Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis : Infeksi Stafilokokus
30
Infeksi Stafilokokus
Etiologi
rumah sakit harus tetap dianggap mempunyai kolonisasi MRSA, oleh karena
kolonisasi pada nasal dapat bertahan beberapa tahun. Epidemi MRSA dapat
terjadi sebagai akibat penularan dari pasien ke pasien melalui tangan
paramedik. Galur ini pada umumnya telah mengalami resistensi terhadap
antibiotik, hanya vankomisin yang direkomendasikan. Galur MRSA yang
berada di masyarakat telah meningkat, diduga berasal dari rumah sakit dan
terbanyak dijumpai pada perawatan/penitipan bayi.
Manifestasi Klinis
Pengobatan
Toxic Shock Syndrome (TSS)
Manifestasi klinis
Toxic shock syndrome disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus
pyogenes (group A streptococci). Kedua mikroorganisme tersebut akan
menyebabkan penyakit infeksi akut dengan gejala klinis demam, pasien
mendadak mengalami hipotensi, cepat terjadi gagal ginjal, dan akhirnya
gangguan organ multi sistem. Diare cair, muntah, injeksi konjungtiva, dan
rasa nyeri otot hebat pada umumnya berhubungan dengan infeksi S. aureus–
mediated TSS dan jarang disebabkan oleh S pyogenes–mediated TSS. Kejadian
infeksi jaringan lunak setempat (misalnya selulitis, abses, miositis, atau
necrotizing fasciitis) lebih sering disebabkan oleh S. pyogenes–mediated TSS,
namun tidak oleh S. aureus–mediated TSS. Kedua bentuk TSS berhubungan
dengan penyakit sistemik pneumonia, osteomielitis, bakeremia, piartrosis,
atau endokarditis. Toxic shock syndrome harus dibedakan dari
meningokosemia, Rocky Mountain spotted fever, syok septik, penyakit
Kawasaki, scarlet fever, campak, systemic lupus erythematosus, dan penyakit
febrile mucocutaneous yang lain.
Etiologi
Diagnosis
Pengobatan
Daftar Bacaan
1. Steele RW. Toxic shock syndrome. Dalam: Pediatric Infectious Disease. Edisi pertama.
Parthenon Publishing Group: new york, London 1994.h.45-8.
2. Red book 2000. Report of the Commitee on Infectious Diseases. Pickering LK, Peter G,
Baker CJ, Walter AO, Patriarca P. Staphyllococcus infection. American Academy of
Pediatrics: Elk Grove Village 2000.h.514-36.
3. Shulman ST, Phair JP, Sommers HM. Staphyllococcus disease. Dalam: The Biologic &
Clinical Basis of Infectious Diseases, Shulman ST, Phair JP, Sommers HM, penyunting.
Edisi keempat WB Saunders: Philadelphia, Tokyo, 1992.h.502-10.
4. Bloch K. Staphyllococci. Dalam: Current Diagnosis & Treatment in Infectious Diseases.
Wilson WR, Sande MA, penyunting. Edisi pertama. Lange Med Book/McGraw-Hill :
NewYork, Toranto, 2001.h.475-86.