BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO (World Health Organization) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi
di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah
umur 8 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto,
2004).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita
(Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan
berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi
dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi,
1981).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima
tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu
faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih,
sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah.
Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air 2004).
Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.A yang
mengalami peningkatan di RSU Kab. Tangerang kejadian diare pada anak balita adalah banyak
maka penulis tertarik untuk mengambil kasus An.A dengan diare di RSU Kab Tangerang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (Hipocrates, 1988).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari pada biasanya (FKUI, 1985).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak-anak. Konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah defakasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer dkk, 2000).
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja
kolesistokinin.
2.3 Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi impaksi fekal (overlow diarrhea), atau berbagai
kondisi lain.
2.4 Patofisiologi
a. Diare sekresi yaitu yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen,
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
b. Diare osmotik yaitu yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan
toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi
rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi (Marmi, 2012).
2.6 Penatalaksanaan
a. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare
dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing-masing anak atau golongan umur. (Mansjoer, Arief dkk, 2000)
Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.1
anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
No. Dehidrasi PWL NWL CWl Jumlah
1. Ringan 80 100 28 178
2. Sedang 78 100 28 200
3. Berat 128 100 28 280
a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.2
Anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg)
b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pada status gizi
c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dngan panas, kecuali pada :
a) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten
d. Obat-obatan anti diare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (mis. Norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak ada satupun uobat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan
beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan
pada anak <8 tahun.
Tabel 2.4
Penilaian derajat dehidrasi
No. Penilaian A B C
1. Lihat : Baik, sadar Gelisah, Lesu, lunglai,
kedaan umu Rewel* atau tidak
m sadar*
2. Mata Normal Cekung Sangat
cekung
3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
4. Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
8. Rasa haus Minum Haus, ingin Malas minum
biasa tidak minum atau tidak bisa
haus banyak* minum*
6. Periksa : turgor Kembali Kembali Kembali
kulit cepat lambat sangat
lambat*
7. Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedan berat
g Bila ada 1
Bila ada 1 tanda*
tanda* ditambah 1
ditambah 1 atau lebih
tanda atau tanda lain
lebih tanda
lain
Rencana pengobatan A
Digunakan untuk:
a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b. Meneruskan terapi diare dirumah
c. Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
*Jika akan diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan
setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.
Rencana pengobatan C
Ikuti arah panah. Bila jawaban dari pertanyaan ya, teruskan ke kanan. Bila tidak, teruskan ke
bawah.
umur
Bayi<12 bulan
Anak>1 tahun
Pemberian 1
1 jam
½-1 jam
Kemudian
5 jam
2 ½ - 3 jam
Nilai kembalipenderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesanintravena.
Juga berikanoralit (5 ml/kg/jam) bila penderita minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi)atau 1-2
jam (anak).
Setelah 3-6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bganpenilaian.
Kemudian pilihlah rencana yang sesuai ( A, B dan C) untukmelanjutkan pengobatan.
Ya
Tidak
Adakahpengobatan terdekat (dalam 30 menit)
Ya
Tidak
Apakah andadapat menggunakan pipa nasogatrik untuk rehidrasi ?
Ya
Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan10 ml/kg/jam selama 6jam
(total 120 ml/kg).
Nilailah penderita setiap 1-2 jam:
- Bila muntahatau perut kembung berikan cairan pelan-pelan
- Bilarehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapiintravena.
- Setelah 6 jamnilai kembali penderita dan pilih rencana yang sesuai.
Tidak
Apakahpenderita bisa minum ?
Ya
Tidak
CATATAN :
a. Bila mungkinamati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwaibu dapat menjaga mengembalikan cairan
yang hilang dengan member oralit.
b. Bila umurdiatas 2 tahun dan kolera baru saja terjangkit di daerah anda, pikirkankolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral
begitu anak sadar.
BAB III
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Anamnesis
3.1.1 Identifikasi
A. Pasien
Nama : An. A
Usia : 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 3 (tiga)
Jumlah Saudara Kandung : 2 (dua)
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat Rumah : Rawa Lele
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Alamat Rumah : Rawa Lele
Hubungan dengan Pasien : Orangtua
Nomer Telepon : 087878646xxx
A. Pola Nutrisi
Lama pemberian ASI : 6 bulan
Jenis makanan utama : Bubur atau makanan lunak dan ASI tetap diberikan
Jumlah/Frekuensi pemberian : 3 x sehari
Nafsu makan : Sedikit berkurang
B. Pola Eliminasi
a. BAK
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya BAK 8-8x perhari, warna kekuningan, bau khas dan
tidak nyeri.
b. BAB
Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya frekuensi BAB 1-2x/hari warna kuning, bau khas
dan konsistensi lembek. Pada saat sakit anaknya BAB ±4x perhari warna kuning, bau khas dan
konsistensi encer.
C. Pola Aktivitas
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah berkembang sesuai dengan usianya saat ini
dan aktivitas anak sehari-hari hanya bermain.
D. Pola Istirahat/Tidur
Orangtua anak mengatakan anaknya tidur siang ±4 jam (12.00 – 16.00 WIB) dan tidur malam ±
10 jam (21.00 – 07.00 WIB). Semenjak sakit pola tidur/istirahat tidak teratur.
E. Personal Hygiene
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, mencuci
rambut 2x sehari dan mengganti popok/pakaian 2x sehari atau jika basah dan kotor.
A. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan sedang karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat.
B. Tingkat Kesadaran
1. Kesadaran secara umum : Composmentis
2. Skala koma Glaslow (Kuantitatif)
Respon motorik :6
Respon bicara :5
Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan (Kualitatif) : Baik
C. Tanda-tanda Vital
1. Suhu : 37,5 ºC
Lokasi : Axilla
2. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
3. Pernapasan : 35 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut
D. Antropometri
1. BBL/TBL : 2800 gram/48 cm
2. Lingkar Lengan Atas : 9 cm
3. BB (k/p sebelum/sesudah) : 8 kg
4. Tinggi Badan : 70 cm
5. Index Masa tubuh (IMT) :
Kesimpulan Berat Badan :
E. Survei Umum
1. Ekspresi wajah mengantuk : Tidak ada
2. Banyak menguap : Tidak ada
3. Palpebra inferior berwarna gelap : Tidak ada
4. Kontak mata : Baik
5. Edema : Tidak ada
6. Icterik : Tidak ada
7. Peradangan : Tidak ada
8. Lesi : Tidak ada
9. Postur Tubuh : Lordosis
10.Gaya jalan : Normal
11.Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
12.Tracheostomi : Tidak ada
13.Perfusi pembuluh perifer kuku : Tidak ada
14.Aktivitas Harian
a. Makan :2
b. Mandi :2
c. Pakaian :2
d. Kerapihan :2
e. Buang air besar :2
f. Buang air kecil :2
g. Mobilisasi di tempat tidur :2
h. Kesimpulan : Bantuan orang
1. Inspeksi
A. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung
B. Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema
C. Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema
D. Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries
Lidah : Bersih
E. Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
F. Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada
2. Palpasi
A. Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Turgor Kulit : Menurun
Kembung : Tidak ada
3. Auskultasi
A. Abdomen
Bising Usus : Hiperaktif
G. Perkembangan
A. Kembang
a. Motorik Halus
Anak “A” sudah mampu memasukan mainan kedalam cangkir dan meletakakkan benda ke
tangan orang lain.
b. Motorik Kasar
Anak “A” sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti “ma, pa, mam”.
B. Sistem Neuorologi
Reflek Moro : Positif / Kuat
Reflek Rooting : Positif / Kuat
Reflek Graphs / Plantar : Positif / Kuat
Reflek Sucking : Positif / Kuat
Reflek Tonic Neck : Positif / Kuat
Reflek Swallowing : Positif / Kuat
Reflek Babynsky : Positif / Kuat
3.3.1 Laboratarium
3.2.3 USG
Tidak dilakukan
3.2.4 Lain-lain
Tidak dilakukan
3.2.5 Terapi
A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
B. Lacto B :2x1
C. Pct : 3 x ½ sendok teh
D. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
3.3 PERENCANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.08 WIB
B. Persenal Hygiene
a. Jaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi).
3.5 PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.10 WIB
3.5.1 Melakukan Pemeriksaan kepada anak untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh anak
saat ini.
3.5.4 Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
A. Nutrisi
Diet rendah serat dengan cara melakukan pengenceran pada pembuatan susu formula.
B. Personal Hygiene
a. Menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi) yaitu dengan cara merebus botol
kedalam air mendidih ±20 menit untuk menghilangkan kuman / bakteri yang tertinggal didalam
botol susu.
3.6 EVALUASI
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.12 WIB
3.6.1 Subyektif
Orangtua ank mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh petugas dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas.
3.6.2 Obyektif
A.Kesadaran : Composmentis
B.Keadaan Umum : Cukup
C.Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 37,8 ºC
Lokasi : Axilla
b. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut
D. Mata : Tidak cekung dan hitam
E. Turgor Kulit : Menurun
F. Abdomen : Kembung (+), Bising Usus (+)
3.6.3 Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan diare dehidrasi ringan.
3.6.4 Planning
A. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
B. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
C. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Personal hygiene
b. Nutrisi
c. Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d. Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e. Minum obat secra teratur
f. Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
D. Memberikan terapi kepada pasien
a. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
b. Lacto B : 2 x 1
c. Pct : 3 x ½ sendok teh
d. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
DATA PERKEMBANGAN
A. Subyektif
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah lebih membaik, tidak ada demam dan
mencret-mencret, BAB sudah normal seperti biasanya setelah diberikan pengobatan.
B. Obyektif
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB
1. Keadaan Umum
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan umum : Cukup
3) Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 36,9 ºC
Lokasi : Axilla
b. Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut
a. Inspeksi
a) Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung
b) Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema
c) Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema
d) Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries gigi
Lidah : Bersih
e) Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
f) Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi
a) Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Turgor Kulit : Menurun
Kembung : Tidak ada
c. Auskultasi
a) Abdomen
Bising Usus : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.88 WIB
a. Laboratarium
Tidak dilakukan
b. USG
Tidak dilakukan
c. Lain-lain
Tidak dilakukan
d. Terapi
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 8x permenit
b) Lacto B : 2 x 1
c) Pct : 3 x ½ sendok teh
d) Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
C. Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan dehidrasi ringan.
D. Planning
a. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
b. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
c. Memberikan HE pada ibu tentang :
a) Personal hygiene
b) Nutrisi
c) Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d) Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e) Minum obat secra teratur
f) Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
d. Memberikan terapi kepada pasien
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
b) Lacto B :2x1
c) Pct : 3 x ½ sendok teh
d) Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada uraian perkembangan kasus, penulis menerapkan asuhan pada bayi. Pada Bab ini
penulis akan menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus pada An.A.
Menurut Winardi (1981), tanda dan gejala diare adalah dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita. Hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus An. A, bahwa tanda-tanda
tersebut adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari.
Pada kasus An. A didapatkan bahwa An. A mengalami diare dehidrasi ringan dengan buang
air besar lebih dari 4x sehari yaitu dengan ditemukannya tinja yang encer, teori dan kasus ini
sesuai dengan pernyataan oleh (Ngastiah, 1998).
Menurut Mansjoer (2000), penanganan dari diare dengan dehidrasi ringan adalah personal
hygine, pemberian nutrisi yang cukup seperti pemberian cairan dan makanan pengganti ASI,
melakukan cuci tangan sebelum merawat An. A, membersihkan botol yang bersih apabila anak
menggunakan susu formula, dan pemberian obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
Pada kasus An. A, 8 bulan, dengan diare di Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang.
Pasien dirawat selama 3 hari. Tiap empat jam sekali dilakukan observasi keadaan umum anak,
mulai dari tanda-tanda vital,ubun-ubun, mata, mulut, perut, kulit,rectum. Pada hari pertama
tanggal 08 September 2013 orang tua An.A mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan
panas lebih dari 8 hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret
encer ± 4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari. Pada hari kedua tanggal 9
September 2013 orang tua An.A mengatakan kondi anaknya sudah membaik, BAB 2x sehari dan
tidak terlalu encer, mobilisasi baik, dokter mengatakan An.A sudah diperbolehkan pulang pada
tanggal 10 September 2013.
Pada teori dan kasus An.A tidak banyak terjadi kesenjangan, perawat telah melakukan
apa yang telah menjadi wewenangnya yaitu bila ada kasus diare harus segera melakukan
tindakan dan observasi agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.
5.2 Saran
Hassan, Resepno dan Alatas Husein. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI RCCMC. Jakarta :
Infomedika
Kosim, M Soleh dkk. 2012. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Noer, Saifullah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 FKUI. Jakarta : Gaya Baru
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata : Trans Info Media
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untu
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika