PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 thn
Status : Menikah
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Dewi Sartika
B. ANAMNESIS
Autoanamnesa, Selasa, tanggal 17 November 2015 Pukul 04.00 WIB
Keluhan Utama : Bab bercampur darah
Keluhan Tambahan :-
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan BAB bercampur darah.
Keluhan disertai dengan terdapatnya benjolan yang keluar dari anus saat
buang air besar, sebesar 0,5 – 1 cm dan terasa menggaggu. Setiap ingin buang
air besar, benjolan tersebut keluar dari anus. Benjolan tidak dapat masuk
sendiri setelah buang air besar selesai, namun dapat masuk dengan bantuan
jari. Saat buang air besar disertai dengan darah, berwarna merah segar,
menetes saat feses keluar, kadang keluar menggumpal, darah tidak bercampur
dengan feses.
Keluhan benjolan yang keluar ini dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu,
saat pasien melahirkan anak yang pertama, pasien sering merasakan sulit
buang air besar, feses terasa keras sehingga pasien harus mengedan sangat
kuat, dan terkadang disertai nyeri saat buang air besar. Pasien jarang
mengkonsumsi makanan yang berserat, suka mengkonsumsi makanan pedas,
dan minum kurang dari 8 gelas per hari.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat keganasan disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat sakit kuning disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36, 4 ‘C
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, serumen -/-
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah
Gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
Tonsil tidak membesar (T1-T2)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : Kelenjar tyroid tidak teraba membesar
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thorax : Simetris bilateral
Pulmo : I= normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebar
P= vocal fremitus kanan = kiri
P= sonor pada seluruh lapang paru
A= suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : I= tidak tampak iktus cordis
P= iktus cordis teraba di ICS V
P= batas pinggang jantung ICS III LPSS
batas kiri jantung ICS V LMCS
batas kanan jantung ICS IV linea sternalis
dextra
A= BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : I = datar, jaringan parut (-)
P = timpani
Status Lokalis
Inspeksi : Fisure (-), Abses (-), hematom perianal (-), skin tag (+), tampak
benjolan keluar dari anus
Palpasi : Tonus sphincter ani baik; ampulla recti tidak kolaps; mukosa rektum
licin; teraba massa di jam 3, 7 dan 11; nyeri tekan (+) pada jam 3,7
dan 11; pada sarung tangan didapatkan darah, lendir (+), feses (-).
E. DIAGNOSIS BANDING
Polip anal
Fistula anal
F. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi:
Perubahan Pola hidup :
Makan-makanan berserat setiap hari, minum air putih minum 8
gelas sehari, banyak bergerak, banyak berjalan.
Perubahan pola defekasi :
Hindari mengedan yang berlebih dan lama.
IVFD RL 20 tpm
Borraginol salep
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad sanactionam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anus atau lubang bawah canalis analis terletak di garis tengah, dan di
samping kanan dan kiri terdapat fossa ischionalis. Kulit disekitar anus
dipersarafi oleh nervus rectalis (haemorrhoidalis) inferior (Gambar 3).
Pembuluh limfe kulit mengalirkan cairan limfe ke kelompok medial nodi
inguinales superficiales (Gambar 4).
Gambar 3. Innervasi trigonum analis (Netter, 2010)
Gambar 4. Aliran limfe canalis analis (Gray’s Anatomy, 2005)
CANALIS ANALIS2
Panjang canalis analis kurang lebih 1 ½ inci (4 cm), berjalan ke bawah dan
belakang dari ampulla recti sampai anus (Gambar 5). Dinding lateral canalis
analis dipertahankan saling berdekatan oleh m. levator ani dan m. sphincter ani,
kecuali saat defekasi (Gambar 7).
Hubungan:
Ke posterior: Di posterior berhubungan dengan corpus anococcygeum,
massa jaringan fibrosa yang terletak diantara canalis analis dan os coccygis
(Gambar 6)
Ke lateral: Di lateral berhubungan dengan fossa ischioanalis yang berisi
lemak.
Ke anterior: Pada laki-laki di anterior berbatasan dengan corpus perineale,
diaphragma urogenitale, urethra pars membranacea, dan bulbus penis
(Gambar 6). Pada perempuan, di anterior berhubungan dengan corpus
perineale, diaphragm urogenitale, dan bagian bawah vagina (Gambar 6)
Gambar 6. Potongan sagital pelvis perempuan dan laki-laki (Netter, 2010)
1 Struktur
a. Tunika Mukosa
Tunika mukosa di canalis analis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tunika
mukosa setengah bagian atas canalis analis dan tunika mukosa setengah
bagian bawah canalis analis.
b. Tunika Muskularis
Seperti pada bagian atas tractus intestinal, tunika muskularis terbagi atas
stratum longitudinal di bagian luar dan stratum sirkular di bagian dalam
(Gambar 7 dan 8).
2 Vaskularisasi
Arteriae
Venae
Setengah bagian atas dialirkan oleh v. rectalis superior ke v. mesenterica
inferior, sedangkan setengah bagian bawah dialirkan oleh v. rectalis inferior ke v.
pudenda interna. Anastomosis v. rectalis membentuk anastomosis portal sistemik
yang penting plexus hemorrhoidales (Gambar 10).
Pada tela submucosa canalis analis terdapat plexus venosus yang mengalirkan
darahnya ke atas melalui v. rectalis superior. Cabang-cabang kecil v. rectalis
media dan v. rectalis inferior berhubungan satu dengan yang lain dan dengan v.
rectalis superior melalui plexus ini. Oleh sebab itu plexus venosus rectalis
membentuk anastomosis portal sistemik yang penting karena v. rectalis superior
mengalirkan darahnya ke v. porta dan v. rectalis media serta v. rectalis inferior ke
sistem sistemik.
Gambar 10. Aliran vena canalis analis (Netter, 2010)
3 Sistem Limfatik
Cairan limfe dari setengah bagian atas canalis analis dialirkan ke nodi rectalis
superior dan nodi mesenterici inferior. Cairan limfe dari setengah bagian bawah
canalis analis dialirkan ke nodi superomediales nodi inguinales superficial
(Gambar 4).
4 Innervasi
Tunika mukosa setengah atas bagian canalis analis peka terhadap regangan
dan dipersarafi oleh serabut-serabut sensorik yang berjalan ke atas melalui plexus
hypogatricus. Setengah bagian bawah canalis analis peka terhadap nyeri, suhu,
dan raba serta dipersarafi oleh nervus rectalis inferior. Musculus sphincter ani
internus involunter dipersarafi oleh serabut simpatis dari plexus hypogastricus
inferior Musculus sphinter ani externus volunter dipersarafi oleh n. rectalis
inferior, cabang n. pudendus (Gambar 3), dan ramus perinealis n. sacralis
keempat.
DEFEKASI2
II.2. HEMOROID
b. Gejala Klinis2
Banyak kasus anorektal, termasuk fissura, fistula, abses, atau iritasi dan gatal
(pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah diagnosa
hemoroid yang keliru. Hemoroid biasanya tidak berbahaya. Tetapi pada kenyataanya
pasien dapat megalami perdarahan yang terus menerus sehingga dapat menimbulkan
anemia bahkan kematian.
Hemoroid Eksterna2
Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami trombus tadi dapat
mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag.
Akibatnya dapat timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi.
Hemoroid Interna2
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya.
Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata.
Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah
segar tanpa nyeri per rektum selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada
hemoroid interna dapat berupa:
1. Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal
dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah
defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih
hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami
kongesti oleh sphincter ani.
2. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk
kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.
4. Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan
penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
Gambar 12. Stadium hemoroid interna (Skandalakis, 1999)
Progesteron dan estrogen, adalah dua dari hormon yang penting saat kehamilan,
memperantai banyak perubahan fisiologis dalam kehamilan. Nilai normal
laboratorium pada wanita hamil harus dibedakan dengan yang tidak. Diafragma saat
kehamilan dapat meningkat sampai 4 cm, dan dinding dada bawah dapat melebar
hingga 7 cm. Perubahan ini juga terjadi pada keadaan patologis pada individu yang
tidak hamil yang memiliki penyakit jantung atau hati. Peningkatan progesteron,
diikuti dengan penurunan serum motilin, yang dapat dilihat dari adanya relaksasi otot
halus dan dapat terlihat efek multiple dari produksi di beberapa sistem organ. Dalam
abdomen, terjadi penurunan irama otot halus terlihat dari motilitas dan irama gaster.
Sfingter esophagus bawah juga ikut menurun, dan bila dikombinasikan dengan
tekanan intra-abdominal yang meningkat, menyebabkan peningkatan angka kejadian
refluks gastro-esofageal. Motilitas usus halus juga ikut berkurang, menyebabkan
waktu transit feses di dalam usus halus bertambah lama. Absorpsi nutrisi juga ikut
berubah. Kehamilan juga biasanya menyebabkan perubahan dengan manifestasi
konstipasi, disebabkan adanya peningkatan absorpsi natrium dan air di dalam kolon,
penurunan motilitas, dan adanya obstruksi mekanik dari uterus gravid. Peningkatan
tekanan di vena porta, yang akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan di sirkulasi
kolateral vena, mengakibatkan dilatasi dari vena di gastroesofageal junction. Hal ini
penting hanya bila pasien memiliki varises esophagus dari sebelum hamil. Hasil
tersering dari peningkatan tekanan vena porta adalah dilatasi dari vena hemoroid yang
sering disebut “hemoroid” oleh pasien.
c. Diagnosa
Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan/tonjolan
yang muncul.
Palpasi
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam canalis
analis. Dinilai juga tonus dari sphincter ani. Bisanya hemoroid sulit untuk diraba,
kecuali jika ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan
adanya karsinoma rectum. Jika sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan
menebal, bila sudah terjadi jejas akan timbul nyeri yang hebat pada perabaan.
Anoskopi
Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemoroid, dengan memasukan alat
untuk membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam keluar di seluruh lingkaran
anus. Tentukan ukuran, warna dan lokasinya.
Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan Feses
d. Diagnosa Banding
Jika terjadi rasa nyeri akut di daerah anus, harus dipikirkan adanya fisura ani, rasa
nyeri pada hemoroid jarang terjadi kecuali sudah timbul trombosis atau prolaps.
Fisura ani dapat dilihat di daerah anterior atau posterior dan abses perianal tampak
sebagai masa lunak yang berfluktuasi.
e. Terapi
1. Hemoroid externa
a. Nasehat
- Ambulatory Treatment
Skleroterapi
Infrared Coagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan lampu
tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan hemoroid dari reflector plate emas
melalui tabung polymer khusus. Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus
jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi, destruksi
jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi anestesi lokal
terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada
daerah yang tidak tepat.6
Gambar 14. Infrared coagulation (diambil dari: www.hcd2.bupa.co.uk/
fact_sheet/html/haemorrhoids.html)
Cryotheraphy
Teknik ini didasarkan pada pembekuan dan pencairan jaringan yang secara teori
menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.6
Dengan bantuan anoskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan
ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band didorong dan ligator
ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorrhoidalis. Nekrosis
karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber band akan lepas
sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkalnya. Komplikasi yang sering
terjadi berupa edema dan trombosis.6
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation
adalah cara terpilih di AS untuk terapi hemoroid internal. Dengan prosedur ini,
jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk menempatkan
karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan
mengecil.6
Hemorrhoidectomy
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada
penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan
cara lain. Penderita yang mengalami hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip
yang harus diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu sphincter
ani.
1. Open hemorrhoidectomy
2. Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal
ditutup atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi.
Open Hemorrhoidectomy6
1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin:saline = 1 :
300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan
ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5–3 cm dari
anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5–2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal
hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid
Closed Hemorrhoidectomy6
Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:
1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorectal lain.
Teknik-teknik closed hemorrhoidectomy
Ferguson Hemorrhoidectomy
- Posisi LLD
- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem
- Kulit diatas anal verge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan
hemorrhoid
- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian
subcutan spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.
- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining
mukosa.
- Ligasi dengan catgut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 – 0
dengan vicril
Gambar 15. Ferguson Hemorrhoidectomy (diambil dari:
www.pph.com )
Pada saat ini telah banyak kemajuan pada teknik operasi dalam mengurangkan
rasa sakit pasca operasi, malahan pada akhir-akhir ini telah dikembangkan cara
operasi tanpa rasa sakit. Tenik operasi itu pertama kali dikembangkan oleh Longo,
seorang spesialis bedah bangsa Italia.5
Tindakan bedah hemoroid umumnya menyebabkan rasa sakit hebat, apabila
muko-kutan yakni bagian kulit tipis yang meliputi lubang anus terpaksa dilukai.
Bagian yang sangat sensitif Ano-Cutan, mempunyai sensor syaraf rasa raba dan rasa
sakit yang sangat rapat sebagaimana perabaan ujung jari tangan yang sangat nyeri
apabila terluka pada teknik operasi tanpa rasa sakit, bagian muko-kutan sengaja tidak
dilukai, dan pleksus hemoroid yang melipat keluar yang tidak mempunyai sensor rasa
sakit, dipotong dan difiksasi kembali kearah proksimal.5
PEMBAHASAN
Pasien wanita usia 27 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan BAB
bercampur darah. Keluhan disertai dengan terdapatnya benjolan yang keluar
dari anus saat buang air besar. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis menderita hemoroid interna
derajat III. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang mendukung yaitu
pasien mengeluh BAB bercampur darah. Keluhan disertai dengan terdapatnya
benjolan yang keluar dari anus saat buang air besar, sebesar 0,5 – 1 cm dan
terasa menggaggu dan nyeri. Setiap ingin buang air besar, benjolan tersebut
keluar dari anus. Benjolan tidak dapat masuk sendiri setelah buang air besar
selesai, namun dapat masuk dengan bantuan jari. Saat buang air besar disertai
dengan darah, berwarna merah segar, menetes saat feses keluar, kadang keluar
menggumpal, darah tidak bercampur dengan feses.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus
hemorhoidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”.
Nyeri yang timbul kemungkinan akibat telah terjadi radang pada hemorhoid
tersebut karena pada asalnya hemoroid interna tidak nyeri.