan mengembangankan layanan khusus berupa

43
klinik psikologi, pemyakit dalam, jantung, TBC melalui kerelawanan
para dokter senior. Tahun ini Dompet Dhuafa mengembangkan rumah
sakit terpadu sebagai program non-profit hospital dan menjadi rujukan
klinik layanan kesehatan cuma-cuma yang sudah ada di seluruh
Indonesia.

5) Pengentasan Pengangguran
Program pelatihan kewirausahaan dan penelitian keterampilan
teknis bebas biaya. Pelatihan ini meliputi Otomotive, menjahit,
perkayuan, catering, dan Teknisi HP.

B. Sistem dan Prosedur LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


Sesuai dengan tugas pokok dari lembaga amil zakat yaitu mengumpilkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan sesuai dengan ketentuan agama, maka
peranan akuntansi sangat berkaitan dengan proses pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan serta pembuatan laporan keuangan oleh
lembaga amil zakat itu sendiri dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan
kinerjanya kepada masyarakat umum, khususnya kepada para muzaki yang
telah mempercayakan Lembaga Amil dalam mengelola zakat yang disalirkan.

Berdasarkan undang-undang republik Indonesia no.23 tahun 2011 tentang


pengelola zakat pasal 21, 22, dan 23 yakni dalam rangka pengumpulan zakat,
muzaki melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Dalam
bantuan BAZNAS atau LAZ. Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada
BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasila kena pajak. BAZNAS atau
LAZ wajib memberikan buku setoran zakat kepada setiap muzaki. Bukti
setoran zaka sebagimana dimaksud digunakan sebagai pengurangan
penghasilan kena pajak.

43
Zakat yang dikumpulkan oleh LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT
berasal dari warga masyarakat SUMUT, pada donatur ada yang dating
menyerahkan dananya sendiri ke LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
ada juga yang minta dijemput, dan ada juga yang transfer lewat berbagai bank
diantaranya adalah Bank BNI Syariah, Bank Mandiri, Bank SUMUT Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Rakyat
Indonesia.27

LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT melakukan pengumpulan


dana melalui berbagai dana diantaranya adalah : dana zakat, dana infaq
shadaqah, dana kemanusian, dana kegiatan temporer, SPUW, hasil bunga
koversi bank, bagi bank bank syariah, penerimaan cicilan kredit modal.28

Apabila dana yang diterima melalui pemberian langsung ke counter zakat


berjumlah lebih besar dari Rp 1000.000,- maka dana tersebut akan langsung
disetorkan ke Bank agar terjaga keamanannya.

Menurut undang-undang republik Indonesia No. 23 tahun 2011 tentang


pengelolaan zakat pasal 25 dan 26 zakat wajib didistribusikan kepada mustahik
sesuai dengan syariat Islam. Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala
prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan keadilan dan
keweilayahan.29

Adapun dana yang dihasilkan dari proses pengumpulan dana akan


dialokasikan kepada berbagai progam di LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT dalam jangka waktu sebulan sekali.

Divisi bagian program akan mencari mustahik yang berhak menerima


zakat. Setelah itu divisi program membuat surat pengajuan yang akan diberikan
ke bagian keuangan. Bagian keuangan akan meneruskan surat pengajuan ke
direktur LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT. Apabila surat pengajuan
disetujui maka dana akan dicairkan dan diberikan kepada bagian keuangan.30
27
Sri Wahyuni, Manager Keuangan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada, Wawancara, 3 Juli 2014
28
Ibid.,
29
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengeluaran Zakat
30
Sri Wahyuni.,3 Juli 2014

43
C. Pelaksanaan Akuntansi Zakat Dan Infaq/Shodaqoh
Proses penyusunan laporan keuangan sendiri tidak bisa terlepas dari proses
pengumpulan bukti seperti buku Bank/ laporan giro, bukti pembayaran, bukti
penerimaan dan lainnya kemudian bukti tersebut dicatat didalam buku besar
namun LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT tidak dicatat dalam jurnal
kemudian dinuat laporan keuangannya. Sampai saat ini pencatatan yang
akutansinya zakat dan infak/sedekah pada LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT masih dilakukan secara manual. Ini disebabkan karena belum
tersedianya software yang digunakan oleh lembaga amil zakat tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada LAZNAS Dompet


Dhuafa Waspada SUMUT makan dapat diketahui bahawa ada beberapa jenis
laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT. Penulis menggunakan alat analisis berupa PASK No.109
sebagai alat pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan. Adapun
laporan keuangan yang disajikan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT
adalah :

1. Neraca
Neraca merupakan informasi posisi keuangan yang mencakup nilai
aktiva, kewajiban dan aset bersih (terlampir). Neraca yang ditampilkan
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT meliputi aktiva dan
kewajiban. Aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar
meliputi : kas dan setara kas dan pemberian pinjaman. Aktiva tetap meliputi
: inventaris dan akumulasi penyusutan. Kewajiban merupakan
kemungkinan adanya pemanfaatan sumber daya organisasi dimana yang
akan datang yang timbul adanya transaksi dimasa lalu dan menjadi
tanggung jawab organisasi untuk menyelesaikan dengan memberikan
sumber daya yang mengandung manfaat. Kewajiban yanag disajikan
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT yaitu dana yang belum
disalurkan dan aset bersih tidak terkait.
2. Laporan pendapatan dan beban

43
Laporan pendapatan dan beban yang diterima (terlampir). Adapun
laporan pendapatan dan beban yang disajikan LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT mencakup : Haka mil, dan pendapatan lainnya. Beban
meliputi : honor pengelola, dokumentasi dan publikasi, biaya oprasional
lainnya, beban administrasi bank, ATK dan fotocopy serta beban
penyusutan.

3. Laporan arus kas


Laporan arus kas merupakan penilaian kemampuan dalam melakukan
penerimaan dan penyaluran. Laporan arus kas yang disajikan LAZNAS
Dompet Dhuafa Waspada SUMUT adalah : penerimaan meliputi zakat,
infaq-sedekah, dana kemanusiaan, dana kegitan temporer, SPUW, hasil
bunga konersi bank, bagi hasil bank syariah dan penerimaan cicilan kredit
modal. Penyaluran meliputi : bantuan pendidikan, banruan mustahik,
bantuan pengoatan, bantuan kemanusiaan, bantuan beasiswa, bantuan
temporer, pembelian inventaris, biaya operasional dan penyaluran kredit
modal.

4. Catatan atas laporan keuangan


Laporan ini merupakan penjelasan yang dilampirkan bersama-sama
dengan laporan keuangan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan
komponen laporan lainnya. Catatan atsa laporan keuangan merupakan
penyajian yang memberikan informasi mengenai penjelasan atas pos-pos
neraca, penjelasan laporan pendapatan dan beban serta laporan aktiva tetap
dan penyusutan (terlampir).

Adapun hasil analisis terhadap laporan keuangan LAZNAS Dompet


Dhuafa Waspada SUMUT sebagai berikut :
1) Analisis
Berdasarkan data neraca yang disajikan LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT belum sepenuhnya mengacu pada PSAK No. 109 yaitu
ada unsur-unsur berbeda menyajikan istilah akun seperti dalam LAZNAS
Dompet Dhuafa Waspada SUMUT menyatakan aset dengan aktiva.
Kemudian saldo dana seharusnya dicantumkan pada nerca tidak dinyatakan

43
dalam neraca melainkan di laporan arus kas, kemudian pada pos kewajiban
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT tidak merinci dari pos-pos
seharusnya, melainkan menggabungkan secara keseluruhan (terlampir). Hal
ini pada pembaca laporan keuangan untuk memahami akun-akun tersebut.

2) Analisis laporan pendapatan dan beban


Dimana laporan pendapatan dan beban yang disajikan LAZNAS
Dompet Dhuafa Waspada SUMUT yaitu informasi tentang pos-pos
pendapatan dan beban, aset bersih tidak terikat awal tahun dan akhir tahun
serta kenikan aset bersih tidak terkait. LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT memiliki perbedaan dalam menyebutkan akun yang dimana pada
PSAK No.109 akun ini berjudul laporan perubahan dana, sedangkan untuk
penempatan akun-akun pada laporan ini LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT tidak merinvci akun-akun yang seharusnya melainkan
menggabungkannya secara menyeluruh.

3) Analisis Laporan Arus Kas


Laporan keuangan kas merupakan laporan yang menggambarkan
jumlah kas masuk dan kas keluar pada suatu periode tertentu. LAZNAS
Dompet Dhuafa Waspada SUMUT telah membuat laporan arus kas namun
masih berbeda dalam proses penyajian dan pembuatan akun-akun tertentu.

4) Analisis Laporan Aset Kelolaan


Dimana entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang
mencakup tetapi tidak terbatas pada : aset kelolaan yang termasuk aset
lancar, aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan,
penambahan dan pengurangan, saldo awal dan saldo akhir, kelolaan yang
mana tertera dalam PSAK No. 109 pada saat pengakuan penambahan aset.
Namun LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT sendiri tidak
menyajikannya sebagai aset dan pengurangan aset dan tidak menyajikan
laporan aset kelolaan.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan


Komponen catatan atas laporan keuangan yang disajikan pada
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT merupakan gambaran umum

43
yang menyatakan dasar pengukuran dan penyusunan pelaporan keuangan,
dalam hal ini LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT menjelaskan
atas pos-pos laporan neraca dan laporan pendapatan dan beban, serta
laporan arus kas.

Pengakuan zakat dan infaq/sedekah yang dilakukan LAZNAS Dompet Dhuafa


Waspada SUMUT sudah sesuai dengan PSAK No. 109 menyatakan bahwa
penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT merupakan
organisasi pengumpulan zakat yang baik

Pegungkapan yang dilakukan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT


secara keseluruhan belum sesuai dengan PSAK No. 109 yang dijelaskan pada
(paragraph:39-40) menyatakan amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait
dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada :
a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran
zakat dan mustahik non amil
b) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nominal seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan
c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa
aset nonkas
d) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik
e) Hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi : sifat hubungan
istimewa; jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan presentase dari aset
yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi


infaq/sedekah, tetapi tidak terbatas pada :
a) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
infaq/sedekah berupa aset nonkas;
b) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nominal atas penerimaan
infaq/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi
kebijakan
c) Kebijakan penyaluran infaq/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran dan penerima

43
d) Keberadaan dana infaq/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi
dikekola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapakn jumlah dan
persentase dari seluruh penerimaan infaq/sedekah salama periode pelaporan
serta alasannya
e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d)
diungkapkan secara terpisah

Selain membuat pengungkapan di paragraf 39 dan 40, amil mengungkapkan


hal-hal berikut:
a) Keberadaan dana non halal, jika ada, diungkapan mengenai kebijakan atsa
penerimaan dan penyaluran dana, alasan dan jumlahnya
b) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infaq/sedekah

Namun, LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT hanya mengungkapkan


beberapa bagian saja seperti:
a) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nominal seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan
b) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat
berupa aset nonkas
c) Hubungan istimewa antara amil dan mustahik yang meliputi ; sifat hubunagn
istimewa; jumlah dari jenis aset yang disalurkan dan persentase dari aset
yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode
d) Metode penentuan nilai wajar yang dingunakan untuk penerimaan
infaq/sedekah berupa aset nonkas

Adapun pengungkapan yang tidak diungkapkan oleh LAZNAS Dompet


Dhuafa Waspada SUMUT adalah :
a) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
infaq/sedekah berupa aset nonkas
b) Kebijakan penyaluran infaq/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran dan penerima
c) Keberadaan dana infaq/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi
dikelola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan

43
persentase dari seluruh penerimaan infaq/sedekah selama periode pelaporan
serta alasannya
d) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan diungkapkan secara terpisah
e) Penggunaan dana infaq/sedekah menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan
bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh
penggunaan dana infaq/sedekah serta alasannya
f) Rincian dana infaq/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak
terikat

Dari pembahasan ini dapat diketahui bahaw kinerja LAZNAS Dompet


Dhuafa Waspada SUMUT sudah baik dilihat dari kebijakan penyaluran, kebijakan
pembagian, metode penentuan nilai wajar, rincian jumlah penyaluran dan
hubungan istimewa antara amil dan mustahik namun belum sepenuhnya mengacu
pada PSAK No. 109.

D. Hasil Audit Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan LAZNAS


Dompet Dhuafa Waspada SUMUT
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT diaudit oleh akuntan publik setiap tahunnya namun untuk
tahun yang berakhir pada desember 2012 dan 2013 belum diaudit sehingga
belum bisa diteliti. Auditor independen mengaudit neraca LAZNAS Dompet
Dhuafa Waspada SUMUT tanggal 31 desember 2011 dan 2010, laporan
pendapatan dan beban, laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian tehadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan

Sejauh ini, berdasarkan hasil audit yang dilakukan akuntan publik,


laporan keuangan yang disajikan oleh LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT disajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT tanggal 31 desember 2011 dan
2010, laporan pendapatan dan beban serta laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut.

43
E. Laporan Keuangan Komparatif LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT
Laporan keuangan komparatif adalah laporan keuangan yang disajikan
dalam 2 atau 3 tahun lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini
akan dapat diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta
memberikan petunjukan yang berharga di dalam rangka memprediksi masa
datang.

LEMBAGA AMIL ZAKAT PEDULI UMAT WASPADA LAPORAN ARUS


KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31
DESEMBER 2011 DAN 2010
(Dalam Rupiah)

No. KETERANGAN 31-12-2011 31-12-2010


I PENERIMAAN

43
Zakat 851.329.560 724.831.164
Infak-Sedekah 25.964.900 42.863.000
Dana Kemanusiaan 49.448.300 109.090.700
Dana Kegiatan Temporer 65.640.000 63.150.000
SPUW 108.800.000 93.596.000
Hasil Bunga Konversi Bank 2.983.818 9.185.880
Bagi Hasil Bank Syariah 5.845.051 4.869.880
Penerimaan Cicilan Kredit Modal 41.190.000 94.355.000
Sub Jumlah 1.151.200.629 1.112.923.624

II PENYALURAN
Bantuan Pendidikan 38.584.000 59.505.200
Bantuan Mustahik 473.472.502 801.161.700
Bantuan Pengobatan 20.078.100 15.500.000
Bantuan Kemahasiswaan 262.119.800 155.196.000
Bantuan Bea-Siswa 136.102.500 136.942.200
Bantuan Temporer 133.735.400 115.130.000
Pembelian Inventaris 2.180.000 14.020.000
Biaya Operasional 225.435.688 179.572.805
Penyaluran Kredit Modal 82.500.000 104.000.000
Sub Jumlah 1.374.207.990 1.581.027.905

III SALDO DANA (I-II) (223.007.361) (439.104.281)


SALDO KAS DAN SETARA
KAS
IV AKHIR TAHUN 713.192.123 1.152.296.404
SEBELUMNYA
SALDO KAS DAN SETARA
KAS

V AKHIR TAHUN BERJALAN 490.184.762 713.192.123

43
LEMBAGA AMIL ZAKAT
PEDULI UMAT WASPADA
LAPORAN PEDAPATAN DAN BEBAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL
31 DESEMBER 2011 DAN 2010

(Dalam Rupiah)

N/A KETERANGAN CTT 31-12-2011 31-12-2010


A PENDAPATAN
Hak Amil C-5 137.647.720 129.189.108
Pendapatan Lainnya 8.828.868 14.005.759
Jumlah Pendapatan 146.476.588 143.244.867

B BEBAN C-6
Honor Pengelola 107.300.000 97.787.500
Dokumentasi dan Publikasi 12.410.000 9.745.000
Biaya Operasional Lainnya 93.304.211 59.481.549
Beban Administrasi Bank 2.802.433 3.773.056
ATK dan Fotokopi 9.619.043 8.785.700
Beban Penyusutan 7.557.498 10.621.498
Jumlah Beban 232.993.185 190.185.303

C KENAIKAN ASET BERSIH (86.516.597) (46.940.436)


TIDAK TERKAIT (A-B)

D ASET BERSIH TERKAIT AWAL 113.494.450 160.434.886


TAHUN
E ASET BERSIH TIDAK TERKAIT 26.977.853 113.494.450

43
AKHIR TAHUN

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan keuangan secara keseluruhan

43
LEMBAGA AMIL ZAKAT
DOMPET DHUAFA WASPADA SUMUT
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010

AKTIVA CTT 31-12-2011 31-12-2010 KEWAJIBAN DAN ASET CTT 31-12-2011 31-12-2010
BERSIH
Aktiva Lancar Kewajiban

Kas Dan Setara Kas C-1 409.184.762 731.192.123 Dana yang Belum Disalurkan C-4 571.286.913 671.815.180

Pemberian Pinjaman C-2 97.165.000 55.855.000

Jumlah Aktiva 587.349.762 769.047.123 Jumlah Kewajiban 571.286.918 671.815.180

Lancar

C-3 Aset Bersih

Aktiva Tetap 62.900.000 60.720.000 Tidak Terikat 26.977.853 113.494.450

Inventaris (51.984.991) (44.427.493) Jumlah Aset Bersih 26.977.853 113.494.450

Akumulasi Penyusutan 10.915.009 16.292.507

Jumlah Aktiva Tetap 598.264.771 785.339.630 Total Kewajiban & Aset Bersih 598.264.771 785.339.630

Total Aktiva
Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruha

43
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah,
(Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010)
Neni Nuraeni, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Quantum Media)

Departemen Agama RI, Alquran Tajwid dan Terjemahannya, (Bandung: PT.


Syaamil Cipta Media, 2002), h.196.
Saparuddin Siregar, Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Sesuai PSAK 109 Untuk
BAZNAS dan LAZNAS, (Medan: Wal Ashri Publishing, 2013), h.19.
Departemen Agama RI, Tajwid dan Terjemahannya, h. 48.
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat,
2005), h. 6.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 22.
M.A. Maman, Islamic Economics: Theory And Practive. (Cambridge: Hodder And
Stroughton, (1986).
Departemen Agama RI, Alquran Tajwid dan Terjemahannya, h. 203
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK No. 109, (Jakarta: Dewan Standar Akuntansi
Indonesia, 2010). Paragraf 5
Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 169
Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, (Yogyakarta: UII Press,
2000), h. 10
Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 143
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 123
Aji Dedi Mulawarman, Akuntansi Syariah Teori, Konsep dan Laporan Keuangan,
(Jakarta: E-Publishing, 2009), h. 112
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 61
Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.28
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2003)
h. 107

43
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 65
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
Wawancara, Medan, 3 Juli 2014
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
Wawancara, Medan, 3 Juli 2014
Sri Wahyuni, Manager Keuangan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada,
Wawancara, 3 Juli 2014
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengeluaran
Zakat
Sri Wahyuni.,3 Juli 2014

Letricia Gayle Raybun (2001), Akuntansi Biaya, Penerbit PT. Glora Aksara
Pratama, Jakarta

43

Anda mungkin juga menyukai