Oleh:
Program Studi
AKUNTANSI SYARIAH
43
DAFTAR ISI
IKHTISAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Batasan Masalah.............................................................................................5
D. Tujuan Penelitian............................................................................................5
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
F. Metode Penelitian...........................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................................11
A. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah............................................................11
B. Konsep Akuntansi Syariah...........................................................................12
C. Sistem Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.................................................16
D. PSAK 109: Standar Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah............................18
E. Laporan Keuangan Amil Zakat....................................................................32
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................40
A. Gambaran Umum LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT................40
B. Sistem dan Prosedur LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT...........46
C. Pelaksanaan Akuntansi Zakat Dan Infaq/Shodaqoh.....................................47
D. Hasil Audit Akuntan Publik Terhadap Laporan Keuangan LAZNAS Dompet
Dhuafa Waspada SUMUT....................................................................................53
E. Laporan Keuangan Komparatif LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA 60
43
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, (Jakarta: Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010)
2
Neni Nuraeni, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Quantum Media)
3
Ibid., h. 8
43
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang kafir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan)
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai kewajiban
dari Allah. Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana”.4
Pengelolaan zakat di Indonesia diatur melalui undang-undang No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang yang disahkan
tanggal 25 November 2011 ini menggantikan undang-undang sebelumnya
dengan No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
Pengaturan zakat melalui Undang-Undang dimungkinkan, karena negara
menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk dan beribadat menurut
agamanya masing-masing. Penunaian zakat merupakan kewajiban bagi umat
Islam yang mampu dan merupakan pranata keagamaan yang bertujuan
meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Dengan demikian pengaturan zakat dalam bentuk Undang-
Undang akan memberikan kontribusi bagi negara dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.5
Pencatatan dan pelaporan atas penerimaan dan pengalokasian zakat
sangatlah penting. Ketentuan tentang pencatatan dan pelaporan atas
pengelolaan zakat tersebut diatur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) No. 109 Tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. PSAK No.
109 bertujuan untuk mengakur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
Lembaga zakat harus melakukan proses pencatatan laporan keuangan
yang benar dan siap diaudit oleh akuntan publik. Jika lembaga zakat belum
4
Departemen Agama RI, Alquran Tajwid dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2002), h.196.
5
Saparuddin Siregar, Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Sesuai PSAK 109 Untuk BAZNAS dan
LAZNAS, (Medan: Wal Ashri Publishing, 2013), h.19.
43
menerapkan akuntansi zakat dan infak/sedekah akibatnya, ada masalah dalam
audit laporan keuangan amil zakat tersebut. Padahal, audit merupakan salah
satu hal yang penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga pengelola zakat. Allah SWT berfirman dalam surat al baqarah 282:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya...”6
Ayat tersebut menunjukkan kewajiban bagi umat beriman untuk menulis
setiap transaksi yang dilakukan dan masih belum tuntas. Tujuan perintah surat
tersebut adalah untuk menjaga keadilan dan kebenaran. Artinya perintah
tersebut ditekankan pada kepentingan pertanggungjawaban agar pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, sehingga tidak menimbulkan
konflik dan untuk menciptakan transaksi yang adil maka diperlukan saksi.7
Salah satu lembaga pengelola zakat yang berada di SUMUT adalah
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT yang merupakan organisasi nirlaba yang
memberdayakan masyarakat miskin melalui pengelolaan dana sosial
masyarakat (zakat, infak, sedekah) serta dan lain hal yang sesuai hukum, baik
perorangan, lembaga dan perusahaan.
Dimana LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT dalam hal pelaporan
keuangan hanya menyatakan laporan keuangan dalam komponen-komponen
neraca, laporan pendapatan dan beban, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan. Perbedaan penyajian laporan keuangan PSAK 109 dan
LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT:
Dalam hal PSAK 109 komponen laporan keuangan yang lengkap dari
amil terdiri dari:
No. Laporan Keuangan menurut PSAK 109
1. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
2. Laporan Perubahan Dana
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6
Departemen Agama RI, Tajwid dan Terjemahannya, h. 48.
7
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), h. 6.
43
Sedangkan komponen laporan keuangan yang disajikan oleh LAZNAS
Dompet Dhuafa SUMUT Terdiri dari:
No. Laporan Keuangan menurut LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT
1. Neraca
2. Laporan Pendapatan dan Beban
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
43
AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PADA LEMBAGA
NIRLABA SOSIAL DOMPET DHUAFA SUMUT” (Studi Kasus pada
Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Dhuafa SUMUT)
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti,
43
2. Bagi kalangan akademis,
4. Bagi perusahaan
5. Bagi Muzaki
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
2. Lokasi penelitian
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 22.
43
Penelitian ini dilakukan di LAZNAS Dompet Dhuafa SUMUT
Jalan Setiabudi No. 115 Medan, SUMUT.
3. Objek penelitian
4. Definisi operasional
5. Sumber Data
43
ini antara lain:
6. Jenis Data
a) Data Kualitatif
b) Data Kuantitatif
43
penulisan skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
8. Analisis Data
43
BAB II
KAJIAN TEORITIS
43
sehingga shadaqah itu adalah zakat dan zakat itu adalah shadaqah, berbeda nama
tetapi arti sama.9
Zakat berperan penting dalam menggerakkan ekonomi. Karena seorang
Muslim yang menyimpanan harta, berkewajiban mengeluarkan zakatnya minimal
2,5% setiap tahun. Ekonomi bergerak dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan.
Zakat memperkecil kesenjangan. Islam mengakui adanya perbedaan rezeki
sebagai akibat dari perbedaan kemampuan, keahlian, dan potensi. Zakat
merupakan satu dari banyak sarana yang dipergunakan Islam untuk menggapai
tujuan diatas.
Allah berfirman dalam surat At Taubah 103:
Artinya “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha
Mengetahui”10
Infak adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infak
ada yang wajib dan ada yang sunah. Infak wajib diantaranya zakat, kafarat dan
nadzar. Sedangkan infak sunah diantaranya adalah infak kepada fakir miskin
sesama muslim, infak bencana alam, dan infak kemanusiaan. Menurut PSAK No.
109, infak/shadaqah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya,
baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.11
43
zakat yang tepat baik zakat mal, penghasilan, profesi, perdagangan, laba, dan
sebagainya.
Akuntansi sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam.
Artinya diserahkan pada kemampuan akal pikiran manusia untuk
mengembangkannya. Namun, karena pentingnya permasalahan ini, maka Allah
SWT bahkan memberikannya tempat dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 282. Penempatan ayat ini juga unik dan relevan dengan sifat akuntansi itu. Ia
ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai lambang komoditi ekonomi. Ia
ditempatkan dalam surat ke-2 yang dapat dianalogikan dengan double entry,
ditempatkan di ayat 282 yang menggambarkan angka keseimbangan (angka
ditenggarai angka 2) atau neraca.12
12
Sofyan Safri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 169
43
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
43
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Dasar hukum dalam akuntansi syariah bersumber dari Al Quran, Sunah
Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa
tertentu), dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan syariah Islam.
Kaidah-kaidah akuntansi syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dari kaidah akuntansi konvensional. Kaidah-kaidah akuntansi syariah sesuai
dengan norma-norma masyarakat Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang
berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan akuntansi tersebut.13
Gambling dan Karim menarik hipotesis karena Islam memiliki syariah yang
dipatuhi semua umatnya, wajarlah bahwa masyarakatnya memiliki lembaga
keuangan dan akuntansinya yang diserahkan melalui pembuktian sendiri sesuai
landasan agama. Mereka merumuskan tiga model antara lain Colonial Model yang
menyebutkan jika masyaraktnya Islam, mestinya pemerintahannya akan
menerapkan syariat Islam dan mestinya teori akuntansinya pun akan bersifat teori
akuntansi Islami. Mereka juga menekankan bahwa sesuai sifatnya, mestinya Islam
harus memiliki akuntansi karena pentingnya penekanan pada aspek sosial dan
perlunya penerapan sistem zakat.14
Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic
Accounting”, akuntansi Islam adalah konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu
hukum syariah yang berasal dari Tuhan bukan ciptaan manusia dan akuntansi Islam
sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief (lurus/betul) yang menuntut
agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada
13
Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Quran, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 10
14
Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 143
43
pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan
mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT. Tuham memiliki
akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan
saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum
syariah lainnya.15
Menurut Triyuwono dan Grafikin, akuntansi syariah adalah:
......... Upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis
dan sarat nilai. Tujuan diciptakannya akuntansi syariah adalah terwujudnya
peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emamnsipatoris, transdental, dan
teologikal. Konsekuensi ontologis adalah bahwa akuntansi secara krtitis harus
mampu membebaskan manusia dai ikatan realitas peradaban berikut semua
jaringan kuasanya, untuk kemudian memberikan atau menciptakan realitas
alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa ilahi yang mengikat manusia
dalam hidup sehari-hari (ontologi tauhid).16
Akuntansi sebagai bagian dari konsep ekonomi Islam seharusnya dipancarkan
dan memiliki hubungan langsung dengan sistem ekonomi Islami. Ditegaskan
bahwa tujuan dalam akuntansi syariah berdasarkan pada tujuan ekonomi Islam,
yaitu pemerataan kesejahteraan bagi seluruh umat.17 Kesejahteraan seharusnya
didistribusikan kepada seluruh masyarakat dan tidak hanya diperuntukkan kepada
sesorang atau segolongan orang saja. Oleh karena itu, Islam menyediakan sarana
untuk pemerataan kesejahteraan dengan sistem zakat, infak dan sedekah dalam
sistem tanpa bunga. Kesejahteraan sosial (social welfare) dalam konsep Islam
bukanlah kebaikan hati atau charitable. Dalam Islam, walaupun harta itu kita cari
dengan usaha sendiri secara halal, tetap saja dalam harta kita tersebut terdapat hak
orang lain yang harus dikeluarkan.
15
Ibid., h. 144
16
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 123
17
Aji Dedi Mulawarman, Akuntansi Syariah Teori, Konsep dan Laporan Keuangan, (Jakarta: E-
Publishing, 2009), h. 112
43
yang harus dibayar. Demi dimensi sosial Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60
telah menjelaskan siapa yang berhak menerima zakat.
Allah berfirman dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60 :
18
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 61
19
Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.28
43
a. Sistem akuntansi zakat harus mempunyai kerangka tertentu yang
menentukan batasan-batasan dan hubungannya dengan sistem Islam
lainnya.
b. Sistem akuntansi zakat terdiri dari beberapa unsur yang saling
terkait dan digabungkan dalam suatu ikatan code of conduct
sehingga dapat terhindar segala macam pertentangan
c. Pelaksanaan sistem akuntansi zakat di kontrol oleh sejumlah hukum
dan kaidah-kaidah permanen, dan itu dapat diintisarikan dari
sumber-sumber syariat Islam
d. Sistem zakat akan bekerja sesuai dengan langkah-langkah yang
penuh ketelitian dan terus menerus
Jika demikian, maka sistem akuntansi zakat memberikan sejumlah
keterangan dan informasi yang credible tentang berhitung, hasil zakat, dan
pembagiannya kepada para muzaki dan mustahik. Akuntansi zakat
merupakan suatu proses pengakuan (recognition) kepemilikan dan
pengukuran (measurement) nilai suatu kekayaan yang dikuasai oleh
seorang muzaki untuk tujuan penetapan nisab zakat kekayaan yang
bersangkutan dalam rangka perhitungan zakatnya.20
Sistem akuntansi zakat adalah penerapan zakat dalam suatu organisasi
bisnis yang dapat ditelusuri sebagai berikut:21
Pertama, ada transformasi dari pencapaian laba bersih ke pencapaian
zakat. Kedua, karena yang menjadi tujuan adalah zakat, maka segala bentuk
operasi perusahaan harus tunduk pada aturan main yang diterapkan dalam
syariah. Ketiga, zakat mengandung perpaduan karakter kemanusiaan yang
seimbang antara karakter egoistik dan sosial. Keempat, zakat merupakan
lambing pembebas manusia dari ketertindakan ekonomi, sosial, dan
intelektual, serta pembebasan alam dari penindasan dan eksploitasi
manusia. Kelima, zakat jembagan penghubung antara aktivitas manusia
yang duniawi dan suci.22
Transaksi zakat adalah transaksi zakat, infak dan sedekah dimana
akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dalam laporan
20
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2003) h. 107
21
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 65
22
Ibid.,
43
keuangan tersebut, untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga
zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit
akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan,
karena dalam PSAK No. 109, akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakt,
infak/sedekah.
43
6)Fisabilillah;
7)Orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8) Amil;
g. Muzaki (muzakki) adalah individu muslim yang secara syariah
wajib membayar atau menunaikan zakat
h. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
i. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai
dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahik)
43
d) Jika muzaki menentukan mustahik yang menerima penyaluran
zakat melaui amil, maka tidak ada baian amil atas zakat yang
diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan
penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzaki, diluar dana
zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
Ilustrasi Jurnal:
Diterima setoran zakat Rp. 10.000.000,- dari seorang muzaki.
muzaki meminta zakat tersebut disalurkan kepada mustahisk
sesuai daftar nama yang diberikannya. Muzaki memberi upah
1.000.000,-
Dr. Kas ................................................... Rp. 10.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Zakat ..................... Rp. 10.000.000,-
Dr. Penyaluran Dana Zakat .................... Rp. 1.000.000,-
Cr. Penerimaan Dana Amil ....................... Rp. 1.000.000,-
e) Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, maka jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang
dana zakat atau pengurang dana amil bergantung pada
penyebab kerugian tersebut.
f) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
(1) Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh
kelalaian amil
(2) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh
kelalaian amil
Ilustrasi Jurnal:
Zakat dalam bentuk beras yang diterima ternyata satu karung
berisi 10 kg (@ Rp. 10.000/kg), ternyata telah busuk. (bukan
kelalaian amil)
Dr. Penyaluran dana zakat – penurunan nilai aset
nonkas ..................................................... Rp. 100.000,-
Cr. Aset non kas - beras ................................ Rp. 100.000,-
Zakat daalam bentuk beras yang diterima ternyata hilang satu
karung berisi 10 kg. Kehilangan disebabkan petugas lalai
mengunci ruangan penyimpanan. (kelalaian amil)
Dr. Penyaluran dana amil – penurunan nilai aset non
kas .................................................. Rp. 100.000,-
Cr. Aset non kas - beras ............................... Rp. 100.000,-
43
Dibelikan 10 kg beras ramos @Rp. 10.000,- /kg untuk
mengganti 1 karung beras yang hilang.
Dr. Aset non kas ............................. Rp. 100.000,-
Cr. kas .......................................................... Rp. 100.000,-
2) Penyaluran Zakat
a) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui
sebagai pengurang dana zakat sebesar:
(1) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
(2) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset non kas
Ilustrasi Jurnal:
Disalurkan dana zakat Rp. 1.000.000,- yang diterima fakir,
maka jurnalnya sbb:
Dr. Penyaluran dana zakat kepada fakir .... Rp. 1.000.000,-
Cr. Kas ...................................................... Rp. 1.000.000,-
Disalurkan 50 kg beras zakat kepada fakir miskin (@ Rp.
10.000)
Dr. Penyaluran dana zakat ........................ Rp. 500.000,-
Cr. Aset non kas ......................................... Rp. 500.000,-
b) Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada
profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak
mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional
dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah
atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
Ilustrasi Jurnal:
Dibayarkan biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) Rp. 200.00,-
untuk kendaraan kantor amil zakat.
Dr. Penyaluran dana amil – biaya BBM ... Rp. 200.000,-
Cr. Kas .......................................................... Rp. 200.000,-
c) Penentuan jumlah atau presentasi bagian untuk masing-masing
mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,
kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang dituangkan
dalam bentuk kebijakan amil.
d) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari
porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat
dalam rangka menghimpun zakat. Peminjaman ini sifatnya
jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul)
Ilustrasi Jurnal:
43
Dibayarkan honor bulanan pegawai kantor Rp. 10.000.000,-
(dipinjam sementara dana zakat)
Dr. Penyaluran dana zakat – pinjaman sementara
amil ........................................................................ Rp.
10.000.000,-
Cr. Penerimaan dana amil ......................... Rp. 10.000.000,-
Dr. Penyaluran dana amil – honor pegawai .. Rp. 10.000.000,-
Cr. Kas ..................................................... Rp. 10.000.000,-
Apabila telah terhimpun perolehan dana amil, maka pinjaman
sementara dibayarkan dengan membuat jurnal pembalik dari
jurnal terdahulu.
Dr. Penerimaan dana
amil ................................................................... Rp.
10.000.000,-
Cr. Penyaluran dana zakat – pinjaman sementara
amil ........................................................................ Rp.
10.000.000,-
e) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambahan dana amil
f) Zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil jika sudah
diterima oleh mustahik non amil tersebut. Zakat yang
disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik non amil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian
dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil
sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan
diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang
penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang
ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahik non
amil.
Ilustrasi Jurnal:
Dilimpahkan zakat tunai Rp. 5.000.000,- dari amil zakat ke
amil zakat kecamatan, penyerahan zakat akan dilakukan 2
minggu kemudian pada suatu acara resmi.
43
Pembukuan di amil zakat kota
Dr. Piutang penyaluran zakat ..................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 5.000.000,-
Pembukuan di amil zakat kecamatan
Dr. Kas ...................................................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Hutang penyaluran zakat ...................... Rp. 5.000.000,-
Setelah zakat dibayarkan kepada mustahik, maka pembukuan
sbb:
Pembukuan di amil kota
Dr. Penyaluran dana zakat ........................ Rp. 5.000.000,-
Cr. Piutang penyaluran zakat ..................... Rp. 5.000.000,-
Pembukuan di amil kecamatan
Dr. Hutang penyaluran dana zakat ........... Rp. 5.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 5.000.000,-
g) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik non amil dengan
keharusan untuk mengembalikan kepada amil, belum diakui
sebagai penyaluran zakat
Ilustrasi Jurnal:
Diserahkan dana pinjaman bergulir kepada mustahik miskin
Rp. 1.000.000,- dengan kewajiban mengembalikan secara hari
Rp. 10.000,- (dana yang digunakan bersumber dari dana zakat)
Dr. Piutang – pemberian pinjaman bergulir .. Rp. 1.000.000,-
Cr. Kas ....................................................... Rp. 1.000.000,-
Ketika menerima cicilan harian
Dr. Kas ............................................................ Rp. 10.000,-
Cr. Piutang – pemberian pinjaman bergulir .... Rp. 10.000,-
h) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap
aset (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil
ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:
(1) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut
diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak
dikendalikan amil
Ilustrasi Jurnal:
Amil zakat membeli 5 buah kios (@Rp. 5.000.000,-)
dari pengelola pasar dan berdasarkan perjanjian
kerjasama meminta pengelola pasar menampung orang
miskin berjualan di kios itu tanpa membayar. Amil zakat
mensyaratkan kepada pengelola nantinya menghibahkan
43
kios itu kepada mustahik yang berhasil menekuni usaha
menempati kios dimaksud.
Jurnal pada saat pembelian dan penyerahan kepada
pengelola pasar
Saat pembelian
Dr. Aset kelolaan – 5 buah kios .... Rp. 25.000.000,-
Cr. Kas ........................................... Rp. 25.000.000,-
Saat penyaluran secara total
Dr. Penyaluran dana zakat ........... Rp. 25.000.000,-
Cr. Aset Kelolaan .......................... Rp. 25.000.000,-
(2) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut
masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang
dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur
sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan
pola pemanfaatannya.
Ilustrasi Jurnal:
Amil zakat membeli 12 kios (@ Rp. 5.000.000,-) dari
pengelola pasar dan menampung orang miskin berjualan
di kios itu tanpa membayar. Amil zakat mensyaratkan
akan menyerahkan kios kepada orang miskin setelah
setahun apabila berhasil menekuni usaha menempati
kios dimaksud.
Jurnal pada saat pembelian dan penyerahan kepada
pengelola pasar
Saat pembelian
Dr. Aset kelolaan – 5 buah kios .... Rp. 60.000.000,-
Cr. Kas ........................................... Rp. 60.000.000,-
Jurnal setiap bulan (selama 12 bulan), hingga
penyerahan kios
Dr. Penyaluran dana zakat – beban penyusutan
kelolaan ..................................................... Rp.
5.000.000,-
Cr. Akumulasi penyusutan ............... Rp. 5.000.000,-
Ketika diserahkan sepenuhnya kepada mustahik
Dr. Akumulasi penyusutan ......... Rp. 60.000.000,-
Cr. Aset kelolaan ........................... Rp. 60.000.000,-
b. Infak/Sedekah
1) Penerimaan Infak/Sedekah
43
a) Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi
infak/sedekah sebesar:
(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
(2) Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas
Ilustrasi Jurnal:
Diterima infak tunai Rp. 80.000.000,- dan amil mendapat hak
Rp. 10.000.000
Dr. Kas ................................................... Rp. 80.000.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah tidak
terikat ......................................................................... Rp.
80.000.000,-
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah tidak terikat -
amil .................................................................... Rp.
10.000.000,-
Cr. Penerimaan dana amil .......................... Rp. 10.000.000,-
b) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan
harga pasar untuk aset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak
tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai
wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.
c) Infak/Sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas.
Aset non kas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar
d) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola
oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui
sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset
tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah
terikat jika penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah
ditentukan oleh pemberi
Ilustrasi Jurnal
Diterima sebuah ambulan sebagai infak untuk dioperasikan amil
zakat. Harga perolehan tampak pada faktur Rp. 240.000.000,-
Dr. Aset Tetap non kas
ambulan .................................................................. Rp.
240.000.000,-
43
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah
terikat ......................................................................... Rp.
240.000.000,-
Diasumsikan umur ekonomis ambulan selama 4 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus, maka penyusutan
perbulan adalah Rp. 5.000.000,-
Jurnal penyusutan setiap bulan (selama 48 bulan) sbb:
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah terikat – penyusutan
ambulan ....................................................... Rp. 5.000.000,-
Cr. Akumulasi penyusutan ........................... Rp. 5.000.000,-
e) Amil dapat pula menerima aset non kas yang dimaksudkan oleh
pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai
aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai, seperti
bahan makan; atau aset yang memiliki umur ekonomi panjang,
seperti mobil untuk ambulan.
Ilustrasi Jurnal
Diterima infak 500 kotak mie instan (@ Rp. 40.000,-/kotak),
untuk segera disalurkan kepada korban banjir.
Jurnal pada saat diterima
Dr. Aset non kas lancar – Mie instan ............. Rp. 2.000.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah terikat .. Rp. 2.000.000,-
Pada saat diserahkan
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah terikat ..... Rp. 2.000.000,-
Cr. Aset non kas – mie instan ....................... Rp. 2.000.000,-
f) Aset non kas lancar dinilai sebesar nilai perolehan, sedangkan
aset non kas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai
dengan SAK yang relevan.
g) Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam
jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambahan dana
infak/sedekah.
Ilustrasi Jurnal
Misalkan dana infak/sedekah Rp 100.000.000,- sementara waktu
ditempatkan dalam bentuk deposito di Bank Syariah dan
memperoleh bagi hasil pada bulan pertama
43
Rp 800.000,-, maka pendapatan bagi hasil yang diperoleh akan
menjadi penambah dana infak/sedekah dan dibukukan sbb.
Pembukuan deposito
Dr. Rekening pada Bank – Deposito …. Rp 100.000.000,-
Cr. Rekening pada Bank – Tabungan …….. Rp 100.000.000,-
Pembukuan bagi hasil yang masuk ke tabungan di bank
Dr. Rekening pada Bank – Tabungan
…................................................................ Rp 800.000,-
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah tidak
terikat ................................................................................. Rp
800.000,-
2) Penyaluran infak/sedekah
a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
(a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.
(b) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset
nonkas
Ilustrasi
Diserahkan infak/sedekah tidak terikat untuk santunan biaya
pendidikan anak yatim miskin Rp 2.000.000,-
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah tidak terikat-santunan yatim
.............................................................. Rp 2.000.000,-
Cr. Kas ……....................………………………. Rp 2.000.000,-
b) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui
sebagai penambahan dana amil
c) Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima
infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,
kewajiban, dan etika dituangkan dalam bentuk kebijakan amil
d) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan
penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil
tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan
tersebut
e) Penyaluran infak/sedekah kepada penerimaan akhir dalam skema
dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan
tidak mengurangi dana infak/sedekah.
4. PENYAJIAN
43
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara
terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).
5. PENGUNGKAPAN
a. Zakat
Amil mengungkapkan hal-hal berikut terikat dengan transaksi zakat,
teteapi tidak terbatas pada:
1) Kebijakan peyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran, dan zakat dan mustahik nominal
2) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nominal, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3) Metode penentuan niai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat
berupa aset nonkas.
4) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik
5) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih
dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada,
diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana
zakat serta alasannya, dan
6) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang
meliputi:
a) Sifat hubungan
b) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
c) Persentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran
zakat selama periode.
b. Infak/sedekah
Amil menggunakan hal-hal berikut terikat dengan transaksi
infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran infak/sedekah dan penerimaan infak/sedekah
2) Kebijakan penyaluran infak/sedekah untuk amil dan nominal, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
infak/sedekah berupa aset nonkas;
4) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi
dikelola terlebih dahulu, jika ada diungkapkan jumlah dan persentase
dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta
alasannya
43
5) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud diangka (4)
diungkapkan secara terpisah;
6) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan yang
diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase
terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya;
7) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan
tidak terikat; dan
8) Berhubungan pihak-pihka berelasi antara amil dan penerimaan
infak/sedekah yang meliputi:
a) Sifat hubungan
b) Jumlah dan jenis yang disalurkan; dan
c) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total
penyaluran infak/sedekah selama periode.
Selain pengungkapkan diatas, amil mengungkapkan hal berikut.
1) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai atas
penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;
2) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infak/sedekah.
43
Akumulasi penyusutan aset tetap (xxxx)
Jumlah aset xxxx xxxx
Liabilitas xxxx xxxx
Kewajiban jangka pendek xxxx xxxx
Biaya yang masih harus dibayar xxxx xxxx
Liabilitas jangka panjang xxxx xxxx
Imbalan kerja jangka panjang xxxx xxxx
Jumlah liabilitas xxxx xxxx
Saldo dana xxxx xxxx
Dana zakat xxxx xxxx
Dana infak/sedekah xxxx xxxx
Dana amil xxxx xxxx
Jumlah dana xxxx xxxx
Jumlah kewajiban dan saldo dana xxxx xxxx
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
Penerimaan
Penerimaan dari Muzakki
Muzakki Entitas xxx xxx
Muzakki Individual xxx xxx
Hasil Penempatan xxx xxx
Jumlah Penerimaan xxx xxx
Penyaluran
Amil
Fakir Miskin xxx xxx
Riqab xxx xxx
Gharim xxx xxx
Muallaf xxx xxx
Sabilillah xxx xxx
Ibnu Sabil xxx xxx
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan
(Misalkan Beban Penyusunan) xxx xxx
Jumlah Penyaluran Dana Zakat xxx xxx
43
Saldo Akhir xxx xxx
DANA INFAQ/SEDEKAH
Penerimaan
Penyaluran
Amil xxx xxx
Infaq/Sedekah Terikat xxx xxx
Infaq/Sedekah Tidak Terikat xxx xxx
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan xxx xxx
(Misalkan Beban Penyusutan Dan xxx xxx
xxx xxx
Penyisihan)
xxx xxx
Jumlah Penyaluran
Surplus/Defisit xxx xxx
Saldo Awal xxx xxx
Saldo Akhir xxx xxx
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
Penyaluran
Beban Pegawai xxx xxx
Beban Penyusutan xxx xxx
43
Beban Umum dan Administrasi Lainnya xxx xxx
Jumlah Penggunaan xxx xxx
Surplus/Defisit xxx xxx
Saldo Awal xxx xxx
Saldo Akhir xxx xxx
Jumlah Saldo Dana Zakat, Dana
xxx xxx
Infaq/Sedekah Dan Dana Amil
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
43
Penyaluran Dana Zakat
Fakir Miskin XXXX XXXX
Riqab XXXX XXXX
Gharim XXXX XXXX
Muallaf XXXX XXXX
Sabilillah XXXX XXXX
Ibnu Sabil XXXX XXXX
Alokasi Pemanfaatan Aset Kelolaan XXXX XXXX
Jumlah Penyaluran Dana Zakat XXXX XXXX
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
43
Kas Keluar dari Aktifitas Investasi
Pembelian Aktiva Tetap XXXX XXXX
Jumlah Kas Keluar dari Aktivitas Investasi XXXX XXXX
Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Investasi XXXX XXXX
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
43
Sakit Atau
Sekolah)
Sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, Psak No. 109 Akuntansi Zakat Dan
Infak/Sedekah (Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).
BAB III
43
memantapkan langkah tidak hanya di Indonesia tapi merangkul saudara-
saudara kita dibelahan dunia yang membutuhkan aksi kemanusiaan. Saat ini
dompet dhuafa telah memiliki jaringan pelayanan di 21 provinsi di Indonesia
dan 4 di mancanegara (hongkong, Australia, jepang, dan amerika serikat)
MOTTO :
Gelombang ekonomi zakat, gelombang zakat bangkitkan
kesejahterahan. Kekuatan gelombang ekonomi zakat menjadi solusi nyata
menuntaskan permasalahan ekonomi dalam membangun kesejahterahan rakyat.
Mari dukung dan ikut berperan nyata memajukan ekonomi melalui zakat yang
anda tunaikan.24
23
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT, Wawancara, Medan,
3 Juli 2014
24
Ibid.,
43
kewenangan dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian. Adapun
struktur organisasi LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT adalah
sebagai berikut :25
b. Devisi Fundraising
Manager Fundraising (Sulaiman)
SPV & Staf Fundraing (New Personal & Melis Syuhada)
Fokus Kerja :
1) Mengisi Setengah Halaman Pemberitaan di Harian Waspada
2) Membuat Pemberitaan Atas Kegiatan Lembaga Dari Semua Devisi
3) Mendesain Tools-Tools yang Diperlukan Untuk Funding
4) Menginput Data Valid Dan Lengkap di Layanan Sandra
25
Ibid.,
43
5) Membuat Laporan Penghimpunan yang Ditujukan Ke Keuangan
Sesuai arahan atasan
c. Devisi Keuangan
Manager Keuangan (Sri Mulyani)
Staf Akuntansi (Winda Anggraini)
Fokus Kerja :
1) Menaggung-jawapi keluar masuknya kwitansi DDW
2) Menginfokan data penyetoran yang diterima ke staf fundraising
sebelum ke keuangan
3) Mengurus berkas pemotongan gaji muzakki yang rutin setiap
bulannya
4) Membuat dompet yang akan diterbitkan ke Harian Waspada
5) Sesuai arahan atasan
43
dengan tahun 2012 adalah 2.578 orang. Sekolah peduli umat Waspada
(SPUW) juga merupakan salah satu bagian dari program pendidikan di
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT, sekolah ini berada di
kecamata STM hulu Kabupaten Deli Serdang. Selain itu, memberikan
beasiswa kepada Mahasiswa/I berprestasi di Medan, SUMUT.
2) Layanan Masyarakat
Ratusan orang tiap hari dating ke Dompet Dhuafa mengeluhkan
kesulitan hidupnya seraya berharap mampu menyelesaikan
permasalahan mereka yang mendesak. Sebagai respon atas kondisi itu
dompet dhuafa membentuk Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM),
lembaga yang menjadi ujung tombak pelayanan mustahik secara
langsung. Mereka yang menghadapi persoalan ekonomi, kesehatan,
dan pendidikan harus diselesaikan sesegera mungkin menjadi prioritas
lembaga ini. Beberapa bentuk pelayanan regular yang dikembangkan
LPM antara lain : Program pelayanan mustahik (Lamustahik), layanan
komunitas berbasis swadaya dan layanan dakwah komunikasi seperti
bimbingan rohani pasien (BRP) dan Dakwah Lembaga
Permasyarakatan, charity atau kegiatan sosial yang bersifat dadakan.
3) Kebencanaan
Bencana alam bisa dating kapan saja, sebagai lembaga
kemanusiaan, LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT di tuntut
selalu siap menangani keadaan darurat di lokasi bencana. Disamer
Managemet Center (DMC) adalah unit reaksi cepat dompet dhuafa
dalam penanggulangan bencana. DMC bereaksi berdasarkan keahlian
dan informasi yang cepat.
4) Kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan kaum Dhuafa, Dompet
Dhuafa mengembangkan program kesehatan bagi kaum dhuafa, berupa
klinik kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang tersebari DKI Jakarta, Jawa
Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, SUMUT, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Maluku, Papua. LKC memberikan pelayanan Poli
Kebidanan, Poli Anak, dan mengembangankan layanan khusus berupa
43
klinik psikologi, pemyakit dalam, jantung, TBC melalui kerelawanan
para dokter senior. Tahun ini Dompet Dhuafa mengembangkan rumah
sakit terpadu sebagai program non-profit hospital dan menjadi rujukan
klinik layanan kesehatan cuma-cuma yang sudah ada di seluruh
Indonesia.
5) Pengentasan Pengangguran
Program pelatihan kewirausahaan dan penelitian keterampilan
teknis bebas biaya. Pelatihan ini meliputi Otomotive, menjahit,
perkayuan, catering, dan Teknisi HP.
43
Zakat yang dikumpulkan oleh LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT
berasal dari warga masyarakat SUMUT, pada donatur ada yang dating
menyerahkan dananya sendiri ke LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
ada juga yang minta dijemput, dan ada juga yang transfer lewat berbagai bank
diantaranya adalah Bank BNI Syariah, Bank Mandiri, Bank SUMUT Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Rakyat
Indonesia.27
43
C. Pelaksanaan Akuntansi Zakat Dan Infaq/Shodaqoh
Proses penyusunan laporan keuangan sendiri tidak bisa terlepas dari proses
pengumpulan bukti seperti buku Bank/ laporan giro, bukti pembayaran, bukti
penerimaan dan lainnya kemudian bukti tersebut dicatat didalam buku besar
namun LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT tidak dicatat dalam jurnal
kemudian dinuat laporan keuangannya. Sampai saat ini pencatatan yang
akutansinya zakat dan infak/sedekah pada LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT masih dilakukan secara manual. Ini disebabkan karena belum
tersedianya software yang digunakan oleh lembaga amil zakat tersebut.
1. Neraca
Neraca merupakan informasi posisi keuangan yang mencakup nilai
aktiva, kewajiban dan aset bersih (terlampir). Neraca yang ditampilkan
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT meliputi aktiva dan
kewajiban. Aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar
meliputi : kas dan setara kas dan pemberian pinjaman. Aktiva tetap meliputi
: inventaris dan akumulasi penyusutan. Kewajiban merupakan
kemungkinan adanya pemanfaatan sumber daya organisasi dimana yang
akan datang yang timbul adanya transaksi dimasa lalu dan menjadi
tanggung jawab organisasi untuk menyelesaikan dengan memberikan
sumber daya yang mengandung manfaat. Kewajiban yanag disajikan
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT yaitu dana yang belum
disalurkan dan aset bersih tidak terkait.
2. Laporan pendapatan dan beban
43
Laporan pendapatan dan beban yang diterima (terlampir). Adapun
laporan pendapatan dan beban yang disajikan LAZNAS Dompet Dhuafa
Waspada SUMUT mencakup : Haka mil, dan pendapatan lainnya. Beban
meliputi : honor pengelola, dokumentasi dan publikasi, biaya oprasional
lainnya, beban administrasi bank, ATK dan fotocopy serta beban
penyusutan.
43
dalam neraca melainkan di laporan arus kas, kemudian pada pos kewajiban
LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT tidak merinci dari pos-pos
seharusnya, melainkan menggabungkan secara keseluruhan (terlampir). Hal
ini pada pembaca laporan keuangan untuk memahami akun-akun tersebut.
43
yang menyatakan dasar pengukuran dan penyusunan pelaporan keuangan,
dalam hal ini LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT menjelaskan
atas pos-pos laporan neraca dan laporan pendapatan dan beban, serta
laporan arus kas.
43
d) Keberadaan dana infaq/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi
dikekola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapakn jumlah dan
persentase dari seluruh penerimaan infaq/sedekah salama periode pelaporan
serta alasannya
e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d)
diungkapkan secara terpisah
43
persentase dari seluruh penerimaan infaq/sedekah selama periode pelaporan
serta alasannya
d) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan diungkapkan secara terpisah
e) Penggunaan dana infaq/sedekah menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan
bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh
penggunaan dana infaq/sedekah serta alasannya
f) Rincian dana infaq/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak
terikat
43
E. Laporan Keuangan Komparatif LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada
SUMUT
Laporan keuangan komparatif adalah laporan keuangan yang disajikan
dalam 2 atau 3 tahun lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini
akan dapat diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta
memberikan petunjukan yang berharga di dalam rangka memprediksi masa
datang.
43
Zakat 851.329.560 724.831.164
Infak-Sedekah 25.964.900 42.863.000
Dana Kemanusiaan 49.448.300 109.090.700
Dana Kegiatan Temporer 65.640.000 63.150.000
SPUW 108.800.000 93.596.000
Hasil Bunga Konversi Bank 2.983.818 9.185.880
Bagi Hasil Bank Syariah 5.845.051 4.869.880
Penerimaan Cicilan Kredit Modal 41.190.000 94.355.000
Sub Jumlah 1.151.200.629 1.112.923.624
II PENYALURAN
Bantuan Pendidikan 38.584.000 59.505.200
Bantuan Mustahik 473.472.502 801.161.700
Bantuan Pengobatan 20.078.100 15.500.000
Bantuan Kemahasiswaan 262.119.800 155.196.000
Bantuan Bea-Siswa 136.102.500 136.942.200
Bantuan Temporer 133.735.400 115.130.000
Pembelian Inventaris 2.180.000 14.020.000
Biaya Operasional 225.435.688 179.572.805
Penyaluran Kredit Modal 82.500.000 104.000.000
Sub Jumlah 1.374.207.990 1.581.027.905
43
LEMBAGA AMIL ZAKAT
PEDULI UMAT WASPADA
LAPORAN PEDAPATAN DAN BEBAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Dalam Rupiah)
B BEBAN C-6
Honor Pengelola 107.300.000 97.787.500
Dokumentasi dan Publikasi 12.410.000 9.745.000
Biaya Operasional Lainnya 93.304.211 59.481.549
Beban Administrasi Bank 2.802.433 3.773.056
ATK dan Fotokopi 9.619.043 8.785.700
Beban Penyusutan 7.557.498 10.621.498
Jumlah Beban 232.993.185 190.185.303
43
AKHIR TAHUN
Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan keuangan secara keseluruhan
43
LEMBAGA AMIL ZAKAT
DOMPET DHUAFA WASPADA SUMUT
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
AKTIVA CTT 31-12-2011 31-12-2010 KEWAJIBAN DAN ASET CTT 31-12-2011 31-12-2010
BERSIH
Aktiva Lancar Kewajiban
Kas Dan Setara Kas C-1 409.184.762 731.192.123 Dana yang Belum Disalurkan C-4 571.286.913 671.815.180
Lancar
Jumlah Aktiva Tetap 598.264.771 785.339.630 Total Kewajiban & Aset Bersih 598.264.771 785.339.630
Total Aktiva
Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruha
43
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah,
(Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010)
Neni Nuraeni, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Quantum Media)
43
Muhammad, Akuntansi Syariah Edisi 2, h. 65
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
Wawancara, Medan, 3 Juli 2014
M.Hambali, General Manager LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada SUMUT,
Wawancara, Medan, 3 Juli 2014
Sri Wahyuni, Manager Keuangan LAZNAS Dompet Dhuafa Waspada,
Wawancara, 3 Juli 2014
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengeluaran
Zakat
Sri Wahyuni.,3 Juli 2014
Letricia Gayle Raybun (2001), Akuntansi Biaya, Penerbit PT. Glora Aksara
Pratama, Jakarta
43