Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH USIA DAUN TERHADAP TOTAL FENOLIK DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN UWI UNGU (Dioscorea

alata L.) DENGAN METODE DPPH

Proposal Penelitian

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai Derajad Ahli Madya Farmasi (A.Md Farm)

Disusun oleh:

Sri Rahayu Tulus Prihati

A1171064

Kepada

AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

2019
Pengesahan Proposal Penelitian

PENGARUH USIA DAUN TERHADAP TOTAL FENOLIK DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN UWI UNGU (Dioscorea

alata L.) DENGAN METODE DPPH

Oleh:

Sri Rahayu Tulus Prihati

A1171064

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 11 Juli 2019

Mengetahui,

Pembimbing Direktur Akademi Farmasi Nusaputera

Drs. Warlan Sugiyo, M.Si Yithro Serang, M. Farm., Apt


NIP : 070112150 NIP : 070315005

Tanggal : Tanggal :

Tim Penguji :

Ketua : Buanasari, S.T., M.T …………………..


NIP : 071110122

Anggota : Drs. Warlan Sugiyo, M.Si …………………..


NIP : 070112150

.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian

ini yang berjudul “PENGARUH USIA DAUN TERHADAP TOTAL FENOLIK

DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN UWI UNGU (Dioscorea

alata L.) DENGAN METODE DPPH”.proposal penelitian ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi

Farmasi Nusaputera Semarang. Penulis menyadari dalam penyusunan proposal

penelitian tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan proposal penelitian ini kepada

1. Bapak Yithro Serang, M.Farm., Apt. Selaku direktur Akademi Farmasi

Nusaputera Semarang.

2. Bapak Drs. Warlan Sugiyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia memberikan motivasi bimbingan, arahan dan nasehatnya serta

meluangkan waktu untuk penelitian ini

3. Ibu Buanasari, S.T.,M.T. selaku dosen wali yang telah bersedia

memberikan motivasi selama proses penyelesaian penelitian ini.

4. Kepada seluruh dosen, staf, karyawan, dan pekarya yang telah membantu

semasa perkuliahan dan penyelesaian penelitian ini.

5. Ibu, bapak, suami, putra putri ku dan kakak ku yang selalu memberikan

doa, semangat, nasehat, dukungan, motivasi, dan kasih sayang sepanjang

waktu.

6. Rekan - rekan rombel C kelas karyawan yang selalu memberikan

semangat, motivasi, dukungan dan dorongan setiap waktu.


7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan mendukung penulis.

Saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi

kebaikan dan kualitas penyusunan Proposal penelitian selanjutnya dan semoga

Proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Semarang, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

PRAKATA........................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ABSTRAK........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................

Latar Belakang Masalah.............................................................................


Perumusan Masalah....................................................................................
Tujuan Penelitian........................................................................................
Pembatasan Masalah...................................................................................
Manfaat Penelitian......................................................................................

BAB II. KAJIAN TEORI.................................................................................

Landasan Teori............................................................................................
Penelitian Yang Relevan.............................................................................

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................

Subjek Penelitian........................................................................................
Setting Penelitian........................................................................................
Metode Pengumpulan Data.........................................................................
Cara Pengolahan Data.................................................................................
Indikator Keberhasilan................................................................................
Prosedur Penelitian.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

ABSTRAK

Uwi ungu (Dioscorea alata L.)merupakan sejenis umbi-umbian


pangan.Pemanfaatannya lebih banyak pada bagian umbinya, sedangkan bagian
daunjarang terpakai dan diduga mengandung senyawa fenolik yang berpotensi
sebagai antioksidan.Antioksidan merupakan senyawa untuk menangkal radikal
bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia daun terhadap
total fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak daun uwi ungu yang diambil dari
tiga letak daun yaitu pucuk, tengah dan bawah tanamansehingga dapat diketahui
usia daun mana yang mempunyai kandungan fenolik paling tinggi.
Penyarian dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak diuji kadar
total fenoliknyadengan metode Folin-Ciocalteudan uji aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH. Prinsip kerja ini adalah pengukuran aktivitas antioksidan
berdasarkan penurunan absorbansi DPPH yang terukur pada panjang gelombang
516 nm sebagai akibat adanya suatu senyawa antioksidan.
Usia daun tidak mempengaruhi yield ekstrak daun uwi ungu dimana
ekstrak daun tengah mendapatkan hasil5,44% yang lebih besar dari ekstrak daun
pucuk dan daun bawah yaitu 4,05% dan 4,06% tetapi usia daun mempengaruhi
total fenolik dan aktivitas antioksidan sebagai nilai IC50dimana ekstrak daun
bawah mendapatkan hasil total fenolik paling besar yaitu 31,05 ± 0,069 mg
GAE/g kemudian disusul daun tengah dan daun pucuk sebesar 27,39 ± 0,059 mg
GAE/g dan 14,65 ± 0,055 mg GAE/g serta IC50paling kecil pada ekstrak daun
bawah sebesar 81 ppm disusul daun tengah dan daun pucuk sebesar 83,41 ppm
dan 153,39 ppm. Semakin kecil nilai IC50aktivitas peredaman radikal bebas
semakin tinggimaka ekstrak daun bawah uwi ungu mempunyai aktivitas
antioksidan yang besar dan tergolong kuat.

Kata kunci : Daun uwi ungu,DPPH, Fenolik, Spektrofotometri UV-Vis.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Uwi ungu (Dioscorea alataL.) merupakan tanaman pangan yang sering

diambil bagian umbinya untuk dikonsumsi baik sebagai pengganti nasi maupun

sebagai cemilan. Lubag (2008) melakukan analisis terhadap umbi uwi ungu dan

menunjukkan hasil bahwa kandungan dalam umbi uwi ungu terdiri dari

air89,73%, abu 0,62%, abu tak larut asam 0,55%,kadar serat 0,67%, pati 10,93%,

lemak 0,82%,dan protein 1,36%. Menurut Peter (2007) umbi uwi merupakan

sumber hayati umbi-umbian yang mengandung selain karbohidrat juga

mengandung flavonoid, alkaloida, saponin dan fenol. Semua kandungan tersebut

termasuk dalam senyawa antioksidan.Banyak penelitian yang terpusat pada umbi

uwi ungu karena kandungannya tersebut, tetapi belum pernah ada yang meneliti

kandungan dari daun uwi ungu.

Nina et al. (2017) menyebutkan bahwa senyawa fenolik merupakan

komponen yang terdapat pada hampir semua tanaman dan dapat berperan sebagai

pemberi warna dan sebagai antioksidan alami. Pada penelitian sebelumnya umbi

uwi ungu telah terbukti mengandung senyawa fenolik sehingga dapat dikatakan

pada daun uwi ungu juga pasti mengandung senyawa fenolik. Pemanfaatan daun

uwi ungu di masyarakat sekitar hanya terbatas pada bagian yang terjangkau oleh

tangan untuk dikonsumsi, padahal kadar senyawa fenolik pada masing-masing

usia daun dan letak daun dapat berbeda. Paini dkk. (2008) melakukan evaluasi

aktivitas antioksidatif ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) berdasarkan

perbedaan ruas daun mendapatkan hasil bahwa ruas daun beluntas 1-3 (daun

muda) adalah yang paling berpotensi sebagai sumber antioksidan dengan nilai IC50

(konsentrasi penghambatan) paling kecil sebesar 3,71 mg/L dan kadar fenol total

tertinggi sebesar 234,65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g berat sampel

kering dari pada ruas daun 4-6 dan >6.Sedangkan penelitian oleh Khadijah dkk.

(2017) mengenai penentuan total fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak

etanolik daun samama (Anthocephalus macrophylus) asal ternate maluku utara


memperlihatkan hasil bahwa total fenolikdaun tua justru mendapatkan hasil

210,22 mgGAE/g yang lebih besar dibandingkandaun muda yaitu 119,68

mgGAE/g serta nilai IC50 kecil pada ekstrak daun tua sebesar 43,49µg/mL yang

tergolong sangat kuat dibandingkan ekstrak daun muda sebesar 80,34µg/mLdalam

kategori kuat. Perbedaan hasil total fenolik dan aktivitas antioksidan dari kedua

penelitian tersebut sangat berbeda, dimana Paini dkk. (2008) menyebutkan ekstrak

daun muda yang paling berpotensi sebagai antioksidan dan mempunyai total

fenolik paling tinggi sedangkan Khadijah dkk. (2007) menyebutkan ekstrak daun

tua yang lebih berpotensi. Oleh karena itu penelitian ini meneliti pengaruh usia

daun terhadapkadar total fenolikdan aktivitas antioksidan ekstrak daun uwi ungu

dengan mengambil tiga letak daun yaitu pada bagian pucuk, tengah dan bagian

bawah tanamanuwi ungu untuk mengetahui kandungan total fenolik dan aktivitas

antioksidan yang paling besardalam meredam radikal bebassehingga hasilnya

dapat dipublikasikan kepada masyarakat agar dapat memilih dan memanfaatkan

daun uwi ungu dengan benar.

Salah satu metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah

metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Interaksi antioksidan dengan

DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan

menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi.

Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna

larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang

gelombang 517 nm akan hilang (Rohman et al., 2010).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah :
1. Bagaimana pengaruh usia daun terhadap yield dari ekstrak daun pucuk, daun

tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.)?


2. Bagaimana pengaruh usia daun terhadap kadar total fenolik dari ekstrak daun

pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.)?
3. Bagaimana pengaruh usia daun terhadap aktivitas antioksidan dari ekstrak

daun pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji pengaruh usia daun terhadap yield dari ekstrak daun pucuk, daun

tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.).


2. Mengkajipengaruh usia daun terhadap kadar total fenolik dari ekstrak daun

pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.).
3. Mengkaji pengaruh usia daun terhadap aktivitas antioksidan dari ekstrak daun

pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.).
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel daun uwi ungu yang digunakan untuk penelitian adalah daun yang

diambil dari tiga usia daun yaitu pucuk, tengah dan bagian bawah tanaman

uwi ungu yang didapat dari desa Bandungrejo, kecamatan Kalinyamatan,

kabupaten Jepara.
2. Ekstrak daun uwi ungu yang dipakai pada penelitian ini adalah hasil dari

ekstraksi maserasi.
3. Ekstraksi daun uwi ungu menggunakan pelarut etanol 96%.
4. Senyawa yang diteliti adalah senyawa fenolik.
5. Pengujian kandungan senyawa fenolik dengan reaksi kimia menggunakan

larutan FeCl3.
6. Pengujian kadar total fenolik dengan metode Folin-Ciocalteu.
7. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun uwi ungu menggunakan metode

DPPH.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat umum
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat dan juga industri farmasi

mengenai adanya aktivitas antioksidan pada daun uwi ungu (Dioscorea

alata L.) yang berpotensi menangkap radikal bebas.


b. Memberikan informasi agar lebih banyak lagi masyarakat yang

memanfaatkan daun uwi ungu (Dioscorea alata L.) disamping


pemanfaatan pada umbinya, karena masih sedikit orang yang mengetahui

bila daun uwi ungu dapat dikonsumsi.


2. Manfaat khusus
Memberikan informasi tentang kandungan senyawa fenolik dalam ekstrak

etanol daun uwi ungu (Dioscorea alata L.) yang dapat dikembangkan lagi untuk

penelitian lanjutan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan

antioksidan dari umbi uwi ungu. Hapsari (2014) melihat prospek uwi sebagai

pangan fungsional dan bahan diversifikasi pangan dengan pembuatan tepung yang

memiliki kapasitas antioksidan baik dan dapat digunakan untuk pembuatan

beragam produk olahan modern seperti roti, kue kering (cookies), flakes, muffin,

mie atau bihun karena umbi uwi mengandung karbohidrat dan protein tinggi

namun rendah kadar gula.

Kandungan inulin yang terdapat dalam umbi uwi sebagai pengganti gula

dan lemak menghasilkan kalori lebih rendah digunakan sebagai komponen diet

dan produk-produk rendah lemak (Toneli dkk., 2008). Inulin juga berperan dalam

proses pencernaan, yang memberikan efek fisiologis sama dengan dietary fiber.

Konsumsi inulin dapat meningkatkan secara nyata bakteri yang bermanfaat yaitu

bifidobakteria (Silva, 1996). Pengujian penyimpanan tepung uwi ungu yang

dilakukan oleh Siti Tamaroh (2018) pada hari ke-10 menunjukkan peningkatan

kadar air, penurunan kadar antosianin, kadar fenolik dan aktivitas antioksidan

yang signifikan dengan kondisi kadar air 15,5%, kadar antosianin 56,24 mg/100 g

bahan kering, kadar senyawa fenolik 104,2 mg EGA/100 g bahan kering dan

aktivitas antioksidan 75,42% (% RSA).

Uwi yang berwarna ungu merupakan sumber antioksidan alami,

disebabkan adanya komponen antosianin. Penelitian oleh Utami dkk. (2016)

menganalisis kandungan antosianin total pada uwi ungu (Dioscoreaalata L.)

sebagai pewarna alami dan menunjukkan hasil kadar antosianin total uwi ungu

sebesar 1,6 mg/L.


Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap umbi uwi ungu menyebutkan

bahwa uwi ungu dikenal sebagai tanaman yang memiliki getah dan lendir.

Sebagian besar senyawa getah yang keluar dari permukaan potongan umbi adalah

senyawa alkaloid (Martin,1976). Getah yang menetes ketika permukaan uwi

dipotong merupakan senyawa glikoprotein (Onwueme, 1978). Aktivitas

antioksidan senyawa bioaktif umbi lokal inferior termasuk uwi ungu menyebutkan

bahwa selain mengandung karbohidrat juga mengandung senyawa bioaktif

dioscorin, diosgenin, dan fenol yang dapat berfungsi sebagai antioksidan

(Mar’atirrosyidah dan Estiasih, 2015).

Beberapa varietas uwi mengandung dioscorin (C6H12O2N) sebesar 0.22%

pada umbi dan ketika diolah menjadi tepung kadar dioscorinnya meningkat

menjadi sebesar 3.34%, sementara kadar diosgeninnya adalah sebesar 82.39

mg/100 g bahan (Rachman dan Aulia, 2014). Senyawa bioaktif lain yang ada pada

uwi adalah fenol. Kadar fenol pada uwi adalah sebesar 0.68 ± 0.04 g/100g

(Shajeela et al.,2011).

Christina dan Rifa’i (2014) melakukan penelitian aktivitas ekstrak etanol

umbi uwi ungu (Dioscorea alata L.) dan mendapatkan hasil mampu menurunkan

jumlah relatif sel B220+IgE+ mencit BALB/c model alergi pencernaan pada dosis

0,167 g/kg BB.

Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia

daun atau letak daun mana yang mempunyai total fenolik paling tinggi dan

aktivitas anktioksidan paling besar diantaranya terdapat penelitian oleh Paini dkk.

(2008) yang melakukan evaluasi aktivitas antioksidatif ekstrak daun beluntas

(Pluchea indica) berdasarkan perbedaan ruas daunmendapatkan hasil bahwa ruas

daun beluntas 1-3 (daun muda) adalah yang paling berpotensi sebagai sumber

antioksidan dengan nilai IC50 (konsentrasi penghambatan) paling kecil sebesar

3,71 mg/L dan kadar fenol total tertinggi sebesar 234,65 mg GAE/100 g berat
sampel kering dari pada ruas daun 4-6 dan >6.Selain itu terdapat juga penelitian

oleh Khadijah dkk. (2017) mengenai penentuan total fenolik dan aktivitas

antioksidan ekstrak etanolik daun samama (Anthocephalus macrophylus) asal

ternate maluku utara yang mendapatkan kadar total fenolikdaun tua sebesar

210,22 mgGAE/gyang hasilnya lebih besar dibandingkandaun muda yaitu 119,68

mgGAE/g serta nilai IC50 kecil pada ekstrak daun tua sebesar 43,49µg/mLyang

tergolong sebagai aktivitas antioksidan sangat kuat bila dibandingkanpada ekstrak

daun muda sebesar 80,34µg/mLyang termasuk dalam kategori kuat.

Penggunaan metode maserasi selama 3x24 jam dengan pelarut etanol 96%

didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Munte dkk. (2015) yang meneliti

aktivitas antioksidan dari ekstrak daun prasman dengan metode ekstraksi maserasi

selama 3x24 jam menggunakan pelarut etanol 60%, 80%, dan 96%. Hasil yang

didapat ekstrak etanol 96% memilki kandungan total fenolik paling tinggi sebesar

13,47 mg/L, diikuti ekstrak etanol 80 dan 60% sebesar 11, 97 mg/L dan 5,45

mg/L. Pada ekstrak etanol 96% memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik

dengan nilai aktivitas IC50 122, 77 mg/L dengan diikuti ekstrak etanol 80 dan 60%

yaitu 162, 56 mg/L dan 293, 95 mg/L.

Penelitian lain yang mendukung metode maserasi dan pelarut etanol 96%

ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifianti dkk.(2014) mengenai pengaruh

jenis pelarut pengektraksi yaitu etanol 96%, 70%, 50% dan air terhadap kadar

sinensetin dalam ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)

dengan metode maserasi selama 3x24 jam mendapatkan hasil konsentrasi

sinensetin tertinggi oleh pelarut etanol 96% sebesar 1,9 %b/b diikuti etanol 70%,

50% dan air yaitu sebesar 1,3 %b/b; 1,1 %b/b; dan 0,3 %b/b.
B. Landasan Teori
1. Tanaman Uwi Ungu
a. Klasifikasi
Berdasarkan data ITIS (2009), uwi termasuk :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Lilidae
Orde : Liliales
Famili : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea. L
Spesies : Dioscorea alata L.
b. Morfologi
Masyarakat Internasional menyebut uwi sebagai greater yam atau

water yam. Penamaan water yammungkin disebabkan karena kandungan

terbesar umbi ini adalah air (Rostiawati, 1990; Baah, 2009). Sedangkan

greater yamdikarenakan daerah persebarannya paling luas di antara jenis

yang lainnya. Di beberapa negara, uwi dikenal dengan sebutan Ife

(Nigeria), ube (Filipina), ratalu (India), ubi kipas (Malaysia), uhi (Hawai

dan Tahiti). Di Indonesia uwi dikenal dengan beberapa nama daerah

seperti ubi alabio atau ubi kelapa (Kalimantan), uwi (Jawa), huwi

(Sunda), same (Sulawesi Selatan), dan lutu (Maluku).


Menurut O’Sullivan (2010) uwi memiliki keunggulan toleransi

terhadap tanah basa, memiliki daya adaptasi yang luas dari segi

ketinggian tempat dan batas astronomi. Uwi adalah tumbuhan merambat

yang memerlukan tanaman lain sebagai panjatan dengan cara membelit.

Kemampuan memanjat uwi bisa sampai 20 m ke arah puncak tanaman

yang ditumpanginya. Hanya dengan cara inilah uwi yang tumbuh dapat

memperoleh energi sinar matahari. Uwi dapat hidup normal pada dataran

rendah dengan suhu lingkungan rata-rata 35 °C, kelembaban sedang, dan

pH tanah yang normal. Sebagian uwiditanam pada pekarangan, tegalan,

dan sawah (Trimanto, 2012).


Uwi memiliki keragaman dalam bentuk, ukuran, bobot, warna

umbi dan daun. Purnomo et al. (2012) melakukan klasifikasi terhadap 44


aksesi uwi yang dikumpulkan dari beberapa pulau di Indonesia, antara

lain pulau Jawa, Madura, Lampung (Sumatra), Kalimantan Selatan,

Sulawesi Tengah, Ternate (Maluku), Lombok (Nusa Tenggara), dan

Papua. Berdasarkan bentuk dan warna umbi, uwi di Indonesia dibagi

menjadi dua kelompok besar yaitu grup hijau dan merah keunguan.

Kedua grup tersebut terbagi lagi menjadi beberapa subgrup (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi uwi berdasarkan bentuk dan warna umbi

Kinasih dkk. (2017) mengelompokkan uwi menjadi 12 varian

berdasarkan karakter kualitatif morfologi yang menjadi penciri khusus

untuk membedakan varian satu dengan yang lain (tabel 2).

Tabel 2. Variasi karakter kualitatif antar varian uwi (Dioscorea alata L.)
Umumnya uwi ungu memiliki daun tunggal berbentuk

jantung,kedua pangkal tangkai daun berwarna ungu dan umbi diliputi

rambut akar yang pendek dan kasar. Daging umbi uwiungu berwarna

ungu kekuningan dan sangat bergetah. Selain membentuk umbi di dalam

tanah, tumbuhan ini juga membentuk umbi pada ketiak daun yang

disebut umbi gantung atau bulbil, yang memiliki rasa lebih enak jika

dibandingkan dengan umbi tanahnya.

Gambar 1. Tanaman dan umbi uwi ungu (Dioscorea alata L.)


c. Kandungan kimia uwi dan kegunaan
Umbi uwi mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, dan

polifenol.Penelitian kandungan nutrisi yang dilakukan Wanasundera dan

Ravindran (1994) menunjukkan bahwa uwi mengandung rata-rata 7,4%

protein kasar, pati 75,6–84,3%, vitamin C 13–24,7 mg/100g pada bobot


segar dan oksalat 58,6–198 mg/100 g pada bobot kering. Uwi

mengandung protein lebih besar dibanding ubi jalar dan ketela (Ezeocha

dan Ojimelukwe, 2012). Selain itu, protein yang terkandung dalam uwi

juga memiliki asam amino yang lebih baik dibandingkan umbi-umbian

yang lain. Uwi juga berpotensi sebagai sumber karbohidrat penderita

diabet karena kadar gula yang rendah (Udensi et al., 2010).


Hsu et al. (2006) mengemukakan bahwa konsumsi uwi bermanfaat

untuk kesehatan mikloflora usus dan sebagai antioksidan. Lubag et al.

(2008) menjelaskan bahwa uwi memiliki kandungan antioksidan setara

atau lebih tinggi dari 100 μg BHA (butylhydroxyanisole) dan α-tokoferol.


Air getah uwi bisa digunakan sebagai pestisida yang ramah

lingkungan (Ajisaka, 2008). Menurut Lionora et al. (2013) tepung uwi

memiliki kadar gluten yang rendah sehingga dapat dikonsumsi oleh anak

berkebutuhan khusus (autis). Selain sebagai sumber pangan alternatif dan

pestisida nabati, uwi dapat juga digunakan sebagai obat-obatan salah

satunya sebagai obat bengkak, caranya dengan menumbuk daunnya

hingga halus. Bahan mentah umbi uwi ungu juga dapat digunakan untuk

mengatasi diare di pedesaan (Purnomo et al., 2012).


Wu et al. (2005) melaporkan tentang efek uwi terhadap hormon

estrogenik pada wanita yang telah menopouse. Hasil penelitiannya adalah

dengan mengganti 2/3 pangan utama dengan uwi selama 30 hari dapat

meningkatkan hormon seks, lipid dan antioksidan. Hal ini dapat

mengurangi risiko terkena kanker payudara dan penyakit kardiovaskular

pada wanita yang telah mengalami menapouse.


Senyawa dioscorin pada umbi uwi merupakan alkaloid larut air

yang berfungsi sebagai cadangan protein pada umbi yang menunjukkan

adanya akivitas penghambatan tripsin dan carbonic anhydrase yang

berfungsi sebagai senyawa immunomodulatory, serta berfungsi

menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) yang dapat


menyebabkan peningkatan tekanan darah (Hou et al., 2000; Liuet al.,

2006).
Terdapat juga senyawa diosgenin yang merupakan spirostanol

saponin yang tersusun atas gula hidrofilik yang terikat dengan aglikon

steroid hidrofobik (Raju and Mehta, 2009). Diosgenin banyak digunakan

sebagai bahan baku industri pembuatan obat steroid dan dilaporkan

memiliki khasiat hipokolesterolemik dengan menekan penyerapan

kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol (Son et al., 2007).

Diosgenin memiliki efek hipoglikemik melalui peningkatan aktivitas

lactase, maltase, dan glucose-6-phosphate. Diosgenin juga memiliki sifat

antioksidan dengan meningkatkan resistensi kerusakan limfosit DNA

terhadap senyawa oksidatif, meningkatkan sekresi kolesterol dan lemak

dari dalam empedu, memiliki aktivitas anti-aging, serta menghambat

pertumbuhan sel kanker (Mirunalini and Shahira, 2011).


2. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital

terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan

bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.

Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan

akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, arteriosklerosis, jantung,

katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya yang disebabkan oleh

kerusakan jaringan karena oksidasi (Kikuzaki et al., 2002).

Radikal bebas bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan

atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron

(Kiay dkk., 2011).

3. Antioksidan
Antioksidan membantu mengubah radikal bebas yang tidak stabil ke dalam

bentuk yang stabil dengan cara menyumbangkan elektron ke radikal bebas. Rantai

radikal bebas akan terhenti sehingga proses oksidasi juga akan berhenti (Tapan,

2005).

Radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kesehatan manusia. Secara alami tubuh menghasilkan

senyawa antioksidan, namun tidak cukup kuat untuk berkompetisi dengan radikal

bebas (Hernani dan Raharjo, 2005). Kekurangan antioksidan dalam tubuh dapat

diatasi melalui asupan makanan dari luar yang banyak mengandung antioksidan.

Salah satu sumber antioksidan yang berasal dari luar tubuh dapat diperoleh dari

tanaman yang banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti asam

fenolat, flavonoid, tokoferol dan tanin. Senyawa tersebut dimanfaatkan untuk

menjaga kesehatan dan mengobati penyakit (Mahanom et al., 1999).

Antioksidan secara umum diklasifikasikan menjadi dua, yaitu antioksidan

alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan alami banyak ditemukan pada

tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan. Antioksidan alami lebih banyak

dipilih daripada antioksidan sintetis karena dinilai lebih aman dan memiliki efek

samping terhadap tubuh yang lebih sedikit. Antioksidan sintetis merupakan

senyawa antioksidan hasil dari reaksi kimia. Jenis antioksidan sintetis yang lebih

banyak digunakan antara lain butil hidroksil toluen (BHT), butil hidroksil anisol

(BHA), propil galat (PG) dan ter-butil hidrokuinon (TBHQ) (Saad et al., 2007).

4. Fenolik

Senyawa fenolik merupakan komponen yang terdapat pada hampir semua

tanaman dan dapat berperan sebagai pemberi warna dan sebagai antioksidan alami

(Nina et al., 2017). Senyawa yang digolongkan sebagai senyawa fenolik memiliki

ciri khas yaitu terdapat satu atau lebih gugus hidroksil (OH) yang menempel pada

struktur cincinnya. Senyawa dengan satu gugus hidroksil pada stukturnya disebut
senyawa fenol, sedangkan jika gugus hidroksil lebih dari satu disebut senyawa

polifenol (Hoelz et al., 2010).

Aktivitas biologi yang dimiliki senyawa fenolik sangat luas meliputi

antibakteri, antiinflamasi, antitrombotik, antivirus, hepatoprotektif, antikanker dan

antialergi. Aktivitas-aktivitas tersebut seringkali dikaitkan dengan mekanisme

kerjanya sebagai antioksidan (Hoelz et al., 2010). Mekanisme senyawa fenolik

sebagai antioksidan menurut Janeiro dan Brett (2004), yaitu melalui kemampuan

gugus fenol untuk berpasangan dengan radikal bebas dengan cara mendonorkan

atom hidrogennya melalui transfer elektron, proses ini mengubah fenol menjadi

radikal fenoksil. Radikal fenoksil ini dapat menstabilkan diri melalui proses

resonansi sehingga tidak terjadi reaksi berantai pembentukan radikal.

Penelitian lain menunjukkan bahwa fungsi fenol sebagai antioksidan

berkaitan dengan kemampuannya dalam penangkapan radikal berupa DPPH,

radikal hidroksil, dan radikal superoksida (Sakthidevi dan Mohan, 2013).

5. Ekstraksi
Ekstraksi atau pemisahan digambarkan sebagai proses perpindahan satu

atau lebih komponen dari satu fase ke fase lain (Kellner dkk., 2004). Ekstraksi

fenolik dari tanaman dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti maserasi,

perkolasi, digesti, refluks, sokletasi, maupun distilasi uap yang dapat dimodifikasi

dengan pemanasan microwave, penggunaan ultrasonik, atau pemberian tegangan

Pulse Electric Field (PEF). Salah satu metode yang mudah untuk dilakukan dan

cukup efektif adalah metode ekstraksi secara maserasi, yaitu merendam serbuk

tanaman dalam pelarut (Mandal et al., 2007). Kelebihan metode

maserasidiantaranya dapat digunakan untuk menyari senyawa yang tidak tahan

pemanasan serta peralatan yang digunakan sederhana dan mudah untuk

diusahakan (Depkes, 1986).


6. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlukan

sedemikian hingga memenuhi bahan baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Ekstrak secara terminologi umum dibedakan menjadi ekstrak cair, tinktur, ekstrak

kental, ekstrak kering, ekstrak minyak dan oleoresin.

7. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri merupakan pengukuran absorbansi energi cahaya oleh

suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisis

kualitatif dan kuantitatif. Bila suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik,

berupa sinar ultraviolet atau sinar tampak (visible), maka molekul tersebut akan

menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul

dengan radiasi elektromagnetik menghasilkan energi eksitasi atau dikenal sebagai

absorbansi, yaitu perubahan energi potensialelektron dari keadan dasar menjadi

keadaan tereksitasi. Dalam hukum Lambert-Beer dinyatakan bahwa absorbansi

(A), berbanding lurus dengan tebal kuvet (b) dan konsentrasi analit dalam larutan

(c) namun berbanding terbalik dengan transmittan (T) (Day, 2002)


A = a.b.c = log 1/T ............(1)
Pada pengukuran kuantitatif, radiasi yang diserap oleh analit ditentukan

dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar

yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam melakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri UV-

vis antara lain :


a. Penentuan waktu operasional
Waktu operasional perlu ditetapkan untuk pengukuran hasil reaksi

yang didahului dengan pembentukan warna, tujuannya agar diperoleh

waktu pengukuran yang stabil. Pada awal reaksi terjadi peningkatan

absorbansi hingga waktu tertentu, selanjutnya absorbansi akan stabil

selama beberapa waktu lalu menurun seiring dengan bertambahnya


waktu pengukuran. Penurunan terjadi karena berkurangnya intensitas

warna larutan akibat senyawa yang sudah rusak atau terurai. Pengukuran

absorbansi lebih baik dilakukan pada waktu operasional tercapai

(Gandjar dan Rohman, 2007).


b. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang pengukuran ditentukan dengan melihat kurva

hubungan absorbansi dengan panjang gelombang larutan baku pada

konsentrasi tertentu. Panjang gelombang yang dipilih adalah panjang

gelombang dengan absorbansi maksimal. Pengukuran yang dilakukan

pada panjang gelombang maksimal menguntungkan karena dapat

menghasilkan linearitas antara konsentrasi dan absorbansi pengukuran,

memberikan sensitivitas pengukuran yang tinggi dan mengurangi

kesalahan pada saat pengukuran ulang (Gandjar dan Rohman, 2007).


c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara

0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran

nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling

minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).


8. Metode Uji DPPH
Proses penangkalan radikal bebas yaitu melalui mekanisme pengambilan

atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas

menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan

adalah DPPH, senyawa ini bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui

pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan

pasangan elektron. Keberadaan sebuah antioksidan dapat menyumbangkan

elektron (atom H) kepada DPPH, menghasilkan warna kuning yang merupakan

ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH. Senyawa yang memiliki kemampuan

penangkal radikal bebas umumnya merupakan pendonor atom hidrogen (H),

sehingga atom H tersebut dapat ditangkap oleh radikal DPPH untuk berubah

menjadi bentuk netralnya (Kiay dkk., 2011).


Mekanisme penangkalan DPPH oleh antioksidan dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme penangkalan DPPH oleh antioksidan

(Miryanti dkk., 2011)

Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH merupakan metode

pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak

reagen (Juniarti et al., 2009).


Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan antioksidan untuk

menghambat aktivitas radikal bebas (Sulistyani dkk., 2011). Aktivitas antioksidan

ekstrak terhadap DPPH tersebut dapat dihitung dengan rumus :

% Aktivitas antioksidan = x 100%.............(2)

Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah

Inhibition Concentration (IC50) (Brand-Williams et al., 1995).Nilai IC50

didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam

radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC 50 maka aktivitas peredaman

radikal bebas semakin tinggi(Molyneux, 2004). Nilai IC50 dianalisis dan dihitung

menggunakan persamaan regresi linear y = bx + a, dimana y adalah persentase

daya hambat sebesar 50 dan x adalah nilai IC50 (ppm) (Verawaty et al., 2016).

Tabel 3. Sifat antioksidan berdasarkan nilaiIC50 (Molyneux, 2004)


C. Hipotesis

Ha : Perbedaan usia daun mempengaruhi yield, kadar total fenolik dan aktivitas

antioksidan dari ekstrak daun uwi ungu (Dioscorea alata L.).

Ho : Perbedaan usia daun tidak mempengaruhi yield, kadar total fenolik dan

aktivitas antioksidan dari ekstrak daun uwi ungu (Dioscorea alata L.).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Akademi Farmasi Nusaputera

Semarang. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal penelitian.


B. Setting Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian experimental di

laboratorium dengan metode ekstraksi maserasi dalam pengambilan ekstrak etanol

daun uwi ungu. Selanjutnya dilakukan perhitungan yield ekstrak daun pucuk,

daun tengah dan daun bawah uwi ungu, uji kandungan senyawa fenolik dengan

metode reaksi kimia menggunakan reagen FeCl3, uji kadar total fenolik dengan

metode Folin-Ciocalteumenggunakan spektrofotometri UV-Vis dan uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometri UV-Vis.


C. Metode Pengumpulan Data
 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah daun uwi ungu yang berasal dari desa

Bandungrejo, kecamatan Kalinyamatan, kabupaten Jepara.


 Sampel
Sampel daun uwi ungu yang diambil adalahdaun yang terletak dibagian

pucuk, tengah dan bagian bawah tanaman uwi ungu.

3. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah usia daun dan letak daun, yaitu:
a. Daun bagian pucuk tanaman uwi ungu merupakan daun muda yang

berwarna hijau terang yang berada dipucuk tanaman, bila diraba daun

terasa tipis dan lemas.


b. Daun bagian tengah tanaman uwi ungu merupakan daun yang berwarna

hijau muda sedikit lebih tua yang berada ditengah tanaman, bila diraba

terasa agak kaku dan lebih tebal dari pada daun pucuk.
c. Daun bagian bawah tanaman uwi ungu merupakan daun tua yang

berwarna hijau tua (lebih gelap dari daun tengah) yang berada di bagian

bawah tanaman, bila diraba terasa tebal dan kaku.

Gambar 3. Daun pucuk, tengah dan bawah uwi ungu


2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Sugiyono, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kandungan senyawa

fenolik, kadar total fenolik, dan aktivitas antioksidan.


3. Variabel terkendali
Variabel terkendali merupakan variabel yang akan menjadi standar dalam

melihat apakah ada perubahan maupun perbedaan yang terjadi akibat perlakuan

yang diberikan (Sugiyono, 2009). Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah

ekstraksi secara maserasi, identifikasi adanya senyawa fenolik dengan reaksi

kimia menggunakan FeCl3, metode Folin-Ciocalteu, metode DPPH, dan

spektrofotometer UV-Vis merek Biobase .

4. Variabel pengganggu
Menurut Sugiyono (2009) variabel pengganggu didefinisikan sebagai

variabel yang secara teoritis mempengaruhi antara hubungan variabel bebas dan

terikat yang sedang diteliti. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah usia

tanaman, waktu pemanenan, proses pengeringan daun, kebersihan alat yang

digunakan dan cara penggunaannya.

 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel pada penelitian adalah :


1. Variabel bebas berupa daun pucuk, daun tengah dan daun bagian bawah

tanaman uwi ungu untuk mengetahui keberadaan kandungan senyawa fenolik

pada masing-masing daun.


2. Variabel terikat ditetapkan untuk mengetahui apakah letak daun

mempengaruhi terdapatnya kandungan senyawa fenolik, kadar total fenolik,

dan aktivitas antioksidan.

 Instrumen Penelitian

1. Alat
Alat yang digunakan adalah blender (Cosmos), timbangan analitik

(Ohauss), pisau, spektrofotometer UV-vis (Biobase), kuvet, ayakan no.100,kertas

saring, waterbath, batang pengaduk, cawan porselen (Iwaki) dan peralatan gelas

(Pyrex, Iwaki) seperti beker gelas, gelas ukur, pipet volume, labu takar, tabung

reaksi, serta corong kaca.


2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun pucuk, daun tengah dan

daun bawah tanaman uwi ungu (Dioscorea alata L.), aquadest, bahan kimia

seperti etanol 96%, FeCl3, metanol pa, DPPH, Reagen Folin-Ciocalteu, natrium

karbonat, asam galat.


D. Cara Pengolahan Data
Berikut ini adalah jalannya penelitian yang akan dilakukan yang terdiri

dari determinasi tanaman, persiapan sampel, pengecekan kadar air, proses

ekstraksi sampel daun pucuk, daun tengah, dan daun bawah uwi ungu

menggunakan metode ekstraksi maserasi, kemudian hasil ekstraksi dilakukan tiga

macam pengujian, diantaranya diuji adanya kandungan senyawa fenolik, diuji

kadar total senyawa fenolik dan diuji aktivitas antioksidannya.

1. Determinasi Tanaman
Tanaman Uwi ungu (daun) yang diteliti dideterminasi di Laboratorium

Biologi Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP). Determinasi ini bertujuan

untuk mengetahui kebenaran dari sampel daun uwi ungu yang akan digunakan

dalam penelitian.
2. Persiapan sampel
Daun uwi ungu disortasi kemudian dicuci bersih dengan air mengalir, lalu

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah kering


selanjutnya sampel diblender menjadi serbuk untuk meningkatkan volume dan

luas permukaan sehingga meningkatkan ekstraksi komponen terlarut dan diayak

dengan ayakan mesh 100.


3. Pengecekan Kadar Air
Sampel kering yang telah lolos ayakan mesh 100 diuji kadar airnya

menggunakan metode gravimetri. Pada awal tahap analisis, cawan porselen

kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didinginkan dan

ditimbang. Sampel kering daun pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi ungu

ditimbang masing-masing sebanyak 2 g dalam cawan porselen tersebut.

Keringkan pada oven pada suhu 105ºC selama 1 jam kemudian dinginkan dan

dilakukan penimbangan. Ulangi pengovenan dan penimbangan hingga diperoleh

bobot tetap/konstan kemudian dihitungkadar airnya. Uji kadar air dibuat sebanyak

tiga kali replikasi. Syarat nilai kadar air < 10%, bila telah memenuhi syarat maka

sampel siap untuk diekstraksi.


4. Ekstraksi Maserasi Daun Uwi Ungu
Proses ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan ekstrak etanol dari daun

pucuk, tengah dan bawah uwi ungu. Tahap pertama masing-masing sampel serbuk

daun uwi ungu ditimbang 100 gram lalu dimaserasi selama 3 hari dengan pelarut

etanol 96% sebanyak 500 ml kemudian disaring dengan kertas saring sehingga

didapatkan filtrat. Selanjutnya filtrat dipekatkan dengan waterbathsehingga

didapatkan ekstrak kental daun uwi ungu. Rendemen ekstrak kemudian dihitung

dengan menggunakan rumus :

Rendemen = x 100 % ..................(3)

5. Uji Senyawa Fenolik


Masing-masing larutan ekstrak uji daun uwi ungu sebanyak 1 ml

direaksikan dengan larutan FeCl3 sebanyak 3-4 tetes. Sampel yang mengandung

senyawa fenolik akan mengalami perubahan warna menjadi biru tua, biru

kehitaman atau hitam kehijauan (Marliana dkk, 2005).


6. Uji Total Konten Fenolik (TPC).
Kandungan total fenol dalam ekstrak ditentukan dengan metode Jeong et

al. (2004) dengan modifikasi.


a. Penentuan Kurva standar asam galat
Sebanyak 10 mg asam galat tambahkan aquadest sampai 100 ml. Dari

larutan induk dipipet 1, 2, 3, 4, 5 ml sehingga dihasilkan konsentrasi 10,

20, 30, 40, dan 50 ppm. Dari masing-masing konsentrasi diatas dipipet

2ml ditambah 0,4 ml Reagen Folin-Ciocalteu kocok. Diamkan selama 3

menit, tambahkan 0,4 ml larutan Na2CO3kemudian kocok hingga

homogen. Ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum

662 nm, lalu buat kurva kalibrasinya hubungan antara konsentrasi asam

galat dengan absorban.


b. Absorbansi ekstrak
Ditimbang 0,025 gram ekstrak kemudian dilarutkan sampai 25 ml dengan

methanol pa. Dari larutan tersebut diambil 2 ml dan ditambahkan 0,4 ml

reagen Folin-Ciocalteu (50%) kocok. Diamkan selama 3 menit kemudian

tambahkan 0,4 ml Na2CO3 7,5% kedalam campuran, diamkan larutan

selama 30 menit pada suhu kamar. Ukur serapannya dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum

662 nm yang akan memberikan komplek biru. Hasilnya dinyatakan

sebagai ekuivalen asam galat dalam mg/g ekstrak.


7. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
a. Pembuatan larutan blanko DPPH
Digunakan larutan blanko DPPH dengan konsentrasi 100 ppm

pembuatannya dilakukan dengan cara menimbang serbuk DPPH

sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol pa sampai

dengan 100 mL.


b. Penentuan panjang gelombang () maksimum
Penentuan  maksimum dilakukan dengan mengukur larutan DPPH 100

ppm pada spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 500-525

nm untuk mendapatkan absorbansi.


c. Pembuatan seri konsentrasi ekstrak
Ditimbang 25 mg ekstrak kental daun pucuk, daun tengah dan daun

bawah uwi ungu kemudian dilarutkan dalam masing-masing labu takar

menggunakan pelarut metanol pa sehingga diperoleh konsentrasi 100

ppm. Dari larutan tersebut dibuat konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm.
d. Penentuan aktivitas antioksidan

Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara mereaksikan 2

mL larutan ekstrak etanol daun pucuk, daun tengah dan daun bawah uwi

ungudan 2 mL larutan DPPH (100 ppm). Kemudian dihomogenkan dan

didiamkan selama 30 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang

maksimum yang sudah diperoleh. Dari hasil uji aktivitas antioksidan

akan didapatkan nilai aktivitas antioksidan dari ekstrak yang didapat dan

dinyatakan dalam persen (%).

E. Indikator Keberhasilan
F. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman

Surat Pengantar Determinasi dari Akfar Nusa Putera


Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Diponegoro
(UNDIP) Semarang
Tujuan determinasi
Gambaruntuk4.mengetahui
Skema kerjakebenaran sampel
determinasi yang digunakan
tanaman
2. Persiapan sampel untuk penelitian

Daun pucuk uwi ungu Disortasi dan dicuci


(Dioscorea alata L.)
Dikeringkan dengan diangin-
Daun tengah uwi ungu anginkan pada suhu kamar
(Dioscorea alata L.)

Daun bawah uwi ungu Dihaluskan dan diayak mesh no. 100
(Dioscorea alata L.)
Gambar 5. Skema kerja proses persiapan
Ditimbangsampel
100 g
3. Pengecekan Kadar Air

2 g sampel serbuk daun pucuk


uwi ungu (Dioscorea alata L.) Pengecekan Kadar Air
dg metode Gravimetri
2 g sampel serbuk daun tengah (oven)
Gambar
uwi ungu (Dioscorea 6.Skema
alata L.) kerja pengecekan kadar air
Memenuhi syarat (< 10)
2 g sampel serbuk daun bawah
100 g sampel
uwi ungu daun alata L.)
(Dioscorea 100 g sampel daun 100 g sampel daun
4. Ekstraksi
pucuk uwiMaserasi
ungu Daun Uwi Ungu
tengah uwi ungu Siap ekstraksi
bawah uwi
(Dioscorea alata L.) (Dioscorea alata L.) ungu(Dioscorea
alata L.)
g
masin
g-
Masin

Maserasi dg etanol 96 %

Disaring dg
kertas saring

Ekstrak daun Ekstrak daun Ekstrak daun


pucuk tengah bawah

Dipekatkan diatas
waterbath
Ekstrak kental Ekstrak kental Ekstrak kental
daun pucuk daun tengah daun bawah

masing
Masing-
Hitung
Rendemen

Uji Senyawa Uji Kadar Uji Aktivitas


Fenolik Total Fenolik Antioksidan

Gambar 7. Skema kerja ekstraksi maserasi daun uwi ungu

5. Uji Fenolik
.
Ekstrak daun Ekstrak daun Ekstrak daun
pucuk tengah bawah
masing
Masing-

Direaksikan dg FeCl3

Gambar
Jika terjadi 8. Skema
warna birukerja uji identifikasi
tua, biru senyawa
kehitaman atau hitam fenolik
kehijauan
6. Total Konten Fenolik (TPC)
a. Penentuan Kurva Standar Asam Galat
Mengandung senyawa fenolik

As. galat 10 mg + aqua dest ad 100 ml (100 ppm)


dipipet

1 ml 2 ml 3 ml 4 ml 5 ml

Ad kan dg aqua dest 10 ml


10 20 30 40 50
ppm ppm ppm ppm ppm

masing
Masing-
Dipipet 2 ml + 0,4 ml
Reagen Folin Ciocalteu 
kocok

Diamkan 3 menit

Tambahkan 0,4 ml larutan Na2CO37,5 %

Kocok hingga homogen

Ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum 662 nm

Buat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat


dengan absorban

Gambar 9. Skema penentuan kurva standar Asam galat

b. Absorbansi Ekstrak
25mg ekstrak 25 mg ekstrak 25 mg ekstrak
kental kental daun kental daun
daunpucuk tengah bawah
masing
Masing-

Dilarutkan ad 25 ml
methanol pa

Ambil 2 ml larutan ekstrak1000 ppm

Tambahkan 0,4 ml reagen Folin – Ciocalteu  Kocok

Diamkan 3 menit

Gambar 10. Skema absorbansi ekstrak


Tambahkan 0,4 ml larutan Na2CO37,5 %

Diamkan 30 menit

Ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum


662 nm
7. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
a. Pembuatan larutan blangko DPPH

Gambar 11. Skema pembuatan larutan blangko dpph


b. Penentuan panjang gelombang () maksimum

Gambar 12. Skema penentuan panjang gelombang () maksimum


c. Pembuatan seri konsentrasi ekstrak
25 mg Ekstrak 25 mg Ekstrak 25 mg Ekstrak
kental daun pucuk kental daun tengah kental daun bawah

masing
Masing-
Dilarutkan dg metanol pa
ad 25 ml (1000 ppm)

Ambil 2.5 ml + metanol pa ad 25 ml (100 ppm)

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Gambar 13. Skema pembuatan seri konsentrasi ekstrak


d. Penentuan Aktivitas Antioksidan

2 mL larutan 2 mL larutan 2 mL larutan


ekstrak daun ekstrak daun ekstrak daun
pucuk tengah bawah
masing
Masing-

Direaksikan
dengan 2 mL
larutan DPPH 100
ppm

Diamkan 30 menit

Absorbansi dibaca pada panjang gelombang maximum yang


sudah diperoleh

Gambar 14. Skema penentuan aktivitas antioksidan

G. Analisis Data
Data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kandungan total

fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak daun pucuk, daun tengah dan
daun bawah uwi ungu (Dioscorea alata L.).Data tersebut dianalisis secara

deskriptif kualitatif berdasarkan trend data yang dihasilkan


DAFTAR PUSTAKA

Ajisaka. 2008, "Kulit pisang, jangan dibuang, bikin aja roti", diakses pada 2
Januari 2019, <http:// www.kompas.com>

Arifianti, L., Oktarina, R.D., dan Kusumawati, I. 2014, Pengaruh Jenis Pelarut
Pengektraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon
stamineus Benth.E-Journal Planta Husada Vol.2No.1

Brand-Williams, W., Cuvelier, M., and Berset, C. 1995. Use of a Free Radical
Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-Wissens-chaftund-
Technologie. 28:25-30

Day, R. A. and Underwood A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.


Jakarta: Erlangga.

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. 2 &10. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

DepkesRI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Ezeocha, V. C. Ojimelukwe, P.C. 2012. The impact of cooking on the proximate


composition and antinutritional factors of water yam (Dioscorea alata).
Journal of Stored Products and Postharvest Research 3(13) : 172 – 176.
DOI:10.5897/JSPPR12.031

Farhoosh, R., G. A. Golmovahhed, and M. H. H. Khodaparast. 2007. Antioxidant


activity of various extracts of old tea leaves and black tea wastes (Camellia
sinensis L.). Food Chemistry 100: 231 – 236.

Gandjar, I. G., dan Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Hernani dan Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksida. Cetakan I.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Hoelz, L.V.B., Horta, B.A.C., Araújo, J.Q., Albuquerque, M.G., De Alencastro,


R.B., Da Silva, J.F.M. 2010. Quantitative Structure-Activity Relationships
Of Antioxidant Phenolic Compounds. J. Chem. Pharm. Res. 2, 291–306.

Hou, W.C., Chen, H.J. and Lin, Y.H., 2000, Dioscorin From Different Dioscorea
Species All Exhibit Both Carbonic Anhydrase and Trypsin Inhibitor
Activities. Bot Bull Acad Sinica (Taiwan) Vol 41:191-196
Hsu C.C., Y.C. Huang, M.C. Yin, S.J. Lin., 2006, Effect of yam (Dioscorea alata
compared to Dioscorea japonica) on gastrointestinal function and
antioxidant activity in mice. J of Food Sci. 71(7): 513–516.

Janeiro, P., Oliveira Brett, A. M. 2004. Catechin Electrochemical Oxidation


Mechanisms. Anal. Chim. Acta, 518, 109-115

Jeong, S.M., Kim, S.Y., Kim, D.R., Jo,S.C., Nam, D.U., Lee, S.C. 2004. Effect of
Heat Treatment on the Antioxidant Activity of Extracts from Citrus Peels. J.
Agric. Food Chem. 52 3389-3393.

Juniarti, D. Osmeli dan Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji


Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl2-
pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius l.). Makara
Sains, 13 (1) : 50-54.

Kellner, R., J. M. Mermet, M. Otto, M. Valcarcal, H. M. Widmer. 2004. Analytical


Chemistry: A Modern Approach to Analytical Science. Second edition.
Wiley-VCH

Khadijah, Jayali A.M., Umar S., dan Sasmita I. 2017, Penentuan Total Fenolik
Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Daunsamama (Anthocephalus
macrophylus) Asal Ternate, Maluku Utara,Jurnal Kimia Mulawarman, 15:1

Kiay, N., Suryanto, E., dan Mamahit, L. 2011. Efek Lama Perendaman Ekstrak
Kalamansi (Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung
Pisang Goroho (Musa spp.). Chem Prog 4 : 27-33.

Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K. dan Taniguchi, H. 2002.
Antioxidants properties of ferulic acid and its related compounds.Journal of
Agricultureand Food Chemistry 50:2161-2168.

Kinasih, N.A., Saptadi, P., dan Soetopo, L., 2017. Variasi Karakter Morfologi
Tanaman Uwi (Dioscorea alata L.) Di Kabupaten Tuban Dan Malang.
Jurnal Produksi Tanaman. Vol 5 No.6 : 971-980

Lionora G, D.R.S. Dewi, DES Rahaju. 2013. Analisis kelayakan bisnis kue muffin
dari tepung uwi. Widya Teknik 12 (1): 92–102. diakses pada 2 Januari
2019,<http://www.academia.edu/3431501/ANALISIS_KELAYAKAN_BISNI
S_KUE_MUFFIN_DARI_TEPUNG_UWI>

Lubag, A. 2008. Antioxidants of purple and greater yam (Dioscorea alata L.)
varieties from the Philippinesmore.Philippine J ofSci.137(1):61-67.
Lubag, A.J.M., Antonio, Jr., Laurena, C., Tecson- Mendoza, E.M. 2008.
Antioxidants of purple andwhite greater Yam (Dioscorea alata L.) varieties
from the Philippines. Philippine Journal of Science:137(1): 61-67.

Mahanom, H., A. H. Azizah, and M. H. Dzulkifly. 1999. Effect of Different


Drying Methods on Concentrations of Several Phytochemicals in Herbal
Preparation of Medicial Plants Leaves. Mal. J. Nurt 5 : 47-54.

Mandal, V., Mohan, Y., Hemalatha, S. 2007. Microwave Assisted Extraction–An


Innovative And Promising Extraction Tool For Medicinal Plant
Research.Pharmacogn. Rev. 1, 7–18.

Marliana, D. S., Venty,S.,dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis


Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechiumedule
jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Jurnal Biofarmasi. 3(1):29.

Martin, F.W. 1976. Tropical Yams and their Potential. Series – Part 3. Dioscorea
alata. USDA Agricultural Handbook No. 522

Mirunalini, S and Shahira. 2011. Novel Effects of Diosgenin- A Plant Derived


Steroid: A Review. Pharmacologyonline (1): 726-736

Miryanti, A., Sapei, L., Budiono, K. dan Indra, S. 2011. Ekstraksi Antioksidan
dari Kulit Buah Manggis. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung.

Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH), For Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26 (2): 211-219

Munte, L., Runtuwene, M.R., dan Citraningtyas, G., 2015, Aktivitas Antioksidan
Dari Ekstrak Daun Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) PHARMACON
Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol 4 No. 3 :2302-2493

Nina, K.C.J., Ghislaine, D.C. Hubert, K.K., Désiré Patrice, A.Y., Patrice, K.L.,
Alphonse, K. 2017. Biochemical and functional properties of yam flour
during the post-harvest conservation of Dioscorea alata cultivar Azaguié.
Current Journal of Applied Science and Technology 21(6):1–10.
DOI:10.9734/CJAST/2017/32404.Onwueme, I. C. 1978. The Tropical
Tuber Crops. John Willey and Sons. New York
O’Sullivan, J. N. 2010. Yam Nutrition : Nutrient Disorders and Soil Fertility
Management. ACIAR (The Australian Centre for International Agricultural
Research), Australia. 116 pp

Paini, Sri W., C. Hanny W., Peni Suprapti H., dan Dondin Sajuthi. 2008, Evaluasi
Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica)
Berdasarkan Perbedaan Ruas Daun. Penelitian Hibah Bersaing, DP2-M
Dirjen DIKTI.

Peter, K.V. 2007. Underutilized and Underexploited Holticultural Crops.


JaiBharat Printing Press. New Delhi.

Purnomo, B.S. Daryono, Rugayah, I. Sumardi, and H. Shiwachi. 2012. Phenetic


analysis and intra-spesific classification of Indonesian water yam
germplasm (Dioscorea alata L.) based on morphological characters. Sabrao
J of Breeding and Genetics 44 (2): 277-291.

Rachman dan Aulia M., 2014. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, dan
Organoleptik Mie Berbasis Tepung Ubi Kelapa (Dioscorea alata). Skripsi.
Universitas Brawijaya. Malang

Raju, J. and R. Mehta. 2009. Cancer Chemopreventive And Therapeutic Effects


Of Diosgenin, A Food Saponin. Nutr Cancer 61(1): 27-35

Rohman, A.; Riyanto S.; Yuniarti N.; Saputra W.R.; Utami R.; Mulatsih W. 2010.
Antioxidant Activity, Total Phenolic and Total Flavaonoid of Extracts and
Fractions of Red Fruit (Padanus conoideus Lam). International Food
Research Journal. 17, 97-106.

Rostiawati, Y. 1990. Penggunaan tepung uwi sebagai bahan substitusi tepung


terigu dalam pembuatan cookies. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Saad, B., Sing, Y.Y., Nawi, M.A., Hashim, N., Mohamed Ali, A.S., Saleh, M.I.,
Sulaiman, S.F., Talib, K.M., Ahmad, K. 2007. Determination Of Synthetic
Phenolic Antioxidants In Food Items Using Reversed-Phase HPLC.Food
Chem. 105, 389–394.

Sakthidevi, G., and Mohan, V.R. 2013. Total Phenolic, Flavonoid Contents and In
vitro Antioxidant Activity of Dioscorea alata L. Tuber. J. pharm. Sci. Res.
Vol 5(5): 115-119
Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and
Subtropical Agroecosystems 14: 723-730

Silva, R.F., (1996). Use of inulin as a natural texture modifi er.Cereal Foods
World 41: 792-795.

Son, I.S., Kim J.H, Sohn H.Y., and Son K.H. 2007. Antioxidative Effect of
Diosgenin, a Sterioidal Saponin of Yam (Dioscorea spp.), on High-
Cholesterol Fed Rats. Biosci, Biotechnol, Biochem 71, 70472-1-9

Sugiyono. 2009. Statisika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Toneli, J.T.C.L., K.J. Park, J.R.P. Ramalho, F.E.X. Murr danI.M.D. Fabbro.
(2008). Rheological characterizationof chicory root (Cichorium intybus L.)
inulin solution.Brazilian Journal of Chemical Engineering 25: 461-471.

Trimanto. 2012. Karakterisasi dan Jarak Kemiripan Uwi ( Dioscorea alata L.)
Berdasarkan Penanda Morfologi Umbi. Buletin Kebun Raya 15 (1) : 46-55.

Udensi, E.A., Oselebe, H.O., Onuoha, A.U. 2010. Antinutritional assessment of


D. alata varieties. Pakistan Journal of Nutrition 9(2): 179-181. DOI:
10.3923/pjn.2010.179.181.

Verawaty, Febriyenti, & Halim, A. 2016. Efektivitas Sistem Penghantaran


Liposom pada Katekin Sebagai Antioksidan. Jurnal Sains Farmasi Dan
Klinis, 2(2), 176–182.

Wanasundera JPD and G Ravindran. 1994. Nutritiona assesment of yam


(Dioscorea alata) tubers. Plant Foods of Human Nutr. 46: 33–39.

Wu, W.H., L.Y. Liu, C.J. Chung. H.J. Jou, and T.A. Wang. 2005. Estrogenic effect
of yam ingestionin in healthy postmenopausal women. J. of the Am. College
of Nutr. 24(4): 235-243.

Anda mungkin juga menyukai