FAKULTAS TENIK
TEKNIK SIPIL
ALAMAT : JALAN AMAL LAMA NOMOR 1 TARAKAN
Telp. 0551-5509459 fax. 0551-2028655, 5511158 Po Box 170
e-mail : civillaboratory_ub@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas wajib ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata
kuliah Desain Pondasi II pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Borneo Tarakan.
Mengesahkan, Menyetujui,
Dosen Pengampu DosenPembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT., atas rahmat dan hidayah-
Nya saya mampu menyelesaikan tugas wajib ini dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Penyusunan tugas wajib ini bertujuan untuk
memenuhi kelulusan mata kuliah Desain Pondasi, serta memberikan pengetahuan
baru mengenai “Perencanaan Desain Pondasi Dangkal (Telapak) dan Pondasi
Dalam (Tiang Pancang)”.
Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hasrullah, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Pondasi dan
Bapak Jasruddin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing tugas wajib yang selalu
sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu penyelesaian
tugas wajib ini, serta semua pihak yang telah turut membantu saya dalam
penyelesaian tugas wajib ini.
Semoga tugas wajib ini dapat memberi manfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi setiap pembaca yang membaca tugas wajib ini. Saya menyadari
bahwa tugas wajib ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar
penyusunan tugas wajib selanjutnya akan lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2. Maksud dan Tujuan …………………………………………… 2
1.3. Lingkup Pembahasan …………………………………………… 2
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………
5.2. Saran ……………………………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………………
Lampiran ……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke
tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement
pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,
berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka
air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak
terendam air meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai
kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat
akan dibangunnya bangunan tersebut. Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik,
karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami
penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi,yakni:
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh
luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
b. Pondasi Dalam
Tiang pancang, tembok/ tiang yang dibor, atau kaison yang dibor.
Beban kolom sangat besar atau kondisi tanah sangat jelek sehingga
pondasi setempat tidak ekonomis (luas plat setempat sangat besar).
b. Kondisi Tanah Kurang Baik
Erratic dan sangat peka terhadap perbedaan penurunan (differential
settlement) atau perbedaan akibat kembang-susut pada tanah ekspansif.
c. Penurunan
Beban masing-masing kolom tidak sama sehingga ada kemungkinan
terjadi perbedaan penurunan antar kolom.
d. Pergeseran
Beban lateral yang tidak merata (non-uniform) sehingga ada
kemungkinan terjadi perbedaan pergeseran antar kolom
e. Gaya ke atas
Akibat tekanan air (uplift) melebihi gaya pada kolom sehingga diperl ukan
penyebaran dan tambahan berat sendiri dari plat penuh.
f. Dasar pondasi
Terletak di bawah muka air tanah, terutama pada bangunan basement,
dan lain lain.
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll. Apabila kedalaman alas
pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan apabila
letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m)
maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang berada
di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya.
2.2.1 Jenis – Jenis Pondasi Dangkal
A. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban
titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam
bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi
ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan yang
seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau
haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga
digunakan untuk pondasi dalam.
memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang
digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk
mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan kolom
dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban
berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/pondasi
memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan
persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun
kolom praktis.
Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu
kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu
bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural.
atau susunan jarak kolomnya sangat dekat di semua arahnya, bila memakai
telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.
E. Pondasi Sumuran
Pondasi Sumuran, Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton
berdiameter 60–80 cm dengan kedalaman 1–2 meter. Di dalamnya dicor beton
yang kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian
atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya, diantaranya
boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal tersebut
membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk tanah
yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah
timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas pondasi
yang
mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.
F. Pondasi Umpak
Pondasi Umpak, Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat
atau keras. Sistem dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih
digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah
dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as
umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung yang besarnya dapat ditentukan
dengan memakai Tabel atau Gambar 2.8 atau dengan memakai rumus-
rumus sebagai berikut:
Gambar 2.8 Faktor Daya Dukung Terzaghi untuk Kondisi Keruntuhan Geser
Umum (general shear failure)
Nc Nq N Nc Nq N
0 5,70 1,00 0,00 26 27,09 14,21 9,84
1 6,00 1,10 0,01 27 29,24 15,90 11,60
2 6,30 1,22 0,04 28 31,61 17,81 13,70
3 6,62 1,35 0,06 29 34,24 19,98 16,18
4 6,97 1,49 0,10 30 37,16 22,46 19,13
5 7,34 1,64 0,14 31 40,41 25,28 22,65
6 7,73 1,81 0,20 32 44,04 28,52 26,87
7 8,15 2,00 0,27 33 48,09 32,23 31,94
8 8,60 2,21 0,35 34 52,64 36,50 38,04
9 9,09 2,44 0,44 35 57,75 41,44 45,41
10 9,61 2,69 0,56 36 63,53 47,16 54,36
11 10,16 2,98 0,69 37 70,01 53,80 65,27
12 10,76 3,29 0,85 38 77,50 61,55 78,61
13 11,41 3,63 1,04 39 85,97 70,61 95,03
14 12,11 4,02 1,26 40 95,66 81,27 115,31
15 12,86 4,45 1,52 41 106,81 93,85 140,51
16 13,68 4,92 1,82 42 119,67 108,75 171,99
17 14,60 5,45 2,18 43 134,58 126,50 211,56
18 15,12 6,04 2,59 44 151,95 147,74 261,60
19 16,56 6,70 3,07 45 172,28 173,28 325,34
20 17,69 7,44 3,64 46 196,22 204,19 407,11
21 18,92 8,26 4,31 47 224,55 241,80 512,84
22 20,27 9,19 5,09 48 258,28 287,85 650,67
23 21,75 10,23 6,00 49 298,71 344,63 831,99
24 23,36 11,40 7,08 50 347,50 415,14 1072,80
25 25,13 12,72 8,34
* Kumbhojkar (1993)
Tabel 2.1 Faktor Daya Dukung Terzaghi untuk Kondisi Keruntuhan Geser Umum (General
Shear Failure)
Tabel 2.2 Faktor-faktor Daya Dukung Terzaghi Modifikasi Untuk Kondisi Keruntuhan Geser
Setempat (Locall Shear Failure)
2. Berdasarkan Mayerhof
Meyerhof (1963) telah mengembangkan rumus-rumus
perhitungan kapasitas daya dukung dengan mempertimbangkan faktor :
kedalaman, bentuk dan kemiringan beban. Rumus daya dukung secara
umum dari Meyerhof adalah :
qu = c.Nc.Fcs.Fcd.Fci + .Df.Nq.Fqs.Fqd.Fqi + ½..B.N.Fs.Fd.Fi
Dimana :
qu= daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (diameter untuk pondasi lingkaran )
= berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman
Fci, Fqi, Fi = faktor kemiringan beban
Nc; Nq; N = faktor daya dukung, sesuai Tabel 2.3 atau dengan
rumus faktor daya dukung diberikan oleh Meyerhof sebagai berikut :
ɸ
Nq = tan2 (45 + 2 ) ∙ e𝜋 tan ɸ
Nc = (Nq − 1) ∙ cot ϕ
Ny = 2. (Nq + 1) ∙ tanϕ
Rekomendasikan :
Lanjutan Tabel 2.4.
β
Df
β
B
Nc = (Nq . 1) cot Ø
Nᵧ = (Nq . 1 ) tan (1,4Ø)
Kp = tan2 (45 + Ø/2)
dengan H merupakan tebal lapisan mampat yang ditinjau, p2' dan p1' adalah
tegangan yang terjadi pada lapisan tanah, Cc koefisien kom-presibilitas dan e0
adalah angka pori asli. Penurunan juga dapat dianalisis secara numerik
dengan menggunakan metoda elemen hingga. Tegangan tanah dan tekanan air
pori yang terjadi akibat pembebanan pondasi dimodelkan dengan suatu
persamaan konstitutif tertentu pada setiap mesh elemen. Deformasi, baik yang
diakibatkan oleh sifat elastik tanah (undrained analysis) maupun akibat
perubahan tekanan air pori (konsolidasi) dapat dihasilkan.
Dalam mendesain pondasi dangkal di atas suatu lapisan lempung
kompresibel dengan kondisi muka air tanah yang dekat ke permukaan,
prediksi penurunan mutlak dilakukan, disamping analisis kapasitas daya
dukung.
Ada suatu hal yang menarik untuk mengkaji penurunan pondasi
dangkal di daerah Kasongan dengan kandungan lempungnya yang dianggap
spesifik tersebut. Hasil kajian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penduduk
setempat dalam mendesain struktur pondasi bangunan. Penelitian dimulai
dengan menyelidiki propertis lempung melalui serangkaian uji laboratorium.
Analisis penurunan dan daya dukung diterapkan pada jenis pondasi menerus
(strip footing) dengan tapak yang fleksibel. Hasil perhitungan secara analitis
diverifikasi dengan analisis numerik menggunakan perangkat lunak LUSAS.
𝜀𝑉
𝐴=
𝑞𝑎
3. Kontrol dimensi pondasi yang diperoleh dengan tegangan ijin tanahnya.
Untuk beban yang bekerja pada kolom dan tidak mengalami
eksentrisitas digunakan persamaan:
𝑞 = 𝜀 𝑉/𝐴
Untuk beban yang bekerja pada kolm dengan mengalami eksentrisitas
dua arah digunakan persamaan:
1 1
𝜀𝑉 𝑀𝑋 . 2 𝑏𝑦 𝑀𝑦 . 2 𝑏𝑥
𝑞= ± ±
𝐴 1 3 1 3
. 𝑏𝑥. 𝑏𝑦
12 12 . 𝑏𝑦. 𝑏𝑥
Untuk beban yang bekerja pada kolom dan mengalami eksentrisitas
disalah satu sisinya dapat digunakan persamaan:
𝜀𝑉 6. 𝑒𝑥
𝑞= ± [1 ± ]
𝐴 𝐿
Dan persamaan :
4. 𝜀𝑉
𝑞=
3. 𝐵 (𝐿 − 2. 𝑒𝑥)
Di permukaan dinding tiang, tekanan air pori sama atau lebih besar
daripada tekanan overburden efektif
Perkembangan tekanan air pori berkurang dengan cepat jika jarak suatu
titik dalam tanah dari tiang bertambah
Disekitar tiang, tekanan air pori berkembang sangat tinggi hingga
mencapai 1,5 – 2 kali tekanan vertikal efektif awalnya.
Kapasitas dukung ultimit neto tiang adalah jumlah dari tahanan ujung
bawah ultimit dan tahanan gesek ultimit antara sisi tiang dan tanah
disekitarnya dikurangi dengan berat sendiri tiang.
Qu = Qb + Qs – Wp
Dengan :
Wp = berat sendiri tiang (kN)
Qu = kapasitas dukung ultimit neto (kN)
Qb = tahanan ujung bawah ultimit (kN)
Qs = tahanan gesek ultimit (kN)
Tahanan ujung ultimit, secara pendekatan dapat di hitung dengan
menggunakan persamaan kapasitas dukung ultimit pondasi dangkal, sebagai
berikut :
Dengan :
Qu = tahanan ujung persatuan luas tiang (kN/m²)
Ab = luas penampang ujung bawah tiang (m²)
Cb = kohesi tanah disekitar ujung tiang (kN/m²)
Pb = tekanan overburden di dasar tiang (kN/m²)
γ = berat volume tanah (kN/m³)
Nc, Nq, Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung
Sehingga :
Tahanan gesek sisi tiang (Qs) dapat dianalisis dari teori Coulomb :
Dengan :
τd = tahanan geser sisi tiang
cd = kohesi antara dinding – tanah
σn = σh = tegangan normal pada sisi tiang
Фd = sudut gesek antara sisi tiang dan tanah
atau
Dengan :
Kd = koefisien lateral pada sisi tiang
Po = Z.γ
Z = kedalaman dari muka tanah
τd = cd + Kd.Po.tg Фd
Po = tekanan overburden rata-rata
c. Susunan Tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap,
yang secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak
tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap
akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi
bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak (K.
Basah Suryolelono, 1994).
Gambar dibawah ini adalah contoh susunan tiang (Hary
Christady Harditatmo, 2003)
Dengan :
Eg = Efisiensi kelompok tiang
θ = arc tg d/s, dalam derajat
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
d = Diameter tiang
s = Jarak pusat ke pusat tiang 36
Dengan :
Qg = Beban maksimum kelompok tiang
n = Jumlah tiang dalam kelompok
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang
Eg = Efisiensi kelompok tiang
Dengan :
Mx, My = Momen masing – masing di sumbu X dan Y
x, y = Jarak dari sumbu x dan y ke tiang
∑x2, ∑y2 = Momen inercia dari kelompok tiang
V = Jumlah beban vertikal
N = Jumlah tiang kelompok
P = Reaksi tiang atau beban axial tiang
Dengan :
Dengan :
Dengan :
2) Tanah Lempung
Penurunan fondasi yang terletak pada tanah lempung dapat dibagi
menjadi tiga komponen, yaitu : penurunan segera (immediate settlement),
penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder.
Penurunan total adalah jumlah dari ketiga komponen tersebut dan
dinyatakan dalam rumus berikut :
S = Si + Sc + Ss
Dengan :
S = Penurunan total
Si = Penurunan segera
Sc = Penurunan konsolidasi primer
Ss = Penurunan konsolidasi sekunder
a. Penurunan Segera
Penurunan segera adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi
massa tanah yang tertekan dan terjadi pada volume konstan.
Menurut Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956) dirumuskan sebagai
berikut :
Dengan :
Si = Penurunan segera
q = Tekanan netto fondasi (P/A)
B = Lebar tiang pancang kelompok
E = Modulus elastis
Dengan :
∆e = Perubahan angka pori
eo = Angka pori awal
e1 = Angka pori saat berakhirnya konsolidasi
H = Tebal lapisan tanah yang ditinjau.
c. Penurunan Konsolidasi Sekunder
Penurunan konsolidasi sekunder adalah penurunan yang tergantung
dari waktu, namun berlangsung pada waktu setelah konsolidasi primer
selesai yang tegangan efektif akibat bebannya telah konstan. Besar
penurunannya merupakan fungsi waktu (t) dan kemiringan kurva indeks
pemampatan sekunder (Cα). Rumus kemiringan Cα adalah sebagai
berikut :
Dengan :
Ss = Penurunan konsolidasi sekunder
H = Tebal benda uji awal atau tebal lapisan lempung
ep = Angka pori saat akhir konsolidasi primer
t2 = t1 + ∆t
t1 = Saat waktu setelah konsolidasi primer
berhenti
BAB III
METODE PERENCANAAN
Df = 1.50 m
B = cari yang paling optimal
dw = 0.30 m
P = 10.00 t
M = 1.00 tm
BAB IV
ANALISIS DAN DESAIN
Data Tanah :
qc = 35,00 kg/cm²
qs = 44,50 kg/cm²
Perhitungan rasio gesekan
fR = qs x 100% = 1,27%
Karena nilai fR > dari 1%, maka tanah tersebut termasuk kedalam
tanah kohesif.
Dari tabel faktor kualitas kerja untuk pondasi diatas, ditentukan nilai ɸ =
0,85
dari tabel
tegangan geser ijin diatas, diperoleh nilai tegangan ijin geser Vc = 15,61
kg/cm²
𝑞 𝑞 𝑞
dari persamaan : 𝑑2 (𝑉𝑐 + 4) + 𝑑 (𝑉𝑐 + 2) 𝑤 = (𝐵 2 − 𝑤 2 ) 4
d1 = 58,86 cm
d2 = -88.86 cm
maka ditentukan dsesungguhnya = 60 cm
karena defektif > 305 mm, maka digunakan d = 45 cm
𝑀𝑢𝑙𝑡
0,85. 𝑓𝑐′(1 − √1 − )
0,34. 𝑏. 𝑡 2 . 𝑓𝑐 ′
𝜌= = 0,0003
𝑓𝑦
nilai β1 = 0,85 ; karena fc' ≤ 30 Mpa
𝑓𝑐′ 600
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 [0,85. 𝛽1 . . ] = 0,0196
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
mengambil nilai ρmin dari ketentuan SNI 03-2847-2002 hal. 48 dan 72 yaitu :
300 ≤ fy ≤ 400 ; maka ρmin = 0,0018
karena ρ min > ρ ; maka yang digunakan ρ min = 0,0018
luasan pondasi :
Ac = B.D
= 1200 . 550
= 660000 mm²
luasan penampang baja yang dibutuhkan :
As = ρ.Ac
= 0,0018 . 660000
= 1188 mm²
luasan penampang besi tulangan baja yang digunakan :
Ad = ¼.π.D²
= 132,79 mm²
perhitungan jumlah tulangan :
𝐴𝑠 1188
𝑛 = 𝐴𝑑 = 132,79 = 8,95 ≈ 9 𝑏ℎ
𝑃𝑢𝑙𝑡 10000 𝑘𝑔
𝑓𝑎 = = 2
= 11,11 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐴1 900 𝑐𝑚
dari perhitungan diatas fa < fc, maka digunakan jumlah angkur minimum
yaitu :
luas angkur (Aa) = 0,005.A1
= 0,005 . 900
= 4,50 cm²
tentukan diameter tulangan D13
luasan penampang besi tulangan baja yang digunakan :
Ad = ¼.π.D² = 1,33 cm²
𝐴𝑠
jumlah angkur yang dibutuhkan (n) 𝑛 = 𝐴𝑑 =
4,5
= 3,39 ≈ 4 𝑏ℎ
1,33
BAB V
5.1.1. Kesimpulan
5.1.2. Saran