Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS PADA AN.

A UMUR 8 BULAN DENGAN DIARE


DEHIDRASI RINGAN DI RUANG ANYELIR ATAS RUMAH SAKIT UMUM
KAB. TANGERANG TANGGAL 9-10 SEPTEMBER 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO (World Health Organization) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi
di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah
umur 8 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto,
2004).

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita
(Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan
berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi
dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi,
1981).

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima
tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu
faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih,
sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah.
Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air 2004).

Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.A yang
mengalami peningkatan di RSU Kab. Tangerang kejadian diare pada anak balita adalah banyak
maka penulis tertarik untuk mengambil kasus An.A dengan diare di RSU Kab Tangerang.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui Kasus pada An. A Umur 8 bulan dengan Diare di Ruang Anyelir Atas Rumah Sakit
Umum Kab. Tangerang Tanggal 9-10 September 2013.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui anamnesa pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
2. Mengetahui Pemeriksaan fisik pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas
Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
3. Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
4. Mengetahui Perencanaan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
5. Mengetahui Penatalaksanaan tindakan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
6. Mengetahui evaluasi pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit
Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Rumah Sakit


Dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


Dapat meningkatkan kualitas pelatihan dan bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dan
termotivasi dalam melaksanakan makalah. Hasil dari makalah dapat dijadikan bahan bacaan dan
panduan bagi angkatan selanjutnya dalam menyusun laporan makalah serta untuk menambah
referensi di perpustakaan.

1.3.3 Bagi Klien


Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang kesehatan, terutama tentang diare pada
anak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (Hipocrates, 1988).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari pada biasanya (FKUI, 1985).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak-anak. Konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah defakasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer dkk, 2000).

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Menurut Pearch (2009), anatomi


Lambung terletak dari kiri dan kanan menyilang
dibawah diafragma. Secara klinis anatomi lambung
terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum,
pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung
terdapat kurvatura mayor. Spincter cardiac atau
spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan
masuk ke dalam lambung terdiri dari dari 4 lapisan.
Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian
dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan
lambung terus memanjang ke arah hati membentuk
omentum minus. Gambar
2.1
Anatomi
saluran pemcernaan

Fungsi lambung terdiri dari : menampung makanan, menghancurkan.


Getah cerna lambung dihasilkan oleh :
a. Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
b. HCL, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
c. Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
karsinogen.

Usus Halus (Intestinum Minor)

Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat


yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus
ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Usus
halus dibagi menjadi : duodenum, yeyunum, dan ileum.
Duodenum panjangnya sekitar 28 cm, mulai dari pylorus
sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding
usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh
peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, otot yang meliputi usus halus
mempunyai 2 lapisan :
a. Lapisan luar terdiri atas : serabut longitudinal yang telah tipis.
b. Lapisan dalam terdiri atas : serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus.
Gambar 2.2
Anatomi

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja
kolesistokinin.

Fungsi usus besar :


a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-
saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

Fungsi usus besar :


a. Menyerap air dan makanan.
b. Tempat tinggal bakteri koli.
c. Tempat faeces.

2.3 Etiologi

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi impaksi fekal (overlow diarrhea), atau berbagai
kondisi lain.

Faktor penyebab diare menurut Marmi (2012) adalah :


a. Infeksi
a) Virus ( Ratovirus, Adenovirus, Norwalk )
b) Bakteri ( Shigelia, Salmonella, E. Coli, Vibrio )
c) Parasit ( Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris,
Trichiuris, Strongilucdes ).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis akut
(OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
c. Faktor Malabsorbsi :
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan sering
ialah toleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein.
d. Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
e. Imunodefisiensi
f. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar.

2.4 Patofisiologi

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :

a. Diare sekresi yaitu yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen,
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
b. Diare osmotik yaitu yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan
toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi
rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi (Marmi, 2012).

2.5 Tanda dan Gejala

2.5.1 Anamnesis ( Keluhan )


Keluhan atau data subjektif yang dirasakan pada saat anak/bayi yang mengalami diare, yaitu :
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
bnayaknya asam laktat.

2.5.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik atau data objektif yang terdapat pada anak/bayi yang mengalami diare adalah :
a. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas ( elistitas kulit menurun ), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
b. ssPerubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah menurun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun ( apatis, samnolen, sopora komatus ) sebagai
akibat hipovokanik.
c. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam (
kusmaul ).

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Tinja
a) Makroscopis dan microscopis
b) PH dan kadar guula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
c) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab
d) Uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).
b. Pemeriksaan darah
a) Darah perifer lengkap
b) Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan serum pada diare yang disertai
kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
a) untuk mengetahui faal ginjal.
d. Duodenal intubation
a) Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

2.6 Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :

a. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).

Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare
dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing-masing anak atau golongan umur. (Mansjoer, Arief dkk, 2000)

Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.

Tabel 2.1
anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah
1. Ringan 80 100 28 178
2. Sedang 78 100 28 200
3. Berat 128 100 28 280

a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.

Tabel 2.2
Anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg)

No. Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah


1. Ringan 30 80 28 178
2. Sedang 80 80 28 188
3. Berat 80 80 28 188
b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada
anak umur>18 tahun (BB 18-28 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Tabel 2.3
anak umur >18 tahun (BB 18-28 kg)

No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah


1. Ringan 28 68 28 118
2. Sedang 80 68 28 140
3. Berat 80 68 28 170

b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pada status gizi
c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dngan panas, kecuali pada :
a) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten
d. Obat-obatan anti diare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (mis. Norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak ada satupun uobat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan
beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan
pada anak <8 tahun.

Tabel 2.4
Penilaian derajat dehidrasi

No. Penilaian A B C
1. Lihat : Baik, sadar Gelisah, Lesu, lunglai,
kedaan umu Rewel* atau tidak
m sadar*
2. Mata Normal Cekung Sangat
cekung
3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
4. Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
8. Rasa haus Minum Haus, ingin Malas minum
biasa tidak minum atau tidak bisa
haus banyak* minum*
6. Periksa : turgor Kembali Kembali Kembali
kulit cepat lambat sangat
lambat*
7. Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedan berat
g Bila ada 1
Bila ada 1 tanda*
tanda* ditambah 1
ditambah 1 atau lebih
tanda atau tanda lain
lebih tanda
lain

Terapi Rencana Rencana Rencana


terapi A terapi B terapi C
Penilaian dimulai dengan melihat pada kolom C.

Rencana pengobatan A
Digunakan untuk:
a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b. Meneruskan terapi diare dirumah
c. Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:


1) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
3) Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari

*Jika akan diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan
setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.

Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit Jumlah oralit yang


yang diberikan disediakan di rumah
tiap b.a.b

<12 bulan 80-100 ml 400 ml/hari (2


bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari, 3-4
bungkus
>8 tahun 200-300 ml 800-1.000 ml/hari, 4-
8 bungkus
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml/hari

Cara memberikan oralit:


1. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua.
3. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit (misalnya
sesendok tiap 1-2 menit).
4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.
Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 78 ml/kg BB atau bila berat badan anak tidak diketaui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel dibawah ini:
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama
Umur <1 tahun 1-8 tahun >8 tahun Dewasa
Jumlah 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
oralit

Rencana pengobatan C
Ikuti arah panah. Bila jawaban dari pertanyaan ya, teruskan ke kanan. Bila tidak, teruskan ke
bawah.

Cairan intravena yang dianjurkan adalah Ringer laktat. Bila tidak


tersedia garam faal (9 gram NaCl/I), larutan DG ana (28 gram atau
80 gram/I) atau Dekstrose 2 a (80 gram atau 100 gram/I) dapat
digunakan. Larutan intravena ynag mengandung hanya glukosa tidk
boleh digunakan.
 Mulai dibericairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairanIV
dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal) dibagisbb:

umur

Bayi<12 bulan

Anak>1 tahun

Pemberian 1

1 jam

½-1 jam

Kemudian

5 jam

2 ½ - 3 jam

 Ulangi bilanadi masih lemah atau tidak teraba

 Nilai kembalipenderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesanintravena.

 Juga berikanoralit (5 ml/kg/jam) bila penderita minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi)atau 1-2
jam (anak).

 Setelah 3-6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bganpenilaian.
Kemudian pilihlah rencana yang sesuai ( A, B dan C) untukmelanjutkan pengobatan.

Skema rencana pengobatan


Dapatkah andamemberikan cairan intravena

Ya

Tidak
Adakahpengobatan terdekat (dalam 30 menit)

 Kirim penderita untuk pengobatan intravena


 Bila penderita bisa minum, sediakan oralit untuk ibudan tunjukan cara memberikan
selama di perjalanan.

Ya

Mulairehidrasi dengan selang nasogatrik


Berikan 20ml/kg/jam selam 6 jma(total 120 ml/kg)
Nilailahpenderita tiap 1-2 jam
- Bil amuntahatau perut kembung berikan cairan pelan-pelan
- Bilarehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapiintravena
Setelah 6 jam nilai kembali penderota dan pilihrencana pengobatan yang sesuai.

Tidak
Apakah andadapat menggunakan pipa nasogatrik untuk rehidrasi ?

Ya

 Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan10 ml/kg/jam selama 6jam
(total 120 ml/kg).
 Nilailah penderita setiap 1-2 jam:
- Bila muntahatau perut kembung berikan cairan pelan-pelan
- Bilarehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapiintravena.
- Setelah 6 jamnilai kembali penderita dan pilih rencana yang sesuai.

Tidak
Apakahpenderita bisa minum ?

Ya

Segera kirim anak untukrehidrasi melalui nasogastrik atau intravena.

Tidak

CATATAN :
a. Bila mungkinamati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwaibu dapat menjaga mengembalikan cairan
yang hilang dengan member oralit.
b. Bila umurdiatas 2 tahun dan kolera baru saja terjangkit di daerah anda, pikirkankolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral
begitu anak sadar.
BAB III

BAB III
TINJAUAN KASUS

Unit : Anak Autoanamnesa

Kamar : 203/1 Alloanamnesa : Orangtua


Tangagal masuk RS : 8 September 2013 Tanggal Pengkajian : 9 September 2013

3.1 Anamnesis
3.1.1 Identifikasi

A. Pasien
Nama : An. A
Usia : 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 (tiga)
Jumlah Saudara Kandung : 2 (dua)
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat Rumah : Rawa Lele

B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Alamat Rumah : Rawa Lele
Hubungan dengan Pasien : Orangtua
Nomer Telepon : 087878646xxx

3.1.2 Keluhan Utama


Orang tua anak mengatakan bahwa datang ke rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan
alasan ingin memeriksakan kesehatan anaknya yang mengalami keluhan panas lebih dari lima
hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret encer ±4x dalam
sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari.

3.1.3 Riwayat Antenatal


Penyakit/infeksi saat hamil : Tidak ada
Tempat dan frekuensi ANC : BPS, 4x ANC
Imunisasi yang diperoleh saat ANC &
Frekuensi : Imunisasi TT1 & TT2
Kebiasaan Ibu Selama Hamil :Melakukan pekerjaan RT
Obat/Jamu yang diminum selam Hamil : Tidak ada

3.1.4 Riwayat Kelahiran


Tempat Lahir dan Penolong : BPS & penolong Bidan
Cara dalam Kelahiran : spontan dan lamanya ±20 menit
Kompliksi Persalinan : Tidak ada
Kondisi saat Lahir : Baik
3.1.5 Riwayat Imunisasi

Jenis BCG Hepatitis DPT Polio Campak DT Dan


Imunisasi lain-
3.1.6 Riwayat lain
Kesehatan Terakhir 9 20 Mei 19 Juni 19 Juni - - -
diberikan Februari 2013 2013 2013
A. Riwayat 2013
Perkemba Frekuensi 1x 2x 3x 3x - - -
ngan Anak pemberian
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya berumur 8 bulan sudah bisa merangkak, bicara tidak
ada makna, sudah memegang benda kecil, saat 6 bulan sudah bisa duduk tanpa dibantu, dan
mendapatkan imunisasi dasar lengkap serta berkembang sesuai dengan usianya.

B. Riwayat Penyakit yang Sedang diderita


a. Pasien
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sedang menderita penyakit diare dan anaknya tidak
pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun
seperti (Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma), dan penyakit menahun seperti (Jantung dan
Ginjal).

b. Orangtua dan Keluarga


Orangtua anak mengatakan bahwa ibu dan ayahnya tidak pernah menderita penyakit menular
seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun seperti (Diabetes Mellitus, Hipertensi
dan Asma), dan penyakit menahun seperti (Jantung dan Ginjal).

C. Penyuluhan yang Didapat Oleh Orangtua atau Keluarga Terdekat


Orangtua anak mengatakan bahwa dirinya pernah mendapatkan penyuluhan tentang merawat
bayi, pemberian ASI eksklusif serta pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang bagi anak.

3.1.7 Riwayat Psikososial Budaya Keluarga


Orangtua anak mengatakan bahwa ibu ayah dan keluarganya sangat senang atas kehadiran anak
ketiganya yang berjenis kelamin perempuan, dikarenakan anak sebelumnya berjenis kelamin
laki-laki semua. Dan yang sekarang putri kecilnya tersebut sudah mulai beranjak besar.

3.1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari

A. Pola Nutrisi
Lama pemberian ASI : 6 bulan
Jenis makanan utama : Bubur atau makanan lunak dan ASI tetap diberikan
Jumlah/Frekuensi pemberian : 3 x sehari
Nafsu makan : Sedikit berkurang

B. Pola Eliminasi

a. BAK
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya BAK 8-8x perhari, warna kekuningan, bau khas dan
tidak nyeri.

b. BAB
Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya frekuensi BAB 1-2x/hari warna kuning, bau khas
dan konsistensi lembek. Pada saat sakit anaknya BAB ±4x perhari warna kuning, bau khas dan
konsistensi encer.

C. Pola Aktivitas
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah berkembang sesuai dengan usianya saat ini
dan aktivitas anak sehari-hari hanya bermain.

D. Pola Istirahat/Tidur
Orangtua anak mengatakan anaknya tidur siang ±4 jam (12.00 – 16.00 WIB) dan tidur malam ±
10 jam (21.00 – 07.00 WIB). Semenjak sakit pola tidur/istirahat tidak teratur.

E. Personal Hygiene
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, mencuci
rambut 2x sehari dan mengganti popok/pakaian 2x sehari atau jika basah dan kotor.

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal : 9 September 2013
Jam : 09.48 WIB

A. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan sedang karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat.

B. Tingkat Kesadaran
1. Kesadaran secara umum : Composmentis
2. Skala koma Glaslow (Kuantitatif)
Respon motorik :6
Respon bicara :5
Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan (Kualitatif) : Baik

C. Tanda-tanda Vital
1. Suhu : 37,5 ºC
Lokasi : Axilla
2. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
3. Pernapasan : 35 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut

D. Antropometri
1. BBL/TBL : 2800 gram/48 cm
2. Lingkar Lengan Atas : 9 cm
3. BB (k/p sebelum/sesudah) : 8 kg
4. Tinggi Badan : 70 cm
5. Index Masa tubuh (IMT) :
Kesimpulan Berat Badan :

E. Survei Umum
1. Ekspresi wajah mengantuk : Tidak ada
2. Banyak menguap : Tidak ada
3. Palpebra inferior berwarna gelap : Tidak ada
4. Kontak mata : Baik
5. Edema : Tidak ada
6. Icterik : Tidak ada
7. Peradangan : Tidak ada
8. Lesi : Tidak ada
9. Postur Tubuh : Lordosis
10.Gaya jalan : Normal
11.Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
12.Tracheostomi : Tidak ada
13.Perfusi pembuluh perifer kuku : Tidak ada
14.Aktivitas Harian
a. Makan :2
b. Mandi :2
c. Pakaian :2
d. Kerapihan :2
e. Buang air besar :2
f. Buang air kecil :2
g. Mobilisasi di tempat tidur :2
h. Kesimpulan : Bantuan orang

F. Pemeriksaan Head To Toe

1. Inspeksi

A. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung

B. Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema

C. Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema

D. Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries
Lidah : Bersih

E. Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada

F. Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada

2. Palpasi

A. Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Turgor Kulit : Menurun
Kembung : Tidak ada

3. Auskultasi

A. Abdomen
Bising Usus : Hiperaktif

G. Perkembangan

A. Kembang
a. Motorik Halus
Anak “A” sudah mampu memasukan mainan kedalam cangkir dan meletakakkan benda ke
tangan orang lain.

b. Motorik Kasar
Anak “A” sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti “ma, pa, mam”.

B. Sistem Neuorologi
Reflek Moro : Positif / Kuat
Reflek Rooting : Positif / Kuat
Reflek Graphs / Plantar : Positif / Kuat
Reflek Sucking : Positif / Kuat
Reflek Tonic Neck : Positif / Kuat
Reflek Swallowing : Positif / Kuat
Reflek Babynsky : Positif / Kuat

3.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal : 9 September 2013
Jam : 07.30 WIB

3.3.1 Laboratarium

A. Hemoglobin : 10,4 G/dl


B. Jumlah Leukosit : 18.800 µL
C. Hematokrit : 32 %
D. Jumlah Trombosit : 481.000 µ
E. GDS : 71 mg/dl
F. Elektrolit
Na : 131 mmol/L
K : 8,3 mmol/mL
Cl : 112 mmol/mL

3.2.3 USG
Tidak dilakukan

3.2.4 Lain-lain
Tidak dilakukan

3.2.5 Terapi

A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
B. Lacto B :2x1
C. Pct : 3 x ½ sendok teh
D. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan

3.3 PERENCANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.08 WIB

3.4.1 Lakukan Pemeriksaan pada anak


Dengan melakukanpemeriksaan pada anak diharapkan dapat mengetahui kondisi yang dialami
oleh anak saat ini.

3.4.2 Observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital


Diharapkan dengan dilakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital,
keadaan pasien dapat dipantau.

3.4.3 Observasi tanda-tanda dehidrasi


Diharapkan dengan dilakukan observasi tanda-tanda dehidrasi pasien tidak mengalami dehidrasi
ke tingkat yang lebih tinggi.
3.4.4 Jelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga
Diharpkan ibu ayah dan keluarga dapat mengerti tentang kondisi anaknya saat ini.

3.4.5 Lakukan rehidrasi dengan memberikan oralit


Diharapkan keadaan anak dapat membaik dan tidak terjadi dehidrasi.

3.4.6 Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene


A. Nutrisi
Lakukan pengenceran padapemberian susu formula.

B. Persenal Hygiene
a. Jaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi).

3.4.7 Berikan terapi kepada pasien


Diharapkan untuk mempercepat kesembuhan pasien.

3.5 PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.10 WIB

3.5.1 Melakukan Pemeriksaan kepada anak untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh anak
saat ini.

3.5.2 Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital


A.Kesadaran : Composmentis
B. Keadaan umum : Cukup
C. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 37,8 ºC
Lokasi : Axilla
b. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut

3.5.3 Observasi tanda-tanda dehidrasi


A. Mata : Tidak ada cekung dan hitam
B. Turgor Kulit : Menurun
C. Abdomen : Kembung (+), Bising Usus (+)

3.5.4 Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.

3.5.5 Melakukan rehidrasi dengan memberikan oralit


3.5.6 Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene

A. Nutrisi
Diet rendah serat dengan cara melakukan pengenceran pada pembuatan susu formula.

B. Personal Hygiene
a. Menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi) yaitu dengan cara merebus botol
kedalam air mendidih ±20 menit untuk menghilangkan kuman / bakteri yang tertinggal didalam
botol susu.

3.5.7 Memberikan terapi kepada pasien


A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
B. Lacto B :2x1
C. Pct : 3 x ½ sendok teh
D. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan

3.6 EVALUASI
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.12 WIB

3.6.1 Subyektif
Orangtua ank mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh petugas dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas.

3.6.2 Obyektif
A.Kesadaran : Composmentis
B.Keadaan Umum : Cukup
C.Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 37,8 ºC
Lokasi : Axilla
b. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut
D. Mata : Tidak cekung dan hitam
E. Turgor Kulit : Menurun
F. Abdomen : Kembung (+), Bising Usus (+)
3.6.3 Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan diare dehidrasi ringan.

3.6.4 Planning

A. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
B. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
C. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Personal hygiene
b. Nutrisi
c. Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d. Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e. Minum obat secra teratur
f. Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
D. Memberikan terapi kepada pasien
a. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
b. Lacto B : 2 x 1
c. Pct : 3 x ½ sendok teh
d. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
DATA PERKEMBANGAN

Tanggal : 10 September 2013


Jam : 09.30 WIB

A. Subyektif
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah lebih membaik, tidak ada demam dan
mencret-mencret, BAB sudah normal seperti biasanya setelah diberikan pengobatan.

B. Obyektif
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB

1. Keadaan Umum
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB

1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan umum : Cukup
3) Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 36,9 ºC
Lokasi : Axilla
b. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut

2. Pemeriksaan Head To Toe


Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.38 WIB

a. Inspeksi

a) Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung

b) Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema
c) Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema

d) Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries gigi
Lidah : Bersih

e) Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada

f) Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada

b. Palpasi

a) Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Turgor Kulit : Menurun
Kembung : Tidak ada

c. Auskultasi

a) Abdomen
Bising Usus : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.88 WIB

a. Laboratarium
Tidak dilakukan

b. USG
Tidak dilakukan

c. Lain-lain
Tidak dilakukan
d. Terapi
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 8x permenit
b) Lacto B : 2 x 1
c) Pct : 3 x ½ sendok teh
d) Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan

C. Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan dehidrasi ringan.

D. Planning
a. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
b. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
c. Memberikan HE pada ibu tentang :
a) Personal hygiene
b) Nutrisi
c) Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d) Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e) Minum obat secra teratur
f) Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
d. Memberikan terapi kepada pasien
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
b) Lacto B :2x1
c) Pct : 3 x ½ sendok teh
d) Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada uraian perkembangan kasus, penulis menerapkan asuhan pada bayi. Pada Bab ini
penulis akan menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus pada An.A.
Menurut Winardi (1981), tanda dan gejala diare adalah dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita. Hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus An. A, bahwa tanda-tanda
tersebut adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari.
Pada kasus An. A didapatkan bahwa An. A mengalami diare dehidrasi ringan dengan buang
air besar lebih dari 4x sehari yaitu dengan ditemukannya tinja yang encer, teori dan kasus ini
sesuai dengan pernyataan oleh (Ngastiah, 1998).
Menurut Mansjoer (2000), penanganan dari diare dengan dehidrasi ringan adalah personal
hygine, pemberian nutrisi yang cukup seperti pemberian cairan dan makanan pengganti ASI,
melakukan cuci tangan sebelum merawat An. A, membersihkan botol yang bersih apabila anak
menggunakan susu formula, dan pemberian obat secara teratur sesuai anjuran dokter.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
Pada kasus An. A, 8 bulan, dengan diare di Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang.
Pasien dirawat selama 3 hari. Tiap empat jam sekali dilakukan observasi keadaan umum anak,
mulai dari tanda-tanda vital,ubun-ubun, mata, mulut, perut, kulit,rectum. Pada hari pertama
tanggal 08 September 2013 orang tua An.A mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan
panas lebih dari 8 hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret
encer ± 4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari. Pada hari kedua tanggal 9
September 2013 orang tua An.A mengatakan kondi anaknya sudah membaik, BAB 2x sehari dan
tidak terlalu encer, mobilisasi baik, dokter mengatakan An.A sudah diperbolehkan pulang pada
tanggal 10 September 2013.
Pada teori dan kasus An.A tidak banyak terjadi kesenjangan, perawat telah melakukan
apa yang telah menjadi wewenangnya yaitu bila ada kasus diare harus segera melakukan
tindakan dan observasi agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.

5.2 Saran

5.2.1. Bagi Penulis


Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan
kebidanan pada anak dengan kasus diare sesuai dengan standart profesi kebidanan dan dapat
mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang didapat diperkuliahan dengan
praktek yang nyata dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.

5.2.2. Bagi Lahan Praktek


Untuk bidan maupun petugas tenaga kesehatan lainnya, diharapkan dapat memberikan
asuhan kebidanan pada anak dengan kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi yang
berkelanjutan.

5.2.3. Bagi Klien


Diharapkan orang tua lebih memahami pentingnya kesehatan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan pengetahuan tentang diare. Dukungan keluarga sangat berarti untuk anak selama
masa pertumbuhannya.

5.2.4. Bagi Institusi Pendidikan


Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkannya pada klien secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Resepno dan Alatas Husein. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI RCCMC. Jakarta :
Infomedika
Kosim, M Soleh dkk. 2012. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Noer, Saifullah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 FKUI. Jakarta : Gaya Baru
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata : Trans Info Media
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untu
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai