Anda di halaman 1dari 23

IPS DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7

Ana Mardiana Br Tanjung 0306181047


Herpiliyana Hasibuan 0306181054
Listi Khairani Pohan 0306181027
Nurul Azizah Angkat 0306182150

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH -3 / SEM II


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah subhanahuwa ta’ala atas lindungan dan izin Nya, Sholawat serta
salam semoga tetap pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kita pentingnya
mencari ilmu dan akhirnya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini
yang akan dibahas adalah tentang IPS dalam Membangun Karakter Bangsa. Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Konsep Dasar IPS dengan Dosen Pengampu MUHAMMAD KAULAN KARIMA, S.Pd.I,
M.Pd. makalah ini akan memberikan manfaat bagi kami para mahasiswa dan para pembaca agar lebih
memahami dan mengetahui tentang bagaimana peranan IPS dalam Membangun Karakter Bangsa.

Dengan di buatnya makalah ini di harapkan kita dapat mengetahui lebih dalam tentang peranan
pembeajaran IPS untuk membangun Karakter Bangsa .Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan mohon kiranya di beri masukan dalam rangka melakukan perbaikan dan menjadi lebih baik
di lain waktu. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi orang banyak dan menambah wawasan bagi
kita semua.

Medan, 18 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAS ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3


A. IPS dan Karakter ............................................................................................ 3
B. Pengertian Nilai, Norma, Moral dan Karakter ...............................................5
C. Hubungan Nilai, Norma, Moral dan Karakter ...............................................13
D. Perbedaan Kepribadian dengan Karakter ...................................................... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18


A. Kesimpulan ...................................................................................................18
B. Saran .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia membutuhkan orang-orang terdidik, dalam proses kemajuan
bangsa, oleh karena itu kemajuan dalam pendidikan harus mendapat dukungan penuh dari
berbagai golongan. Tapi dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung, faktor
karakter juga sangat penting, karena masyarakat pada saat ini, tidak melihat tinggi
pendidikan yang diraih, melainkan, karakter dari pribadi masing-masing. Melihat
fenomena Perilaku menyimpang dari kalangan remaja akhir-akhir ini, remaja kita
sekarang sudah banyak yang terlibat dalam tindak kriminal, mulai dari ngelem, pencurian,
mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas (yang mengarah kepada
seks bebas), keluyuran yang tak tentu arah dan tujuan yang jelas (seperti anak-anak
punk), dan sebagainya Sebagai pendidik, kita merasa prihatin pada permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada generasi penerus bangsa.
Pendidikan karakter dewasa ini kembali diperbincangkan dalam satuan pendidikan
khususnya dalam pembelajaran.Pendidikan karakter diharapkan sebagai solusi yang
ditawarkan dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan yang menyangkut kenakalan
remaja. Tetapi dalam pelaksanaannya proses mengajar pada umumnya hanya
mengutamakan tentang penguasaan materi ajar, tanpa memperhatikan nilai-nilai karakter,
sehingga pembelajaran IPS kehilangan esensinya. Terkait hal ini, pada kesempatan ini
akan membahas secara singkat tentang peran pembelajaran IPS dalam pembentukan
karakter bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keterkaitan anatara IPS dengan Karakter?
2. Apa pengertian Nilai, Norma, Moral dan Karakter?
3. Bagaimana hubungan Nilai, Norma, Moral dan Karakter?
4. Apa perbedaan antara Kepribadian dengan Karakter?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan antara IPS dengan Karakter
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian Nilai, Norma, Moral dan
Karakter
3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan Nilai, Norma, Moral dan Karakter
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang Perbedaan Kepribadian dengan Karakter

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. IPS DAN KARAKTER

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah satu mata pelajaran yang ada di tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Hal ini seperti yang dikemukakan Soemantri “Di
Indonesia Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB/SMP/MTS/SMPLH. Istilah IPS muncul pada
tahun 1975-1976, yaitu pada saat penyusunan kurikulum pendidikan PSP, yaitu label
untuk mata pelajaran sejarah, ekonomi, geografi, dan mata pelajaran sosial lainnya
untuk pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan di luar negeri, terutama di
Amerika Serikat, para pakar pendidikan dan ilmu sosial dalam wadah Nasional
Council for Sucia Studies (NCSS) Social Science Education Consurtium (SSEC)
sudah sejak tahn 1920-an memikirkan masalah pendidikan ilmu-ilmu sosial pada
tingkat pendidikan dasar menengah ini”.
Menurut Pusat Kurikulum menyatakan bahwa IPS sebagai integrasi dari
berbagai cabang ilmu, antara lain sosiologi, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan berdasar interdislipiner dari cabang-
cabang ilmu Sosial sosiologi, geografi, sejarah,ekonomi, politik, hukum, dan
budaya.
Menurut Urip Saripudin bidang Studi llmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama merupakan salah satu unsur kurikulum pendidikan yang secara
formal dan material menjabarkan esensi tujuan pendidikan nasional. Untuk itu,
merupakan suatu keharusan bagi bidang studi untuk menjabarkan tujuan tersebut
dalam wawasan dan perpektif keilmuan sosial.
Khusus untuk mata pelajaran IPS sebagaimana yang disyaratkan dalam
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, guru kelas SD harus (1) menguasai materi
keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS; (2)
mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan IPS; (3) memahami cita-cita,
nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilmu-ilmu sosial dalam konteks
kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global; dan (4)
memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

3
kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat serta saling ketergantungan
global.
Secara umum dapat dirumuskan tujuan pembelajaran IPS sebagaimana
diungkapkan oleh Sardiman antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan
mengembangkan potensi didik agar :
1) Menjadi warga negara dan juga warga dunia yang baik
2) Mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar
keekonomian,kesejarahan, kegeografian, kesosiologian, kewarganegaraan dan
kemasyarakatan secara terpadu
3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan
keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi dan mengambil langkah-
langkah untuk ikut memecahkan masalah kebangsaan
4)Membangun komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia dan
5) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kehidupan
masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional maupun internasional.1
Harus diyakini oleh seluruh komponen bangsa bahwa, pembangunan budaya
dan karakter bangsa itu merupakan hal yang sangat penting. Bung Karno sebagai
Presiden pertam RI pernah berpesan kepada kita bahwa tugas berat untuk mengisi
kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila pembangunan karakter
bangsa ini tidak berhasil maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.
Pendidikan IPS sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, moral atau
pendidikan budi pekerti itu memiliki arah dan tujuan yang sama dengan tujuan
pembelajaran IPS, yakni sama-sama bertujuan agar peserta didik menjadi warga
negara yang baik.
Pembelajaran IPS diarahkan untuk melahirkan pelaku-pelaku sosial yang
berdimensi personal misalnya berbudi luhur, disiplin, kerja keras, mandiri, dimensi
sosiokultural misalnya cinta tanah air, menghargai dan melestarikan karya budaya
sendiri, mengembangkan semangat kebangsaan dan , kepedulian terhadap lingkungan

1
Muhammad Kaulan Karimah dkk, Ilmu pengetahuan sosial (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 161

4
dimensi spritual misalnya iman dan takwa, 2menyadari bahwa alam semesta adalah
ciptaan Tuhan yang Maha pencipta dan didmensi intelektual misalnya cendekia,
terampil, semangat untuk maju. Dalam mendesain kurikulum IPS termasuk dalam
proses pembelajarannya harus juga berangkat dari hakikat dan karakter peserta didik
bukan berorientasi pada materi semata. Pendektan esensialisme sudah saatnyauntuk
dimodifikasi dengan teori rekonsuksi sosial yang mengacu pada teori pendidikan
intraksional.
Sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan kehidupan masyarakat
pembelajaran IPS harus dikembalikan sesuai dengan khitakonseptualnya yang bersifat
terpadu yang menekankan kepada interdisipliner, dengan pembelajaran yang
kontekstual dan transformatif, aktif dan partisifatif dalam perfektif nilai-nilai sosial
kemasyarakatan sesuai dengan maksud dan tujuannya, pembelajaran IPS harus
memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin
kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya.

B. PENGERTIAN NILAI, NORMA, MORAL DAN KARAKTER


Menurut Setiawan bahwa nilai norma dan moral sangat penting dalam pelajaran
IPS. Pada dasarnya, pendidikan nilai dapat dirumuskan dari 2 pengertian dasar yang
terkandung dalam istilah pendidikan dan nilai. Ketika 2 istilah itu disatukan arti
keduanya menyatu dalam defenisi pendidikan nilai namun karna arti pendidikan dan
arti nilai dimaksud dapat dimaknai berbeda defenisi pendidikan nilai pun dapat
beragam bergantung pada tekanan dan rumusan yang diberikan pada kedua istilah itu.
Pendidikan nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan, pendidikan yang
berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang didalamnya mencakup nilai
agama, budaya, etika dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang
memilki kecerdasan spritul keagaamnaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh,
berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat dan negara.
Untuk dapat memahami secara mendalam, berikut dijelaskan pengertian nilai, norma,
moral, dan hubungan ketiganya.

2
Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT. Citra Parama.Hlm.
100

5
1. PENGERTIAN NILAI
Nilai ialah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Sesuatu itu
mengandung nilai artinya ada sifat dan kualitas yang melekat pada objek tersebut.
Nilai ialah harga atau kualitas sesuatu yang artinya sesuatu itu dianggap memiliki
nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga. Dengan demikian
nilai ialah susatu bobot atau kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat dalam
berbagai hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, berguna,
memiliki kualitas dan manfaat bagi manusia.
Dalam pembelajaran disekolah materi pembelajaran nilai sangat penting untuk
ditanamkan sejak dini karna nilai bermanfaat sebagai standar pegangan hidup.

Notonogoro dalam Setiawan membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu :

a. Nilai Material ialah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia dan kebutuhan material ragawi manusia
b. Nilai Vital ialah sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau beraktivitas
c. Nilai Kerohanian ialah segala sesuatu yang berguna bagi kerohanian manusia
yang dapat dibagi menjadi empat :
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal manusia
2. Nilai keindahan yang bersumber pada perasaan manusia
3. Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai
religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

2. JENIS JENIS NILAI


Menurut Sparanger dalam Setiawan jenis-jenis nilai terdiri dari
a. Nilai Teoritik yaitu nilai yang melibatkan pettimbangan logis adan rasional
dalam mimikirkan dan membuktikan sesuatu.
b. Nilai Ekonomi yaitu nilai yang terkait dengan kadar untung rugi
c. Nilai Estetik ialah nilai tertingginya terletak pada bentuk dan keharmonisan
yaitu indah atau tidak indah.
d. Nilai Politik ialah nilai kekuasaan dengan kadar nilainya yang bergerak dari
intensitas pengaruh yang rendah sampai pengaruh yang tinggi

6
e. Nilai Sosial yaitu nilai yang tertinggi pada nilai ini ialah kasih sayang antar
manusia.
f. Nilai Agama ialah nilai yang memiliki dasar yang kuat dari nilai-nilai
sebelumnya karena bersumber dari Tuhan.

3. MACAM-MACAM NILAI
Menurut Setiawan macam-macam nilai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Nilai Dasar
Meskipun nilai ini bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indera
manusia, namun dalam kenyataannya nilai ini berhubungan drngan tingkah
laku manusia. Nilai dasar bersifat universal contohnya tentang hakikat Tuhan,
manusia dan makhluk hidup lainnya.
b. Nilai Instrumental
Berkaitan dengan organisasi suatu negara, maka nilai ini berkaitan dengan
arahan kebijakan atau strategi yang bersumber dari nilai dasar. Nilai ini dapat
ditemukan Dalam kehidupan bangsa Indonesia, nilai-nilai Instrumental
ditemukan dalam undang-undang dasar berupa pasal-pasal penjabaran dari
Pancasila.
c. Nilai Praktis
Merupakan penjabaran dari nilai instrumental yang lebih nyata atau
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.3

4. FUNGSI NILAI BAGI KEHIDUPAN WARGA NEGARA


Menurut Seriawan ada 3 fungsi nilai bagi kehidupan warga negara, yaitu:

a. Sebagai faktor pendorong


Apabila nilai-nilai dijinjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat, maka
harapan kemajuan bangsa bisa terencana. Hal ini merupakan cita-cita untuk
menjadi manusia yang berbudi luhur dan beradab.

3
Muhammad Kaulan Karimah dkk, Ilmu pengetahuan sosial (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 167

7
b. Sebagai petunjuk arah
Nilai-nilai dalam masyarakt juga memberikan petunjuk bagi setiap warganya
untuk menentukan pilihan terhadap jabatan dan peranan yang akan diambil.
c. Sebagai benteng perlindungan
Pengertian benteng disini berarti tempat yang kokoh karena nilai-nilai
merupakan tempat perlindungan yang kuat dan aman terhadap rongrongan dari
luar sehingga masyarakat akan senantiasa menjaga dan mempertahankan nilai
sosialnya.
d. Sebagai Pemersatu
Yaitu sebagai alat untuk mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau
kelompok tertentu.

5. HAKIKAT PENDIDIKAN NILAI


Menurut Setiawan bahwa pada dasarnya pendidikan nilai dapat dirumuskan
dari dua pengertian dasar yang terkandung dalam istilah Pendidikan dan Nilai.
Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami,
menhyadari, dan mengalami, nilai-nilai serta mampu menempatkanya secara
integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan dimaksud, tindakan-tindakan
pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan
oleh para pendidik.
Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih
spesifik dimaksudkan untuk mencvapai pendidikan yang lebih khusus bahwa
pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk
a. Menerapkan pembentukan nilai kepada peseta didik
b. Menghasilakn sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan
c. Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut mulai dari
usaha penyederhanaan nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang
bernilai

Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai ialah penanaman nilai-nilai
luhur kedalam diri peserta didik. Pendidikan nilai seyogianya dikembangkan pada
diri dan bersifat umum untuk setiap orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nilai yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau

8
bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan,
keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan
bertindak yang konsisten.

6. PENGERTIAN NORMA
Norma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah aturan atua ketentuan
yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, pengendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima. Dapat disimpulkan
norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dalam hidup sehari-hari
berdasarkan suatau alasan (motivasi) tertentu dengan diberi saksi. berikut jenis-
jenis norma yang ada di masyarakat antara lain yaitu:
a. Norma agama ialah norma hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan
kepada utusan-Nya (Rasul/Nabi) yang berisi perintah, larangan, dan anjuran-
anjuran. Pelanggar norma dapat sanksi yang berupa siksaan di neraka
b. Norma kesusilaan ialah norma yang bersumber dari hati nurani manusia
tentang baik buruknya suatu perbuatan, sanksi yang tidak tegas karena hanya
diri sendiri yang merasakannya yakni merasa bersalah, menyesal, malu, dan
sebagainya.
c. Norma kesopanan ialah kesopanan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok manusia yang ada di dalam masyarakat yang dianggap sebagai
tuntunan pergaulan sehari-hari oleh masyarakat itu. Norma kesopanan ini
berbeda dengan tempat, lingkungan, atau waktu. Sanksi yang diberikan juga
tidak tegas berupa hinaan, celaan, atau dikucilkan dari pergaulan.
d. Norma hukum ialah pedoman hidup yang dibuat oleh lembaga negara,
lembaga politik, masyarakat dan bangsa, bagi yang melanggarnya ditindak
tegas oleh penegak hukum seperti pidana penjara, kurungan, denda, dan lain-
lain.

7. PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yaitu “mores” yang artinya tatacara dalam
kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merrupakan rangkaian
nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi, moral merupakan
kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubungannya

9
dengan kelompok soaial dan masyarakat, moral merupakan standar baik buruk
yang ditentukan bagi individu niali-nilai budaya, dimana individu sebagai anggota
sosial. Moralitas merupkan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam
kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku
moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan damai penuh keteraturan,
ketertiban, dan keharmonisan.
Moral ialah ajaran yang mengenai baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan lain sebagainya, moral ialah hal-hal yang sesuai
dengan ide-ide yang diterima umum tentang tindakan manusia mana yang baik
dan mana yang buruk. Dapat dipahami bahwa moral adalahh keseluruhan aturan,
kaidah atau hukum yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur prilaku
manusia dan masyarakat dimana manusia itu berbeda, dengan adanya moral baik
yang tumbuh dalam masyarakat kehidupaan bersosialisasi didalamnya akan terasa
damai.
Moral merupakan nilai perilaku yang harus dipatuhi, karena moral merupakan
norma yang mengatur baik-buruk individu dalam suatu masyarakat. Kepribadian
seseorang sangat erat kaitannya dalam kegiatan sehari-hari, moral diperlukan demi
kehidupan yang damai dan harmonis sesuai dengan aturan.
Dapat dipahami bahwa moral adalah keseluruhan aturan, kaidah, atau hukum
yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku individu dalam
bersosialisasi dengan kelompok masyarakat. Moral diperlukan demi kehidupan
yang damai dan harmonis sesuai dengan aturan. Dengan adanya moral baik yang
tumbuh dalam masyarakat, kehidupan bersosialisasi didadalmnya akan terasa
damai.

8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORAL


Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan moral dari diri individu dengan
adanya interaksi aktivitas dari dalam dan luar individu, seorang anak memiliki
nilai dan pengetahuan mengenai nilai dan moral tentang apa yang dianggap baik
dan buruk oleh kalangan sosialnya. Pembelajaran moral kepada anak tidak
diajarkan secara teori saja melain diperlukan sedikit praktek, anak akan cepat
memahami sebuah ilmu baru dengan cara diberinya contoh langsung karena cara
berfikir anak meniru jika seorang anak diajari megenai moral baik maka ajaklah ia
kelingkungan sosialisasi yang baik.
10
Jika suatu individu berada pada lingkungan yang pergaulannya baik, sopan,
menghormati maka karakter yang dibentuk individu tersebut akan baik pula,
namun jika lingkungannya jahat, kasar, tidak memiliki sopan santun, maka
karakter yang terbentuk akan seperti itu. Lingkungan pembentukan karakter pada
anak, tidak hanya dilingkungannya tempat bermain, namun sekolah dan
keluargapun memiliki andil dalam pembentukan karakter anak, justu keluarga
memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter anak. Karena nilai
moral dan sikap individu tumbuh dan berkembang didalamnya.

9. PENGERTIAN KARAKTER
Karakter berasal dari bahasa yunani yang arti dalam bahasa inggrisnya adalah
“tomark” yaitu menandai dan bagaimana memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah laku sehingga
orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jeleknya dikatakan orang
berkarakter jelek sebaliknya orang yang memiliki perilaku sesuai dengan kaidah
moral disebut dengan karakter mulia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain,
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek
pengetahuan (cognitip), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickono, tanpa tiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif
dan pelaksanaannya juga harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. .
Menurut Wibowo pendidikan karakter untuk menanggulagi penyalahgunaan
narkoba dikalangan remaja, pendidikan karakter adalah pemberian pandangan
mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan., kepedulian,
dal lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu
dikembangkan dan di bina sejak dini.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang
diselenggarakan untuk membangun nilai-nilai moral dan karakter sehingga tidak
hanya aspek koknitipnya atau pengetahuaannya saja yang diprioritaskan tetapi
juga efektif dan psikomotor sebagai pengalamannya.

Disekolah berlangsung proses transformasi nilai-nilai luhurrmelalui


pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan kata kunci dari trasformasi
11
nilai-nilai luhur disekolah, guru menjadi trasfomer bagi siswa untuk menjadi
bagian dari masyarakat yang berbudaya. Sekolah sebagai wahana trasformasi
nilai-nilai luhur dan pengetahuaan anak akan membentuk corak berfikir dan
berprilaku yang sesuai dengan norma-norma yang diyakini dan dimiliki
masyarakat, padagilirannya kepribadiaan anak akan terbentuk sesuai dengan akar
budaya dengan kemampuan merespons perbuatan di masyarakat.

Pembentukan karakter tidak mudah dilaksanakan. Untuk itu, pelaksanaan


pembelajaran IPS dalam upaya pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan
dengan berbagai bentuk stategi khusus. Menurut Thomas Lickona mengatakan
guru memiliki kekuasaan untuk dapat mempengaruhi nilai karakter peserta didik
dengan cara sebagai berikut:
1) Guru dapat menjadi pengasuh yang efektif mengasihi dan menghormati siswa,
membantu siswa meraih keberhasilan di sekolah, membangun penghargaan diri
siswa, dan membantu siswa merasakan moralitas yang sesungguhnya dengan
mengamati bagaimana cara guru dalam memperlakukan mereka dengan cara-cara
yang bermoral.
2) Guru dapat menjadi teladan pribadi etis yang menunjukkan sikap hormat dan
tanggung jawab baik didalam dan di luar kelas.
3) Guru dapat menjadi pembimbing etis memberi pengajaran moral dan
penghargaan melalui penjelasan, diskusi, penyampaian certa, menunjukkan
semangat pribadi, dan memberikan umpan balik korektif ketika siswa mencoba
menyakiti diri mereka sendiri atau menyakiti sesama mereka.4

10. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan karakter adalah proses pemberian bimbingan dan fasilitasi kepada
peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya, manusia yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Ketiga substansi dan proses
psikologis tersebut bermuara pada kehidupan moral daan kematangan pada setiap
diri peserta didik, sehingga memahami kebaikan, mau berbuat baik dan
berperilaku baik sebagai manifestasi dari pribadi yang baik.

4
Samani, Muchals dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model : Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, hlm. 198

12
Dasar dari pendidikan karakter adalah berada didalam sebuah keluarga, jika
seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya anak
itu akan berkarakter baik, namun banyak orang tua yang lebih mementingkan
aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter dan banyak orang tua yang
gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya karena kesibukan atau justru lebih
mementingkan aspek kognitif saja, untuk itulah pentingnya pendidikan karakter di
sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebioh
mementingkan aspek kecerdasan otak, dan belum lama ini pentingnya pendidikan
karakter menjadi pusat perbincangan di dalam duinia pendidikan.
Kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk di berikan pada
10-20% otak otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen)
tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran disekolah. Ditambah dengan adanya
sistem rangkaian yang telah mengecap anak-anak yang tidak dapat dalam
peringkat 10 besar sebagai anak yang kurang pandai sistem seperti ini dapat
membunuh rasa percaya diri anak.
Rasa percaya diri yang muncul pada anak akan membuat anak mengalami
stres yang berkelanjutan, pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong
untuk perilaku yang negative. Maka tidak heran kita lihat perilaku anak remaja
kita yang senang tawuran , terlibat kriminalitas, membolos, putus sekolah yang
kemudian itu semua telah membuat menurunnyan lulusan SMP dan SMA. Jadi
pendidikan karakter atau budi pekerti adalah sesuatu yang penting untuk
dilakukan kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP, dan
SMA, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.

C. HUBUNGAN NILAI, NORMA, MORAL DAN KARAKTER


Nilai, norma, moral dan karakter tidak dapat dipisahkan dan saling terkait satu
sama lain, ketiganya saling berhubungan dan mempengaruhi kehidupan manusia.
Untuk mewujudkan ketiga hal diatas diperlukan pendidikan sejak anak berusia
muda. Sekarang ini sedang digalakkan pendidikan karakter untuk membangun
moral bangsa, dan hal itu sudah menjadi salah satu tujuan pendidikan khususnya
di Indonesia .
Norma selalu berjalan seiring dengan nilai dan moral, jika nilai ada sebuah
penghargaan terhadap sesuatu, maka norma adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku manusia dalam masyarakat. Moral adalah ajaran baik-buruk, serta
13
benar dan salah. Dari norma tersebut kita mengatur moral seseorang apakah hal
yang dilakukan oleh seseorang itu hal yang baik atau tidak, benar atau salah
denganh berpatokan dengan norma.
Dengan patuh dan taat pada norma yang berlaku, sudah pasti bermoral baik,
dengan moral yang baik tentu akan mendapat nilai yang baik dalam pandangan
masyarakat dalam kehidupan baik secara pribadi maupun bermasyarakat.
Sehingga ketika nilai, norma, moral dijalankan dengan baik dan benar, maka
akan terbentuklah karakter yang unggul. Karena karakter itu merupakan hasil dari
tindakan baik yang secara terus menerus.
Dengan pendidikan nilai, norma, dan moral, serta karakter kita berharap
manusia akan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta menghargai
kemampuan dan karya orang lain, lebih bertanggungjawab, adil, dan santun.
Pendidikan Nilai, Moral, dan Karakter merupakan program pendidikan yang
diberikan kepada setiap orang. Dengan memberikan pengetahuan, sikap, nilai-
nilai dan makna esensial, serta keterampilan yang diperlukan oleh setiap manusia
dalam upaya membina peserta didik menjadi manusia yang baik, yang
berkepribadian menyeluruh terpadu.
Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nilai, Moral dan Karakter yaitu,
membina warga negara Indonesia yang memiliki kepribadian yang baik, terpadu,
dan terdidik, membentuk manusia seutuhnya.
Visi pendidikan Nilai, moral, dan karakter adalah menjadi Manusia Indonesia
yang memiliki akhlakul Karimah, berkepribadian mulia, sebagai manusia yang
baik sebagai individu, makhluk sosial serta sebagai insan ciptaan Tuhan.
Sementara Misi Pendidikan Nilai, Moral, dan Karakter yang diinspirasi oleh
Maftuh adalah :
a. Membina peserta didik agar memahami dan menyadari nilai-nilai, moral,
dan karakter dirinya serta orang lain, dan juga sumber-sumber nilai, moral
dan karakter yaitu : agama, sosial, adat, budaya, hukum.
b. Membina peserta didik agar mampu mengaktualisasikan diri sebagai
pribadi yang memiliki akhlakul karimah dankepribadian mulia dalam
hubungan diantara manusia, alam sekitar, serta dengan sang Pencipta.
c. Membina peserta didik agar mampu melakukan proses pembelajaran
pendidikan nilai, moral, dan karakter dalam bentuk pendekatan metafisis,
pendekatan kultural, serta pendekatan holistik.
14
Sebagai pendidikan yang bernuansakan dan bermisikan pembentukan
kepribadian, maka dalam upaya pembentukan kepribadian tersebut tentulah tidak
bisa lepas dari muatan nilai, moral dan karakter, yang dicita-citakan dan
dipandang luhur. Karena ketiga hal tersebut harusnya disosialisasikan, dan
diinternalisasikan agar menjadi pribadi yang diinginkan.

D. PERBEDAAN KEPRIBADIAN DENGAN KARAKTER


Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas,
dan juga perilaku seseorang. Sikap perasaaan ekspresi dan temperamen tersebut akan
terwujud dalam tindakan seseorang kalau dihadapkan kepada situasi tertentu. Setiap
orang memiliki kecenderungan perilaku yang baku terus menerus secara konsisten
dalam menghadapi situasi yang sedang dihadapi sehingga jadi ciri khas pribadinya.

Kepribadian menurut beberapa ahli :


1. Theodore R. Newcombe : Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku
2. Yinger : kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
siostem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi
3. Cuber : kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak
dan dapatb dilihat oleh seseorang
4. M.A.W Bouwer : Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi
corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang

Kepribadian merupakan hadiah dari Tuhan sang Maha Pencipta saat manusia
dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahan dan
kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian
manusia secara umum ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka
tantangan, bos atas dirinya sendiri
2. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak
suka perub ahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
3. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu,
suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.

15
4. Melankolis : tipe ibni bercirikan suka dengan hal teliti, menyimpan kemarahan,
perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Ciri-ciri kepribadian sehat :


1. Mampu menilai diri sendiri secara realistik
2. Mampu menilai situasi secara realistik
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh
4. Menerima tanggung jawab
5. Kemandirian
6. Dapat mengontrol emosi
7. Berorientasi tujuan
8. Memliki filsafat hidup
9. Berbahagia
10. Berorientasi keluar
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-
beda. Kepribadian merupakan hal yang bisa dikatakan permanen dan merupakan
anugerah dari lahir yang sulit untuk diubah karena merupakan tanda unik dari
masing-masing orang.
Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya
serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut karakter.
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai
hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, dan lain-lainnya. Karakter tidak
bisa diwariskan, tidak bisa dibeli, dan tida bisa ditukar. Karakter harus dibangun
dan dikembangkan secara sadar dari hari kehari melalui proses yang tidak instan.
Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejask lahir yang tidak dapat dubah lagi seperti
sidik jari.
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai potensi untuk menjadi seorang
pribadi yang berkarakter. Karakter, lebih dari apapun dan menjadikan Anda
seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala
sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini. Setiap orang bertanggung jawab
atas karakternya. Anda memiliki kontrol penuh atas karakter Anda, artinya Anda
tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda
yang bertanggungjawab penuh. Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab
pribadi Anda. Karakter selalu merupakan hasil pilihan kita sendiri.
16
Menurut ahli para psikolog, karakter dapat dibangun dan ada beberapa nilai
karakter dasar manusia, yaitu cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-
Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerjasama,
percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, baik dan rendash hati,
toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari dapat di
percaya, rasa hormat, perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, berani, ketulusan,
tekun, disiplin, adil dan punya integritas. Walaupun manusia memiliki dasar
karakter yang baik, tetapi manusia tidak bisa begitu saja memilii karakter-karakter
tersebut.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan kami diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran IPS memiliki peran penting dalam pembentukan
karakterbangsa. Sebab pembelajaran IPS memiliki kesamaan dengan
pendidikan nilai ataupendidikan karakter yang masing-masing bertujuan
untuk menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baikkemudian
juga peduli terhadap masalah sosial danlingkungannya, serta memiliki rasa
kebangsaan yang tinggi
2. Untuk memantapkan peran pembelajaran IPS dalampembentukan karakter
bangsa ini perlu juga didukung dengan beberapa hal, sebagai
Berikut :
1. dikembangkan model-model pembelajaran yang aktif – partisipatif,
kreatifinovatifdengan berbagai program pembiasaan,
2. penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif-edukatif, misalnya
dipajangberbagai ketentuan, prosedur, slogan-slogan yang mampu
memberikan motivasi dansemangat dalam hidup dan kehidupan yang
lebih berkarakter
3. perlu penataan berita dan penyiaran di berbagai media massa, baik di
media cetak maupun elektronik dan perlu dilakukan kerja sama dengan
orang tua/wali dan masyarakat sekitar, dan adanya political will dari
pemerintah.
3. harus juga dilakukan pengkondisian secara tepat dan komprehensip, termasuk
menciptakanlingkungan belajar yang kodusif-edukatif dan sudah barang tentu
ada kebijakanpemerintah yang mendukung program-program pengembangan
karakter bangsa tersebut.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dimana kedepannya
penulis akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Endah Sulistyowati, 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT. Citra
Parama

Kaulan Muhammad Karimah dkk, Ilmu pengetahuan sosial (Medan: Perdana Publishing, 2019)

Samani, Muchals dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model : Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai