Anda di halaman 1dari 6

I.

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn.S

Umur : 65 Th

Alamat : Cililin

Tanggal Masuk RS : 5 September 2006

Tanggal Pemeriksaan : 7 September 2006

I. ANAMNESIS

Keluhan Utama : sulit berkemih


Anamnesis Khusus :
Sejak ± 1 tahun SMRS Os mengeluh sulit berkemih. Keluhan
disertai rasa nyeri setiap ingin berkemih, pancaran lemah, dan sering
terputus sehingga menyebabkan perasaan tidak puas setiap selesai
berkemih. Atas keluhan ini, Os berobat ke RS Rajawali. Os dipasang
kateter dan diberi obat dan keluhan Os hilang. Sejak ± 2 bulan yang
lalu, Os mengeluh timbulnya keluhan serupa namun kali ini urine
dirasakan lebih sulit keluar seolah terhambat. Frekuensi urin 3-4x/hari.
Riwayat serupa di keluarga disangkal.

II. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : afebris
Respirasi : 20x/menit
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : KGB tidak teraba

1
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : VBS normal kiri = kanan
Cor : BJ murni reguler
Abdomen :
Hepar sulit di nilai
Bising usus : (+) Normal
Ekstremitas : Dalam batas normal

b. Status Lokalis
a/r lumbalis dextra et sinistra : ballotement -/-, nyeri tekan -/-,
nyeri ketok CVA -/-
a/r suprapubis : kesan kandung kemih berisi, nyeri
tekan (-)
a/r genitalia eksterna : meatal stenosis(-), indurasi shaft(-),
testis dan epididimis dalam batas
normal
Pemeriksaan Rectal Toucher tidak dilakukan karena pasien menolak.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah :
Hb : 12,6 gr/dL
Leukosit : 7.600 /mm3
Trombosit : 193.000 /mm3
Hematokrit : 38%
Urine :
BJ : 1,02
PH : 6,0
Protein : -
Bilirubin : -
Eritrosit : -
Leukosit : 1-2

2
Epitel : 0-1
Amorf : -
Glukosa : -
V. DIAGNOSIS KERJA

Benign Prostat Hiperplasia

VI. USULAN PEMERIKSAAN

 USG prosat
 Tes fungsi ginjal

VII. RENCANA TERAPI

 Prostatektomi

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam

IX. PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah tepat?

2. Bagaimanakah pognosa pada pasien ini?

1. Pembesaran prostat jinak dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada

pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic

hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat

hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria diatas

3
usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia

diatas 80 tahun.

Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang

menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari

pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang

menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal

sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh

pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO).

Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur buli-buli

maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas

maupun bawah.

Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (low

urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi atau gejala berkemih

(voiding symptom) maupun gejala iritasi atau gejala penyimpanan (storage

symptom) yang meliputi frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran

miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas

sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH

dengan LUTS sangat kompleks, tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan

miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.

2. Prognosa pada pasien ini :

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

4
Prostatektomi tidak mempengaruhi fungsi seksual. Agar fungsi seksual

bisa kembali berfungsi maksimal umumnya diperlukan waktu 1 tahun.

1. Ereksi

Prostatektomi jarang menyebabkan hilangnya fungsi ereksi.

2. Ejakulasi

Walaupun sebagian besar pria tetap dapat ereksi setelah operasi,

tapi prostatektomi umumnya menyebabkan steril yang menimbulkan

kondisi yang disebut “retrograde ejaculation” atau “dry climax.” Selama

aktivitas seksual, sperma dari testis memasuki urethra yang terletak di

dekat vesica urinaria. Normalnya, otot akan berkontraksi menghambat

masuknya sperma ke vesica urinaria, dan semen akan dikeluarkan melalui

penis. Operasi pada prostat akan memotong otot tersebut dan

menyebabkan sperma masuk ke dalam vesica urinaria. Pada beberapa

kasus, kondisi ini dapat diterapi dengan pemberian pseudoephedrine atau

imipramine. Obat ini meningkatkan kekuatan kontraksi otot pada vesica

urinaria dan mencegah sperma memasuki vesica urinaria.

3. Orgasm

Sebagian besar pria mengatakan tidak ada perbedaan pada orgasme

dibandingkan sebelum dan sesudah operasi.

5
6

Anda mungkin juga menyukai