Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan untuk mendapatkan keturunan sebagai

penerus dari keluarga mereka. Begitu juga dengan wanita yang menginginkan kehamilan dan
persalinannya kelak dalam keadaan yang baik dan pada saatnya tiba, persalinan tersebut dapat
berjalan dengan normal tanpa adanya komplikasi. Persalinan merupakan suatu proses yang
alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang normal setelah mengalami masa kehamilan,
dimana dalam proses persalinan akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin dan
plasenta.Apabila seorang wanita mengalami masa kehamilan dan persalinan dalam jumlah
banyak dan sering, maka akan mempengaruhi dalam proses persalinannya, salah satu
komplikasiyang dialami wanita pada saat proses persalinan adalah rupture pada jalan lahir.
Dalam proses persalinan kadang kala robekan perineum juga terjadi akibat berat badan bayi yang
dilahirkan lebih dari berat badan normal bayi baru lahir.

Di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420/100.000 kelahiran hidup
dibandinkan dengan negara-negara ASEAN (Association of Southheast Asian Nations) Angka
Kematian Ibu (AKI) di Singapura 14/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000 kelahiran
hidup dan di Thailand 110/100.000 kelahiran hidup. Di Vietnam 150/100.000 kelahiran hidup, di
Filipina 230/100.000 kelahiran hidup dan Myanmar 380/100.000 kelahiran hidup (World Health
Organization,2010). (1)

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 Angka Kematian
Ibu (AKI) menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Rasio kematian maternal
merupakan salah satu I ndikator MDG’S (Millenium Development Goal’s) yang harus dicapai
pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio kematian maternal menunjukan
rasio untuk periode 5 tahun sebelum survei. (2)

Robekan perineum (jalan lahir) terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya.Rupture perineum merupakan penyebab kedua tersering
dari perdarahan pada persalinan. Rupture dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
rupture serviks dan vagina. (3)

Rupture perineum merupakan luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan. Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ , diantaranya vagina dan
perineum, cirri khas dari robekan jalan lahir itu kontraksi uterus yang kuat, keras da mengecil,
perdarahan terjadi langsung setelah bayi lahir.
Robekan derajat pertama mengenai mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
perineum. Robekan derajat kedua mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
dan otot perineum. Robekan derajat ketiga mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani eksterna. Pada robekan derajat keempat mengenai
dinding re.ctum anterior. (4)

Bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram. Apabila berat badan bayi yang dilahirkan meningkat maka
resikonya akan terjadi rupture perineum dari pada bayi yang dilahirkan dengan b erat badan
normal 2500-4000 gram. Bayi kecil dapat menyababkan terjadinya rupture perineum karena bayi
lahir terlalu cepat dan persalinan dalam bimbingan mengedan yang kurang baik misalnya ibu
bersalin yang melahirkan dibecak melewati vagina dengan spontan. (5)

Survei awal yang telah dilakuakan penelitian di “

Melalui rekam medik diperoleh sebanyak

Maka dari itu peneliti ingin mengetahui tentang ibu yang pernah mengalami rupturen perineum.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut: “Apakah ada hubungan berat badan bayi dengan kejadian rupture perineum
pada persalinan normal pada persalinan normal dirumah sakit

1.3. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berat badan lahir dirumah sakit Haji Medan

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian rupture perineum pada ibu

Bersalin dirumah sakit Haji Medan

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan bayi dengan kejadian

rupture perineum pada persalinan normal di RSU Haji Medan


1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Kepada Tempat Penelitian

Hasil penelitian digunakan sebagai bahan masukan bagi RSU Haji Medan untuk
menambahkan pengetahuan dan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan terutama
dalam menghadapi masalah “Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kejadian Rupture
Perineum pada Persalinan Normal di RSU Haji Medan

1.4.2. Manfaat Kepada Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi diperpustakaan Akademi

Kebidanan Helvetia dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang rupture

Perineum

1.4.3. Manfaat Kepada Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan penelitian

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti hubungan berat badan bayi dengan

Kejadian rupture perineum pada persalianan normal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tujuan Pelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Srianita tahun 2013 dengan judul
“Hubungan Kejadian Rupture Perineum dengan Berat Badan Lahir pada Persalinan Normal di
klinik Syuhada” didapatkan hasil penelitian dari 30 ibu bersalin yang mengalami rupture
perineum, mayoritas rupture perineum Tingkat II sebanyak 16 ibu (53,3 %) dengan berat badan
lahir >3500 gram, danminoritas rupture perineum Tingkat I sebanyak 14 ibu bersalin dengan
berat badan lahir <2500 gram sebanyak ibu bersalin (3,3 %), berat badan lahir 2500-3000 gram
sebanyak 4 ibu bersalin (13,3%) dan berat badan lahir >3500 gramsebanyak 9 ibu bersalin
(30%). Hasil uji chi-square penelitian yang dilakukan oleh Srianita menunjukan bahwa p= 0,03
< α (0,05) artinya terdapat hubunganantara berat badan bayi dengan kejadian rupture perineum
di Klinik Syuhada tahun 2013. (6)

Penelitian yang dilakukan oleh Maimun Saktia Nasution tahun 2015 dengan judul
“Hubungan Berat Badan Bayi dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal di
Klinik Manda Medan” didapatkan hasil penelitian bahwa dari 46 ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum dengan berat badan bayi <2500 gram sebanyak 3 ibu bersalin (6,5%), dengan
berat badan 2500-4000 gram sebanyak 39 ibu bersalin (84,8%) dengan berat badan >4000 gram
sebanyak 4 ibu bersalin (8,7%). Hasil uji chi-square menunjukan bahwa p=0,03 <0,05 artinya
terdapat hubungan antara berat badan bayi dengan kejadian rupture perineum di Klinik Manda
Medan 2015. (7)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Defenisi Bayi Bru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan dengan 42 minggu,
dngan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (8)

Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

Anda mungkin juga menyukai