Anda di halaman 1dari 20

TUGAS SWAMEDIKASI

LUKA BAKAR DAN SUNSCREEN

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Swamedikasi

Dosen Pengampu:
Dra. Rina Melani .,Apt

Di susun oleh :
Risalandi Nugroho. S (155020036)
Vigi marna I (155020037)
Ismawati (155020035)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2015
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga
amat memengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat.
Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan,
biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan
luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari
spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum),
intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri,
dan psikologi (David, S. 2008).
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung
maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa
kuat) (Wim de Jong, 2005).
Kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat
yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang
lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo et al., 2010).
Salah satu upaya terapi luka bakar adalah dengan pemberian bahan yang
efektif mencegah inflamasi sekunder (Rahim et al., 2011)

B. Rumusan masalah
Berdasarkan hal tersebut maka menjadi masalah adalah obat apa
saja yang digunakan untuk luka bakar dan swamedikasi yang diberikan
pada pasien?

C. Tujuan Makalah
Tujuan Makalah ini adalah untuk mengetahui :
a) Defenisi Luka Bakar, etiologi dan patofisiologinya
b) Jenis obat yang digunakan untuk mengobati Luka bakar
c) Swamedikasi yang diberikan kepada pasien untuk mengobati Luka
bakar

BAB II
PEMBAHASAN
a) Defenisi
Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga
amat memengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi (Wim de Jong. 2005).

b) Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal yang terjadi akibat
sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas
api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat) (Wim de Jong. 2005).
Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah Asam
kuat atau basa kuat acids atau bases. Luka bakar akibat bahan kimia
umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan
dapat membakar kulit, seperti [sodium hidroksida], silver nitrate, dan
bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat).
Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis
kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan.
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan
mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung
dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda,
lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (David, S.
2008).
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka
bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam
(James M Becker 118-129)

c) Derajat dan luas luka bakar (Wim de Jong. 2005) :


1. Luka bakar grade I
 Disebut juga luka bakar superficial
 Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai
daerah dermis sering disebut sebagai epidermal burn
 Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
 Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness :
 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
 Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat dari
pada luka bakar grade I
 Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena
luka
 Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang
basah
 Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena
tekanan
 Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak
terkena infeksi) tapi warna kulit tidak akan sama seperti
sebelumnya.
b. Deep partial thickness
 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
 disertai juga dengan bula
 permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya
sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai
beberapa aliran darah
 luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III


 Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
 Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh
 darah sudah hancur.
 Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot
dan tulang
1. Luka Bakar grade IV
 Berwarna hitam
d) Klasifikasi
Luka bakar ringan
Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke
dalam air dingin. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air
sebanyak dan selama mungkin. Di tempat praktek dokter atau di ruang
emergensi, luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air
untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar
dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan
sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. Jika daerah yang
terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik
(misalnya perak sulfadiazin).
Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya
dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah
yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis)
mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah
akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan
antibiotik.
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang
mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang
lebih tinggi dari jantung. Pembidaian harus dilakukan pada persendian
yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa
memperburuk keadaan persendian. Mungkin perlu diberikan obat
pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus
disesuaikan dengan status imunisasi penderita.
Luka bakar berat
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa
penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui sungkup
muka (masker) untuk membantu menghadapi efek dari karbon
monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran).
Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi
pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk
menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah infeksi. Untuk
mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi oksigen
hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang
mengandung oksigen bertekanan tinggi.
Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat
kebakaran, untuk membantu fungsi pernafasan bisa dipasang sebuah
selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan. Selang tersebut perlu
dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada
tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan. Jika tidak
terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang perlu dilakukan
hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka. Setelah
daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep
antibiotik dan dibungkus dengan verban steril. Verban biasanya diganti
sebanyak 2-3 kali/hari. Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap
infeksi berat karena itu biasanya diberikan antibiotik melalui infus.
Mungkin perlu diberikan booster tetanus.
Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena
itu untuk menggantikannya diberikan cairan melalui infus. Luka bakar
dalam bisa menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu keadaan dimana
protein mioglobulin dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan
kerusakan ginjal. Jika tidak segera diberikan cairan yang memadai, bisa
terjadi kegagalan ginjal.
Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan
tebal yang disebut eskar, yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran
darah ke daerah tersebut. Untuk mengurangi ketegangan pada jaringan
yang sehat dibawahnya, biasanya dilakukan eskarotomi (pemotongan
eskar).
Jika luasnya tidak lebih dari uang logam 50 sen dan terjaga
kebersihannya, luka bakar yang dalam pun bisa pulih dengan
sendirinya. Tetapi jika lapisan kulit dibawahnya mengalami kerusakan
yang luas, biasanya perlu dilakukan pencangkokkan kulit (skin graft).
Bagian kulit yang sehat bisa berasal dari tubuh penderita sendiri
(autograft), dari donor hidup maupun dari kulit orang yang sudah
meninggal (allograft), atau dari mahluk lain selain manusia (xenograft,
biasanya babi karena kulitnya paling mirip dengan kulit manusia.
Autograft sifatnya permanen, tetapi skin graft dari donor (baik manusia
maupun hewan) sifatnya sementara, yaitu hanya melindungi daerah
yang terbakar pada saat tubuh melakukan penyembuhan sendiri dan 10-
14 hari kemudian akan ditolak oleh tubuh.
Biasanya perlu dilakukan terapi fisik dan terapi okupasional untuk
meminimalkan jumlah jaringan parut dan untuk mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi dari daerah yang terbakar. Secepat mungkin
dipasang bidai untuk menjaga agar persendian tetap bisa digerakkan
sehingga otot dan kulit tidak menjadi kaku dan memendek. Bidai
dipasang sampai terjadi pemulihan yang luas. Sebelum dilakukan skin
graft, persendian yang terkena dilatih terlebih dahulu sehingga
kemampuan geraknya meningkat. Setelah graft ditempelkan, biasanya
dilakukan pembidaian selama 5-10 hari untuk memastikan bahwa graft
telah terpasang sebagaimana mestinya. Penderita harus mengkonsumsi
sejumlah kalori dan gizi yang cukup yang diperlukan untuk proses
pemulihan. Jika usus tidak berfungsi akibat cedera atau pembedahan
berulang, zat gizi biasa diberikan melalui infus. Diperlukan waktu yang
lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang sampai bertahun-
tahun, karena itu penderita bisa mengalami depresi berat sehingga
dukungan moril sangat diperlukan dari orang-orang di sekelilingnya.
e) Terapi
 Non farmakologi
Yang boleh diberikan kepada penderita :
1. Cairan susu
Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka
bakar kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau
lebih. Bila anda kesulitan merendam, anda bisa menggunakan
handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang
terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan daerah
yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.
2. Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau
tiga hari setelah terluka, anda dapat membubuhi daerah luka
dengan cairan dari daun lidah buaya. Kesejukan dari cairan itu
akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5 kali
sehari tanpa ditutup dengan perban.
3. Kentang juga bisa dipakai untuk pertolongan luka bakar. Irislah
kentang lalu tutup daerah yang terbakar menggunakan irisan
tersebut. Zat tepung pada kentang akan menetralisir luka bakar,
rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut.
4. Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka,
meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan
mencegah infeksi kuman serta melindungi daerah luka.
5. Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat
penyembuhan serta mencegah jaringan parut. Pertama tama,
bersihkan daerah luka dengan air dan sabun. Campur minyak
lavender dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3.
Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.
Hal yang harus diperhatikan :
1. Jangan mengoleskan odol, kecap, mentega pada daerah yang terkena luka
bakar. Bahan” ini hanya akan menyebabkan infeksi pada luka bakar dan
bahkan memperlama proses penyembuhannya.
2. Menutup luka bakar dengan menggunakan putih telur akan mencegah luka
bakar menjadi kering.
3. Jangan memecah bula/lepuhan. Memecah bula hanya akan membuat
infeksi pada luka bakar. Jika bula terlanjur pecah, bersihkan dan sementara
tutup dengan kasa steril.
4. Jangan menekuk daerah yang terkena luka bakar, terutama pada daerah”
persendian karena akan menyebabkan kontraktur/pemendekan yang akan
menyusahkan proses penyembuhannya.
5. Cepat berikan penanganan medis kepada penderita jika mengalami luka
bakar berat atau luas. Kemungkinan penderita memerlukan oksigen jika
mengalami udem/pembengkakan laring, atau perlu cairan infus karena
luasnya luka bakar sehingga penguapan yang terjadi juga masif atau perlu
diberikan antibiotik masif atau injeksi anti tetanus.
 Terapi Farmakologi
(Kee, Joyce L. 1996)
OBAT KEKUATAN OBAT PEMAKAIAN
DAN
PERTIMBANGAN

Perak Sulfadiazin Krim 1% , dioleskan Mencegah dan


(Silvadene) 1-2 kali / hari mengobati infeksi
pada luka bakar
derajat ke II dan ke
III. 10 % dari obat
ini diabsorbsi.
Pemakaian yang
banyak atau
pengolesan secara
berlebihan dapat
menyebabkan
timbulnya Kristal
sulfa (kristaluria)
Perak Nitrat Larutan 0,5 % Untuk luka bakar
derajat ke II dan ke
III. Pembalut
direndam dalam
larutan perak nitrat
0,5 % dan pembalut
diangkat sebelum
menjadi kering.
Efektif melawan
beberapa organisme
gram negatif. Dapat
menimbulkan
ketidakseimbangan
elektrolit
(Hipokalemia) jika
dipakai berlebihan.
Mafenid Asetat Krim 8,5 % Untuk luka bakar
(Sulfamylon) derajat ke II dan ke
III.
Nitrofurazone Krim, salep, larutan, Untuk luka bakar
(Furacin) 0,2 % derajat ke II dan ke
III dapat
menimbulkan
fotosensistifitas,
oleh karena itu
hindari sinar
matahari dapat
menyebabkan
dermatis kontak

f) Pelindung Sinar Matahari


Sunscreen merupakan sejenis krim atau lotion yang digunakan untuk
melindungi kulit dari paparan sinar matahari (UV-A dan UV-B). Sediaan tabir
surya (sunscreen) adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membaurkan atau menyerap secara emisi gelombang ultraviolet dan inframerah,
sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari.
i. Komponen Sinar Matahari
Sinar matahari terdiri dari 3 komponen, yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC.
1. Sinar UVA (panjang gelombang antara 315 – 400 nm) mampu lebih dalam
menembus kulit dan memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk
menimbulkan kerusakan pada kulit, seperti kerutan, dan gejala-gejala
penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat kulit menjadi hitam (tanning).
2. Sinar UVB (panjang gelombang 290 – 320 nm) hanya 0.2 % dari sinar
matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari sinar UVB ini
sebenarnya sangat penting untuk memicu pembentukan vitamin D3 (salah
satu komponen Vitamin D) dari provitaminnya.
3. Sinar UVC (panjang gelombang 270 - 290 nm) sebenarnya amat
berbahaya dan sangat merusak kulit, tetapi sinar ini ditahan oleh lapisan
ozon. Kebocoran lapisan ozon (O3) menyebabkan beberapa (sebagian
kecil) sinar ini masuk ke bumi. Tak heran mengapa akhir-akhir ini sinar
matahari terasa begitu menyengat dan membakar kulit.
American Cancer Society menyatakan bahwa pemaparan UV dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan pada kulit yang meliputi :
a. Penuaan
b. Kerutan
c. Kehilangan elastisitas kulit
d. Noda gelap (lentigos, kadang disebut “age spots” atau “liver spots” )
e. Keratosis aktinik

ii. Jenis-Jenis Sunscreen


Beberapa jenis sunscreen yang tersedia adalah:
1. Penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin,
CaCO3, MgO, dan
2. Penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan
benzophenon antara lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B
yaitu turunan salisilat, turunan para amoni benzoic acid (PABA) misalnya
oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil
parametoksisinamat) dan lain-lain.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antar tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang
menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika.

iii. Mekanisme Kerja Sunscreen


Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2
mekanisme utama yaitu :
1. Mengabsorbsi energi sinar UV. Mengubahnya menjadi bentuk energi
panas. Umumnya senyawa UV filter organic termasuk dalam kelompok
ini.
2. Menghamburkan dan memantulkan energi sinar UV. Umumnya senyawa
UV filter anorganik termasuk dalam kelompok ini. Misalnya titanium
dioxida, Zinci oxida, dll
Sangat banyak tabir surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan
kedua mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Sekarang ini
UV protection digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari,
seperti krim pelembab dan produk perawatan rambut, produk aftershave,
lipstik atau produk make-up. UV protection dapat diklasifikasikan menjadi 2
kelompok berdasarkan asalnya. Anorganik UV protection, atau yang juga
disebut UV protection fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan
menghamburkan radiasi UV, organik UV protection, yang juga disebut UV
protection kimia atau sunblock, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi.

iv. Efektifitas Tabir Surya


Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir
surya dan memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada
label produk. Parameter yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection
Factor (SPF) produk tabir surya, dengan hubungan terhadap peningkatan dosis UV
pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa menunjukkan eritema, sebagai
perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi.
Faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu menunjukkan
tingkat lamanya tabir surya bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari (UV)
atau berapa lama anda bisa berada dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit
terbakar (sun burn). Semakin tinggi nilai SPF, semakin besar perlindungan yang
akan didapat. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100. Sediaan tabir surya
dikatakan dapat memberikan perlindungan apabila memiliki nilai SPF 2 – 8.
Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut :
1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat.
2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon.
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivate PABA.
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.
5.Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik.
Jika suatu body lotion mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan
meneruskan sinar matahari seperlima belas saja. Krim dengan SPF 60 hanya
meneruskan seperenam puluh sinar matahari ke kulit. Oleh karena itu, makin besar
nilai SPF maka makin efektif fungsinya sebagai tabir surya. Krim tabir surya dapat
dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan
sampai terkena bagian mata. Krim inipun dapat digunakan setiap hari sebagai alas
bedak.
Faktor protektif terhadap sinar (SPF) menunjukkan kelipatan peningkatan
toleransi terhadap kontak dengan sinar matahari dengan penggunaan produk ini
tanpa menimbulkan eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan mengizinkan
orang yang biasa menderita eritema setelah berkontak 20 menit untuk bertahan 160
menit terhadap sinar matahari.

E. Bentuk – Bentuk Sediaan


Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk
larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan
lipid non-air, gel, dan aerosol.
Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu :
1. Enak dan mudah dipakai.
2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur.
4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan keembaban kulit.
5. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi.

Bentuk-bentuk preparat susnscreen dapat berupa :


1. Preparat anhydrous
Minyak-minyak cair suntan menduduki tempat yang paling penting.
Keuntungan yang spesifik dari sediaan berminyak adalah sifat tahan terhadap air
yang timbul saat berkeringat pada saat berjemur atau berenang. Efek lubrikan
(perlindungan mekanik) juga dipertimbangkan sebagai hal yang sangat menolong.
Minyak nabati digunakan sebagai tabir surya karena mamiliki kemampuan
menyerap dalam range UV kritikal. Hal ini ditunjukkan oleh minyak wijen yang
paling luas penggunannya. Minyak nabati merupakan pelarut yang lebih baik
dibandingkan minyak mineral untuk mebanyakan bahan-bahan tabir surya yang
larut minyak.
2. Emulsi (m/a, a/m)
Berbagai jenis emulsi, non lemak m/a, semi lemak , lemak m/a, telah
digunakan sebagai tabir surya dengan kandungan lemak yang tinggi menyerupai
minyak dan non lemak serupa dengan sediaan berair. Keuntungan dari produk
emulsi adalah penampilan dan konsistensi yang menyenangkan saat
penggunaannya.
3. Preparat tanpa lemak
Dibandingkan dengan minyak suntan, sediaan ini memiliki keuntungan yaitu
tidak berlemak dan lengket serta nyaman dalam penggunannya. Kelompok ini
dibagi atas komposisi alcohol tinggi atau rendah. Kerugian utama dari sediaan
berair dan rendah alcohol adalah kelarutannya dalam air yaitu kehilangan aktivitas
pada kondisi berkeringat atau dalam air.
Tabir surya yang baik:
a. Mempunyai nilai SPF 15 atau 15+
b. Punya nomor register/terdaftar CL,CD.
c. Pilih produk tabir surya yang tanpa wewangian.
d. Ada tanggal kadaluarsa, bila disimpan secara benar 2 tahun.
e. Bentuk padat terpisah dari bagian cair rusak

F. Contoh Sunscreen
1. Parasol 33
Komposisi: Octyl methoxycinnamate, Oxybenzone, Microtitanium
dioxide, Methyl benzilidene camphor, Butyl methoxy
dibenzoil methane, Cetil alcohol, Tocopherol acetate, Red
ion oxide, Cl No. 77492, Sodium lauryl
sulphate, Propyl paraben, Methyl paraben, Aloe vera,
Purified water.
Kegunaan: Krim pelindung terhadap sinar matahari yang mengandung
Aloe Vera dan Vitamin E, bekerja melindungi kulit akibat
pengaruh buruk sinar matahari sekaligus menjaga
kelembaban kulit sehingga tetap lembut, halus.dan tidak
kering. Dapat dipakai sebagai alas make up yang baik.
Cara Pemakaian: Sebelum bepergian keluar kena sinar matahari, oleskan
krim tipis-tipis pada bagian kulit yang akan dilindungi.
Pastikanlah bahwa seluruh kulit tersebut telah tertutupi dan
bila mana perlu ulangi pemakaian untuk memastikan suatu
perlindungan yang cukup. Hilangkan krim pada waktu
malam hari dengan memakai krim/susu pembersih atau
dengan sabun dan air dan pakailah kembali waktu pagi hari.
Perhatian: a. Individu-individu yang diketahui peka terhadap salah satu
komponen krim ini hendaknya tidak memakai sediaan ini.
b. Hindari kontak dengan mata atau mulut.
c. Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-
merahan pada kulit.
Kemasan: Pemakaian dihentikan bilamana timbul iritasi atau kemerah-
merahan pada kulit.
2. Solare
Kandungan : Oktil metoksisinamat 7,5%, benzopfenon-3 3%, pemutih.
Indikasi: Tabir surya yang mengandung pelembab dan pemutih,
berfungsi melindungi kulit dari reaksi terbakar sinar
matahari, proses penuaan dini, flek hitam dan kanker kulit,
membantu memutihkan wajah.
Perhatian: Hindari kontak dengan mata, bila timbul kemerahan pada
kulit, hentikan pemakaian.
Dosis: Oleskan merata pada kulit 30 menit sebelum terkena sinar
matahari.
Kemasan: Botol plastik 100ml.
3. Intersun
Komposisi: Per mililiter lotion Vit E, aloe vera, ethylhexyl
methoxycinnamate, benzophenone-3.
Indikasi: Tabir surya & pelembab.
Kemasa: Lotion SPF 30 x 100 ml.
Dosis: Gunakan pada area kulit yang perlu dilindungi dari sinar
matahari 30 menit sebelum pemaparan terhadap sinar
matahari.
Pabrik: Interbat.
4. Rossolare Lation
Komposisi: Oktil Metoksisinnamat / octyl methoxycinnamate 7,5 %,
Benzofenon-3 3 %.
Indikasi: Tabir surya, pelembab
Kemasan: Lotion 100 mL.
Dosis: Gunakan 30 menit sebelum terpapar sinar matahari.
Pabrik: Yupharin.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin
yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi.
Swamedikasi hanya dapat diberikan untuk luka bakar ringan dan
preventif pada luka bakar berat yang akan dirujuk ke rumah sakit
Swamedikasi pada luka bakar ringan dapat diberikan sulfadiazin dan
bioplacenton sebagai pencegah penyebara infeksi.
B. SARAN
Perlu adanya pemecahan masalah klinis dalam pemecahan kasus
dalam memberikan terapi obat dengan swamedikasi.
Disarankan untuk merawat kulit, bisa menggunakan/ memakai
payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian
bahan-bahan kimia yang melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar
yang mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin,
kalsium karbonat, magnesium karbonat, talkum, silisium dioksida dan
bahan-bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak
(foundation) atau bedak.

DAFTAR PUSTAKA

David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :


Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.


Philadelphia.118-129
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, Jakarta : ECG

Nina, R. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol
70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Punggung Kelinci New
Zealand. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurul K. 2013. http://nurulkhatimahp.blogspot.com/2013/05/makalah- sunscreen.html

Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88

Anda mungkin juga menyukai