Anda di halaman 1dari 19

1.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2. Pengkajian

3. Identitas

4. Jenis kelamin : Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.
Namun, pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih
besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan berat badan sama. Di
Kamerun utara, pravelensi hipertensi pada perempuan (51,7%) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (48,7%). Hormone seks berkontribusi terhadap
perbedaan gender dalam control tekanan darah. 55% perempuan hipertensi
berusia >40 tahun. Hipertensi berat sebanyak 88,5%. Usia.(Pikir dkk, 2015, p. 5)

5. Usia : Jumlah penduduk berusia diatas 65 tahun meningkat secara cepat,


pada kurang dari 30 tahun, satu dari 5 orang di Amerika Serikat akan berusia
diatas 65 tahun (Spillman dan Lubizt, 2000). Tekanan darah sistolik meningkat
progresif sesuai usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi merupakan risiko
besar untuk penyakit kardiovaskuler.(Pikir dkk, 2015, p. 5)

6. Ras : orang Amerika Seriat kulit hitam cenderung mempunyai tekanan


darah lebih tinggi bila dibandingkan bukan dengan kulit hitam (Lloyd-Jones dkk,
2009) dan keseluruhan angka mortalitas terkait hipertensi lebih tinggi dari pada
kulit hitam. Pada multiple risk factor intervention trial, yang melibatkan lebih
dari 23.000 laki-laki kulit hitam dan 325.000 laki-laki kulit putting yang dipantau
selama 10 tahun, didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik: anggota
mortalitas penyakit jantung koroner lebih rendah pada laki-lak kulit hitam
dengan tekanan diastolic melebihi 90 mmHg dibandingkan pada laki-laki kulit
putih.(Pikir dkk, 2015, p. 6)

7. Status kesehatan saat ini

 Keluhan Utama

Fatingue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi
denyut jantung, disritmia, dan takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108)

 Alasan masuk rumah sakit


Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki keluhan lemah, sulit
bernapas, dan kesadaran menurun. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)

 Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah, kesadaran menurun,
pengelihatan menjadi kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-
debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang marah. (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 103)

1. Riwayat kesehatan terdahulu

 Riwayat penyakit sebelumnya

Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami


sebelumnya.Misalnya : klien pernah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal dan
klien mengalami sakit yang sangat berat. (Haryanto & Rini, 2015, p. 41)

 Riwayat penyakit keluarga

Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar 15-
35%.Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30-
40% perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering
pada orang dengan riwayat hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6)

 Riwayat pengobatan

Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita penyakit hipertensi yaitu
Pengobatan anti hipertensi :

 Diuretic : semua deuretik menurunkan tekanan darah dengan


meningkatkan ekskresi natrium urin dan dengan mengurangi volume plasma,
volume cairan ekstraseluler, dan curah jantung. Mereka dapat menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi volume vascular, seperti ditunjukkan dalam
sebuah studi oleh Gifford dan kawan-kawan dari 25 pasien.

 Angiotensin : angiotensin II bekerja secara langsung pada dinding pembuluh


dara, menyebabkan hipotrofi medial, menstimulasi pertumbuhan jaringan ikat,
dan meruksak endotel yang berujung pada aterosklerosis(Pikir dkk, 2015, p.
219)

1. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum

1. Kesadaran

Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya adalah sadar dan juga dapat
mengalami penurunan kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)

1. Tanda-tanda vital

2. Tekanan darah

Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada khasus hipertensi tekanan


darah yang dimiliki oleh penderita hipertensi systole diatas 140 mmHg dan
tekanan diastole diatas 90 mmHg (Haryanto & Rini, 2015, p. 37)

1. Nadi

Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan denyut nadi
atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior
tibia. (Udjianti, 2013, p. 108)

 Body system

1. Sistem pernafasan

Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea (gangguan pernafasan


pada saat berbaring ), PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Temuan fisik meliputi sianosis, pengunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara
napas tambahan (ronkhi rales, wheezing) (Udjianti, 2013, p. 109)

1. Sistem kardiovaskuler

 Inspeksi : gerakan dinding abnormal

 Palpasi : denyut apical kuat

 Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat

 Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi jantung S2


mengeras S3 (gejala CHF dini). Murmur dapat terdengar jika stenosis atau
insufisiensi katup. (Udjianti, 2013, p. 108)

1. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital,
episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual
(diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan episode
epistaksis (Udjianti, 2013, p. 109)

1. Sistem perkemihan

Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti, 2013, p. 108)

1. Sistem pencernaan

Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian


deuretik.Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema,
kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria. (Udjianti, 2013, p. 109)

1. Sistem integument

Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis,
diaphoresis, atau flusing (Udjianti, 2013, p. 108)

1. Sistem musculoskeletal

Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini, 2015, p. 40)

1. Sistem endokrin

Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada
sistem endokrin (Udjianti, 2013, p. 109)

1. Sistem reproduksi

Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra cranial) pada saat
melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 106)

1. Sistem penginderaan

Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri edema atau
papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat lamanya
hipertensi (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem imun

Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh (Manurung,


2016, p. 103)

1. Pemeriksaan penunjang

2. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai


viskositas dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia(Udjianti, 2013, p. 109)

3. Kimia darah (Udjianti, 2013, p. 109)

4. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau


faal renal

5. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator


hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin

6. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan


predisposisi pembentukan plaque atheromatus

7. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer

8. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi

9. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi

10. Elektrolit (Udjianti, 2013, p. 109)

11. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya


aldosteronisme atau efek samping terapi deuretik)

12. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi

13. Urine(Udjianti, 2013, p. 109)

14. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine


mengidentifikasikan difusi renal atau diabetes

15. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya


pheochromacytoma
16. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin
juga meningkat

17. Radiologi (Udjianti, 2013, p. 110)

 Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti


renal pharenchymal disease urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH)

 Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup jantung, deposit


kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung

1. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau
disritmia(Udjianti, 2013, p. 110)

2. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015, p. 104)

 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti :
Hipokoagubilitas, anemia.

 BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal

 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada


DM

1. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

2. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,


perbaikan ginjal

3. Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,


pembesaran jantung.

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi adalah sebagai
berikut :

Diagnosa I Penurunan Curah Jantung

1. Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.

1. Penyebab

2. Perubahan irama jantung

3. Perubahan frekuensi jantung

4. Perubahan kontraktilitas

5. Perubahan preload

6. Perubahan afterload

7. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Perubahan irama jantung

 Palpitasi

2. Perubahan preload

 Lelah

3. Perubahan afterload

 Dipsnea

4. Perubahan kontraktilitas

 Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

 Ortopnea

 Batuk

Objektif

1. Perubahan irama jantung


 Bradikardia/takikardi

 Gambaran EKG aritmia

2. Perubahan preload

 Edema

 Distensi vena jugularis

 Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun

 Hepatomegali

3. Perubahan afterload

 Tekanan darah meningkat/menurun

 Nadi perifer teraba lemah

 Capillary refill time >3 detik

 Oliguria

 Warna kulit pucat dan/atau sianosis

4. Perubahan kontraktilitas

 Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4

 Ejaction fraction (EF) menurun

1. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Perilaku emosional

 Cemas

 Gelisah

Objektif

1. Perubahan preload
 Murmur jantung

 Berat badan bertambah

 Pulmonary arteri wedge pressure (PAWP)

2. Perubahan afterload

 Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/ menurun

 Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun

3. Prubahan kontraktilitas

 Cardiac index (CI) menurun

 Left ventricular strok work index (LVSWI) menurun

 Stroke volume index (SVI) menurun

1. Kondisi klinis terkait

2. Gagal jantung kongestif

3. Sindrom koroner akut

4. Stenosis mitral

5. Regurgitasi mitral

6. Stenosis aorta

7. Regurgitasi aorta

8. Stenosis trikuspital

9. Regurgitasi trikuspidal

10. Stenosis pulmonal

11. Regurgitasi pulmonal

12. Aritmia

13. Penyakit jantung bawaan


(SDKI, 2017, pp. 34-35)

Diagnosa II Nyeri Akut

1. Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan


actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan.

1. Penyebab

2. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, meoplasma)

3. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

4. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,


mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

5. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

6. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif
1. Tekanan darah meningkat

2. Pola napas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

8. Kondisi Klinis Terkait

9. Kondisi pembedahan

10. Cedera traumatis

11. Infeksi

12. Sindrom koroner akut

13. Glaucoma

(SDKI, 2017, p. 172)

Diagnosa III Intoleransi Aktivitas

1. Definisi

Ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

1. Penyebab

2. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen

3. Tirah baring

4. Kelemahan

5. Imobilitas

6. Gaya hidup monoton


7. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

2. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/ setelah aktivitas’

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saaat/ setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

5. Kondisi klinis terkait

6. Anemia

7. Gagal jantung koroner

8. Penyakit jantung koroner

9. Penyakit katup jantung

10. Aritmia

11. Penyakit paru obstrutuf kronis (PPOK)

12. Gangguan metabolic


13. Gangguan musculoskeletal

(SDKI, 2017, p. 128)

3.Intervensi

1. Penurunan curah jantung

 Tujuan

Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa


jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular,
perifer, dan pulmonal); dan status tanda-tanda vital

 Criteria hasil

1. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal

2. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN)
dan keratin plasma dalam batas normal

3. Mempunyai warna kulit yang normal

4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak


mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)

5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis. Untuk
penyakit jantung)

6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat


dilaporkan

 Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status


pernapasan, dan status mental

2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat


badan)

3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas


pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen

5. Kaji kerusakan kognitif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup

2. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran

3. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat

4. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri,


faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intesitas

5. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan


dirumah, meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat
terapeutik

6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti biofeed-back,


relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan fisik

7. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari

Aktivitas kolaboratif

1. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau


penghentian obat tekanan darah

2. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin,dan


vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai
dengan program medis atau protocol

3. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer,


sesuai dengan program atau protocol

(Wilkinson, 2016, pp. 65-66)

1. Nyeri akut

 Tujuan

Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut


(sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
Mengenali awitan nyeri

Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan

 Criteria hasil

1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan

2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)

3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi

4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk


memodifikasi faktor tersebut

5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan

6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non


analgesic secara teapat

7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung,


atau tekanan darah

8. Mempertahankan selera makan yang baik

9. Melaporkan pola tidur yang baik

10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan


hubungan interpersonal

 Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan

1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan onformasi pengkajian.

2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0


sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)

3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
respon pasien

5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis,
pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang harus
dihubungi bila mengalami nyeri membandel

2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan


nyeri tidak dapat dicapai

3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan


nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan

4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis,


risiko ketergantungan atau overdosis)

Aktivitas kolaboratif

1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA

2. Manajemen nyeri NIC

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu

(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)

1. Intoleransi aktivitas

 Tujuan

Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat,
dan perawatan diri : ASK (dan AKSI)
 Criteria hasil

1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang


dapat mengakibatkan intoleran aktivitas

2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan


denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola
dalam batas normal

3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)

4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,


obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas

5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan


(mis, eliminasi dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)

6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis,


membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)

 Intervensi NIC

Aktifitas keperawatan

1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI

2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang


belum dilaporrkan kepada dokter

3. Pentingnya nutrisi yang baik

4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas


5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas

6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga


dan tempat kerja

7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat atau


benda yang sering digunaakan ditempat yang mudah terjangkau

Aktivitas kolaboratif

1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah


satu faktor penyebab

2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan
ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas,
jika perlu

3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa
dirumah

4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan


bantuan peralatan rumah, jika perlu

5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan


bantuan perawatan rumah, jika perlu

6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan
yang kaya energy

7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan


dengan penyakit jantung

(Wilkinson, 2016, pp. 17-18)


DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga


University Press.

Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: KDT.

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai