Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS PERIZINAN MENDIRIKAN RUMAH SAKIT

MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Makalah Ini Disusun Untuk Menenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Etika Dan Hukum”
Dosen Pengampu : Milza N. Rosad, S.H., MARS

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Rilian Vara Ayungtyas 11161010000037

Dimas Triyatna 11161010000038

Mutiara Safira 11161010000054

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JULI / 2019
A. Ketentuan Umum
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mendelegasikan kewenangan penerbitan Izin Mendirikan dan Izin
Operasional:
1) Menteri mendegasikan kewenangan penerbitan izin mendirikan
dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanaman modal asing (PMA) yang menjadi kewenangan
Pemerintah kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
setelah mendapat rekomendasi Direktur Jenderal di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pembinaan perumahsakitan.
2) Pemerintah Daerah Provinsi mendelegasikan kewenangan
penerbitan izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas
B yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi kepada
Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Kesehatan
yang berada di wilayah Pemerintah Daerah Provinsi setelah
mendapat rekomendasi dari kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
3) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mendelegasikan penerbitan
izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan D
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
kepada Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang
Kesehatan pintu yang berada di wilayah Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari kesehatan
pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Sarana, Jenis Izin Dan Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit

Sarana/Usah Jenis Izin PTSP/Badan/Dina Pembentu Keterangan


a s k Tim
Visitasi
Rumah Sakit Izin BKPM Pusat Dit Rekomendasi
Kelas A / RS Mendirika Yangkes Teknis Dari
PMA n Rujukan Dirjen
Pelayanan
Kesehatan
Rumah Sakit Izin Provinsi Dinkes Rekomendasi
Kelas B Mendirika Provinsi Teknis Dari
n Kepala Dinas
Kesehatan
Provinsi
Rumah Sakit Izin Kab/Kota Dinkes Rekomendasi
Kelas C Mendirika Kab/Kota Teknis Dari
n Kepala Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
Rumah Sakit Izin Kab /Kota Dinkes Rekomendasi
Kelas D Mendirika Kab/Kota Teknis Dari
n Kepala Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
Sumber: Petunjuk Teknis Izin Mendirikan, Izin Operasional dan Peningkatan Kelas
Rumah Sakit

B. Dasar Hukum Pendirian Rumah Sakit


a) Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian,
dan peralatan. Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit
Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Rumah Sakit
yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
b) Peraturan Menteri Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,

c) Peraturan Daerah
Perda Kota Cimahi No. 11 Tahun 2011 tentang Izin
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

C. Persyaratan Pendirian Rumah Sakit


a) Undang-Undang 1945
1) Izin Mendirikan Rumas Sakit
Pasal 25 ayat 2: Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun.
2) Persyaratan
 Lokasi
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 8
yaitu Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan
mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata
ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Ketentuan
mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan
menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai tata
ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Hasil
kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus
didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan
prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas,
serta demografi.
 Bangunan
Persyaratan bangunan harus memenuhi:
a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Bangunan
Rumah Sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan. Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang: rawat
jalan;, ruang rawat inap;, ruang gawat darurat;, ruang
operasi;, ruang tenaga kesehatan;, ruang radiologi;, ruang
laboratorium;, ruang sterilisasi;, ruang farmasi;, ruang
pendidikan dan latihan;, ruang kantor dan administrasi;
ruang ibadah, ruang tunggu; uang penyuluhan kesehatan
masyarakat rumah sakit; ruang menyusui; ruang
mekanik; ruang dapur; laundry; kamar jenazah; taman;
pengolahan sampah; dan pelataran parkir yang
mencukupi.
b) Peraturan Menteri Kesehatan
1) Izin Mendirikan Rumah Sakit
Izin mendirikan diberikan untuk mendirikan bangunan baru atau
mengubah fungsi bangunan lama untuk difungsikan sebagai
rumah sakit. Pengajuan izin mendirikan paling sedikit 12 (bulan)
2) Persyaratan
Pemilik atau pengelola yang akan mendirikan rumah sakit harus
mengajukan permohonan izin mendirikan kepada institusi yang
berwenang sebelum dilakukan pendirian bangunan sesuai
dengan klasifikasi rumah sakit dengan melampirkan dokumen
administrasi:
1. Surat rekomendasi dari tim ahli bangunan pada Badan/Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas
Pekerjaan Umum setempat;
2. Surat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan data rasio
kebutuhan jumlah 1 tempat tidur Rumah Sakit per 1000
penduduk dengan batas toleransi kelebihan 10% dari
kebutuhan tempat tidur di Provinsi/Kabupaten/Kota (yang
dinyatakan masih terdapat kekurangan tempat tidur);
3. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan, kecuali
instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
4. Studi kelayakan (feasibility study) rumah sakit
5. Master plan;
6. Detail Engineering Design (DED);
7. Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
8. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama
badan hukum pemilik rumah sakit;
9. Izin Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie/HO);
10. Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
11. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
12. Untuk RS PMA harus melampirkan izin prinsip PMA
3) Keterangan Persyaratan Izin Mendirikan :
a) Studi kelayakan merupakan gambaran kegiatan perencanaan
rumah sakit secara fisik dan non-fisik yang terdiri atas:
 kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit yang meliputi:
 Kajian demografi yang mempertimbangkan luas wilayah
dan kepadatan penduduk serta karakteristik penduduk
yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan status
perkawinan;
 Kajian sosio-ekonomi yang mempertimbangkan
kultur/kebudayaan tingkat pendidikan, angkatan kerja,
lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata bruto;
 Kajian morbiditas dan mortalitas, yang
mempertimbangkan sekurang-kurangnya sepuluh
penyakit utama, angka kematian (GDR, NDR), dan
angka persalinan;
 Kajian kebijakan dan regulasi, yang mempertimbangkan
kebijakan dan regulasi pengembangan wilayah
pembangunan sektor non-kesehatan, kesehatan, dan
perumahsakitan.
 Kajian aspek internal Rumah Sakit merupakan rancangan
sistem-sistem yang akan dilaksanakan atau
dioperasionalkan, yang terdiri dari sistem manajemen
organisasi termasuk sistem manajemen unitunit
pelayanan, sistem unggulan pelayanan, arif teknologi
peralatan, sistem tarif, serta rencana kinerja dan
keuangan.
 Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, dan peralatan sesuai kriteria klasifikasi
Rumah Sakit yang akan didirikan yang meliputi:
 Lahan dan bangunan rumah sakit harus dalam satu
kesatuan lokasi yang saling berhubungan dengan ukuran,
luas dan bentuk lahan serta bangunan/ruang mengikuti
ketentuan tata ruang daerah setempat yang berlaku.
 Persyaratan lokasi meliputi:
o Tidak berada di lokasi area berbahaya (di tepi
lereng, dekat kaki gunung yang rawan terhadap
longsor, dekat anak sungai atau badan air yang dapat
mengikis fondasi, dekat dengan jalur patahan
aktif/gempa, rawan tsunami, rawan banjir, berada
dalam zona topan/badai, dan lain-lain).
o Harus tersedia infrastruktur aksesibilitas untuk jalur
transportasi.
o Ketersediaan utilitas publik mencukupi seperti air
bersih, jaringan air kotor, listrik, jalur
komunikasi/telepon.
o Ketersediaan lahan parkir.
o Tidak berada di bawah pengaruh SUTT dan SUTET.
 Rencana cakupan, jenis pelayanan kesehatan, dan
fasilitas lain;
 Jumlah, spesialisasi, dan kualifikasi sumber daya
manusia; dan
 Jumlah, jenis, dan spesifikasi peralatan mulai dari
peralatan sederhana hingga peralatan canggih
 Kajian kemampuan pendanaan/pembiayaan yang meliputi:
 Prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber
pendanaan;
 Prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap
prakiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;
 Prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak
tetap terhadap prakiraan sumber daya manusia;
 Proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun;
dan
 Proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh)
tahun.
b) Master plan memuat strategi pengembangan aset untuk
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun ke depan dalam
pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi
identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren masa
depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan;
c) Detail Engineering Design (DED) merupakan gambar
perencanaan lengkap rumah sakit yang akan dibangun yang
meliputi gambar arsitektur, struktur dan mekanika elektrik
sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh
Menteri;
d) Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas
upaya pengelolaan lingkungan (UKL), upaya pemantauan
lingkungan (UPL), atau analisis dampak lingkungan
(AMDAL) berdasarkan klasifikasi rumah sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e) Izin Undang - Undang Gangguan (hinder ordonantie/HO)
dan/atau surat izin tempat usaha (SITU), dan izin mendirikan
bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
g, huruf h, dan huruf i diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c) Peraturan Daerah
Perda Kota Cimahi No. 11 Tahun 2011 Tentang Izin
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
1) Persyaratan Izin Mendirikan Rumah Sakit
1. Surat Permohonan bermaterai;
2. FC. KTP dan NPWP Penanggungjawab/ NPWP Badan
usaha;
3. FC. PPR/Izin Lokasi, IMB sesuai fungsi dan IG/HO;
4. FC. Rekomendasi AMDAL atau UKL-UPL dan
ANDALALIN;
5. Studi Kelayakan dan Master Plan Rumah Sakit;
6. FC. Sertifikat Tanah;
7. Surat Status Kepemilikan disertai FC. Akta pendirian Badan
Usaha (yayasan, PT, Perkumpulan dan Perusahaan Umum);
8. Rekomendasi Mendirikan Rumah Sakit dari Dinas
Kesehatan Kota Cimahi;
9. Penamaan Rumah Sakit (tidak boleh ada tambahan
internasional, kelas dunia, world class dan Global);
10. Surat Pernyataan yang menyatakan tunduk dan patuh pada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan
2) Masa Berlaku Izin Mendirikan Rumah Sakit
Masa berlaku 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu)
tahun.

D. Prosedur atau Alur Pendirian Rumah Sakit


a) Permenkes
1) Pemilik/Pimpinan rumah sakit mengajukan surat permohonan izin
mendirikan ditujukan kepada penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan
Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan) dengan melampirkan persyaratan
administrasi;
2) Surat permohonan tembusannya disampaikan kepada:
 Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3) Berkas surat permohonan yang telah diterima dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen oleh Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
bidang kesehatan;
4) Penerbit izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan
yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas
permohonan belum lengkap kepada pemilik atau pengelola yang
mengajukan permohonan izin mendirikan dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima. Dokumen
yang belum langkap agar segera dilengkapi oleh rumah sakit selama
waktu 6 (enam) hari;
5) Penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang
kesehatan) memberikan data dukung kelengkapan berkas permohonan
izin mendirikan kepada Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan
perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang Kesehatan pada
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;
6) Untuk RS kelas A dan PMA, Direktur Jenderal di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pembinaan perumahsakitan mendelegasikan wewenang pembentukan
Tim Visitasi pemberian izin mendirikan kepada Direktur di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang
Pembinaan Perumahsakitan;
7) Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan
mendelegasikan wewenang pembentukan Tim Visitasi pemberian izin
mendirikan kepada Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang tugas dan tanggung jawabnya di Bidang Pembinaan
Perumahsakitan;
8) Berdasarkan data dukung kelengkapan berkas permohonan, Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya
di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di
Bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
melakukan:
 Telaah terhadap kelengkapan dokumen
 Kajian audit master plan, analisa studi kelayakan bangunan dan
dokumen lainnya;
 Berkoordinasi dengan tim ahli bangunan pada Badan/Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas
Pekerjaan Umum setempat untuk mendapatkan rekomendasi;
 Membentuk Tim Visitasi izin mendirikan yang terdiri atas:
o izin mendirikan RS kelas A dan RS PMA terdiri atas
Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan), Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi Perumahsakitan
Nasional
o izin rumah sakit kelas B terdiri atas unsur Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi
Perumahsakitan Nasional.
o izin rumah sakit kelas C dan rumah sakit kelas D terdiri atas
unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Asosiasi Perumahsakitan Nasional.
9) Berdasarkan penunjukan Tim Visitasi, Tim bertugas:
Untuk audit masterplan dan penilaian kelayakan pembangunan rumah
sakit, tim berkoordinasi dengan tim ahli bangunan pada Badan/Dinas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang kesehatan atau Dinas Pekerjaan
Umum setempat;
Sesuai jadwal yang ditentukan Tim Visitasi akan melaksanakan
kunjungan ke rumah sakit untuk melakukan penilaian dokumen dan
peninjauan lapangan atas kelayakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah
penunjukan;
10) Tim Visitasi harus menyampaikan laporan hasil visitasi kepada Direktur
di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di Bidang Pembinaan Perumahsakitan atau pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota
dan umpan balik (feed back) kepada Pemohon yang ditandatangani oleh
Direktur di lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pembinaan perumahsakitan atau pejabat
yang berwenang di Bidang Kesehatan di tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota kepada pemohon;
11) Berdasarkan laporan hasil visitasi oleh Tim Visitasi, Direktur di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya
di bidang perumahsakitan menyampaikan laporan kelayakan
pembangunan rumah sakit kepada Direktur Jenderal di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perumahsakitan;
12) Berdasarkan laporan kelayakan pembangunan, Direktur Jenderal di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya
di Bidang Perumahsakitan atau pejabat yang berwenang di Bidang
Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
menyampaikan surat rekomendasi penerbitan/penolakan izin kepada
penerbit izin paling lama 7 (tujuh) hari kerja;
13) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak rekomendasi teknis
diterima, penerbit izin (Badan/Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu
bidang kesehatan) harus mengeluarkan surat penerbitan/penolakan izin
sesuai rekomendasi teknis.

b) Peraturan Daerah
PERDA KOTA CIMAHI NO. 11 TAHUN 2011 TENTANG IZIN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

Sumber: Bagan Alur Izin Mendirikan RS Menurut Perda Kota Cimahi No. 11 Tahun 2011
Tentang Izin Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
E. Konsekuensi Atau Sanksi
Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:
1) habis masa berlakunya;
2) tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar
3) terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan; dan/atau
4) atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum.
Menurut pasal 62 dari Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Setiap
orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak
memiliki izin baik izin mendirikan maupun operasional dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah). Sedangkan menurut Pasal 63 (1)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan
oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62. (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin
usaha; dan/atau b. pencabutan status badan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Teknis Izin Mendirikan, Izin Operasional Dan Peningkatan Kelas
Rumah Sakit. 2017. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi
Dan Perizinan Rumah Sakit
Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Izin
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumas Sakit

Anda mungkin juga menyukai