a b
c d
Gambar 5 Foto SEM kitosan tanpa TPP sonikasi 30 menit (a), 60 menit (b) serta dengan TPP
sonikasi 30 menit (c), dan 60 menit (d) pada perbesaran 3000 kali dengan skala 2,7 cm :
5000 nm. Partikel terbesar dalam lingkaran kuning dan terkecil lingkaran merah (inset).
Kedua sampel perlakuan yang telah Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
dikeringkan kemudian dikarakterisasi dengan kedua tahap penelitian, ukuran nanopartikel
SEM. Hasil foto SEM menunjukkan kitosan kosong lebih kecil dibandingkan
perlakuan penambahan ekstrak temulawak nanopartikel kitosan yang terisi oleh ekstrak
setelah pengeringan (dua kali ultrasonikasi) temulawak dengan waktu sonikasi yang sama.
terlihat lebih seragam daripada perlakuan Nanopartikel kitosan kosong dengan
penambahan ekstrak temulawak sebelum penambahan TPP pada awal penelitian
ultrasonikasi. Selain itu, rentang ukuran memiliki rentang ukuran 267 - 3000 nm
partikel pada perlakuan kedua lebih kecil sedangkan ukuran nanopartikel kitosan-
dengan diameter partikel 400 – 3600 nm ekstrak temulawak antara 400 - 5000 nm.
sedangkan rentang ukuran partikel pada Data tersebut memperlihatkan bahwa
perlakuan pertama berkisar 400 – 5000 nm pengisian ekstrak temulawak ke dalam
(Gambar 6). Hasil ini menunjukkan bahwa nanopartikel kitosan mengakibatkan ukuran
ultrasonikasi kedua masih dapat memecah partikel menjadi lebih besar.
partikel kitosan-ekstrak temulawak. Mekanisme penjerapan ekstrak temulawak
Perbedaan keseragaman nanopartikel antara diduga merupakan penjerapan fisik dengan
kedua sampel disebabkan proses pemberian bantuan energi ultrasonikasi. Hal ini
energi ultrasonikasi untuk pemecahan partikel disebabkan senyawa aktif dalam ekstrak
pada sampel dua kali ultrasonikasi lebih temulawak dan kitosan tidak memiliki muatan
banyak dibandingkan dengan satu kali sehingga tidak ada ikatan ionik yang terjadi.
ultrasonikasi. Akan tetapi, ukuran partikel Menurut Mi et al. (1999), kitosan akan
terkecil yang diperoleh dari kedua perlakuan berikatan silang dengan TPP membentuk
relatif sama yaitu sebesar 400 nm. butiran manik-manik yang memiliki pori-pori.
Indikasi penyalutan ekstrak temulawak Pori-pori tersebut dapat digunakan untuk
oleh kitosan dapat dilihat dari morfologi menjerap bahan seperti logam atau obat-
nanopartikel yang dihasilkan dari foto SEM. obatan. Berdasarkan penelitian Kencana
Menurut Desai & Park (2005), nanokitosan (2009), energi ultrasonikasi dapat memberikan
yang telah terisi dengan senyawa obat tekanan terhadap partikel ekstrak temulawak
memiliki bentuk seperti bola dan morfologi sehingga masuk dalam kitosan melalui pori-
permukaan partikel yang lebih halus. pori hasil ikatan silang partikel kitosan dengan
Nanokitosan yang tidak terisi dengan senyawa TPP. Akan tetapi, diperlukan penelitian
obat cenderung memiliki bentuk tidak lanjutan mengenai mekanisme penjerapan
beraturan dan memiliki morfologi permukaan ekstrak temulawak oleh nanopartikel kitosan.
partikel yang cekung. Selain itu, konsentrasi Hasil perbandingan kedua perlakuan
TPP yang ditambahkan akan mempengaruhi tersebut menunjukkan teknik penambahan
porositas kitosan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak temulawak setelah diperoleh
TPP menyebabkan ikatan silang dengan nanopartikel kitosan kering dengan
kitosan semakin banyak sehingga pori-pori ultrasonikasi 30 menit menghasilkan rentang
kitosan-TPP semakin kecil. Ukuran pori ukuran lebih kecil. Selanjutnya, teknik ini
kitosan-TPP yang terlalu kecil dapat akan digunakan untuk menentukan pengaruh
menyebabkan ekstrak temulawak sulit masuk waktu ultrasonikasi 60 menit terhadap ukuran
ke dalam kitosan. nanopartikel ekstrak temulawak.
a b
Gambar 6 Foto SEM nanopartikel temulawak dengan sekali ultrasonikasi (a) dan dua kali
ultrasonikasi 30 menit (b) pada perbesaran 4000 kali dengan skala 3,1 cm : 5000 nm.
Partikel terbesar dalam lingkaran kuning sedangkan partikel terkecil dalam lingkaran
merah (inset).
13
Pengaruh Ultrasonikasi 30 menit dan 60 oleh semua partikel dalam larutan kitosan.
menit Pemecahan molekul kitosan ini terjadi apabila
Nanopartikel ekstrak temulawak tersalut frekuensi gelombang yang dikeluarkan
kitosan yang memiliki keseragaman tinggi dan ultrasonikator mengalami resonansi dengan
ukuran terkecil diperoleh dengan perlakuan frekuensi molekul kitosan. Resonansi
dua kali ultrasonikasi selama 30 menit. Akan merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu
tetapi belum diketahui apakah penambahan benda akibat gelombang dari sumber (Tipler
waktu ultrasonikasi masih berpengaruh 1998).
terhadap ukuran nanopartikel ekstrak Keragaman ukuran nanopartikel ekstrak
temulawak dengan teknik penambahan ekstak temulawak tersalut kitosan yang diperoleh
temulawak setelah terbentuk nanopartikel pada penelitian ini cukup besar. Menurut
kitosan kering. Variasi waktu sonikasi selama Poulain & Nakache (1997), keragaman ini
30 menit dan 60 menit dilakukan untuk dapat dikurangi dengan ultrafiltrasi atau
mengetahui apakah ukuran nanopartikel ultrasentrifugasi. Ultrafiltrasi dengan alat
ekstrak temulawak masih bisa dioptimalkan mikrokonsentrator yang dilengkapi membran
dengan penambahan waktu ultrasonikasi. ultrafiltrasi dapat memisahkan nanopartikel
Kedua sampel nanopartikel kitosan- dengan mikropartikel. Mikrokonsentrator ini
ekstrak temulawak kering yang diperoleh bahkan dapat digunakan untuk seleksi
diamati ukuran dan morfologi partikel dengan nanopartikel yang telah terisi atau belum
SEM. Hasil foto SEM yang diperoleh terisi. Ultrasentifugasi dengan pendingin pada
menunjukkan nanopartikel ekstrak temulawak kecepatan 20.000 rpm selama 45 menit dapat
dengan dua kali ultrasonikasi selama 30 menit memisahkan nanopartikel yang telah terisi
memiliki rentang ukuran 647 - 3529 nm pada bagian pelet dan nanopartikel yang tidak
sedangkan sampel yang sama dengan waktu terisi pada bagian supernatan.
ultrasonikasi 60 menit berukuran 470 – 3000 Letak ekstrak temulawak tidak dapat
nm (Gambar 7). Perbedaan ukuran ini diketahui dari foto SEM. Salah satu metode
memperlihatkan bahwa masih ada efek yang dapat digunakan untuk menentukan
pemecahan molekul kitosan yang dihasilkan gugus fungsi senyawa adalah FTIR. Menurut
dari penambahan waktu ultrasonikasi. Bisht et al. (2007) dan Poulain & Nakache
Menurut Kencana (2009), semakin lama (1997), FTIR dapat digunakan untuk
waktu ultrasonikasi menyebabkan energi yang menentukan keberadaan polimer yang
dikeluarkan oleh ultrasonikator dapat diterima dijadikan sebagai bahan pengisi.
a b
c d
Gambar 7 Foto SEM nanopartikel temulawak sonikasi 30 menit (a) dan sonikasi 60 menit (b)
pada perbesaran 2000 kali serta sonikasi 30 menit (c) dan sonikasi 60 menit (d) pada
perbesaran 10000 kali dengan skala 1,7 cm : 1000 nm. Partikel terkecil ditunjukkan
dengan lingkaran merah sedangkan partikel terbesar ditunjukkan dengan lingkaran
kuning.
14
Tabel 5 Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik standar kurkumin, standar kitosan, sampel
nanopartikel kitosan-ekstrak temulawak dengan ultrasonikasi 30 dan 60 menit
Bilangan gelombang (cm-1)
Gugus Sampel Sampel
fungsi Kurkumin Kitosan ultrasonikasi 30 ultrasonikasi 60 Literatur
menit menit
-OH 3509 3415 3398 3372 3700-3100
C-H ulur 2922 2926 2925 2924 3000-2700
C=O 1628 - - - 1900-1550
C=C 1602 - - - 1700-1550
N-H 1575 1576 1572 1660-1500
C-C 1429 1413 1413 1411 1500-1430
C-O 1281 1257 1256 1259 1300-1000
C-H tekuk 812 - - - 880-750
Sumber data literatur: Colthup et al. (1975)
15
Transmitan
Bilangan gelombang
Gambar 8 Grafik transmitan hasil FTIR untuk standar kurkumin (ungu), standar kitosan (biru),
sampel nanopartikel ekstrak temulawak sonikasi 30 menit (hijau), dan nanopartikel
eksrak temulawak sonikasi 60 menit (jingga).