Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FRAKSI EJEKSI KLIEN GAGAL JANTUNG PRE DAN POST PENERAPAN

MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN

The Analyse Ejection Fraction of Heart Failure Client pre and post intervention light
Intensity of Activity and Exercise Model

Halimuddin
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Medical Surgical Nursing Department, Faculty of Nursing Syiah Kuala University Banda-Aceh
Email: ners.halimuddin@yahoo.com, halimuddin.ners@gmail,com

ABSTRAKS
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh model aktivitas dan latihan klien gagal jantung
terhadap fraksi ejeksi Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasy Experiment) tanpa kontrol
group. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Jantung dan pembuluh darah Harapan Kita Jakarta. Populasi
sampel adalah klien gagal jantung sebanyak 24 orang, dengan Kriteria inklusi: fraksi ejeksi < 40%, tekanan
darah sistole 80 – 120 mmHg, diastole 60 – 80 mmHg. Klasifikasi fungsionil NYHA: II dan III, mendapat
terapi pengobatan gagal jantung Standar (Angiotension Converting enzymes - inhibitor, beta blockers,
diuretic, digitalis), tidak ada disritmia yang mengancam kehidupan/bersifat fatal, infark tidak luas dan non
elivasi segmen ST, usia 30 –70 tahun, mendapat izin dari dokter. Setiap responden di berikan model aktivitas
dan latihan selama 6 hari di rumah sakit. Intensitas latihan di ukur dengan skala Borg. Hasil penelitian
didapatkan ada perbedaan nilai fraksi ejeksi sebelum dan sesudah intervensi aktivitas dan latihan. Dengan
intensitas latihan pada fase akut selama dirumah sakit (inpatient) adalah ringan. Rekomendasi penelitian ini
adalah model aktivitas dan latihan klien gagal jantung yang dikembangkan peneliti dapat diimplementasikan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pada fase akut selama di rumah sakit (inpatient). Pengawasan terhadap
over aktivitas sangat di butuhkan selama penerapan model pada fase akut.

Kata kunci: Gagal jantung, aktivitas dan latihan, dan fraksi Ejeksi

ABTRACT
These research objectives are to identify the effect of activity and exercise model of heart failure client
toward ejection fraction. This research used a Quasy Experiment design without control group. This
research was done at National Cardiovascular Center of Harapan Kita, Jakarta. The samples were are heart
failure clients, there were 24 people participated in the research who have inclusion criteria: ejection
fraction < 40%, systolic blood pressure 80 - 120 mmHg, diastolic 60 - 90 mmHg. In addition, the criteria
were Functional classification NYHA: II and III, receiving a standard pharmacologic therapy (Angiotension
Converting enzyme-inhibitor, beta-blockers, diuretics, digitalis), no fatal dysrhythmia, infarct was not large
and non elevation of ST segment, age 30 - 70 years old, had permission from their attending cardiologist.
Each respondent was given activity and exercise model during 6 days at the hospital. Exercise intensity is
measured by Borg scale of perceived exertion. The research results indicated that there were differences
between value of ejection fraction before and after activity and exercise intervention. with a light exercise
intensity at acute phase during hospitalization (inpatient). This research recommendations showed that the
activity and exercise for heart failure client exercise which were developed by a researcher can be
implemented to fulfill an activity requirement during acute phase at hospital (inpatient period). It also
suggested close observation during applying the model at this acute phase.

Key words: Heart failure, activity and exercise, ejection fraction

PENDAHULUAN 1/3 kematian global, 78% terjadi dinegara


World Health Organization (WHO) miskin dan Negara yang pendapatannya
memperkirakan 17 juta penduduk dunia sedang (Popelka, dalam Black, 2005). Dari
meninggal setiap tahun karena penyakit data ini diketahui bahwa perkembangan
kardiovaskuler. Pada tahun 1999 penyakit penyakit kardiovaskuler menjadi masalah
kardiovaskuler memberi kontribusi terhadap kesehatan dunia yang terus menjadi

! 67!
!
perhatian dan objek penelitian badan & Pozehl, 2006). Hal Ini terjadi sebagai
kesehatan dunia. Penyakit kardiovaskuler respon fisiologis dan psikologis terhadap
semakin hari terus meningkat. WHO juga klien. Aktivitas dan latihan diketahui
memperkirakan penyakit kardiovaskuler mempengaruhi respon-respon tersebut.
akan memimpin penyebab kematian Respon fungsionil ini merupakan gambaran
dinegara berkembang. Pernyataan ini data atau penjelasan tentang status curah
didukung oleh karena insiden penyakit jantung klien. Secara fisiologis Nilai Fraksi
jantung tidak dibatasi oleh letak geografi, ejeksi merupakan indikator utama untuk
jenis kelamin, dan status sosial individu menyatakan klien menderita gagal jantung.
(Popelka, 2005). Oleh karena itu setiap Dengan demikian peningkatan nilai fraksi
individu memiliki potensi/resiko menderita ejeksi menjadi indikator perkembangan
penyakit kardiovaskuler. Indonesia sebagai positif pada klien gagal jantung. Pengkajian
negara sedang berkembang memiliki fakta diagnostik echokardiografi menjadi gold
yang menarik untuk diamati. Rumah Sakit standar klien gagal jantung.
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
(RSJPD-HK) sebagai rujukan nasional. Berbagai kondisi klinis klien gagal jantung
Menjelaskan bahwa berdasarkan klasifikasi akut dirawat di rumah sakit. Perspektif klinis
penyakit jantung dan masalah kesehatan klien gagal jantung akut yang dirawat mulai
yang diurutkan dari nilai persentase tertinggi dari yang ringan yaitu Acut Decompensata
yaitu: penyakit jantung iskemik 50%, gagal Heart Failure sampai yang telah mengalami
jantung 16.28%, penyakit jantung kongenital shock kardiogenik. Dari perspektif ilmu
11.3%, jantung hipertensi 4.6%, jantung keperawatan, diagnosa keperawatan prioritas
rematik kronik 4.4%, aritmia 4.1%, pada klien gagal jantung akut yang dirawat
cerebrovascular diseases 2.8%, penyakit ialah (1) kerusakan difusi gas (O2)
jantung paru dan penyakit sirkulasi paru berhubungan dengan ketidakseimbangan
0.48%, penyakit arteri, arteriola dan kapiler ventilasi perfusi (2) penurunan curah
0.34%. akut rematik fever 0.07% (Pusdalit jantung berhubungan dengan gangguan
RS.JPD HK, 2006 dalam Halimuddin, kontraktilitas, preload dan afterload. (3)
2013). Berdasarkan data di atas Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
menggambarkan bahwa 2 klasifikasi yang ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
persentase tertinggi yaitu penyakit jantung oksigen, serta penurunan curah jantung
iskemik dan gagal jantung. Kedua Penyakit (Ignatavicius, 2006; Popelka, 2005; Brunner
ini juga merupakan klasifikasi penyebab & Suddarth, 2004). Salah satu masalah
kematian tertinggi dari penyakit keperawatan yang berkaitan langsung
kardiovaskuler, dimana gagal jantung berat dengan indeks Pompa jantung adalah
yang disertai Infark miokard, mortalitas Penurunan Curah jantung. Wilkinson (2005)
mencapai 30% dalam 12 bulan (Manurung, menyebutkan ada lima Nursing Outcome
2006). Clasification (NOC) penurunan curah
jantung yaitu: 1) peningkatan keefektifan
Gagal jantung merupakan patologis yang pompa jantung. 2) status sirkulasi. 3) perfusi
terus meningkat seiring dengan jaringan: organ-organ abdomen. 4) perfusi
bertambahnya usia. Secara fisiologis gagal jaringan: peripher. 5) status tanda-tanda vital
jantung berkaitan langsung dengan normal. Dari urutan NOC diatas, keefektifan
penurunan toleransi aktivitas sebagai akibat pompa jantung merupakan NOC prioritas
dari penurunan curah jantung oleh karena pertama dengan indikatornya meliputi:
disfungsi ventrikel kiri, peningkatan Tekanan darah (sistol dan diastol normal),
neurohormonal, dan kongesti pembuluh denyut jantung, Cardiac index, Fraksi ejeksi,
darah vena sistemik dan pulmoner (Duncam, toleransi terhadap aktivitas, kekuatan nadi

68! !
!
perifer, warna kulit, output urine, status darah sebelum dan sesudah intervensi model
kognitif, tidak didapatkan disritmia, tidak aktivitas dan latihan intensitas ringan pada
ada suara jantung abnormal, tidak ada klien gagal jantung (Halimuddin, 2013).
angina, dan tidak ada edema pulmoner (Ellis Berdasarkan rumusan masalah tersebut
& Ackley, 2006; Ignatavicius, 2006). diatas, pertanyaan penelitian ini adalah
apakah ada perbedaan nilai Fraksi Eejeksi
Diperlukan pengembangan suatu model sebelum dan sesudah intervensi model
aktivitas yang berbasis pada indikator aktivitas intensitas ringan dan latihan yang
perbaikan kemampuan pompa jantung dikembangkan oleh peneliti pada klien gagal
dengan indikator basil nilai fraksi ejeksi dan jantung fasr inpatient. Tujuan penelitian
tekanan darah. Penelitian sebelumnya oleh adalah mengidentifikasi pengaruh model
Halimuddin 2010 tentang Pengaruh Model aktivitas dan latihan terhadap Fraksi Ejeksi
Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan
klien Gagal Jantung terhadap Tekanan METODA
Darah, metode Quasy Exsperiment fase Penelitian ini merupakan penelitian
inpatient. Hasil yang diperoleh bahwa ada kuantitatif Quasy Experiment tanpa kontrol
perbedaan Tekanan darah sebelum dan group (without control group). Penelitian ini
sesudah intervensi. Oleh karena itu menyelidiki efektifitas pompa jantung
penelitian tentang pengembangan suatu dengan indikatornya adalah variabel Fraksi
model aktivitas dan latihan yang basis Ejeksi. Dimana variabel bebas (variable
penilaian pada fraksi ejeksi sangat independent) ialah Fraksi Ejeksi sebelum
diperlukan. Pertimbangannya adalah karena intervensi model aktivitas dan latihan
modenl ini akan menjelaskan tentang intensitas ringan. Sedangkan variabel
berbagai jenis dan tahapan aktivitas klien tergantung (variable dependent) ialah
yang sesuai dan berdampak positif terhadap variabel Fraksi Eejeksi sesudah intervensi
nilai fraksi ejeksi dan tekanan darah. model aktivitas dan latihan intensitas ringan.
Pertimbangan lain adalah agar ketika model Populasi penelitian (reference population)
ini diterapkan sudah berdasarkan hasil adalah semua klien gagal jantung, fase akut
penelitian dan kajian ilmiah yang dapat (inpatient) sudah stabil selama dirawat di
dipertanggungjawabkan. Selain itu, akan rumah sakit jantung dan pembuluh darah
dapat diketahui manfaat bagi klien dimana harapan kita Jakarta (gedung A lantai III)
model aktivitas ini mampu mempertahankan tanggal 10 November – 30 Desember 2010.
kondisi kesehatan klien secara fisiologis Sampel penelitian sebanyak 24 klien
dalam memelihara aktivitas kerja ditetapkan dengan teknik Proprsive
jantungnya, serta dapat menjaga sampling dengan kriteria inklusi: diagnosa
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai gagal jantung dan menunjukan fraksi ejeksi
darah sebagai respon dari penurunan curah < 40%, tekanan darah sistole antara 80 – 120
jantung akibat gagal jantung. mmHg, diastole antara 60 – 80 mmHg.
Klasifikasi klinis New York Heart
Rumusan masalah dalam penelitian ini Association (NYHA): kelas II, III mendapat
adalah 1) Fraksi Ejeksi merupakan indikator terapi pengobatan gagal jantung Standar
penting yang merefleksikan kondisi fungsi (Angiotension Converting enzymes -
jantung khususnya daya pompa jantung. 2) inhibitor, beta blockers, diuretic, digitalis),
Sampai saat ini belum ada suatu standar tidak ada disritmia yang mengancam
asuhan model aktivitas di RS ( fase inpatient kehidupan/bersifat fatal, infark tidak luas
) yang dapat diimplikasikan berbasis pada dan non elevasi segmen ST, usia 30 – 70
Fraksi Ejeksi. Penelitian sebelumnya tahun. Mendapat izin dari dokter
menjelaskan bahwa ada perbedaan tekanan penanggung jawab. Pengumpulan data

! 69!
!
primer pada penelitian ini dilakukan dianalisa dengan Uji Statistik Korelasi
sebelum dan sesudah enam hari mengikuti Regresi linier.
program latihan. Nilai Fraksi Eejeksi HASIL
diperoleh dari pemeriksaan diagnostik Karakteristik klien gagal jantung, berikut ini
Echocardiografi dan intensitas latihan dijelaskan berdasarkan berdasarkan masing-
diukur dengan Borg scala of perceived masing variabel: umur, Tinggi badan dan
exertion (Borg, 1998). Data fraksi ejeksi berat badan.

Tabel 1:Distribusi klien gagal jantung berdasarkan umur, tinggi badan, dan berat badan (n = 24)
Karakteristk Mean Median SD Min, Max 95% CI

Umur (th) 49.42 51.00 11 32.66 49.42- 56.57

Tinggi Badan (cm) 161.17 160.00 6.952 150. 175 156.7- 165.5

Berat Badan (kg) 65.58 64.00 12.90 55, 99 57.39 - 73.9

Tabel 1 menggambarkan bahwa, pada 24 Pada Tabel 2 diketahui karakteristik


klien gagal jantung yang diteliti rata-rata responden terbanyak adalah jenis kelamin
umur adalah 49.42 tahun, tinggi badan laki-laki, pendidikan SMA, olah raga tidak
161.17 cm dan berat badan 65.58 kg. teratur, fungsionil klas III. Untuk Penyebab
gagal yang terbanyak adalah CAD dan
Tabel 2: Distribusi klien gagal jantung hipertensi, dan cardiomiopati.
berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, olah
raga, fungsionil klas, dan penyebab gagal Gambar 1: Distribusi rata-rata intensitas
jantung (n=24) Latihan selama 6 hari latihan berdasarkan
KARAKTERISTIK F % nilai frekwensi nadi
JENIS KELAMIN
1. Laki-laki 18 75%
2. Perempuan 6 25%
PENDIDIKAN
1. SMP 2 8.3%
2. SMA 20 83.4%
3. S1 2 8.3%
OLAH RAGA
1. Teratur 0 0% Pada gambar diatas menjelaskan intensitas
2. Tidak teratur 24 100% aktivitas dan latihan mengalami peningkatan
FUNGSIONIL KLAS SAAT mulai hari II sampai hari VI.
DIAGNOSIS
Klas II 10 41.7% Gambar 2 : Distribusi durasi latihan dalam
Klas III 14 58.3% menit hari i - vi
PENYEBAB GAGAL JANTUNG
1. CAD 6 25%
2. CAD & Hipertensi 8 33.3%
3. Cardiomiopati 8 33.3%
4. Gangguan Katup 2 8.4%

70! !
!
Ada peningkatan rata-rata durasi latihan dari toleransi latihan, sesuai dengan model
hari I –VI. Peningkatan sekaligus aktivitas dan latihan yang diberikan.
menggambarkan adanya peningkatan

Tabel 3: Distribusi Fraksi Ejeksi Sebelum dan sesudah Intervensi aktivitas (n = 24).
VARIABEL MEAN MEDIAN SD MIN, MAX 95% CI P value R

Fraksi Ejeksi
Sebelum 30.33% 29.50% 10.83 17, 48 23.5; 37.2 0.004 0.759
Sesudah 32.92% 32.00% 7.937 23, 52 27.8; 37.9

Fraksi ejeksi mengalami peningkatan rata-rata setelah dilakukan intervensi aktivitas dan latihan 6
hari sebesar 2.59%. Hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan fraksi ejeksi sebelum dan sesudah
intervensi aktivitas dan latihan (p = 0.004). Dengan kekuatan hubungan positif/kuat sempurna.

Tabel 4: Distribusi hubungan umur,berat badan dengan fraksi ejeksi setelah intervensi (n= 24)
VARIABEL MEAN P value r R Square
Umur 49.42
Fraksi ejeksi 32.92 0.974 0.011 0.000
Berat Badan 65.58
Fraksi ejeksi 32.92 0.261 - 0.353 0.124

Hasil uji statistik didapatkan tidak ada setelah intervensi. Dari nilai r diketahui
hubungan yang signifikan antara umur hubungan berat badan dengan fraksi ejeksi
dengan rata-rata fraksi ejeksi setelah memiliki hubungan negative (r = - 0.353).
intervensi aktivitas dan latihan (p = 0,974).
Persamaan garis regresi berat badan tidak Tabel 5: Distribusi hubungan jenis kelamin
dapat menerangkan variasi tekanan darah dan fungsionil klas dengan fraksi ejeksi
rata-rata setelah intervensi aktivitas dan setelah intervensi ( n = 24).
latihan. Nilai r = 0.011 artinya umur dengan
fraksi ejeksi setelah intervensi memilki
hubungan yang lemah.

Demikian juga rata-rata berat badan dengan


rata-rata fraksi ejeksi setelah intervensi
aktivitas dan latihan di peroleh hasil tidak
ada hubungan yang signifikan (p = 0.261).
Persamaan garis regresi berat badan dapat
menerangkan 12.4% variasi fraksi ejeksi

VARIABEL MEAN SD SE P value N


Jenis kelamin
Laki-laki 32.11 5.255 1.752 0.748 18
Perempuan 35.33 14.978 8.647 6
Fungsionil klas
Klas II 32.40 5.814 2.600 10
Klas III 33.29 9.621 3.637 0.859 14

! 71!
!
Rata-rata fraksi ejeksi setelah intervensi fungsionil klas lebih banyak terjadi pada
pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki. fungsionil klas III dibandingkan fungsionil
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.748, klas II. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
berarti tidak ada perbedaan yang signifikan 0.859. berarti ada perbedaan yang signifikan
jenis kelamin dengan fraksi ejeksi setelah fungsionil klas II dan III dengan fraksi ejeksi
intervensi. Demikian juga nilai rata-rata setelah intervensi aktivitas dan latihan.
fraksi ejeksi setelah intervensi pada

Tabel 6: Distribusi hubungan penyebab gagal jantung dengan fraksi ejeksi setelah intervensi.

VARIABEL MEAN SD 95% CI P Value

Penyebab gagal jantung

CAD 30.67 7.234 12.70 – 48.64

CAD & Hipertensi 35.00 2.944 30.32 – 39.68 0.012

Cardiomiopati 27.75 4.425 20.71 – 34.79

Gangguan Katup 52.00

Rata-rata fraksi ejeksi setelah intervensi jantung. Dalam hal ini fraksi ejeksi harus
aktivitas dan latihan lebih meningkat pada dimonitor secara berkala untuk mengurangi
klien penyebab CAD dan hipertensi resiko kematian mendadak akibat serangan
dibandingkan dengan penyebab gagal jantung.
jantung lain. Hasil uji statistik didapat nilai p Keadaan patologis hipokinetik global
= 0.012. berarti ada perbedaan signifikan pada semua otot jantung, yang pada
penyebab gagal jantung dengan fraksi ejeksi akhirnya berpengaruh pada kemampuan
setelah intervensi aktivitas dan latihan. kontraktilitas dan penurunan fraksi ejeksi
serta penurunan curah jantung. Hipokinetik
PEMBAHASAN terjadi pada gagal jantung karena dilatasi
Fraksi ejeksi adalah volume akhir kardiomiopati dan infark miokard. Pada
diastolic yang di keluarkan selama sistolik. penelitian ini ditemukan 33.3% gagal
Fraksi ejeksi merupakan indikator status jantung disebabkan oleh dilatasi
keefektivan pompa jantung (Ellis & Ackley, kardiomiopati. Dilatasi kardiomiopati
2006. Ignativicius, 2006). Fraksi ejeksi mengakibatkan gagal jantung Low Output
dapat menurun pada kondisi patologis (Pangabean,2006).
seperti dilatasi kardiomiopati, infark Pada keadaan patologis tersebut
miokard. Kedua patologis ini menyebabkan implementasi aktivitas dan latihan diberikan
perubahan nilai fraksi ejeksi yang untuk merangsang peningkatan kontraktilitas
berhubungan erat dengan penetapan masalah otot jantung, sehingga memperbaiki nilai
keperawatan penurunan curah jantung. fraksi ejeksi. Dibuktikan dengan hasil
Penurunan curah jantung akan menimbulkan penelitian pada 24 klien gagal jantung, fraksi
respon cepat lelah (fatiq). Sedangkan akibat ejeksi dapat dipertahankan dengan intervensi
dari bendungan pada vena pulmonalis aktivitas dan latihan intensitas agak ringan
menimbulkan kongesti paru dan selama fase inpatient. Secara khusus
menyebabkan kerusakan difusi gas dengan pengaruh aktivitas dan latihan terhadap
sindromnya sesak nafas. Dua respon ini sistim jantung adalah meningkatkan
merupakan gejala spesifik klien gagal kontraksi miokard dan suplai darah ke

72! !
!
jantung dan otot, menguatkan otot jantung, dengan intensitas kurang dari 14 Borg scala
dan meningkatkan aliran balik vena (Venous of perceived exertion. Secara spesifik
Return) (Huether., & McCance 2006; Swedberg & Chairperson (2005)
Hoeman, 2002; Perry & Potter, 2005. hal menyatakan bahwa intensitas latihan yang
939; Kozier, et al 2004. hal.1066). dianjurkan pada klien gagal jantung
Pernyataan ini mendukung bahwa kongestif adalah 60 – 80% nadi maksimal.
kemampuan kerja pompa jantung dapat Namun ada tiga masalah keperawatan yang
ditingkatkan dengan aktivitas dan latihan, berhubungan langsung dengan intensitas
yang salah satu indikatornya adalah fraksi latihan klien gagal jantung, yang menjadi
ejeksi. perhatian prioritas yaitu (1) penurunan curah
Hasil penelitian sebelumnya dilakukan jantung, (2) kerusakan difusi gas, (3)
Kavanagh et al (1996), penelitian jangka Intoleransi aktivitas.
waktu lama pengaruh “aerobic training” Patofisiologi intoleransi latihan pada
pada klien gagal jantung kronis. Dilakukan klien gagal jantung merupakan mekanisme
pada 21 klien dengan fungsionil klas II dan penting untuk diketahui. Kelelahan otot dan
III. Latihan 5 kali seminggu selama 1 tahun. kesulitan bernafas yang berlebihan adalah
Hasilnya “Resting Ejection Fraction” perasaan atau keluhan yang dialami sebagai
meningkat 21% - 27% dalam setahun. akibat dari inadekuatnya perfusi pada
Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh muskuloskeletal dan organ-organ karena
Jette el al (1991, dalam Adam & Bennett, penurunan curah jantung. Terjadi perubahan
2000), yang meneliti klien gagal jantung intrisnsik dalam jaringan muskuloskelatal,
post infark miokard 10 minggu (tanpa dimana jaringan mengalami gangguan
menyebutkan kriteria EF), dengan program metabolisme yang berdampak terjadi
latihan jogging, dan cycling selama 4 kelelahan secara cepat pada otot-otot.
minggu. Tidak didapatkan perubahan nilai Perubahan tersebut meliputi menurunnya
fraksi ejeksi. Kedua penelitian tersebut mitochondrial density, berkurangnya enzyme
bukan fase inpatient. lipolitik oxidative dan atropi jaringan
Kedua penelitian yang telah dijelaskan di (Coats, 1993; Mancini et al 1992; Minotti &
atas berbeda desain penelitian dan Massie, 1992, dalam Adam & Bennett,
karakteristik serta kriteria responden, 2000). Semua hal ini berpengaruh pada
sehingga memungkinkan adanya perbedaan berkurangnya pembentukan energi atau
hasil penelitian. Hasil penelitian ini jumlah ATP dalam jaringan secara normal.
mendukung penelitian sebelumnya yang Berdasarkan patofisologi tersebut diatas
dilakukan oleh Kavanagh et al (1996) jelas pada klien gagal jantung respon
dimana berdasarkan karakteristik dan toleransi terhadap aktivitas sangat
kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti telah menentukan intensitas latihan yang
menunjukan perbedaan nilai fraksi ejeksi dilakukan. Hasil penelitian ini menjelaskan
sebelum dan sesudah intervensi aktivitas dan bahwa dengan memperhatikan kondisi
latihan selama 6 hari dirumah sakit dengan patofisologi gagal jantung, penerapan model
intensitas ringan. Dengan demikian hasil aktivitas dan latihan yang dikembangkan
penelitian ini telah menambah khasanah oleh peneliti dengan intensitas rata-rata
pengetahuan tentang pengaruh aktivitas dan ringan (Borg scala of perceived exertion)
latihan klien gagal jantung terhadap fraksi dapat diterapkan selama fase akut (phase
ejeksi dengan berbagai perbedaan dalam inpatient) 6 hari.
desain, karakteristik dan dan kriteria sampel. Berdasarkan nilai denyut jantung yang
Singh & Schocken (2006) menjelaskan dicapai dibandingkan denyut jantung
bahwa rehabilitasi pada klien penyakit maksimal selama aktivitas dan latihan, pada
kardiovaskuler selama di rumah sakit adalah klien gagal jantung fase akut (inpatient)

! 73!
!
terdapat peningkatan atau ada perbedaan patofisolofis dan respon klien. Pada
antara hari pertama sampai hari enam. penelitian ini diketahui bahwa pada fase
Namun terlihat juga bahwa peningkatan akut di rumah sakit (phase inpatient) tingkat
prosentasi rata-rata denyut jantung maksimal kelelahan dan sesak masih sangat
yang di capai antara hari I sampai hari VI 1- mempengaruhi aktivitas.
2%. Artinya denyut jantung tidak jauh Hasil penelitian ini menjelaskan
berbeda antara hari I sampai hari VI. gambaran adanya peningkatan toleransi
Sedangkan klien sudah menunjukan respon aktivitas dan latihan atau rata-rata durasi
kelelahan saat latihan. Kondisi fisiologis ini aktivitas dan latihan, mulai hari pertama
dapat dipengaruhi oleh faktor pengobatan sampai hari ketujuh, selama fase akut di
Beta Blocker (Antagonis Adrenoseptor) rumah sakit (inpatient). Gambar 2
sebagai terapi pada klien gagal jantung. memberikan gambaran tentang manfaat
Secara fisiologis efek terapi beta bloker aktivitas dan latihan, yaitu peningkatan
terhadap kardiovaskuler yang terpenting toleransi terhadap latihan (Duncam &
adalah mengurangi denyut jantung dan Pozehl, 2003). Hasil penelitian ini juga
kontraktilitas miokard. Efek ini akan terlihat memperkuat pernyataan Singh & Schocken
nyata bila sistim simpatis dipacu misalnya (2006), yang bahwa rehabilitasi jantung
sewaktu exercise atau stress (Setiawati & selama di rumah sakit (phase inpatient)
Gan, dalam Sulistia, 2005). Efek beta latihan dapat dimulai dengan durasi 5 – 10
bloker pada ritme jantung adalah menit berjalan setiap hari. Dan selanjutnya
mengurangi kecepatan depolarisasi spontan secara berangsur-angsur dapat ditingkatkan
(Fase 4) nodus SA dan sel automatik sampai 30 menit sehari. Intensitas dan
lainnya, sehingga mengurangi denyut durasi latihan sangat tergantung pada
jantung dan aktivitas fokus ektopik kondisi patologis gagal jantung. Oleh sebab
(Katzung, 2004). Berdasarkan efek itu monitoring terhadap over latihan yang
farmakodinamik tersebut maka denyut seiring dengan peningkatan intensitas dan
jantung latihan pada klien gagal jantung durasi latihan sangat dibutuhkan selama fase
cendrung tidak terlalu meningkat saat akut di rumah sakit, sebagai upaya
latihan. Ini jelas terlihat pada hasil penelitian pencegahan terjadinya ketidakseimbangan
ini bahwa peningkatan denyut jantung tidak antara suplai dan kebutuhan sirkulasi serta
terlalu meningkat pada waktu latihan selama terjadinya parubahan paotologis shock
phase inpatient, karena klien mendapatkan kardiogenik yang dapat mengakibatkan
terapi beta Blocker. kematian mendadak akibat gagal jantung.
Denyut jantung harus diperhatikan oleh
perawat saat menerapkan model aktivitas KESIMPULAN
dan latihan pada klien gagal jantung, agar Penerapan model aktivitas dan latihan
tidak memaksakan aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh
karena berharap akan meningkatnya peneliti selama phase inpatient (6 hari),
intensitas denyut jantung maksimal. didapatkan hasil ada perbedaan rata-rata
Peningkatan denyut jantung (Takikardia) nilai fraksi ejeksi sebelum dan sesudah
dapat mengurangi waktu pengisian jantung intervensi.
yang selanjutya berdampak kurangnya Penerapan model aktivitas dan latihan
volume sekuncup (stroke volume). Keadaan klien gagal jantung fase akut selama di
ini bisa menimbulkan respon over aktivitas rumah sakit (inpatient) diberikan dengan
dan meningkatkan kerja otot yang intensitas ringan berdasarkan Borg scala of
berlebihan dan akibatnya jantung mengalami perceived exertion.
kelelahan. Aktivitas dan latihan pada klien Program rehabilitasi pada klien gagal
gagal jantung sangat tergantung kondisi jantung, perlu dilakukan dan direncanakan

74! !
!
oleh perawat sejak phase inpatient sampai Chulay, M., & Burns, S.M. (2006): AACN
klien pulang kerumah (phase out patient) Essentials of Critical Care Nursing.
dengan melibatkan team rehabilitasi yang International Edition. By Mc Graw
terdiri dari dokter spesialis jantung, dokter Hill.
spesialis rehabilitasi medik (cardiac Duncam, K., & Pozehl, B. (2003). Effects of
rehabilitation) dan rehabilitation nurse. an exercise adherence intervention
Aktivitas dan latihan pada klien gagal on Outcome In Patiens with Hearth
jantung fase akut membutuhkan perhatian Failure.
ketat akan resiko over aktivitas dan latihan http://proquest.umi.com/pqdweb/.
dengan menilai intensitas laihan dengan Journal Rehabilitation Nursing,
menggunakan Borg scala of perceived Vol.28. diperoleh 27 September
exertion. 2006.

KEPUSTAKAAN Evanston Northwestern Healthcare. (2006).


Ackley, B.J., & Ladwig, G.B. (2006). Rehabilitation.
Nursing Diagnosis Handbook; a http://www.enh.org/healthandwellne
guide to Planing care. 7th edition, ss/clinicalservices/cardiology/rehabi
Mosby Elsevier. litation, diperoleh 11 Oktober 2009.

Advocate Health Care. (2006). Lifestyle Fogoros, R.N. (2006) Exercise Improves
Changes: Heart Failure & Exercise. Heart Failure, Journal of the
http://www.advocatehealth.com/syst american college of cardiology.
em/services/heart/lifestyle.html. http:heartdisease.about.com/cs/heart
diperoleh 6 November 2009. failure/a/ exinhf.htm, diperoleh 8
November 2009.
Adam, C.D., & Bennett, S. (2000). Exercise Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2000). Textbook
in Heart Failure: A Synthesis of Human Physiology. 10th edition.
Current Research. Journal. Volume Elsevier Saunders
7.
Harniattisai., Johnson., Kawinwonggowit.
Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005). Medical (2006). Evaluating Fungtional
Surgical Nursing; Clinical Activity in Older Thai Adults,
Management For Positive http://proquest.umi.com/pqdweb.
Outcomes. Volume 2, 7th edition. Journal, diperoleh 3 Oktober 2009.
Elsevier Saunders.
Halimuddin (2013). Pengaruh Model
Brunner & Suddarth. (2004). Textbook Of aktivitas dan latihan Intensitas
Medical-Surgical Nursing, 10th Ringan Klien Gagal Jantung
edition. Lippincott-Raven Publisher. Terhadap Tekanan Darah. Idea
Nursing Jurnal Volume 3
Belgeler, B. (2006). Heart Failure; Hoeman, S.P. (2002): Rehabilitation
Decreased cerebral blood flow ini Nursing, Process and Application,
congestive heart failure predicts 3th edition. Mosby-year book.
disease severyty, chronicity.
http://proquest.umi.com/pqdweb? Hudak,C.M., & Gallo, B.M. (2005). Critical
Cardiovascular week. Atlanta. Care Nursing; A Holistic Aproach.
Diperoleh 10 November 2009. 8th edition. J-B Lippincott Company.

! 75!
!
Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. http://www.medicalnewstoday.com/
(2006): Medical Surgical Nursing: medicalnews.php?newsid. article:
Critical Thingking For Cardiovascular/Cardiology news.
Collaborative Care. Volume 1, 5th Diperoleh tanggal 2 oktober 2009.
edition. Elsevier Saunders
Personal MD (2006). Exercise Benefits
Kozier, et al. (2004). Fundamentals of Heart Failure Patients.
Nursing: Concepts, Process and http://www.personalmd.com/news/a
Practice, 7th edition. Prentice-Hall. 1999030808.shtml. diperoleh 17
Inc. (page 509) November 2006.

Katzung, B.G. (2004). Basic and Clinical Price, S.A., & Wilson, L.M. (2002).
Pharmacology, 9Th edition,. Prentice Pathophyiology: Clinical Concepts
Hall. of Disease Processes. 6th edition.
Kavanagh et al, (1996) Quality of life and Elsevier Saunders.
cardiorespiratory function in cronic Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005).
heart failure; Affects of 12 Months Fundamental Of Nursing, 6th
aerobic training. Journal Watch: edition. Elsevier Saunders.
cardiology. Updated august 7. 2006.
diperoleh 8 November 2009. Porth, C.M. (1998). Pathophysiology:
http://www.chfpatients.com/faq/exer Concepts op Altered Health States.
cise.htm New york: Lippincott.

Kusmana, D. (2006). Olah raga Untuk Polit, D.F.,& Beck, C.T. (2006). Essentials
orang sehat dan Penderita Penyakit Of Nursing Research, Methods,
Jantung; Trias Sok & Senam 10 Appraisal, and Utilization, 6th
menit. Edisi kedua. Fakultas edition. Lippincott Williams &
Kedokteran Universitas Indonesia, Wilkins
Balai Penerbit FKUI.
Sherwood, L. (2004). Human physiology
LeMone, P., & Burke.K.M. (1996). From cells to Systems. 5th edition.
Medical-Surgical Nursing: Critical International special edition.
Thinking in Client Care. Addison- Thomson.
Wesley.
Singh, V.N., & Schocken, D.D. (2006).
Lewis’s, S.M. (2005). Medical-Surgical Cardiac Rehabilitation.
Nursing: Assessment and http://www.emedicine.com/pmr/topi
Management of Clinical Problems. c180.htm Article, diperoleh 4
Australia: Elsevier-Mosby. oktober 2006.

McCance, K.L., & Huether, S.E. (2006). Sudoyo, Ayu W., dkk. (editor), (2006). Buku
Pathophysiology, The Biologic Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV,
Basis for Disease in Adults and jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan
Children. Page 1048. 5th edition. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Elsevier Mosby. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. (hal. 1515).
Medical News Today (2006). Why exercise
Helps Heart Failure Patients.

76! !
!
Swedberg, K., & Chairperson, (2005).
Guidelines for the diagnosis and
treatment of Chronic Heart Failure:
full text (update 2005). The Task
Force for the diagnosis and
treatment of CHF of the European
Society of Cardiology. European
Heart Journal. European Society of
Cardiology.

Sulistia dkk (editor), (2005). Farmakologi


dan Terapi. Edisi 4. Penerbit Gaya
Baru. jakarta.

The Cleveland Clinic Health Information


Center. (2006). Heart Failure
Exercise Guidelines.
http://www.clevalandclinic.org/healt
h/healthinfo/docs/
1800/1819.asp?index=8128.
diperoleh tanggal 8 November 2009.

Wilkinson, J.M. (2005). Prentice Hall


Nursing Diagnosis, Handbook with
NIC Interventions and NOC
Outcomes, 8th edition. Pearson.
Prentice Hall. New Jersey. (page 64-
68).

! 77!
!

Anda mungkin juga menyukai