Anda di halaman 1dari 14

KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
SEBAGAI PENOPANG
EKONOMI NASIONAL
Dr. Arif Budimanta
Wakil Ketua
Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN)
Disampaikan pada Seminar/Dialog Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
dengan tema
“Pembangunan Infrastruktur sebagai Penopang Ekonomi Nasional”

Hotel Borobudur, Jakarta, 2 Oktober 2018

1
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Menggunakan data dari 36 negara maju dan


...Kualitas infrastruktur suatu 153 negara berkembang selama periode
negara merupakan indeks 1985 sampai dengan 2013, hasil kajian IMF
kritis vitalitas ekonominya. (2014) menunjukkan bahwa setiap kenaikan
Transportasi yang dapat
diandalkan, air bersih, dan deposit
limbah yang aman adalah elemen dasar
1% porsi belanja investasi infrastruktur
terhadap PDB di negara-negara berkembang
masyarakat beradab dan ekonomi produktif.
Ketiadaan atau kegagalan pembangunan mendorong kenaikan output sekitar
infrastruktur merupakan hambatan
utama bagi pertumbuhan dan daya
saing.”
0,25% pada tahun terjadinya stimulus
dan 1% pada periode empat tahun
(National Council on Public Works setelahnya.
Improvement, 1988)
(IMF. 2014. Is it Time for an Infrastructure
Push? The Macroeconomic Effects of Public
Investment. World Economic Outlook:
Legacies, Clouds, Uncertainties (Chapter 3).
International Monetary Fund, October 2014)

2
IMF dalam World Economic Outlook edisi Oktober
2014 menyatakan bahwa peningkatan investasi untuk KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

infrastruktur publik memengaruhi perekonomian


dalam dua cara.

Dalam jangka pendek, investasi infrastruktur


publik meningkatkan permintaan agregat melalui
pengganda fiskal (fiscal multiplier), seperti
pengeluaran pemerintah lainnya, dan juga berpotensi
meningkatkan investasi swasta, mengingat sifat
layanan infrastruktur yang sangat komplementer.

Dalam jangka panjang, dampak investasi


infrastruktur publik dari sisi supply dapat dirasakan
berupa adanya peningkatan kapasitas produksi dalam
perekonomian seiring dengan persediaan modal
infrastruktur yang lebih tinggi.

3
Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah
menyebabkan stabilitas ekonomi yang bervariasi di KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

wilayah Indonesia

Sumber: BPS, diolah


* Data Triwulan I

4
Selain itu, peran wilayah Jawa masih lebih besar
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
mendominasi perekonomian Indonesia.

Perkembangan Kontribusi Wilayah Terhadap PDB

100%
4.36 4.31 4.21 5.22 5.81 6.20
90%
9.15 8.48 9.56 8.95 8.76 8.05
80%

70% 27.78 22.63 22.50 21.71 21.54


29.73
60%

50%

40%

30%
54.78 58.87 57.57 58.14 58.61
52.04
20%

10%

0%
1983 1990 2000 2010 2015 TW II-2018

Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali & Nusa Tenggara Maluku dan Papua

Sumber: BPS (2018)


5
Untuk mendorong kesetaraan pertumbuhan,
pemerintah Indonesia telah menetapkan target
pembangunan infrastruktur berbasis regional dalam KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

RPJMN 2015-2019.
Sebaran Proyek Strategis Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

KEK Arun Lhokseumawe

KEK Sei Mangkei KEK Maloy Batuta


Trans Kalimantan
KEK Galang Batang KEK Bitung

KEK Tanjung Api-Api KEK Morotai

KEK Tanjung Kelayang KEK Sorong

KEK Palu
KEK Tanjung Lesung

KEK Mandalika

Sumber: KPPIP (2017)

6
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah,
pembangunan infrastruktur tentunya harus
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
diselaraskan dengan kebutuhan ekonomi wilayah
terkait.

Memberikan
dukungan pelaksanaan
Mendorong Regional pembangunan
Growth Strategy infrastruktur di luar
• Pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa dalam
berbasis konektivitas bentuk pemberian
kewilayahan melalui insentif berupa:
kebijakan yang spesifik • Pemberian tax holiday
dan terarah. yang lebih panjang.
• Menggali potensi, • Dukungan fiskal bagi
permasalahan serta daerah di luar Pulau
strategi pengembangan Jawa.
wilayah sesuai
karakteristik masing-
masing daerah.

7
STUDI KASUS: ACEH
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Hasil analisis tipologi Klassen menunjukkan bahwa


sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor
potensial bagi perekonomian Aceh.
Di sisi lain, sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor industri pengolahan
justru menjadi penyebab utama melambatnya
pertumbuhan ekonomi Aceh.

Beberapa proyek strategis nasional yang


berlokasi di Aceh diantaranya:
• Proyek jalan tol Sigli - Banda Aceh (75
km), Langsa - Lhokseumawe (135 km), Aceh memiliki 6 komoditas ekspor utama
dan Lhokseumawe - Sigli (135 km); yang menguasai 88% pangsa ekspor Aceh,
• Bendungan Keureuto, bendungan Rukoh yaitu: kopi, teh, rempah; bahan kimia
dan bendungan Tiro; anorganik; bahan bakar mineral; karet dan
• Pembangunan jaringan irigasi daerah barang dari karet; buah-buahan; minyak
irigasi Lhok Guci dan Jambo Aye Kanan; atsiri, komestik dan wangi-wangian.
dan
• Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun
Lhokseumawe.

Aceh memiliki 4 pelabuhan ekspor-impor


yang tidak digunakan secara optimal, yaitu:
pelabuhan Malahayati, Sabang, Krueng
Geukeuh, dan Kuala Langsa.

Sumber: Kajian Regional Growth Strategy (RGS) KEIN


8
Pembangunan KEK Arun Lhokseumawe perlu
dioptimalkan untuk mendukung kebutuhan ekonomi
Aceh sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

wilayah dan sekitarnya.


Tujuan:
Sebagai bagian dari jaringan produksi global atau
rantai nilai global karena bertumpu pada lokasi
geografis Aceh yang dilintasi oleh Sea Lane of
Kegiatan utama: Communication (SloC), yaitu Selat Malaka.
Industri minyak dan gas, industri petrokimia, industri
pengolahan kertas kraft, industri perkebunan, dan
logistik.
Lokasi:
Aceh Utara dan Lhokseumawe, Aceh.

Landasan hukum:
Peraturan Pemerintah No. 5/2017

Luas:
2.622,48 Ha.

Proyeksi tenaga kerja:


40.000 orang.
Target investasi:
US$3,8 miliar dalam 10 tahun.

Dampak bagi perekonomian:


- Rencana infrastruktur wilayah:
• Pembangkit Listrik Tenaga Uap
• PT Arun Port
• Bandara Malikussaleh
• Pelabuhan Krueng Geukeuh
9
STUDI KASUS: KALIMANTAN TIMUR
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Hasil kajian RGS KEIN di Kaltim menemukan bahwa


perekonomian Kaltim sangat rentan terhadap perubahan
kondisi ekonomi yang berasal dari eksternal.

Perekonomian Kaltim sangat tergantung pada


hasil sektor pertambangan dan penggalian serta
kinerja ekspor.

Proses hilirisasi komoditas unggulan dari sektor


pertambangan dan penggalian serta sawit belum
berjalan, sekitar 90% SDA Kaltim diekspor masih dalam
bentuk mentah.

Selain pertambangan dan penggalian, Kaltim


Hal tersebut menyebabkan kinerja ekonomi juga memiliki potensi ekonomi lain yang belum
Kaltim sangat ditentukan oleh harga komoditas tergarap optimal:
internasional dan kondisi permintaan global. • Sumber daya perikanan yang baru termanfaatkan
sekitar 40%,
• Sumber daya kehutanan yang belum optimal
• Potensi kebun sawit yang luas

Sumber: Kajian Regional Growth Strategy (RGS) KEIN


10
Pembangunan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi Kaltim dan
menjadi kunci pengembangan ekonomi wilayah KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Kalimantan dan sekitarnya.


Tujuan:
Mendorong penciptaan nilai tambah melalui
industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah
tersebut. Berdasarkan keunggulan geostrategis
wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat
Kegiatan utama: pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta
Industri pengolahan kelapa sawit, industri pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas
pengolahan kayu, dan logistik. dan batu bara.

Lokasi:
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur

Landasan hukum:
Peraturan Pemerintah No. 85/2014

Luas:
557,34 Ha.

Proyeksi tenaga kerja:


55.700 orang
Target investasi:
Rp34,3 triliun hingga 2025

Rencana infrastruktur wilayah:


Dampak bagi perekonomian: • Pembangunan Pelabuhan Curah Cair Maloy
PDRB Kutai Timur naik hingga Rp4,67 triliun • Pembangunan Pelabuhan Multipurpose Maloy
per tahunnya. • Pembangunan Jalan Nasional Samarinda – Bontang – Sangatta –
Maloy
• Pembangunan jaringan transmisi air baku Sistem Sekerat
berkapasitas 200 L/detik (720 m³/jam)
• Pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk Maloy 30 MW
11
Kajian LPEM UI dan Tusk Advisory menemukan
bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia
diyakini memiliki dampak positif jangka panjang bagi KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

perekonomian.

Pembangunan Proyek Strategis Nasional diprediksi dapat meningkatkan


Pendapatan Domestik Bruto sebesar 1,7% – 2,5% pada tahun 2019. Pada tahun 2023,
diprediksi bisa mencapai 7,2% dan mencapai 9,3% pada tahun 20301

Terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja Penurunan tingkat kemiskinan
sebesar 6,7% hingga 7,6% hingga sebesar 14,9%3
hingga tahun 20192

Pemerataan ekonomi dengan


turunnya koefisien gini hingga
sebesar 3 poin3

Sumber: KPPIP dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang Kondisi Ekonomi Terkini di Kementerian Sekretariat Negara.
1
Prediksi berasal dari estimasi maksimum dan minimum kajian Evaluasi Dampak Pembangunan Infrastruktur Strategis Nasional oleh LPEM UI dan “The Impact of
Indonesia’s Infrastructure Delivery” oleh Tusk Advisory.
2
Berdasarkan kajian Evaluasi Dampak Pembangunan Infrastruktur Strategis Nasional oleh LPEM UI, 2017.
3
Berdasarkan kajian “The Impact of Indonesia’s Infrastructure Delivery” oleh Tusk Advisory, 2018, dengan asumsi seluruh proyek telah selesai dibangun dan
beroperasi.

12
Selain itu, peluang swasta untuk terlibat dalam proyek-
proyek infrastruktur masih sangat besar. Berdasarkan KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
laporan KPPIP tahun 2017, dari 37 proyek prioritas
hanya 4 proyek yang dikerjakan oleh swasta dan 13
proyek dikerjasamakan dengan swasta.

Proyek pembangunan infrastruktur seharusnya memberikan multiplier effect bagi banyak badan usaha yang
terlibat di dalamnya. Prinsip aksesibilitas proyek infrastruktur bagi setiap badan usaha dengan kapabilitas yang
sesuai harus diutamakan.

• Keadilan akses/kesempatan
berusaha → pemerataan ekonomi
di masyarakat
Proyek
Infrastruktur • Efisiensi yang tercipta dari
persaingan sehat
• Kualitas & keselamatan kerja
proyek yang lebih terjaga

13
Terima Kasih KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Dr. Arif Budimanta


Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional
Republik Indonesia

Arif Budimanta menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia, kemudian mengambil studi
mengenai keuangan di University of Chicago serta mengikuti Senior Executive Program di Harvard Business
School, Harvard University dan ASEAN-ROK Next Generation Opinion Leaders Program yang diselenggarakan
oleh The Korea Foundation pada tahun 2015.

Selain menjabat sebagai wakil ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, di sela-sela kesibukannya, ia aktif
sebagai pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Arif merupakan pendiri dan penasihat
senior bagi Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). Ia juga termasuk kedalam anggota dari Royal
Economic Society (RES) London. Pada Periode 2009-2014, Arif Budimanta terpilih sebagai Anggota DPR RI
dan ditugaskan di Komisi XI yang membidangi Perencanaan Pembangunan, Keuangan dan Perbankan.

14

Anda mungkin juga menyukai