BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati
seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan
yang berarti pembangunan harus dilaksanakan seluruh rakyat secara merata oleh
yang diatur dalam undang-undang No. 17 Tahun 2007 adalah dokumen perencanaan
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan
nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari
tahun 2005 hingga tahun 2025 yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang
melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan pola tindak.
Pembangunan fisik seperti gedung sekolah, jalan tol, rumah sakit dan lain-lain
bangunan dilihat dari sistem hukum merupakan salah satu komponen dari hukum
bangunan (bouwrecht). Bangunan di sini mempunyai arti yang luas, yaitu segala
sesuatu yang didirikan di atas tanah. Dengan demikian yang dinamakan hukum
sebagian kecil yang ditangani pemerintah, selebihnya sangat diharapkan peran serta
pihak swasta baik sebagai investor maupun sebagai kontraktor. Dalam hal ini
tersebut, yaitu :2
1
Pasal 1601 huruf (b) KUH Perdata.
2
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
pemborong (swasta). Borongan pekerjaan yang berasal dari pihak swasta dan
PT. Telkomsel sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
telekomunikasi, juga sering kali harus bekerjasama dengan pihak lain dalam proses
komunikasi telkomsel agar dapat digunakan secara lebih efektif dan efesien oleh para
pelanggannya. Tower telkomsel adalah suatu bangunan yang berupa tiang pemancar
komunikasi yang berfungsi untuk menangkap sinyal frekuensi radio agar dapat
adalah 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK). Dalam
pelaksanaan pembangunan tower tersebut ada faktor resiko yang harus dihadapi baik
dapat berupa radiasi sinyal yang berasal dari tower yang cukup kuat yang dapat
diminimalisir oleh pihak telkomsel maupun oleh developer. Pada saat pelaksanaan
bahan-bahan material bangunan yang telah sesuai dan diakui berdasarkan standard
internasional. Di samping itu digunakan juga alat anti radiasi pada tower tersebut
sehingga radiasi yang ditimbul dari tower dapat diminimalisir. Pihak telkomsel dalam
yang telah terpasang dan telah selesai pembangunan rubuh maka penggantian rugi
dapat dilaksanakan oleh pihak asuransi dalam mengkafer seluruh kerugian yang
frekuensi yang dihasilkan ditempat tersebut. Semakin banyak sinyal frekuensi yang
dilakukan di lokasi yang tidak memiliki sinyal frekuensi yang baik maka akan
dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), badan usaha swasta atau koperasi. Oleh karena itu, pembangunan tower ini
bisa dilakukan oleh perusahaan mitra kerja, baik pihak swasta maupun pemerintah.
pada hukum perjanjian secara umum yang diatur oleh KUHPerdata Buku III tentang
Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang
mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-
pihak tertentu.3 Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum perjanjian digolongkan
kedalam hukum tentang diri seseorang dan hukum kekayaan karena hal ini
dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang
disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601 huruf (b)
KUH Perdata, pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan nama pihak yang
satu (si pemborong), mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi
pihak yang lain (pihak yang memborongkan), dengan menerima suatu harga yang
ditentukan. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya ada dua pihak yang terkait
dalam perjanjian pemborongan yaitu pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan
3
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1979), hal. 49.
4
R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata=Burgerlijk
Wetboek (terjemahan), Cet. 28, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1996), hal. 323.
5
FX. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995), hal. 3
yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk saling mengadakan perjanjian tentang apa
saja yang dianggap perlu bagi tujuannya. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH
Perdata yang menyatakan perlu bagi tujuannya. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338
KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa saja) dan perjanjian itu akan mengikat
Pasal-pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila tidak mengadakan aturan-
berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.7
persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi
mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.8 Hubungan kedua orang yang
6
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1987), hal. 14.
7
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet. 1, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),
hal. 1.
8
Salim, H.S, Op.cit.
bersangkutan mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban
Salim, H.S, perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek hukum yang
satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan. Perlu diketahui
bahwa subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah
disepakatinya.9
kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada
satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain
untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara
dua orang (person) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada
9
Ibid, hal. 17.
10
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Cet. II, (Bandung : Alumni, 1986), hal. 6.
11
J. Satrio, Hukum Perjanjian, (Bandung : PT. Citra Aditya, 1992), hal. 322.
c. Adanya prestasi
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu.
istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601 huruf (b) KUH Perdata,
pihak yang lain (pihak yang memborongkan), dengan menerima suatu harga yang
ditentukan. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya ada dua pihak yang terkait
dalam perjanjian pemborongan yaitu pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan
uitvoering bij van openbare werken in Indonesia (selanjutnya disingkat dengan AV),
12
FX. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995), hal. 3.
Tahun 1984), bahwa perjanjian pemborongan itu harus dengan harga yang pasti.
Perjanjian pemborongan atas dasar “cost plus fee” dilarang. Cost plus fee adalah
biaya pemborongan yang jumlahnya tidak dinyatakan dengan pasti terlebih dahulu,
upahnya (keuntungannya).14
antara kedua belah pihak adalah merupakan hubungan hukum keperdataan, yang
13
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,
(Yogyakarta : PT. Liberty, 1982), hal. 54.
14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 1986),
hal. 96.
tunduk pada hukum perjanjian atau hukum kontrak, sehingga kedua belah pihak
Hubungan hukum antara kedua belah pihak (PT. Telkom dan perusahaan
PT. Telkomsel) sebagaimana tersebut di atas, tidak terlepas dari harus terpenuhinya
syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian seperti yang tercantum dalam Pasal
perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang
membuatnya.
Banyak aspek yuridis yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak dalam
perjanjian pemborongan ini khususnya yang terkait dengan tanggung jawab para
15
Hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan dalam hal membuat perjanjian
(beginsel der contracts vrijheid). Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang
menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Sebenarnya yang dimaksudkan oleh pasal tersebut tidak lain dari
pernyataan bahwa setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak. Tetapi dari pasal ini kemudian dapat
ditarik kesimpulan bahwa orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak melanggar
ketertiban umum atau kesusilaan. Orang tidak saja leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, bahkan
pada umumnya juga diperbolehkan mengeyampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam
KUHPerdata. Sistem tersebut lazim disebut dengan sistem terbuka (openbaar system).
penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan sesuai
Selain itu permasalahan juga dapat timbul dari pihak pemberi pekerjaan
mungkin saja bisa terjadi keterlambatan. Selain masalah-masalah yang umum yang
bangunan, kualitas bangunan dan sebagainya. Oleh karena hal-hal tersebut di atas,
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek-
perusahaan mitra kerja di dalam sebuah tesis yang berjudul : “Tinjauan Yuridis
B. Perumusan Masalah
1. Apakah hubungan hukum yang timbul antara telkomsel dengan perusahaan mitra
telkomsel dengan mitra kerja telah sesuai dengan ketentuan dan prosedur hukum
pembangunan Tower PT. Telkomsel dengan perusahaan mitra kerja tersebut, dan
C. Keaslian Penelitian
PT. Telkomsel dengan perusahaan mitra kerja belum pernah dilakukan, baik dalam
judul, topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini adalah merupakan hal
yang baru dan asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuwan, yaitu jujur, rasional,
D. Tujuan Penelitian
yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini, adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah hubungan hukum yang timbul antara PT. Telkom
dengan perusahaan mitra kerja telah sesuai dengan persyaratan mengenai hukum
telekomunikasi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi
yaitu :
1. Secara Teoritis
Dari sudut penerapannya dalam ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat
2. Secara Praktis
a. Bagi Pemerintah
perjanjian kerja pemborongan bangunan, yang selama ini masih tunduk pada
hukum perdata.
c. Bagi Masyarakat
1. Kerangka Teori
masalah yang diteliti dengan cara mengkontruksi keterkaitan antara konsep secara
deduktif ataupun induktif. Oleh karena objek masalah yang diteliti dalam tesis ini
berada dalam ruang lingkup ilmu hukum, maka konsep-konsep yang akan digunakan
Teori yang digunakan untuk menganalisa tesis ini adalah teori keadilan yang
kesepakatan maka perlu dilihat apa itu perjanjian, dapat dilihat pasal 1313
KUHPerdata. Menurut ketentuan pasal ini, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Sebab Kesepakatan atau kata sepakat merupakan bentukkan atau merupakan unsur
“suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
“Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung bahwa para pihak yang
membuat perjanjian telah sepakat atau ada persetujuan kemauan atau menyetujui
16
Pasal 1320 KUHPerdata
17
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), hl. 16.
18
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 2000),
hal. 214.
kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Tentang kapan
itu.
memenuhi persyaratan yang ada, yaitu yang tertuang dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
sepakat secara suka rela dari para pihak. Pasal 1321 KUHPerdata yang mengatakan
19
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003), hal. 33-41.
bahwa: Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau
subyektif, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan jika suatu perjanjian
yang dibuat oleh kedua pihak tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian itu
dan debitur, adakalanya tidak ada persesuaian. Mengenai ketidaksesuaian ini ada tiga
1. Teori Kehendak (wilstheorie), bahwa perjanjian itu terjadi apabila ada persesuaian
antara kehendak dan pernyataan, kalau tidak maka perjanjian tidak jadi.
tidak diketahui orang lain. Akan tetapi yang menyebabkan terjadinya perjanjian
menimbulkan perjanjian.
Ada tiga alternatif pemecahan dari kesulitan yang dihadapi ketiga teori di atas
sebagai berikut:
20
Subekti dan Titrosudibio, KUHPerdata, (Jakarta: Paramita), 1974.
terjadi jika tidak terjadi persesuaian, pemecahannya: pihak lawan mendapat ganti
bahwa mengenai hukum perjanjian diatur dalam Buku III tentang Perikatan, dimana
hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang mengenai hak-hak
Hukum tentang Diri Seseorang dan Hukum Kekayaan karena hal ini merupakan
hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang dinilai
dengan uang.21
21
R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata = Burgelijk
Wetboek (terjemahan), Cet. 28, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1996), hal. 323.
Keberadaan suatu perjanjian atau yang saat ini lazim dikenal sebagai kontrak,
seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut:
perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang
membuatnya.
berjanji kepada seorang lain atau diaman dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.23 Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua
menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
22
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet II, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 3.
23
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. XII, (Jakarta: PT. Intermasa, 1990), hal. 1.
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang
lain. Dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Maka
hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu
timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis
dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum
yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual
beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum
adat.
2. Subyek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai
pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam
24
Salim HS, Op Cit, hal. 4.
hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang
3. Adanya Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu
a. Memberikan sesuatu;
b. Berbuat sesuatu;
4. Kata sepakat
seperti dimaksud di atas, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus).
5. Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum.
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selama dengan sepakat kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang
dikenal menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain adalah: asas
asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik (good faith) dan asas
dimaksud.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para
pihak untuk:25
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
25
Tirtodiningrat, K.R.T.M, Ihtisar Perdata dan Hukum Dagang, (Jakarta: Pembangunan,
1966), hal. 83.
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman.
Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi lebih
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata. Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja.
Dalam hukum gereja itudisebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada
kesepakatan antar pihak yang melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini
mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak
merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun,
dalam perkembangan selanjutnya asas pacta sunt servanda diberi arti sebagai pactum,
yang berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan
formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum sudah cukup dengan kata sepakat
saja.
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan
asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik
dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi
dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap
dan tingkah laku yang nyata dari subyek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak
pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan
Hoge Raad (HR) yang erat kaitannya dengan penerapan asas itikad baik dapat
diperhatikan dalam kasus-kasus posisi berikut ini. Kasus yang paling menonjol
adalah kasus sarong Arrest dan Mark Arrest. Kedua arrest ini berkaitan dengan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315
perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini sudah jelas
bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan
26
Ibid, hal, 11.
dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara
pihak yang membuatnya.” Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat
oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian,
pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu
pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini
kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan di
dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri,
melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang
memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317
KUHPerdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal
1318 KUHPerdata untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang
yang memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan demikian, Pasal 1317
dengan istilah Pemborongan Pekerjaan. Menurut Pasal 1601 huruf (b) KUHPerdata,
lain (pihak yang memborongkan), dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
Jadi dalam Perjanjian Pemborongan hanya ada dua pihak yang terkait dalam
perjanjian pemborongan yaitu pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan atau
melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan pembayaran upah yang ditentukan pula.28
yang menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya,
atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan. Disini tidaklah penting
tersebut, yang akan diserahkan kepadanya dalam keadaan baik (mutu dan
antara pemberi tugas dan kontraktor atau terbuka yaitu melalui pelelangan umum atau
tender. Lain halnya dengan pemborongan bangunan milik pemerintah dimana harus
jenis yaitu:
27
FX. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hal, 3.
28
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Bandung: PT. Intermasa, 1987), hal. 174.
musnah sebelum pekerjaan diserahkan, maka ia bertanggung jawab dan tidak dapat
menuntut harga yang diperjanjikan kecuali musnahnya barang itu karena suatu cacat
yang terdapat di dalam bahan yang disediakan oleh pemberi tugas sebagaimana
1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu, adalah perjanjian dimana satu pihak
menghendaki dari pihak lainnya dilakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan,
untuk mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali tergantung pada pihak lainnya.
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lainnya yaitu si majikan, untuk
29
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1985), hal. 57.
perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian melakukan jasa, yaitu sama-sama
pihak lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah
bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan antara
buruh dengan majikan. Pada pemborongan bangunan dan perjanjian melakukan jasa
tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan yang tugasnya
secara mandiri.30
pekerjaan, khususnya bagi bangunan yang diatur dalam KUHPerdata yang berlaku
sebagai hukum pelengkap peraturan tersebut pada umumnya mengatur tentang hak-
hak dan kewajiban pemborongan yang harus diperhatikan baik pada pelaksanaan
waktu tertentu, pada masa ini pemborong wajib melakukan perbaikan jika terbukti
Menurut Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
30
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op cit, hal. 52.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir
lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, yaitu pihak yang
mengikat kedua belah pihak artinya para pihak tidak dapat membatalkan perjanjian
pemborongan dengan biaya agak besar maupun besar, perjanjian pemborongan dibuat
secara tertulis, baik dengan akta dibawah tangan maupun dengan akta outentik (akta
notaris).
dalam:
1. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga pasti (fixed price). Disini harga
pemborongan telah ditetapkan secara pasti, ialah baik mengenai harga kontrak
3. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar satuan (unit price), yaitu harga
yang diperhitungkan untuk setiap unit. Disini luas pekerjaan ditentukan menurut
4. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar jumlah biaya dan upah (cost plus
fee). Disini pemberi tugas akan membayar pemborongan dengan jumlah biaya
pemborongan, yaitu:31
negoisasi ini praktis lebih bersifat informal. Dalam hal ini pihak pemilik
31
Ibid, hal. 59-60.
Ada dua macam tender yang lazim dilakukan dalam praktek, yaitu pertama
sistem tender terbuka, pada sistem ini tender mengundang semua pihak yang
berkepentingan untuk berpartisipasi dalam tender tersebut, dalam hal ini dapat
terbatas, yaitu hanya beberapa pihak tertentu saja untuk berpartisipasi dalam
tender tersebut. Tentu saja sungguh pun sistem tender ini terkesan formal
dengan dokumentasi yang lebih rumit akan tetapi sistem ini mengandung
manfaat yang lebih nyata, antara lain dengan semakin banyaknya pihak yang
dilengkapai dengan uraian tentang bahan material, alat-alat, dan tenaga kerja
yang dibutuhkan.
merupakan salah satu bentuk dari penanggungan yang diatur dalam Bab XVII Buku
III KUHPerdata dari Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Apabila terjadi
sejumlah uang kepada kreditur/penerima jaminan. Sejak saat itu menjadi hubungan
Surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum dapat dikeluarkan baik oleh
bank umum pemerintah maupun swasta, baik devisa, di Indonesia atau bank diluar
luar Negeri. Selain surat jaminan tertulis yang dikeluarkan oleh bank umum, dapat
juga dikeluarkan surety bond yaitu jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan
terhadap pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin cidera janji
(wanprestasi).
2. Kerangka Konsep
dipergunakan, maka perlu dibuat defenisi operasional atau konsepsi, yaitu sebagai
berikut:
1. Perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini
secara sebagian.32
32
Blacks Law Dictionary dalam Salim, H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di
Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal, 16. Inti defenisi yang tercantum dalam Black’s
Law Dictionary adalah bahwa kontrak dilihat sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan
kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian.
33
Pasal 1601 butir (b) KUHPerdata.
34
http://kamusbahasaindonesia.org/pembangunan.
pelanggan di daerah tersebut dengan sentral (BSC). Jadi bagian yang terpenting
dimenangkan.
merupakan persetujuan antara kedua belah pihak yang menghendaki hasil dari
suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya, atas pembayaran sejumlah
uang sebagai harga hasil pekerjaan. Disini tidaklah penting bagi pihak yang
perjanjian.36
8. Kontrak kerja, adalah : hubungan antara dua pihak yang harus memenuhi
a. Adanya pekerja dan pemberi kerja Antara pekerja dan pemberi kerja memiliki
kedudukan yang tidak sama. Ada pihak yang kedudukannya diatas (pemberi
kerja) dan ada pihak yang kedudukannya dibawah (pekerja). Karena pemberi
pemberi kerja.
c. Waktu tertentu pelaksanaan kerja dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang
9. Adanya upah yang diterima Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut
36
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermasa, Bandung, 1987, hal 174.
37
Pasal 1601 (a) KUHPerdata.
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik
G. Metode Penelitian
berikut:
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif yang didukung oleh penelitian yuridis sosiologi yang berupa wawancara
dengan pihak-pihak terkait yaitu pejabat telkomsel dan pihak mitra kerja yang
memiliki kapasitas sebagai informan dan nara sumber. Penelitian hukum normatif
perusahaan mitra kerja. Dalam penelitian hukum normatif yang digunakan adalah
merujuk pada sumber bahan hukum, yakni penelitian yang mengacu pada norma-
38
Pasal I huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.
39
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 14.
baik hukum yang tertulis dalam buku (law as written in the book), maupun hukum
diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law ias is decided by the judge
seperti ini sebagai penelitian doktrinal (Doctrinal Research), yaitu penelitian yang
menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is wrritten in the
book), maupun yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it is
Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriftif analitis, yaitu penelitian ini
hanya untuk menggambarkan tentang situasi atau keadaan yang terjadi terhadap
b. Pendekatan Penelitian
40
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,
disampaikan pada “Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum pada Majalah Akreditasi”, Medan,
tanggal 18 Februari 2003, hal.1.
41
Pendapat Ronald Dworkin, sebagaimana dikutip oleh Bismar Nasution, Metode Penelitian
Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, disampaikan pada acara Dialog Interaktif
tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum
USU, 18 Februari 2003, hal.1.
semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan issue hukum yang
sedang ditangani.
kerja. Yang menjadi kajian pokok di dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi
atau reasoning, yaitu pertimbangan dalam setiap proses hukum yang terjadi di dalam
perjanjian/kontraki kerja.42
c. Sumber Data
b. Peraturan dasar;
majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya
3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang
sekunder dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan
permasalahan dalam tesis ini, seperti buku-buku hukum, majalah hukum, artikel-
bahan-bahan lainnya. Informasi dari para informan yakni pejabat telkomsel dan juga
telkomsel tersebut. Sepanjang yang relevan dalam penelitian ini juga menjadi bahan
e. Analisis Data
Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah
dan dianalisis. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan pemilihan pasal-pasal
43
Bambang Sungggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998),
hal. 195, sebagaimana dikutip dari Soejono Soekanto dan Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif
suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hal. 41.
Proses analisa tidak selalu harus dilakukan secara berurutan, namun dilakukan
berdasarkan data yang terkumpul, kemudian disinkronkan satu dengan yang lain.
Pada bagian akhir, data yang berupa studi kasus ini diteliti dan dianalisis secara
induktif kualitatif yang diselaraskan dengan hasil dari data pendukung yang
research).